MAKALAH ANALISIS FISIKA PANGAN
Program Studi Penjaminan Mutu Industri Pangan Politeknik AKA Bogor 2018/2019
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat serta petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Praktik Analisis Fisika Pangan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan tugas praktikum ini kami saling bahu-membahu tanpa lelah dan keluh kesah serta berbagai bantuan dan fasilitas yang cukup memadaai dalam menunjang pada praktik kami ini hingga ke pelaporan dalam bentuk makalah. Sehingga kami berterimakasih kepada berbagai pihak terutama bapak/ibu asdos Laboratorium Instrumentasi. Kami berharap agar tugas makalah Praktik Analisis Fisika Pangan ini dapat bermanfaat, kami meyakini bahwa makalah yang kami buat ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih atas kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan ini, sehingga akan dapat menginspirasi para pembaca dan berguna dalam kemajuan keilmuan di Indonesia.
21 Mei, 2018
PMIP
Daftar Isi
VISKOMETER BROOKFIELD
1. Aggi Genial
(1620063)
2. AlfikriShidqi
(1620066)
3. AliefNurazizah
(1620068)
4. Baharudin Yusuf E.
(1620073)
5. DanangAgusPrasetya
(1620076)
6. KharismaQurrota A.
(1620097)
7. LuthfiFaturrohim
(1620098)
8. M.RivaldiPangestu
(1620103)
9. NajmiyaRisaZahara
(1620109)
10. OctavianiSaragih
(1620113)
1.
Tujuan 1. Dapatmenggunakanviskometerbrookfielddenganbaikdanbenar 2. Dapatmengetahuisuatuviskositassuatusampelpangancair
2.
Prinsip Prinsip kerja dari viskometer Brookfield ini adalah semakin kuat putaran semakin tinggi visikositasnya sehingga hambatan semakin besar.(Moechtar,1990)
3. BahandanAlat
Viskometer ( Oswald, Thomas, EngleratauBuret
Rheometer (Brookfield)
Sampel 1. Minyak 2. Oli 3. Madu 4. Jus 5. Susu 6. Spiritus 7. Yoghurt
Stop watch
Aquadest
4. Cara Kerja 1. Viskometer dihidupkan lebih dahulu dan dibiarkan minimal 10 menit. 2. Sampel sirup dimasukkan ke dalam wadah sampel. 3. Probe pengukur yang digunakan disesuaikan dengan taksiran nilai kekentalan sampel. 4. Probe dipasangkan ke alat ukur, lalu dimasukkan ke dalam sampel. 5. Pengukuran dilakukan pada tiga nilai kecepatan seperti 100; 200; 300 rpm. Waktu diatur pada pengaturan standar alat. 6. Amati penunjukkan nilai kekentalan. Tandai jika terjadi perubahan nilai berdasarkan waktu pengukuran. 7. Nilai kekentalan dibaca dari alat dan dicatat. 8. Pengukuran diulang tiga kali. Nilai yang dilaporkan adalah rata-rata dari tiga pengukuran ulangan itu. 9. Hasil pembacaan proses pengukuran dikonversi menjadi satuan mPa.s
5. Data Pengamatan Nilai Pembacaan (mPa.sekon) Contoh uji
Ulangan 10 rpm
20 rpm
30 rpm
1
620,0
684,0
731,0
2
600,0
684,0
731,0
3
620,0
694,0
731,0
Rataan
613,3
687,3
731,0
613,3 ±17,8
687,3 ± 8,8
731,0 ±0,0
Sirup
Nilai
10 rpm
Dx
20 rpm
dx
30 rpm
dx
620,0
6,7
684,0
3,3
731,0
0
600,0
13,3
684,0
3,3
731,0
0
620,0
6.7
694,0
6,7
731,0
0
Rata-rata =
Rata – rata
Rata- rata = Rata – rata
Rata – rata
Rata – rata
613,3
= 8,9
687,3
= 731,0
=0
Galat = 17,8
= 4,4 Galat = 8,8
Galat = 0
5.contohPerhitungan Pembacaan Nilaipembacaanviskometer (Cp) x faktor = nilaiviskositas 62 Cp x 10 =620 mPa.sekon rata-rata jumlahnilai / banyaknyaulangan = rata ratanilai (620,0 + 600,0 + 620,0) / 3 = 613,3 Deviasi Nilai rata-rataviskositas–nilaivisositas 613,3 – 620,0 = 6,7
8.
Kesimpulan
Dari data hasil percobaan yang dilakukan dengan nilai pembacaan 10rpm, 20rpm, 30rpm dan didapatkan dengan nilai 10rpm=±17,8 20rpm=687,3±8,8 30rpm=731,0±0,0 dan nilai visikositas yang didapat 620 mpa.sekon .
9. Daftar Pustaka Djavar, NoviardanAriePratama Putra. 2018 .PenuntunPraktikAnalisisFisikaPangan. Bogor :Politeknik AKA Bogor. Martin, Alferd.,Swarbick, James &cammarata, Arthur.1993.Farmasi FisikDasarDasardalamIlmuFarmasetik.UIPress:Jakarta. https://kanalispolban.wordpress.com/laporan/kimia-instrumen/laporan-penentuanviskositas/ (diaksespadatanggal 2018-05-20).
REFRAKTOMETRI: UJI BRIX UNTUK SUKROSA
Disusunoleh: 1. Aulia Miranda
(1620070)
2. Diah Khoirunnisa
(1620079)
3. Fikri Andian N.
(1620090)
4. Gita Rosita
(1620091)
5. WidyaAyuningtyas P.(1620125) 6. Maytsa Awanda
(1620100)
7. M. Rifki Abdul L.
(1620108)
8. Rido Maulana
(1620119)
9. Rizka Maulida
(1620120)
10. Tiara Kusuma N.
(1620122)
Tujuan
Dapat membedakan antara refraksi dan difraksi
Dapat ,menggunakan refraktometer
Untuk menentukan brix larutan sukrosa
Dapat memahami prinsip kerja refraktometer
A. DASAR TEORI BRIX
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energy dan merupakan oligosakarida, polimer dengan derajatpolimerisasi 2-10 dan biasanya bersifat larut dalam air yang terdiri dari dua molekul yaitu glukosa dan fruktosa. Gula memberikan flavor dan warna melalui reaksi browning secara non enzimatis pada berbagai jenis makanan. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk Kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Dalam industry pangan, sukrosa diperoleh dari bit atau tebu (Winarno 1997). Sukrosa merupakan senyawa disakarida yang secara sistematik kimiawi disebut α-D-gluko-piranosil-β-D-fruktofuranosida dan rumus molekul C12H22 011. Sukrosa diproduksi dari gula tebu atau gula bit dan didapat dalambentuk gula pasir atau sirup. Sukrosa mempunyai berat molekul 342,30 dan terdiri dari gugus glukosa dan fruktosa. Konsentrasigula yang ditambahkan pada pembuatan sari buah berkisarantara 11-15 % Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan terlarut. Misalnya gula, garam, protein, dsb. Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan refraksi cahaya. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan dari German pada permulaanabad 20 (Anonim, 2010). Indeks bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berfungsi untuk identifikasi zat kemurnian, suhu pengukuran dilakukan pada suhu 20oC dan suhu tersebut harus benar-benar diatur dan dipertahankan karena sangat mempengaruhi indeks bias. Umumnya alat dirancang untuk digunakan dengan cahaya putih. Setiap zat
memiliki konsentrasi sendiri-sendiri. Konsentrasi zat dapat diubah dengan menambahkan zat terlarut atau pelarutnya sendiri. Penambahan zat tidak dilakukan dengan sembarangan, melainkan dengan perhitungan tertentu agar mendapatkan konsentrasi yang diperlukan.Kebanyakan obyek yang dapat kita lihat, tampak karena obyek itu memantulkan cahaya ke mata kita. Pada pantulan yang paling umum terjadi, cahaya memantul kesemua arah, disebut pantulan baur. Sebuah buku di atas meja yang disinari oleh hanya sebuah sumber titik cahaya dapat dilihat dari segenap penjuru ruangan. Supaya lebih tegas misalkan suatu zat adalah udara dan yang di bawah air. Tempuhan cahaya dilukiskan sebagai seberkas sinar akan terlihat jelas jika ada asap atau debu di udara, dan jika air itu mengandung sedikit bahan celup fluoresen. Sebagian dari cahaya yang datang akan dipantulkan oleh permukaan tersebut dan sebagian lagi akan terus ke dalam air atau membias. Arah sinar datang, sinar pantul dan sinar bias ini diperinci atas dasar besar sudut yang dibentuknya dengan garis yang tegak lurus pada permukaan di titik datang. Untuk keperluan ini cukuplah kita melukiskan satu sinar saja, sekalipun cahaya yang terjadi dari satu sinar saja mustahil ada atau hanya merupakan abstraksi geometrical saja. (Sodiq, 2004) Pengukurannilai % obrixlarutangula. Refraktometer dikalibrasi terlebih dahulu ke 0 dengan meneteskan 2 hingga 3 tetes aquades ke permukaan kaca optik. Tekan tombol “meas” sehingga angka %obixnya menunjukkan 0. Kemudian cairan aquades tadi dibersihkan menggunakan tisu tanpa menekan permukaan kaca optik. Larutan gula diteteskan kepermukaan kaca optik 2 hinngga 3 tetes, lalu ditutup agar tidak terkena cahaya dari luar. Masing-masing konsentrasi gula dilakukan 3 kali pengulangan untuk mendapatkan nilai atau data yang benar. (Tanjung, 2013)
B. BAHAN DAN ALAT - Refraktometerdenganskala brix - Sirop, gulapasir, air suling - Gelaskimia 100 mL (enambuah)
- Neracaanalitik - Pengaduk - Termometerruangan
C. CARA KERJA
Ditimbang gula pasir sebanyak (0,00; 1,00; 2,00; 3,00; 4,00; 5,00) gram ke dalam tiap gelas kimia
Ditambahkan air suling sehingga bobot total gula dan air sebanyak 50 gram
Diukur indeks refraksinya menggunakan Refraktometer dan portable brix
Diukur indeks refraksi pada sampel sirup
Konsentrasi gula pada sirup dapat diketahui dengan persamaan regresi dari deret standar gula pasir
D. DATA PENGAMATAN
Data PengamatanUji Brix Larutan Temperatur Blanko Standar 2% Standar 4% Standar 6% Standar 8% Standar 10% SampelSirup (Fp = 5x)
Ulangan
Rerat a
1
2
3
6.3 8.4 11.6 12.2 13.6 17.0
6.4 9.0 11.6 12.0 13.2 16.7
6.4 9.4 11.8 13.2 13.4 16.8
14.8
15.2
14.4
6.4 8.9 11.7 12.5 13.4 16.8 14.8
MencariPersamaanRegresidar iUji Brix X Y 0 6.4 2 8.9 4 11.7 6 12.5 8 13.4 10 16.8 14.8
Kurva Uji Brix 20
Rataan Ulangan Uji Brix
SampelSirup (Fp = 5x)
y = 0,9505x + 6,8587 R² = 0,9599 r = 0,9797 16.8
15 11.7 12.5
10
13.4
14.8
8.9 6.4
5
0 0
2
4 Konsentrasi
6
8
Data PengamatanRefraktometer
Blanko standar 2% standar 4% standar 6% standar 8% standar 10% sampelsirup
Ulangan 1 2 1.332 1.3325 9 1.335 1.3350 0 1.338 1.3382 2 1.341 1.3407 3 1.344 1.3437 0 1.347 1.3469 0 1.415 1.4162 4
Mencari Persamaan Regresi dari Uji Bias (Refraktometer) X Y 0 1.3328 2 1.3351 4 1.3383 6 1.3410 8 1.3439 10 1.3470
3 1.332 9 1.335 3 1.338 6 1.341 1 1.344 1 1.347 0 1.416 4
Rerat a 1.332 8 1.335 1 1.338 3 1.341 0 1.343 9 1.347 0 1.416 0
1 26. 5 26. 6 26. 6 26. 7 26. 7 26. 8 26. 9
Suhu 2 26. 6 26. 6 26. 6 26. 7 26. 7 26. 8 26. 9
Kurva Uji Refraktometri Rataan Ulangan Uji Refraktometri
Larutan
1.3500
Rerat a
3 26. 6 26. 6 26. 6 26. 7 26. 7 26. 8 26. 9
26.6 26.6 26.6 26.7 26.7 26.8 26.9
y = 0,0014x + 1,3325 R² = 0,9988 r = 0.9994
1.3470 1.3439 1.3410 1.3383
1.3450 1.3400 1.3350
1.3351 1.3328
1.3300 0
5
10 Konsentrasi
15
E. PERHITUNGAN Perhitunganderetstandar 1 gram
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐺𝑢𝑙𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐺𝑢𝑙𝑎 1 𝐶 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡 = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐶 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡 =
2%
𝐶 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡 =2% 2 gram
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐺𝑢𝑙𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐺𝑢𝑙𝑎 2 𝐶 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡 = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐶 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡 =
4%
𝐶 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡 =4% 3 gram
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐺𝑢𝑙𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐺𝑢𝑙𝑎 3 𝐶 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡 = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐶 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡 =
6%
𝐶 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡 =6% 4 gram
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐺𝑢𝑙𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐺𝑢𝑙𝑎 4 𝐶 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡 = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐶 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡 =
8%
𝐶 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡 =8% 5 gram
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐺𝑢𝑙𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐺𝑢𝑙𝑎 5 𝐶 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡 = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐶 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡 =
𝐶 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡 =10%
10%
Uji Brix Persamaan Regresi : y = 0.9505 x + 6.8587 R²= 0.9599 r = 0.9797 Absorbansi sampel : 14.8 𝑦−6.8587ᵒ𝐵𝑟𝑖𝑥
X = 0.9505ᵒ𝐵𝑟𝑖𝑥/% X=
14.8 − 6.8587ᵒ𝐵𝑟𝑖𝑥 0.9505ᵒ𝐵𝑟𝑖𝑥/%
X = 8.3 % (Konsentrasi Terukur) Pada percobaan ini dilakukan pengenceran 5 kali pada sampel karena terlalu pekat, sehingga kadar sukrosa pada sampel dapat dihitung: Kadar Sukrosa = C Terukur x Fp Kadar Sukrosa = 8.3 % x 5 Kadar Sukrosa = 41.5 % Refraktrometer Persamaan Regresi : y = 0.0014 x + 1.3325 R²= 0.9988 r = 0.9994 Absorbansi sampel : 1.4160 𝑦−1.3325
X = 0.0014 /% X=
1.4160 −1.3325 0.0014 /%
X = 59.6% Kadar Sukrosa pada sampel 59.6 %
F. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian kadar gula menggunakan 2 alat yaitu dengan Instrumen Refraktometer dan Brix Portable. Kadar Gula dapat dihitung dengan mengukur Indeks Refraksi (Bias) suatu larutan yang dibandingkan dengan Deret standar yang telah dibuat. Pada praktikum kali ini dibuat 6 deret standar dengan masing-masing konsentrasi sebesar 2%, 4%, 6%, 8%, 10% serta tentunya blangko 0%. Pengukuran indeks refraksi dilakukan
masing-masing sebanyak 3x pengulangan untuk tiap deret standar dengan konsentrasi yang berbeda, dan sampel uji tentunya. Pada Uji Brix, sampel uji diencerkan terlebih dahulu agar tidak terlalu pekat dan dapat masuk range deret standar. Pada pengujian tersebut diperoleh Persamaan Regresi (y) sebesar = 0,9505x + 6,8587; dengan nilai R² = 0,9599; nilai r = 0,9797; sehingga Sampel yang memiliki Absorbansi sebesar 14,8 dengan 5x pengenceran dapat dihitung Konsentrasinya dan diketahuisebesar 41,6%. Pada Uji dengan Refraktometer diperoleh Persemaan Regresi (y) sebesar = 0,0014x + 1,3325; dengan nilai R² = O,9988; nilai r = 0,9994; sehingga Sampel yang memiliki Absorbansi sebesar 1,4160 dapat dihitung konsentrasinya dan diketahui 59,6%. Dari pengujian kadar gula dengan menggunakan 2 alat yang berbeda tersebut diperoleh masing-masing konsentrasi sebesar 41,6% (Brix) dan 59,6% (Refraktometer). Perbedaan hasil pengukuran ini dikarenakan menggunakan 2 alat yang berbeda, selain itu pada saat pengujian dengan brix dilakukan pengenceran sebanyak 5x sedangkan pada refraktometer dilakukan tanpa pengenceran, serta adanya kemungkinan kesalahan pembacaan pengukuran dari analis pada pengujian brix yang sangat mengandalkan visualisasi indera pengelihatan analis.
G. KESIMPULAN
Pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil pada pengujian sukrosa dengan menggunakan alat Brix Portable dengan Persamaan Regresi (y) sebesar = 0,9505x + 6,8587, nilai r = 0,9797, Sampel dengan Absorbansi 14,8 dengan 5x pengenceran sehingga didapatkan Konsentrasi sebesar41,6%.
Hasil pada pengujian dengan menggunakan Instrumen Refraktometer menghasilkan data Persemaan Regresi (y) sebesar = 0,0014x + 1,3325, nilai r = 0,9994, Sampel dengan Absorbansi 1,4160, sehingga didapatkan Konsentrasi sebebsar 59,6%.
PRAKTIK FISIKA PANGAN PENENTUAN TITIK LELEH COKELAT
1. Agistiani Kesuma 1620064 2. Desta Refany 1620077 3. Elisabeth Ulam 1620083 4. Fadhila Rahmawati 1620085 5. Fikarrizal N 1620088 6. Havidz Anantama 1620092 7. Muhammad Fauzan 1620106
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Cokelat adalah sebutan untuk hasil olahan makanan atau minuman dari biji kakao (Theobroma cacao). Cokelat pertama kali dikonsumsi oleh penduduk Mesoamerika kuno sebagai minuman, walaupun dipercaya bahwa dahulu cokelat hanya bisa dikonsumsi oleh para bangsawan.Cokelat umumnya diberikan sebagai hadiah atau bingkisan di hari raya. Dengan bentuk, corak, dan rasa yang unik, cokelat sering digunakan sebagai ungkapan terima kasih, simpati, atau perhatian bahkan sebagai pernyataan cinta. Cokelat juga telah menjadi salah satu rasa yang paling populer di dunia. Selain dikonsumsi paling umum dalam bentuk cokelat batangan, cokelat juga menjadi bahan minuman hangat dan dingin.Titik leleh dari senyawa murni adalah temperatur dimana senyawa dalam keadaan padat dan cairan dalam keadaan kesetimbangan pada tekanan 1 atmosfir. Jika energi panas padatan murni sebanding dengan energi kisi maka kristal-kristal diikat membentuk unit molekul , molekul-molekul kisi-kisi kristal menjauh dari sekitarnya. Temperatur yang diinginkan untuk perubahan dari susunan molekul dalam kisi-kisi kristal (padatan) ke bentuk fluida (cairan) adalah ukuran dari daya tarik menarik antar molekul-molekul. Titik leleh suatu zat yang lebih tinggi daya tarik menarik antar molekul-molekul lebih besar. Senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul yang sama, maka senyawa yang lebih polar dan yang mempunyai struktur molekul yang lebih senetris yang mempunyai titik leleh lebih tinggi. Jadi titik leleh suatu zat sangat tergantung dari struktur molekul yang merupakan salah satu dimensi fisis dari suatu zat. Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah wujud menjadi zat cair pada tekanan satu atmosfer. Dengan kata lain, titik leleh merupakan suhu ketika fase padat dan cair sama-sama berada dalam kesetimbangan. Perubahan tekanan tidak mempengaruhi titik leleh suatu zat mengalami perubahan yang berarti. Pengaruh ikatan hidrogen terhadap titik leleh tidak begitu besar karena pada wujud padat jarak antar molekul cukup berdekatan dan yang paling
berperan terhadap titik leleh adalah berat molekul zat dan bentuk simetris molekul. Dalam menentukan titik leleh suatu zat, adapun faktor-faktor yang memengaruhi cepat atau lambatnya zat tersebut meleleh adalah : 1. Ukuran kristal, ukuran Kristal sangat berpengaruh dalam menentukan titik leleh suatu zat. Apabila semakin besar ukuran partikel yang digunakan, maka semakin sulit terjadinya pelelehan. 2. Banyaknya sampel. Banyaknya sampel suatu zat juga dapat mempengaruhi cepatlambatnya proses pelelehan. Hal ini dikarenakan, apabila semakin sedikit sampel yang digunakan maka semakin cepat proses pelelehannya, begitu pula sebaliknya jika semakin banyak sampel yang digunakan maka semakin lama proses pelelehannya. 3. Pengemasan dalam pipa kapiler. 4. Pemanasan dalam suatu pemanas harus menggunakan baraapi atau panas yang bertahan. 5. Adanya senyawa lain yang dapat mempengaruhi range titik leleh.
1.2 TUJUAN Tujuan dari praktikum ini adalah : a. Mahasiswa mampu memahami prinsip dasar penentuan titik leleh suatu bahan. b. Mahasiswa dapat menentukan nilai titik leleh coklat.
1.3 MANFAAT Manfaat dari praktikum ini adalah : a. Mengetahui prinsip dasar penentuan titik leleh suatu bahan. b. Mengetahui titik leleh coklat.
BAB II ISI
2.1 ALAT DAN BAHAN a. Alat
Thermometer
Kapiler (tabung reaksi)
Gelas kimia
Pemanas
Klem dan Statif
Tali rami
b. Bahan
Sampel Cokelat
2.2 CARA KERJA Cara kerja dari praktikum ini adalah : a. Sampel coklat dimasukkan ke ujung terbuka pipa kapiler hingga masuk ke dalam dasar kapiler ujung tertutup sampai sekitar 1 cm b. Kapiler diikatkan pada thermometer ( sejajar pada ujungnya) c. Thermometer dipasang pada statif dengan bantuan klem d. Thermometer dimasukkan ke dalam gelas piala berisi air sampai tercelup e. Sampel tersebut dipanaskan dan diamati temperaturnya f. Ketika sampel mulai meleleh, baca temperature dan dicatat sebagai T1 g. Ketika sampel coklat meleleh seluruhnya, baca temperature dan dicatat sebagai T2 h. Pemanas dimatikan dan set peralatan didinginkan
2.3 PERHITUNGAN %Kesalahan= rata-rata hasil pengukuran – nilai teori
x 100%
Nilai teori %Kesalahan T1 = 32 – 35
x100%
35 =8,57% %Kesalahan T2 = 47,33 – 45
x100%
45 =5,17%
2.4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini, dilakukan penentukan titik leleh coklat batangan. Dilakukan dengan cara manual dengan pipa kapiler yang digunakan untuk menentukan titik leleh cokelat. Cokelat yang sudah fimasukkan dalam pipa kapiler tersebut kemudian dipanaskan dengan suhu tertentu. Titik leleh terbagi menjadi 2. Pertama, titik leleh dimana cokelat mulai mencair, dan yang kedua adalah dimana cokelat sudah mencair secara keseluruhan. Pada praktikum ini dilakukan 3 kali pengulangan. Lalu didapatkan data seperti berikut : Pengulangan
Suhu T1
Suhu T2
1
30
50
2
31
45
3
35
47
Keterangan : T1 = Titik dimana cokelat mulai meleleh T2 = Titik dimana cokelat meleleh secara keseluruhan
Pada kemasan, terdapat standar titik leleh yang seharusnya, dimana T1 berada pada suhu 35 derajat selsius dan T2 berada pada suhu 45 derajat selsius. Perbedaan setiap percobaan dapat diakibatkan dari suhu ruangan yang tidak dingin dimana cokelat sudah mengalami pelelehan sebelum dilakukan pemanasan. Hal ini dikarenakan daya leleh cokelat sangatlah cepat sehingga dalam pengerjaannya harus cepat untuk mencegah pelelehan cokelat di awal. Lemak kakao adalah lemak terbaik untuk produk cokelat Namun demikian, untuk menekan biaya produksi dan menghasilkan cokelat yang lebih keras untuk konsumsi di daerah tropis,penggunaan lemak lain sering diperlukan. Banyak digunakan lemak nabati yang memiliki sifat fisik mirip karakteristik lemak kakao tetapi secara kimia tidak ada kemiripan. Dalam industri cokelat, dikenal dengan Cocoa Butter Substitute (CBS). Titik leleh ditentukan oleh komposisi asam lemak penyusunnya. Tiap asam lemak murni mempunyai titik leleh spesifik dari berbagai asam lemak sebagai trigliserida (seperti stearat, oleat dan linolenat), sehingga tidak memiliki titik cair yang tajam (Lawson, 1995). Stearin memiliki titik leleh 50oC, olein 20oC sedangkan lemak kakao sebesar 29-31oC. Titik leleh asam lemak bervariasi tergantung pada : peningkatkan panjang rantai meningkatkan titik leleh, peningkatan tingkat kejenuhan meningkatkan titik leleh, dan perubahan isomer cis menjadi trans meningkatkan titik leleh. Titik cair dan titik leleh lemak merupakan salah satu penentu utama tekstur dan kekerasan permen cokelat batangan. Cokelat yang baik adalah cokelat yang tidak mencair dalam suhu ruang, tetapi meleleh ketika di dalam mulut, sehingga memberikan mouth feeling yang lembut.Hal ini dipengaruhi oleh kestabilan lemak kakao dan lemak lain (CBS) bersama komponen penyusun cokelat batangan lain yang berinteraksi memberikan tekstur permen cokelat secara keseluruhan. Kekerasan cokelat merupakan salah satu faktor kunci yang menentukan mutu dan Kesempurnaan produk ketika produk berada dalam suhu ruang selama transportasi, pemasaran dan konsumen. Kerusakan cokelat secara
langsung berhubungan dengan kekerasan atau titik cair dari lemaknya (Kattenberg, 2001). Titik leleh merupakan parameter terpenting dalam menentukan mutu cokelat batangan. Hal ini akan menentukan teknik penyimpanan serta mempengaruhi kesukaan konsumen. Titik leleh pada cokelat batangan sangat dipengaruhi oleh lemak penyusunnya, karena komposisi utama cokelat batangan adalah lemak yaitu sekitar 30%.
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN Kesimpulan dari praktikum ini adalah : a. Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah wujud menjadi zat cair pada tekanan atmosfer. b. % Kesalahan di titik T1 sebesar 8,57%, sedangkan % kesalahan di T2 sebesar 5,17% c. Dari hasil yang didapatkan tidak berbeda jauh terhadap standar yang berada di kemasan coklat yaitu T1 berada disuhu 35 ̊c dan T2 pada suhu 45 ̊c. Hal ini terjadi karena suhu ruang yang tidak dingin dimana coklat sudah mengalami pelelehan sebelum dipanaskan .penyimpangan titik leleh pula dapat disebabkan oleh tidak murninya suatu zat(coklat). d. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik leleh zat adalah ukuran kristal,banyaknya sampel, dan adanya senyawa lain yang dapat mempengaruhi titik leleh.
Hubungan Kerapatan dan Kepekatan Garam
DISUSUN OLEH
:
AHMAD BAIQUNI A.
1620065
AYU LARASATI U.
1620071
DHIMAS EKO NUGROHO
1620078
EKA VIRGINIA S.
1620081
JIHAN PILENANDA
1620096
MARWAN FIKRI
1620099
M. FAKHRI ADZHAR
1620104
PERLIANI MABRUROH
1620116
I.
II.
JUDUL:
HubunganKerapatandanKepekatanGaram
TUJUAN: i.
Mengetahuihubungankerapatandankonsentrasilarutan
ii. Dapatmembuatgrafikhubunganantarakerapatandankonsentrasilarutan
III.
PRINSIP Hubungan antara kerapatan dan konsentrasi larutan dapat diketahui dengan
cara
mengukur
kerapatan
larutan
yang
telah
diketahui
konsentrasinya secara kuantitatif dengan pembuatan deret konsentrasi larutan tersebut. Hasil pengukuran dituangkan pada grafik hubungan kerapatan dan konsentrasi larutan.
IV.
DASAR TEORI Pengetahuan tentang massa jenis dalam sebuah praktikum sangat penting mengingat bahwa pengetahuan tentang massa jenis akan selalu kita butuhkan dan selalu kita gunakan dalam praktikum lanjutan atau dalam pengaplikasiannya dalam penelitian (Bresnick, 2002). Pengidentifikasian suatu zat kimia dapat diketahui berdasarkan sifatsifat yang khas dari zat tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat dibagi dalam beberapa bagian yang luas. Salah satunya ialah sifat intensif dan sifat ekstensif. Sifat tekstensif adalah sifat yang tergantung dari ukuran sampel yang sedang diselidiki. Sedangkan sifat intensif adalah sifat yang tidak tergantung dari ukuran sampel. Kerapatan atau densitas merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain, kerapatan suatu zat tidak tergantung dari ukuran sampel (Soedojo, 1999).Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca analitik atau yang lainnya (Bird, 1993).
Kerapatan merupakan perbandingan antara massa dan volume dari suatu senyawa. Makin besar volume dan massa dari suatu senyawa, makin kecil kerapatannya. Begitu juga sebaliknya, makin kecil volume dan massa suatu senyawa, kerapatannya makin besar. Kebanyakan zat padat dan cairan mengembang sedikit bila dipanaskan dan menyusut sedikit bila dipengaruhi penambahan tekanan eksternal (Soedojo, 1999). Untuk menentukan volume benda dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan bentuk bendanya.
Untuk benda
yang beraturan
bentuknya dapat dilakukan dengan rumusan yang sesuai, misal untuk bentuk kubus maka yang harus dilakukan adalah mengukur panjang sisi kubus, kemudian menghitungnya dengan rumusan sisi pangkat tiga. Sedangkan untuk benda tidak beraturan pengukuran volume dilakukan dengan cara memasukkan benda tersebut kedalam gelas ukur yang di isi dengan air dengan volume tertentu, kemudian diamati selisih volumenya. Selisih volume tersebut adalah volume benda yang dimasukkan ke dalam gelas ukur. Setelah itu dapat dihitung berapa massa jenis benda (Taba, 2010). Kerapatan bias digunakan sebagai panduan untuk membuat larutan bahan kimia dengan kepekatan tertentu dalam jumlah besar pada proses berkesinambungan. Contoh terapan praktis ini adalah pembuatan larutan NaOH 20%, NaOH 5%, dan HCL 5% untuk keperluan proses regenerasi resin penukar ion. 1. Kerapatan cairan dapat diukur dengan mudah menggunakan hydrometer yang sesuai. Kepekaan hydrometer langsung mempengaruhi tingkat ketelitian pengukuran. 2. Hidrometer adalah alat ukur kerapatan berdasarkan gaya apung. Alat ini memiliki bobot tertentu dan skala ukur yang dibuat sebagai hasil konversi bobot terhadap volume atau kerapatan (bukan kerapatan relatif). 3. Kurva hubungan Kerapatan Vs Kepekatan dibuat melalui tinjauan pustaka atau pengukuran kerapatan deret larutan standar (sesuai kebutuhan). (Noviar Djavar, 2007)
V.
ALAT DAN BAHAN Alat
: a. Labu takar 100 mL b. Neraca analitik
c. Pipet tetes d. Batang pengaduk Bahan : a. Garam (NaCl) b. Aquades c. Kertassaring
VI.
BAGAN KERJA Ditimbang bobot kosong masingmasing labu takar 100 mL.
Disiapkan 8 buah labu takar 100 mL yang telah dicuci dan dikeringkan.
Ditimbang bobot labu + larutan NaCl dan dicatat. Dihitung kerapan larutan NaCl.
VII.
Dibuat deret standar NaCl sebanyak 1,000 g; 2,500 g; 5,000 g; 7,5000 g; 10,00 g; 12,50 g; dan 15,00 g ke dalam labu takar 100 mL yang telah diketahui bobot kosongnya
Kemudian dilarutkan menggunakan akuades hingga tanda tera.
DATA HASIL PENGAMATAN a. KondisiRuangan Tempat
: Laboratorium Analisis Fisika, Politeknik AKA Bogor
Suhu
:
28°C
b. Deskripsisampel Namasampel :
Natriumklorida
Wujud
:
Padatankristal
Warna
:
Putih
Bau
:
Tidakberbau
a. TabelHasilPengamatan Kepekatan Larutan NaCl (%)
1
0.00
51.4184
1.00
55.6658
2.50
55.7142
5.00
57.6095
7.50
52.6106
10.0
52.544
12.5
58.1826
15.0
54.6967
Bobot Labu Takar Kosong (g) 2 51.418 6 55.665 3 55.714 6 57.609 3 52.610 8 52.543 9 58.182 8 54.696 8
3 51.418 5 55.665 7 55.714 8 57.609 7 52.610 6
Rerata 51.4185 55.6656 55.7145 57.6095 52.6107
52.544
52.5440
58.183
58.1828
54.697
54.6968
Bobot Labu Takar + LarutanNaCl (g) 1 150.88 24 155.72 10 156.82 99 160.43 40 157.06 91 159.63 78 164.63 62 163.90 70
2 150.8820 155.7201 156.8297 160.4366 157.0692 159.6371 164.6368 163.9066
3 150.88 19 155.71 91 156.82 98 160.43 56 157.06 89 159.63 75 164.63 69 163.90 66
b. Tabel hubungan kepekatan dengan kerapatan KepekatanLarutanNaCl (%)
KerapatanLarutanNaCl (g/mL)
0.00 1.00 2.50 5.00 7.50 10.0 12.5 15.0
0.9946 1.0005 1.0112 1.0283 1.0446 1.0709 1.0645 1.0921
Rerata 150.88 21 155.72 01 156.82 98 160.43 54 157.06 91 159.63 75 164.63 66 163.90 67
Volume Laruta NaCl (mL)
100
PERHITUNGAN Grafik Hubungan Kepekatan dengan Kerapatan Larutan Garam
Kerapatan Larutan NaCl (g/mL) Kerapatan Larutan Garam (g/mL)
VIII.
1.1000 1.0800
y = 0.0064x + 0.9957 R² = 0.9711 r = 0.9854 Kerapatan Larutan NaCl (g/mL)
1.0600 1.0400 1.0200
Linear (Kerapatan Larutan NaCl (g/mL))
1.0000 0.9800 0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
Kepekatan Larutan (%)
a) Konsentrasi 0.00 % ρ=
Massa larutanNaCl Volume larutanNaCl
=
99.4636 g 100,00 mL
=0.9946 g/mL
b) Konsentrasi 1.00 % Massa larutanNaCl
ρ= Volume larutanNaCl =
100.0545 g 100,00 mL
=1.0005 g/mL
c) Konsentrasi 2.50 % Massa larutanNaCl 101.1153 g ρ= = =1.0112 g/mL Volume larutanNaCl 100,00 mL d) Konsentrasi5.00 % Massa larutanNaCl
ρ= Volume larutanNaCl =
102.8259 g 100,00 mL
=1.0283 g/mL
e) Konsentrasi7.50% Massa larutanNaCl
ρ= Volume larutanNaCl =
104.4584 g 100,00 mL
=1.0446 g/mL
f) Konsentrasi10.0 % Massa larutanNaCl
ρ= Volume larutanNaCl = g) Konsentrasi12.5 %
107.0935 g 100,00 mL
=1.0709 g/mL
Massa larutanNaCl
ρ= Volume larutanNaCl =
106.4638 g 100,00 mL
=1.0645 g/mL
h) Konsentrasi15.0 % Massa larutanNaCl
ρ= Volume larutanNaCl =
IX.
109.2099 g 100,00 mL
=1.0921 g/mL
PEMBAHASAN Praktik percobaan hubungan kerapatan dan kepekatan larutan garam dilakukan dengan membuat deret konsentrasi larutan garam sebagai kepekatannya kemudian ditetapkan kerapatan masing-masing konsentrasi larutan. Kerapatan larutan ditetapkan secara gravimetri, yaitu menimbang larutan garam yang telah ditetapkan volume nya dengan pasti. Kerapatan dapat dihitungan dengan membagi bobot larutan (g) dengan volume larrutan (mL) sehinggan diperoleh satuan kerapatan sebagai g/mL. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
KepekatanLarutanNaCl (%)
KerapatanLarutanNaCl (g/mL)
0.00 1.00 2.50 5.00 7.50 10.0 12.5 15.0
0.9946 1.0005 1.0112 1.0283 1.0446 1.0709 1.0645 1.0921
B
erdasar kan table di atas dapat disimpulkan bahwa semakin pekat larutan maka akan semakin besar kerapatan larutan. X.
KESIMPULAN Semakin pekat larutangaram maka semakin pekat larutan maka akan semakin besar kerapatan larutan.
XI.
DAFTAR PUSTAKA Bresnick,S. 2002. IntisariFisika, Hipokrates,Erlangga. Jakarta Soedjojo, peter. 1999. FisikaDasar. Yogyakarta Bird,T. 1993. Kimia FisikuntukUnivrsitas. PT Gramedia. Jakarta Taba,p.,Zakir, M., danFauziah, S. 2010. PenuntnPraktikum Kimia Fisika. Universitas Hasanuddin. Makassar Dja’var, Noviar. 2007. Penuntun Praktik Analisis Fisika. Bogor: Politeknik AKA BOGOR
Penetapan Kerapatan (Absolut, Curah, dan Relatif) Kelompok :
Chintia Dwifilia
(1620075)
Farhana Rizqiah P.P
(1620086)
Fauzan Yuda P.
(1620087)
Faza Nurfaqih
(1620088)
M. Rafly Yusuf
(1620106)
M. Faris Nur F
(1620104)
Nanda Ayu N
(1620110)
Nindyka Sandi
(1620111)
I.
Judul
:
a. Penetapan Kerapatan (Absolut, Curah, dan Relatif)
II.
Tujuan
:
a. Mengetahui pengertian kerapatan absolut, curah, dan relatif b. Menetapakan kerapatan absolut, curah, dan relatif
III.
Prinsip
: Kerapatan merupakan massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu dengan satuan gram/cm³. Prinsip percobaan ini adalah dengan menimbang massa beda kemudian dibagi dengan volume yang ditempati oleh benda tersebut. Untuk kerapatan partikel atau absolute dibagi dengan volume satu partikel, Kerapatan Curah dibagi dengan volume yang keseluruhan termasuk volume udara.
Kerapatan Relatif yaitu perbandingan kerapatan
bahan dengan kerapatan air pada temperatur dan tekanan yang sama
IV.
Dasar Teori
:
Kerapatan merupakan jumlah bahan yang menempati ruangan tertentu yang dinyatakan sebagai massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1993). Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi
sifat
karakteristik
“pemadatan”
(“Packing
Characteristic”). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm³ (Martin, 1993). Bahan yang berbentuk butiran dengan celah berisi udara memiliki
nilai kerapatan yang berbeda dengan kerapatan curah. Pada umumnya nilai kerapatan curah selalu lebih kecil dibandingkan dengan nilai kerapatan absolute karena pada kerapatan curah volume udara juga berpengaruh. Dan untuk bahan yang bersifat cairan dan padatan memiliki nilai kerapatan partikel dan curah yang sama. Kerapatan dibagi menjadi tiga yaitu kerapatan partikel atau absolute, kerapatan curah dan kerapatan relative. Kerapatan partikel atau absolute adalah massa satu partikel dibagi dengan volume satu partikel. Kerapatan Curah adalah massa sekelompok partikel dibagi dengan volume yang ditempati oleh keseluruhan partikel itu termasuk volume udara.
Kerapatan Relatif adalah
perbandingan kerapatan bahan dengan kerapatan air pada temperatur dan tekanan yang sama.
V.
Alat dan Bahan
:
Alat:
Gelas Ukur Gelas Piala Neraca Analitik
Bahan:
Beras Minyak tanah
VI.
Cara Kerja
:
Ditimbang gelas ukur kosong (Wgu)
Dimasukan beras 10mL
Dilakukan 3x pengulanga n
Dihitung kerapatan curah
Kerapatan Curah Beras
Diketukketuk hingga padat
Dihitung massa beras (Wgb-Wgu)
Dicatat volume sebagai Vc
Ditimbang gelas ukur berisi beras (Wgb)
Kerapatan Absolut Beras Dikeluarkan beras dari gelas ukur pada kerapatan curah
Dilakukan 3x pengulangan
Dimasukan kedalam gelas piala
Dihitung kerapatan absolut W/(Vc-Vp)
Dimasukan 10mL minyak tanah kedalam gelas ukur (Vp)
Ditambahkan beras kembali (Vc)
Kerapatan Relatif Beras Diukur dan dicatat temperature saat percobaan
Dicari nilai kerapatan air pada temperature tersebut
Dihitung kerapatan relative (Kerapatan absolut/kerapatan air
Dilakukan 3x pengulangan
VII.
Data Pengamatan
:
Tabel kerapatan curah ulangan 1 2 3
Vc (mL) 150 150 150
wgb (g) 70.6043 70.6045 70.6046 rata-rata Nilai
wbu (g) 62.7678 62.7682 62.7684
wgb-wbg 7.8365 7.8363 7.8362
Pc (g/mL) deviasi 0.78 0.00 0.78 0.00 0.78 0.00 0.78 0.00 (0.78 ± 0.00) g/mL
Tabel kerapatan absolute ulangan 1 2 3
Vberas+Vminyak (Vo) mL 15.5 15.5 15.5
Vminyak (Vc) mL 9.7 9.7 9.7 rata-rata Nilai
(Vp) mL 5.8 5.8 5.8
wgb-wbg 7.8365 7.8363 7.8362
Pa (g/mL) deviasi 1.35 0.00 1.35 0.00 1.35 0.00 1.35 0.00 (1.35 ± 0.00) g/mL
Tabel kerapatan relatif ulangan 1 2 3
suhu air (˚C)
Pair (g/mL) 0.9956 0.9956 0.9956
30.0 30.0 30.0 rata-rata Nilai
VIII.
Perhitungan
:
Kerapatan Curah 𝑤
𝜌𝑐 = 𝑣
𝑐
𝜌𝑐1 =
7,8365 𝑔 10,0 𝑚𝐿
𝑔 = 0,78 ⁄𝑚𝐿 𝜌𝑐2 =
7,8365 𝑔 10,0 𝑚𝐿
𝑔 = 0,78 ⁄𝑚𝐿 𝜌𝑐3 =
7,8365 𝑔 10,0 𝑚𝐿
Pabsolut (g/mL) 1.35 1.35 1.35
Pr (g/mL) deviasi 1.36 0.00 1.36 0.00 1.36 0.00 1.36 0.00 (1.36 ± 0.00) g/mL
𝑔 = 0,78 ⁄𝑚𝐿 Kerapatan Absolut 𝑤 𝜌𝑎 = 𝑣1 − 𝑣0 𝜌𝑎1 =
7,8365 𝑔 (15,50 − 9,70) 𝑚𝐿
7,8365 𝑔 5,80 𝑚𝐿 𝑔 = 1,35 ⁄𝑚𝐿 7,8365 𝑔 𝜌𝑎2 = (15,50 − 9,70) 𝑚𝐿 =
7,8365 𝑔 5,80 𝑚𝐿 𝑔 = 1,35 ⁄𝑚𝐿 7,8365 𝑔 𝜌𝑎3 = (15,50 − 9,70) 𝑚𝐿 =
7,8365 𝑔 5,80 𝑚𝐿 𝑔 = 1,35 ⁄𝑚𝐿 =
Kerapaan Relatif 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 𝑔 1,35 ⁄𝑚𝐿 = 𝑔 0,9956 ⁄𝑚𝐿
𝜌𝑐 = 𝜌𝑟1
= 1,3 𝜌𝑟2
𝑔 1,35 ⁄𝑚𝐿 = 𝑔 0,9956 ⁄𝑚𝐿
= 1,3 𝑔 1,35 ⁄𝑚𝐿 𝜌𝑟3 = 𝑔 0,9956 ⁄𝑚𝐿 𝑔 = 1,3 ⁄𝑚𝐿
IX.
Pembahasan
:
Dari data percobaan yang telah dilakukan untuk mengentahui kerapatan pada beras dapat dilakukan dengan mengukur kerapat curah, abosolut, dan relatifnya. Pada kerapatan curah, beras ditimbang dengan menggunakan gelas ukur sebanyak kurang lebih 10 mL, lalu diketuk ketuk hingga ruang diantara beras satu dengan lainnya tidak terlalu besar (mampat), lalu dilakukan perbandingan anatara massa beras dengan volume pada gelas ukur yang terbaca setelah beras ketuk-ketuk. Didapat 𝑔 hasil kerapatan curah sebesar 0,78 ⁄𝑚𝐿. Pada pengukuran kerapatan abosolut, dilakukan dengan mengisi kurang lebih 10 mL minyak tanah pada gelas ukur lalu dimasukan beras menggunakan corong, dan dilakukan perbandingan anatar massa beras yang dimasukan dengan selisih volume minyak akhir dengan volume 𝑔 minyak awal. Didapat hasil kerapatan absolut sebesar 1,35 ⁄𝑚𝐿. Pada
pengukuran
kerapatan
relatif
dilakukan
dengan
menbandingkan antara kerapatan absolut dengan kerapatan air yang dipengaruhi oleh temperatur ruang saat itu. Didapat hasil kerapatan relatif 𝑔 sebesar 1,3 ⁄𝑚𝐿. Berdasarkan data dapat terlihat kerapatan curah beras lebih kecil dari kerapatan absolutnya, hal ini dikarenakan adanya rongga udara yang ikut tertimbang dan dinyatakan sebanyak bobot beras, sedangkan pada kerapatan absolut tidak terdapat rongga udara karena digunakan minyak tanah. Minyak tanah digunakan karena bersifat tidak akan bereaksi dengan beras, seperti dapat terserap yang dapat mempengaruhi kondisi beras.
X.
Kesimpulan
:
Dari hasil data yang diperoleh diketahui, kerapatan curah beras sebesar (0,78 ± 0,00) g/mL; kerapatan absolut beras sebesar (1,35 ± 0,00) g/mL; dan kerapatan relatif beras sebesar(1,36 ± 0,00) g/mL.
XI.
Daftar Pustaka Dja’var, Noviar. 2007. Penuntun Praktik Analisis Fisika. Bogor: Politeknik AKA BOGOR Taba,p.,Zakir, M., dan Fauziah, S. 2010. Penuntn Praktikum Kimia Fisika.
FISIKA PANGAN PENETAPAN KUAT TEKAN (PERMEN)
Nama Kelompok : Alfionita Virnanda (1620067) Arnida Sasmi P (1620069) Azum adani (1620072) Bayu arroisi (1620074) Ikhwan aminudin
(1620094)
Muhamad Rafli Daffa pratama (1620102) Nurafifi nisah liana (1620112) Oktrioza handriyani (1620114) Septiana Inka M.Y
(1620121)
Tujuan :
Memahami prinsip dasar kuat tekan bahan makanan jenis permen Membedakan antara kuat tekan dan daya tahan patah
Dasar Teori Kuat tekan merupakan ukuran kemampuan bahan untuk menahan gaya tekan ketika mengalami gaya tekan secara lateral. Sedangkan kekerasan adalah ketahanan suatu material terhadap deformasi pada daerah lokal dan permukaan material. Kekerasan berbanding lurus dengan kuat tekan, semakin keras suatu material maka semakin besar kuat tekan material tersebut. Alat pengujian kuat tekan dapat menentukan kekuatan tekan material dalam kondisi optimal. Kuat tekan, bukan hanya dimiliki suatu produk, bahan kemasan pun memiliki kuat tekan. Dalam industri pangan serta farmasi, selain memperhatikan kuat tekan produknya, perlu juga memperhatikan kuat tekan bahan kemasannya, sehingga produk yang dikemas aman selama masa penyimpanan maupun pendistribusiannya. Kompresi berarti spesimen, produk atau materi ditekan ke bawah. Kekuatan tekan material merupakan titik dimana material mengalami keretakan. Menghitung kuat tekan melibatkan pengujian untuk menemukan titik keretakan ini dan menggunakan data dari uji untuk menentukan perhitungan. Jumlah kuat tekan akhir dalam pound-force per square inch, atau psi. Kuat tekan yang berada pada nilai relatif rendah dapat diukur dengan prinsip sederhana. Kuat tekan biskuit atau keripik kentang misalnya, dapat diukur dengan cara meletakkannya di atas neraca pegas, kemudian ditekan menggunakan probe penekan dari arah atas sampai retak/pecah, dilakukan juga perhitungan luas permukaan material yang diuji. Gaya ketika biskuit atau keripik kentang tersebut pecah dinyatakan sebagai kuat tekan dengan satuan g/cm2. Namun jika material yang diuji memiliki kuat tekan yang relatif tinggi, dapat diukur menggunakan alat khusus untuk kuat tekan, cukup dengan
meletakan benda uji pada posisi yang ditentukan, lalu alat dioprasikan, maka nilai kekerasan bisa terbaca pada alat.
Alat dan Bahan Alat: Alat pengukur tekan Bahan: Permen , tablet vitamin dan kacang hijau
Cara Kerja
KekerasanMetodetekan 1. Alatkuattekan
Diletakan benda uji diposisi yang telah ditentukan pada alat
alat dioperasikan
2. Mengunakanneracadan probe penekanberbentuksilinder
Letakan sampel diatas piring timbangan,Lalu Zero Set kan neraca dengan menekan tombol zero
Posisikan Probe penekan diatas sampel,Lalu naikan tekanan secara bertahap sampai tekanan probe memecahkan sampel
Nilai yang ditunjukan oleh neraca (g) adalah gaya tekan yang diberikan pada batas daya tahan biskuit
DATA PENGAMATAN Ulangan 1
Permen Diameter Kekerasan (cm) (kgF) 1,500 19,67
Vitamin B1 Kekerasan Diameter(cm) (kgF) 0,950 12,34
Vitamin C Diameter Kekerasan (cm) (kgF) 0,820 10,57
Kacang Hijau Diameter Kekerasan (cm) (kgF) 0,428 5,45
2
1,500
20,64
0,952
12,27
0,820
10,60
0,410
5,42
3
1,484
19,52
0,942
12,20
0,820
10,67
0,420
5,54
4
1,500
19,86
0,950
12,29
0,820
10,56
0,410
5,40
5
1,500
19,97
0,954
12,22
0,820
10,58
0,412
5,46
6
1,486
19,44
0,954
12,15
0,820
10,53
0,424
5,38
7
1,484
19,51
0,950
12,18
0,820
10,52
0,422
5,45
8
1,500
20,16
0,948
12,15
0,820
10,52
0,410
5,53
9
1,500
20,09
0,950
12,17
0,820
10,51
0,428
5,37
10
1,484
19,84
0,952
12,16
0,820
10,54
0,414
5,47
Rerata
1,494
19,87
0,950
12,21
0,820
10,56
0,418
5,45
Nilai
19,87 ± 0,83
12,21 ± 0,16
10,56 ± 0,11
5,45 ± 0,13
Tabel Deviasi Ulangan 1
Permen Kekerasan Deviasi (kgF) (kgF) 19,67 0,20
Vitamin B1 Kekerasan Deviasi (kgF) (kgF) 12,34 0,13
Vitamin C Kekerasan Deviasi (kgF) (kgF) 10,57 0,01
Kacang Hijau Kekerasan Deviasi (kgF) (kgF) 5,45 0,00
2
20,64
0,77
12,27
0,06
10,60
0,04
5,42
0,03
3
19,52
0,35
12,20
0,01
10,67
0,11
5,54
0,09
4
19,86
0,01
12,29
0,08
10,56
0,00
5,40
0,05
5
19,97
0,10
12,22
0,01
10,58
0,02
5,46
0,01
6
19,44
0,43
12,15
0,06
10,53
0,03
5,38
0,07
7
19,51
0,36
12,18
0,03
10,52
0,04
5,45
0,00
8
20,16
0,29
12,15
0,06
10,52
0,04
5,53
0,08
9
20,09
0,22
12,17
0,04
10,51
0,05
5,37
0,08
10
19,84
0,03
12,16
0,05
10,54
0,02
5,47
0,02
Rerata
19,87
0,28
12,21
0,05
10,56
0,04
5,45
0,04
Galat
X3 = 0,83
X3 = 0,16
X3 = 0,11
PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini di lakukan pengujian kuat tekan pada vitamin, permen dan kacang hijau. Kuat tekan pada sampel dapat di ukur dengan cara meletakannya di atas alat khusus atau pada neraca pegas, kemudian ditekan dari arah atas sampai retak/pecah. Gaya ketika sampel tersebut pecah dinyatakan sebagai kuat tekan. “Retak/Pecah” merupakan perubahan bentuk sampel. Pada hasil pengamatan Sampel Permen memiliki nilai 19.87 ± 0.83 Sampel Vitamin B1 memiliki nilai 12.21 ± 0.16 Sampel Vitamin C memiliki nilai 10.56 ± 0.11 Sampel Kacang Hijau memiliki nilai 5.45 ± 0.13
Dikatakan bahwa Sampel Permen memiliki kekerasan yang kuat dibandingkan sampel lain.
Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan, nilai kuat tekan permen sebesar 19,87 ± 0,83 g/cm², vitamin B1 sebesar 12,21 ± 0,16 g/cm², vitamin C sebesar 10,56 ± 0,11 g/cm², dan kacang hijau sebesar 5,45 ± 0,13 g/cm².
X3 = 0,13
MAKALAH ANALISIS FISIKA PANGAN “LAJU ALIR SERBUK”
Disusun Oleh :
Dinda Debby Cahya Eky Ramadhani Alamsyah Herninda Tridha Nurfach Iqbal Firdausa Medhelin Celvia Pandheka Anil Fasya Rafidah Ervine Pramesti Zulfikar Kamal Ramadhan
(1620080) (1620082) (1620093) (1620095) (1620101) (1620115) (1620117) (1620126)
POLITEKNIK AKA BOGOR Jl. Pangeran Sogiri No.283, Tanah Baru, Bogor Utara, Jawa Barat 2018
I.
TUJUAN Mengoperasikan alat uji aliran serbuk, menginterpretasikan hasil pengukuran aliran serbuk, menyimpulkan kualitas bahan terkait dengan sifat aliran serbuk.
II.
DASAR TEORI Sifat alir serbuk Suatu bulk serbuk terdapat analoginya dengan cairan non-Newton yang memperlihatkan aliran plastis dan kadang-kadang aliran dilatan, pertikelpartikelnya dipengaruhi oleh gaya tarik-menarik sampai derajat yang bermacam-macam. Oleh karena itu serbuk dapat mengalir bebas atau mampat. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat alir dari serbuk, terutama yaitu pada ukuran partikel, bentuk, porositas, kerepatan dan pola permukaan. Serbuk-serbuk yang mengalir bebas dikarakteristikkan dengan dustibility kebalikan dari stickiness. Lycopodium menunjukkan dustibility yang besar, dinyatakan dustibilitinya 100%, talk mempunyai 37%, amylum solani 27%, arang halus 23%, dan calomel yang diserbuk halus mempunyai dustibility relative 0,7%. Nilai-nlai ini ada hubungannya dengan keseragaman penyebaran dari serbuk-serbuk halus ( dusting powders ) jika digunakan untuk kulit, dan stickness, suatu ukuran kohesi partikel dari suatu serbuk yang kompak mempunyai sifat yang perlu diperhatikan dalam aliran serbuk melalui mesin pengisi kapsul otomatik. Serbuk atau granulat yang mengalir lemah menimbulkan banyak kesukaran pada industri farmasi. Unit-unit penabletan diketahui tergantung dari beberapa sifat granul.Granulasi, artinya pembesaran partikel secara sintetis, yang umumnya menyebabkan peningkatan daya mengalir atau daya luncur serbuk. ( Moechtar, 1990 )
Faktor yang mempengaruhi sifat alir, yaitu: 1.
Ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel. Ukuran partikel mempengaruhi gaya yang bekerja, partikel halus dengan ukuran kecil dari 100 µm dipengaruhi oleh gaya listrik dan gaya kohesi. Sedangkan ukuran yang besar dari 1000 µm
dipengaruhi gaya gravitasi. Partikel dengan ukuran kecil, laju aliran mungkin tertahan akibat gaya kohesi antar partikel. Jika ukuran partikel diperbesar, gaya gravitasi besar sehingga serbuk mudah mengalir. 2.
Bentuk dan morfologi permukaan Semakin tidak teratur bentuk partikel maka daya alirnya makin jelek.
3.
Kelembaban Kelembaban akan mempengaruhi aliran serbuk secara signifikan yang dapat diamati dengan peningkatan daya rentang (tensil strength) serbuk melalui pembentukan jembatan cair. Kemampuan mengalir yang berporos dan kohesif tidak dipengaruhi kelembaban karena akan berpenetrasi kedalam partikel tersebut.
4.
Gaya Kohesi Yaitu gaya tarik menarik antara partikel sejenis. Jika gaya kohesi besar, maka daya alir makin jelek.
5.
Temperatur Penurunan suhu akan menyebabkan penurunan daya rentang, kecepatan alir meningkat.
6.
Penambahan Glindant Untuk memperbaiki kemampuan alir serbuk, sering ditambahkan glindant dalam bentuk fine partikel seperti silika, dioksida koloidal, talcum, dan amylum. Gaya yang bekerja pada partikel :
Gaya friksi
Gaya tegangan
Gaya mekanik
Gaya elektrostatik
Gaya kohesi / vander walls.
Metoda penentuan sifat alir
Kecepatan aliran Hoppler
Dipakai sebagai metoda untuk dapat menetapkan kemampuan mengalir. Aliran bahan yang keluar dari Hoppler
kedalam alat
timbangan dipantau terus-menerus. Alatnya sederhana dan hasilnya mudah diinterpretasikan, metoda ini sangat fragmatis. III.
ALAT DAN BAHAN 1.
Alat
Alat uji kemampuan alir (Flodex Powder Flowabiliti Tester)
Jam henti (stopwatch)
Neraca analitik
Beaker glass
2.
Bahan Sampel (Nutrisari dan Gula )
3.
Penyiapan peralatan
Siapkan panduan pengoperasian alat
Baca buku log peralatan. Tandai jika ada catatan mengenai ketidaknormalan peralatan
Periksa kondisi dan kebersihan alat
Pasang alat sesuai dengan panduan pengoperasian alat
Saringan corong diletakkan tepat menempel pada disk
Saluran keluar tepung dibagian bawahwadah dipastikan dalam keadaan tertutup
Kondisi peralatan selama digunakan dicatat di buku log peralatan
Jam henti diuji coba dengan menghidupkan, mematikan dan mengnolkan peralatan
IV.
CARA KERJA Kondisi pemerian (warna, ukuran partikel, kemasan) sampel yang diuji, dicatat
Sampel ditimbang 100g kedalam gelas kimia kering
Hidupkan stopwatch serempak dengan menurunkan posisi wadah.
Siapkan stopwatch Sampel dipindahkan ke corong
Waktu penurunan sampel kewadah alat dibaca pada stopwatch
Stopwatch dimatikan tepat saat semua sampel diturunkan
Ulangan (s)
Pastikan posisi bawah corong dalam keadaan menempel
Galat (s)
1
2
3
Rerata (s)
Nutrisari Lama
3,56
3,69
3,69
3,65
0,09
0,04
0,04
0,06
x2
3,65 ± 0,12
Nutrisari baru
2,4
2,53
2,31
2,41
0,01
0,12
0,10
0,08
x2
2,41 ± 0,16
Gula
3,5
3,28
3,32
3,37
0,13
0,09
0,05
0,09
x3
3,37 ± 0,27
Sampel
1
2
3
Rerata (s)
Catat jika ada aliran yang tersendat-sendat
Nilai (s)
V.
DATA PENGAMATAN
Waktu Alir
Laju Alir Keterangan Bobot Sampel I. Nutrisari lama
: 100 g
II. Nutrisari Baru
: 70 g
III. Gula
: 100 g
Ulangan (g/s)
1
2
3
Rerata (g/s)
Galat (g/s)
1
2
3
Rerata (g/s)
Nutrisari Lama
28,09
27,1
27,1
27,43
0,66
0,33
0,33
0,44
x2
27,43 ± 0,88
Nutrisari baru
29,17 27,68
30,3
29,05
0,12
1,37
1,25
0,91
x2
29,05 ± 1,82
Gula
28,57 31,49
30,12
30,06
1,49
1,43
0,06
0,99
x2
30,06 ± 1,98
Sampel
VI.
Nilai (g/s)
PERHITUNGAN 𝑔 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 (𝑔) 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝐴𝑙𝑖𝑟 ( ) = 𝑠 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑠) 100 (𝑔)
𝑔
1. Nutrisari lama = 3.65 (𝑠) = 27,40 ( 𝑠 ) 2. Nutrisari Baru =
70 (𝑔)
𝑔
= 29,04 ( 𝑠 ) 2,41 (𝑠)
100 (𝑔)
𝑔
3. Gula = 3,37 (𝑠) = 29,67 ( 𝑠 ) VII.
PEMBAHASAN Pada praktik yang telah dilakukan yaitu uji kemampuan alir sebuk menggunakan sampel nutrisari dan gula. Kemampuan alir serbuk adalah waktu terukur yang diperlukan oleh sejumlah bahan tertentu untuk mengalir melalui
corong dengan
dimensi
tertentu.
Kemampuan
alir
serbuk
dikuantisasikan berdasarkan laju alir, kerapatan ketuk, dan sudut reposisi.
Namun pada praktik yang dilakukan hanya dikuantisasikan berdasarkan laju alir saja. Serbuk memiliki tekstur yang halus, bersifat homogen dan bisa mengalir oleh dorongan gaya beratnya sendiri artinya serbuk bisa mengalir dengan kecepatan tertentu secara terus-menerus. Aliran yang tersendat-sendat atau bahkan berhenti menunjukan penurunan mutu serbuk. Penurunan mutu serbuk biasanya ditandai dengan terbentuknya gumpalan (caking) atau terjadi pemisahan berdasrkan sifat fisik tertentu. Berdasarkan hasil percobaan, laju alir gula (29.67 g/s) lebih cepat dibandingkan dengan laju alir serbuk nutrisari (29.04 g/s). Hal.ini disebabkan oleh perbedaan ukuran partikel dari kedua sampel tersebut. Serbuk nutrisari berbentuk granula kecil sedangkan gula berbentuk kristal dengan bentuk yang tidak beraturan. Semakin kecil dan homogen ukuran partikel laju alirnya akan semakin lambat sebab dipengaruhi oleh gaya listrik dan gaya kohesi antar partikelnya. Sedangkan semakin besar ukuran partikel suatu sampel maka laju alirnya akan semakin cepat karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang menariknya (gaya tarik bumi ke arah bawah) sehingga partikel sampel lebih mudah mengalir. Pada serbuk nutrisari lama (27.40 g/s) dengan serbuk nutrisari baru (29.04 g/s) terdapat perbedaan laju alir. Hal ini disebabkan serbuk nutrisari lama mulai mengalami penurunan mutunya
yang ditandai dengan
penggumpalan beberapa partikelnya sehingga laju alirnya terhambat. Penurunan mutu ini disebabkan karena penyimpanan yang terlalu lama dan suhu penyimpanan yang tidak sesuai yang menyebabkan kelembaban produk meningkat dan sifat bahan mulai berubah sehingga membentuk gumpalangumpalan. Sedangkan serbuk nutrisari baru mutunya masih sangat baik atau tidak mengalami penurunan mutu sehingga laju alirnya lancar dan cepat karena ukuran partikelnya masih homogen dan tidak melekat satu dengan yang lainnya (menggumpal yang menyebabkan laju alir terhambat ataupun tersendat-sendat).
VIII.
KESIMPULAN
Laju alir sampel dengan ukuran partikel lebih besar dantidak seragam lebih cepat dibandingkan sampel dengan ukuran partikel lebih kecil danseragam (laju alir gula lebih cepat dibandingkan dengan laju alir nutrisari)
Untuk jenis sampel yang sama, laju alir sampel dengan mutu baik lebih cepat dibandingkan sampel yang sudah mengalami penurunan mutu.