257_makalah Amami2.docx

  • Uploaded by: Anisa Larassati
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 257_makalah Amami2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,604
  • Pages: 7
I. Judul Identifikasi Kurkumia dalam Sampel Temulawak secar Kromatografi Lapis Tipis

II. Tujuan Mengindentifikasi kandugnan kurkumin dalam sampel temulawak secara kromatografi lapis tipis

III. Prinsip Kurkumin dipisahkan berdasarkan perbedaan kekuatan interaksi antara fase diam dan fase gerak. Kurkumin akan terbawa oleh fase gerak dengan gaya dorong, gaya kapilaritas.

IV. Dasar Teori Kurkumin (diferuloyl methane C21H20O6 ) merupakan komponen berwarna kuning-oranye yang terkandung dalam tanaman Curucma longa. Secara tradisional masyarakat Indonesia memanfaatkan bagian rimpang tanaman tersebut sebagai salah satu komponen bumbu masakan sehari-hari dan sebagai komponen jamu dari berbagai kondisi dan penyakit, seperti panas, hepatitis, jerawat, infeksi bakteri, antiinflamasi, scabies, dan sebagainya. Studi in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa kurkumin mempunya berbagai aktivitas farmakologis antara lain antiinflamasi, antiviral, antibakteri, antifungal, antikanker, antioksidan, antidiabetes mellitus, antiheumatoid arthritis, sedangkan studi klinik juga telah banyk dilakukan diantaranya pada kanker pancreas, kanker kolon, kanker payudara, dan multiple myeloma.

Analisi dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbs dan partisi yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen). Komponen kimia bergerak naik mengikut fase gerak karena daya serap adsorben terhadapat komponenkomponen kimia yang tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan jarak yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan komponenkomponen kimia di dalam ekstark. KLT dilakukan beberapa kali menggunakan berbagai macam eluen dengan tingkat kepolaran yang berbeda untuk mendapatkan pelarut yang mampu memberikan pemisahan yang baik serta noda zat warna yang bagus.

IV. Cara Kerja 

Pembuatan Fasa Gerak

Dipipet masing-masing 4,5 mL Kloroform dan Benzene

Dimasukkan ke dalam

Ditambahkan 1 mL

tabung ulir berpenutup

etanol



Larutan Standar Kurkumin

Ditimbangstandar standar Ditimbang

Dilarutkan dengan 1 mL

kurkumin0,1 0,1ggr kurkumin

etanol, dikocok dengan

Ekstrak disaring

vortex 

Preparasi Sampel

Ditimbang sampel

Dilarutkan dengan 1 mL

sebanyak 0,1 gr

etanol, dikocok dengan

Ekstrak disaring

vortex 

Pembuatan Larutan Pembangkit Warna

2 gram asam borat + 10 mL etanol + 1 mL HCl 10%



Persiapan KLT

Dipotong lempeng KLT

Beri garis daerah ±1 cm

seluas 5 x 10 cm

dari batas bawah menggunakan pensil



Penotolan Standar dan Sampel

Larutan standar dan

Ditotolkan pada

sampel diambil

lempeng yang telah

menggukanan pipa

diberi jarak



Pengujian

kapiler

Lempeng KLT yang

Diamkan sampai eluen

Diangkat lempeng

sudah dispotting

naik ke batas atas

kemudian dikeringkan

dimasukkan ke dalam chamber Disemprot dengan pembangkit warna dan hitung nilai Rf-nya.

V.

Data Pengamatan

a. Tabel data pengamatan fisik sampel dan reagen No. Nama Bahan

1.

Kunyit bubuk

Pengamatan Warna

Bau

Wujud

Rf

Jingga

Bau khas kunyit

Serbuk

A= 1,8 mm B= 3 mm C= 4,5 mm

2.

Dye mixture

Ungu

Tidak berbau

Larutan A= 3,3 mm (biru) B= 4,4 mm (merah)

3.

Toluena

Tidakberwarna

Baukhas toluene

Larutan

4.

Benzena

Tidak berwarna

Tidak berbau

Larutan

5.

Kloroform

Tidak berwarna

Bau khas kloroform

Larutan

6.

Asamborat

Putih

Tidak berbau

Bubuk

7.

Metanol

Tidak berwarna

Bau khas methanol

Larutan

8.

HCl

Tidak berwarna

Tidakberbau

Larutan

9.

Etanol

Tidak berwarna

Bau khas etanol

Larutan

b. Gambar lempeng KLT hasilpraktikum Hasil dari sampel kunyit bubuk (Kurkumin) Panjang eluen : 44 mm

Panjang titikA : 8 mm Panjang titikB : 13 mm Panjang titikC : 20 mm

50 mm

Hasil dari Dye mixture Panjang eluen : 45 mm

Panjang titik A (biru) :15 mm Panjang titik B (merah) :20 mm

50 mm

VI. Perhitungan Rf sampelkurkumin

Titik A =

8 𝑚𝑚 44 𝑚𝑚

= 0,18 mm

13 𝑚𝑚

Titik B = 44 𝑚𝑚 = 0,30 mm 20 𝑚𝑚

Titik C = 44 𝑚𝑚 = 0,45 mm

Rf Dye mixture

Titik A (biru) =

15 𝑚𝑚 45 𝑚𝑚

= 0,33 mm

20 𝑚𝑚

Titik B (merah) = 45 𝑚𝑚 = 0,44 mm

VII. Pembahasan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenaik kromatografi lapis tipis atau KLT dengan menggunakan sampel kunyit bubuk bertujuan untuk mengisolasi (mengetahui) komponen kurkumin dari kunyit. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Kunyit (Curcuma s p) merupakan salah satu tumbuhan memiliki banyak manfaat bagi masyarakat Indonesia, diantara manfaat kunyit adalah sebagai bahan dasar warna kuning dalam industri tekstil tradisional serta digunakan pula sebagai bumbu masakan, dan juga kunyit digunakan sebagai obat tradisional. Kunyit adalah jenis tumbuhan rimpang dengan warna kuning kemerah-merahan pada rimpangnya. Kurkumin adalah senyawa polifenol aktif dengan rumus molekul C21H20O6. Kurkumin memiliki 2 bentuk tautomer yaitu keto dan enol. Gugus dengan sifat pendorong elektron cenderung menstabilkan tautomer keto, sedangkan gugus penarik elektron cenderung menstabilkan tautomer bentuk enol. Pada kromatografi lapis tipis digunakan fase diam berupa plat silica gel karena plat yang dibentuk dengan silica gel memiliki tekstur dan struktur yang lebih teratur. Silika gel memadat dalam bentuk tetrahedral raksasa, sehingga ikatannya kuat dan rapat. Dengan demikian absorben silica gel mampu menghasilakn proses pemisahan yang lebih optimal. Pada penotolan plat KLT dimasu\kkan ke dalam chamber dengan fase gerak benxena 4,5 mL, benzene 4,5 mL, dan 1 mL etanol. Setelah daerah penotolan yang terpisah dapat diamati bahwa plat KLT menyerap uap dari pelarut yang membawa noda kertas sehingga dihasilkan 3 bercak, berarti ada 3 senyawa yang terdapat pada kunyit. Metode identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan

pada kedudukan dari noda relative terhadap permukaan pelarut

menggunakan harga Rf. Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi lapis tipis, harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan metupakan besaran karakteristik dan reprodusibel. Pada hasil praktikum didapatkan pengukuran jarak titik A sebesar 8 mm, titik B sebesar 13 mm dan titik C sebesar 20 mm memiliki Rf pada titik A, titik B dan titik C secara berurutan sebesar 0,18 ; 0,30 ; 4,5. Menurut Govindarajan dan Stahl serta Tonnesen dkk., kurkuminoid dari rimpang kunyit mengandung 3 senyawa pewarna yaitu kurkumin, demetoksikurkumin, dan bis-demetoksikurkumin. Nilai Rf kurkumin pada 0,3 cm, demetoksikurkumin 0,15 cm dan bisdemetoksikurkumin 0,1 cm. Berdasarkan kemiripan hasil praktikum dan data pustaka tersebut, maka totol B merupakan kurkumin, totol A demetoksikurkumin dan bis-demetoksikurkumin tidak terdeteksi. Pada percobaan menggunakan sampel dye mixture dipisahkan menjadi warna biru-merah dengan panjang titik A sebesar 15 mm dan titik B sebesar 20 mm. Nilai Rf yang didapatkan pada titik A adalah 0,33 dan pada titik B adalah 0,44. Pada sampel ini Rf A mendekati Rf kurkumin sehingga kemungkinan pada sampel dye mixture terdsapat sampel seperti kurkumin. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapisan tipis yang juga mempengaruhi harga Rf adalah : 

Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.



Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya.

Biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan menge¬ringkan molekulmolekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari penyerap. Perbedaan penyerap akan memberikan perbedaan yang besar terhadap harga Rf meskipun menggunakan fase bergerak dan zat terlarut yang sama tetapi hasil akan dapat diulang dengan hasil yang sama, jika menggunakan penyerap yang sama, ukuran partikel tetap dan jika pengikat (kalau ada) dicampur hingga homogen. 

Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap. Pada prakteknya tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu diusahakan tebal

lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tak rata pula dalam daerah yang kecil dari plat. 

Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak. Kemurnian dari pelarut yang digunakan sebagai fase bergerak dalam kromatografi lapisan tipis

adalah sangat penting dan bila campuran pelarut digunakan maka perbandingan yang dipakai harus betulbetul diperhatikan. 

Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.



Teknik percobaan. Arah pelarut bergerak di atas plat. (Metoda aliran penaikan yang hanya diperhatikan, karena cara

ini yang paling umum meskipun teknik aliran penurunan dan mendatar juga digunakan). 

Jumlah cuplikan yang digunakan. Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan hasil penyebaran noda-noda

dengan kemungkinan terben¬tuknya ekor dan efek tak kesetimbangan lainnya, hingga akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf. 

Suhu. Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini terutama untuk mencegah

perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang disebabkan oleh penguapan atau perubahanperubahan fase. 

Kesetimbangan. Ternyata bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih pen¬ting dalam kromatografi kertas,

hingga perlu mengusahakan at¬mosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut. Suatu gejala bila atmosfer dalam bejana tidak jenuh dengan uap pelarut, bila digunakan pelarut campuran, akan terjadi pengembangan dengan permukaan pelarut yang berbentuk cekung dan fase bergerak lebih cepat pada bagian tepi-tepi dan keadaan ini harus dicegah.

VIII. Kesimpulan Berdasarkan praktikum kromatografi lapis tipis menggunakan sampel kunyit disimpulkan bahwa bubuk kunyit mengandung kurkumin karena nilai sesuai dengan literature yaitu 0,30 pada titik B dan demetoksikurkumin pada titik A. Sampel dye mixture mengandung kurkumin menurut literature pada titik A sebesar 0,33.

IX. Daftar Pustaka Govindarajan, V.S. and W.H. Stahl, 1980, Food Sci.Nutr. 12(3), 199-301 Peter E. Wall. 2005. Thin-layer Chromatography. A Modern Practical Approach. The Royal Society of Chemistry. UK Tonnesen, H.H., A.F. Arrieta, and D. Lerner, 1995, Pharmazie 50:689-694 Neltji Herlina Ati, Puji Rahayu, Soenarto Notosoedarmo, and Leenawaty Limantara. Komposisi dan Kandungan Pigmen Tumbuhan Pewarna Alami Tenun Ikat di Kabupaten Timur Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Tiimur. Indo J. Chem. 6 (3) : 329. Roihatul Mutiah. 2015. Evidenced Based Kurkumin dari Tanaman Kunyit (Curcuma longa) sebagai Terapi Kanker pada Pengobatan Modern. Jurnal Farmasi. 1 (1) : 28. Yohannes Alen, Fitria Lavita Agresa, dan Yori Yuliandra, Analisis Kromatofgrafi Lapis Tipis (KLT) dan Aktivitas Antiperurisemia Ekstrak Rebung Schizotachyum brachycladum Kurz (Kurz) pada Mencit Putih Janta. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis. 3 (2) : 148-149.

X. Pertanyaan 1. Tanaman apa saja yang memiliki kurkumin paling besar? Jawaban: Tanaman rempah seperti Genus Curcuma contohnya kunyit dan temulawak 2. Apakah kurkumin terdiri dari satu senyawaan? Jawaban: Kurkumin terdiri dari 3 senyawa, yaitu kurkumin, demetoksikurkumin, dan bis-demetoksi kurkumin 3. Apakah fase gerak yang digunakan sudah sesuai? Jika tidak apa saran anda? Jawaban: Sudah sesuai karena fasa gerak dapat mendorong sampel-sampel sehingga terpisah.

More Documents from "Anisa Larassati"

Kelompok 3.docx
December 2019 5
Makalah Fispang Pmip.docx
December 2019 4
Nitrit.docx
December 2019 7
Cover 58.docx
December 2019 6