MAKALAH “ASETILKOLIN”
DOSEN PEMBIMBING : Dr. Widayat Syamsul
DISUSUN OLEH : Muhammad Ibnu Abdi 18610021
PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan Makalah yang berjudul Asetikolin. Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah “Psikologi Prilaku”. Disamping itu makalah ini diharapkan dapat menjadikan sarana pembelajaran serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Disamping itu penulis juga menyadari akan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan, baik dari segi penulisan maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang. Penyusun berharap mudah-mudahan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya
Malang, 18 Maret 2019
Penyusun
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah....................................................................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan......................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3 A. Definisi Asetilkolin ........................................................................................................................ 3 B. Farmakokinetik............................................................................................................................ 3 C. Farmakodinamik.......................................................................................................................... 4 D. Fungsi Asetilkolin Dalam Tubuh Pada Otot................................................................................. 4 E. Fungsi Asetilkolin Pada Otak Dan Sistem Saraf........................................................................... 5 F. Urgensi Dari Asetilkolin............................................................................................................... 5 G. Efek Samping............................................................................................................................... 7 H. Interaksi Obat.............................................................................................................................. 7 I.
Pengkajian................................................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................. 10 KESIMPULAN.................................................................................................................................... 10 SARAN................................................................................................................................................ 10 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem saraf otonom (SSO) terdiri dari sistem simpatis dan para simpatis. Susunan saraf simpatis disebut juga sebagai syaraf adrenegik karena bila dirangsang ujung sarafnya akan melepaskan adrenalin (na), sedangkan susunan saraf para simpatis disebut sebagai syaraf kolinergik karena bila dirangsang ujung sarafnya akan melepaskan asetilkolin (Ach). Secara
umum
dapat
dikatakan
bahwa
system
simpatis
dan
parasimpatis
memperlihatkan fungsi ang antagonistic. Bila satu menghambat suatu fungsi, maka yang lain memacu fungsi tersebut. Contohnya adalah midralisis terjadi dibawah pengaruh saraf simpatis, sedangkan miosis dibawah pengaruh parasimpatis. Organ tubuh umumnya dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis, dan tonus yang terlihat merupakan hasil perimbangan kedua system tersebut. Inhibisi salah satu system oleh obat maupun akibat denervasi menyebabkan aktivitas organ tersebut didominasi oleh system yang lain. Tidak semua organ terjadi antagonisme ini, kadang-kadang efeknya sama, misal pada air liur. Sekresi liur dirangsang baik oleh saraf simpatis maupun parasimpatis, tetapi secret yang dihasilkan berbeda kualitasnya; pada perangsangan simpatis liur kental sedangkan parasimpatis liur lebih encer. Sesuai dengan uraian diatas maka penulis akan membahas lebih lanjut tentang susunan saraf
parasimpatis,asetilkolin
serta
reaksi
kerja
obat
asetilkolin,
farmakokinetik,
farmakodinamik, Interaksi obat, pengkajian, perencanaan, serta evaluasi dan berbagai hal yang berkaitan dengan asetilkolin.
B. Rumusan Masalah Dimanakah Asetilkolin diproduksi, Fungsi dan Regulasinya dimana, Efek samping dan kontraindikasi dari obat asetilkolin ?
C. Tujuan Penulisan Untuk mengetahui dimanakah asetilkolin diproduksi dan fungsi serta regulasinya dimana dan efek samping dari kontraindiksi dari obat asetilkolin.
BAB II PEMBAHASAN
A Definisi Asetilkolin Asetilkolin merupakan salah satu jenis neurotransmiter (zat kimia penghantar rangsangan saraf) yang paling umum dikenal. Senyawa neurotransmiter ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf organisme vertebrata. Asetilkolin berperan dalam mentransmisikan sinyal atau rangsangan yang diterima untuk diteruskan diantara sel-sel saraf yang berdekatan atau pada sambungan neuromuscular. Senyawa organik dengan rumus molekul CH3COOCH2CH2N+(CH3)3 ini tersebar di seluruh tubuh manusi, terutama banyak terdapat di dalam sistem saraf tepi (otonom) dan senyawa ini dikeluarkan dengan adanya stimulasi saraf. Segera setelah dikeluarkan, asetilkolin akan berdifusi dicela antarasinapsis dan menstimlasi saraf-saraf lainnya. Aktivitas dari neurotransmiter ini dapat dihambat oleh enzim kolinesterase. Enzimini sendiri ditemukan pada tahun 1968 dimana seorang peneliti bernama Walo Leuzinger berhasil memurnikan dan mengkristalkan enzim ini dari belut listrik di Universitas Kolumbia. Penghambatan kerja asetilkolin oleh enzim ini di dalam tubuh manusia berperan dalam menimbulkan penyakit Alzheimer yang terkait dengan kerusakan sel-sel otak, hilangnya ingatan, dan kemampuan berpikir. Penyakit ini dapat dikurangi efeknya dengan menggunakan obat yang mengandung inhibitor kolinesterase. Disamping itu, senyawa asetilkolin juga banyak berperan dalam aktivitas gastoinstestinal.
B. Farmakokinetik Ester kolin kurang diserap dan didistribusi kedalam SSP dari saluran cerna (kurang aktif per oral),namun kepkaan nya untuk di hidrolisa oleh kolinestrase sangat berbeda.Asetilkolin sangat cepat dihidrolisa sehingga untuk mencapai efek yang memuaskan obat ini harus diberikan melalui infus secara IV dalam dosis besar.efek asetilkolin yang dibelikan dalam bentuk bolus besar IV diperoleh selama 5-20 detik,sedangkan suntikan IM dan SC hanya memberikan efek lokal. Metakolin lebih tahan 3 kali terhadap hidrolisa dan dapat memberikan efek sistemik walaupun diberikan secara SC.
C. Farmakodinamik Aktifasi sistem saraf para simpatis memodifikasi fungsi organ melalui 2 mekanisme utama. Pertama, asetilkolin yang dilepas dari saraf para simpatis dapat mengaktifkan reseptor muskarinik pada organ efektor unuk mengubah fungsinya secara langsung. Kedua, asetilkolin yang dilepas dari saraf para simpatis dapat berinteraksi dengan
reseptor
muskarinik
pada
ujung
saraf
untukmenghambat
pelepasan
neurotransmiternya. Melalui mekanisme ini, asetilkolin yang dilepas dan kemungkinan, mensirkulasi agonis muskarinik secara tidak langsung mengubah fungsi organ dengan memodulasi efek para simpatis dan sistem saraf simpatis serta kemungkinan juga sistem nonkolinergik, dan adrenergik.
D. Fungsi Asetilkolin Dalam Tubuh Pada Otot alam sistem saraf tepi, neurotransmitter ini adalah bagian utama dari sistem saraf otonom dan berfungsi untuk mengaktifkan otot. Dalam sistem ini, Asetilkolin memainkan peran rangsang yang mengarah pada aktivasi otot. Dalam sistem otonom, asetilkolin mengontrol sejumlah fungsi dengan bertindak pada neuron preganglionik di simpatik sistem dan parasimpatis. Karena asetilkolin memainkan peran penting dalam aksi otot, apabila anda minum obat yang memengaruhi neurotransmitter ini dapat menyebabkan berbagai tingkat gangguan gerakan atau bahkan kelumpuhan. Dalam
sistem
saraf
perifer,
asetilkolin
adalah
neurotransmitter
yang
mentransmisikan sinyal antara saraf motorik dan otot rangka. Kerjanya di persimpangan neuromuskuler dan memungkinkan neuron motorik untuk mengaktifkan kerja otot. Salah satu fungsi utama dari asetilkolin adalah membawa sinyal dari neuron motorik ke otot rangka tubuh. Sebagai contoh, otak mengirim sinyal untuk menggerakkan lengan kanan. Sinyal dibawa oleh serabut saraf ke persimpangan neuromuskuler. Sinyal ditransmisikan melintasi persimpangan ini oleh neurotransmitter asetilkolin, memicu respon yang diinginkan pada otot-otot tertentu.
E. Fungsi Asetilkolin Pada Otak Dan Sistem Saraf Pusat Asetilkolin juga bekerja di berbagai tempat di dalam sistem saraf pusat di mana ia memainkan peran penghambat. Dalam sistem saraf pusat, asetilkolin memodulasi antara berbagai neuron di area otak yang mengendalikan motivasi, gairah, dan perhatian. Kerusakan jalur kolinergik kritis pada sistem saraf pusat telah dikaitkan dengan timbulnya penyakit
Alzheimer.
Di
otak,
asetilkolin
bertindak
sebagai
neuromodulator.
Neuromodulator bertindak pada berbagai neuron di seluruh sistem saraf. Juga di sistem saraf pusat asetilkolin bertindak sebagai bagian dari sistem neurotransmitter dan berperan dalam perhatian dan gairah. Obat dan zat yang mengganggu fungsi asetilkolin dapat memiliki efek negatif pada tubuh dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Contoh zat tersebut termasuk beberapa jenis pestisida dan gas syaraf. Racun laba-laba janda hitam/black widow spider bertindak dengan menyebabkan pelepasan asetilkolin. Ketika seseorang digigit oleh laba-laba janda hitam, kadar asetilkolinnya meningkat secara dramatis, menyebabkan kontraksi otot yang parah, kejang, kelumpuhan, dan bahkan kematian.
F. Urgensi Dari Asetilkolin 1. Pengendali sistem otot manusia Merupakan bentuk neurotransmitter yang berguna untuk mengendalikan otot otot manusia. Ketika otak mendapatkan rangsangan dari luar, asetilkolin ini berguna untuk meneruskan sinyal tersebut ke otak. Sehingga otot bisa bekerja sesuai dengan fungsinya. Beberapa otot yang bekerja di bawah pengaruh asetilkolin adalah otot lurik, otot polos, serta otot jantung 2. Syaraf belajar Letak asetilkolin berada di dalam otak. Di sana merupakan letak kognisi bekerja. Beberapa fungsi mental, seperti membaca, mendengarkan, melihat, belajar, membutuhkan asetilkolin untuk meneruskan rangsangan dari proses belajar yang kita
lakukan. Oleh sebab itu, jika kita memiliki kualitas asetilkolin yang baik, maka proses belajar yang kita lakukan juga berjalan dengan baik. 3. Kepingan ingatan Di dalam otak, terdapat bagian yang berfungsi sebagai ingatan atau memori. Fungsi asetilkolin di sini adalah membantu otak dalam melakukan proses mengingat tersebut. Seperti memilih perhatian mana yang akan di lakukan, bagian atau part mana yang harus di ingat, dan memasukkan ke dalam schunk mana ingatan tersebut. Termasuk pula dalam proses pemanggilan kembali ingatan tersebut. Asetilkolin di gunakan untuk menyalurkan rangsangan ke otak. 4. Pengatur Mood dan suasana hati Siapa sangka asetilkolin ini juga di gunakan sebagai pengatur mood? Jika anda sedang bermuram durja, maupun berduka, tentu saja asetilkolin yang ada di dalam otak jumlahnya tidak seimbang. Hal ini di sebab kan karena asetilkolin mempengaruhi kinerja dari enzim serotonin atau biasa di kenal sebagai enzim pengatur kebahagiaan seseorang. 5. Membantu penyembuhan penyakit Alzheimer Salah satu penyakit kepikunan atau di kenal dengan sebutan demensia antara lain adalah alzeimer. Merupakan bentuk penyakit degenerasi otak manusia karena adanya gangguan atau virus yang menggerogoti bagian memori jangka pendek pasien. Penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja, dalam rentang usia muda maupun tua. Penderita susah mengingat hal yang baru saja terjadi. Asetilkolinterase merupakan salah satu senyawa yang membantu dalam meningkatkan memori pada penderitanya. 6. Penghambat penyebaran implus Dalam dunia neurotransmitter, ada bagian yang bertugas untuk mempercepat reaksi dan juga penghambat reaksi. Salah satu bentuk fungsi dari asetilkolin ini adalah membantu dalam penyebaran atau penghambat dalam melakukan impuls. Dalam hal ini impuls yang di hambat antara lain impuls yang berada di neuron ke syaraf ganglion.
G. Efek Samping Dapat menimbulkan banyak keringat, ludah, nause, muntah dan diare, yang merupakan tanda naiknya tonus parasimpatikus.
H. Interaksi Obat Pemakain obat tidak dapat diberikan secara per-oral karena obat tersebut dihidrolisis oleh asam lambung, karena cara kerjanya terlalu singkat sehingga segera dihancurkan oleh asetilkolinestrase atau outirilkolinestrase.
I. Pengkajian Indikasi Untuk pengobatan simptomatik miastenia gravis. Manfaatnya yang paling besar adalah untuk terapi jangka panjang, dimana tidak terdapat kesulitan untuk menelan obat. Pada krisis miastenia akut, dimana timbul kesulitan untuk bernapas dan menelan, maka harus digunakan bentuk parenteral. Pasien dapat segera diganti obatnya dengan bentuk orl jika suadah dapat menelan. Kontraindikasi Dapat mengakibatkan insufisiensi jantung, angina pektoris, asma bronkus dan hipertireosis. Bentuk sedian obat Diperoleh sebagai bubuk kering dan dalam ampul berisi 200 mg. Dosisnya: 10-100 mg melalui IV Diagnosis ·
Kelas terapi
: Obat Kardiovaskular
·
Sub kelas terapi
: Sistem saraf parasimpatis
·
Nama obat dagang
: - Anti cholium, - Mistinon - Ubretid
·
Nama obat generiknya
: - Fisotigmin - Neostigmin bromida - Piridostigmi bromida - Distigmin bromida.
Mekanisme Kerja Obat Asetilkolin bekerja terjadi akibat setelah terikat pada raseptornya, ketelapaan membrane sel terhadap ion natrium, kalium dan kalsium akan dipengaruhi. Pada otot polos, sel ganglion dan pada ujung plat motorik, asetilkolin meninggikan ketelapaan natrium jauh lebih besar daripada untuk kalium, akibatnya terjadi depolarosasi. Sebaliknya pada sel pacu jantung dijantung, ketelapaan kalium yang lebih ditingkatkan dan ini akan menyebabkan terjadinya hiperpolarisasi, dan akibatnya frekuensi jantung turun. Efek terapi
·
Jantung
: Denyut diperlambat
Arteri koronari
: Kontriksi
Pembuluh darah perifer
: Vasodilatasi
Tekanan darah
: Turun
Bronkus
: Kontriksi
Kelenjar ludah
: Sekresi bertambah
Kelenjar lakrimalis
: Sekresi bertambah
Pupil mata
: Kontriksi
S.P.M
: Peristaltik bertambah
Kelenjar–kelenjar S.P.M
: Sekresi bertambah
Kelenjar keringat
: Ekserasi berkurang
Efek samping SSP
: Sakit kepala
Mata
: menyebabkan miosis
Dapat mengurangi tahanan vascular tepi dan mengubah denyut jantung Respirasi
: Dapat menimbulkan efek besar pada pasien asma
Saluran cerna
: Meningkatkan sekresi dan aktivitas motor usus
Saluran genitaurinariu
: Banyaknya miksi
Cara Pemberian Obat Obat ini diberikan melalui infus secara IV dalam dosis besar. Efek asetilkolin yang diberikan dalam bentuk bolus besar IV diperoleh selama 5-20 detik, sedangkan suntikan
IM dan SC hanya memberikan efek lokal. Metakolin lebih tahan 3 kali terhadap hidrolisa dan dapat memberikan efek sistemik walaupun diberikan secara SC ·
Dosis Obat Dosis obat yang dibutuhkan untuk menghasilkan efek optimal berkisar antar 15375mg sehari.untuk beberapa keadaan dosis, perlu ditingkatkan melebbihi dosis ini, tetapi kemungkinan menimbulnya krisis koliner-gik harus dipertimbangkan. Dosis rataratanya adalah 10 tablet (150mg) yang diberikan selama 24 jam. Interval waktu antara pemberian dosis sangat penting. Dosis perlu disesuaikan tiap pasien dan dilakukan perubahan jika perlu. Nasib obat (farmakokinetik) Nasib obat dalam tubuh antara lain: a.
Absorbsi: diabsorbsi lewat pembuluh darah
b. Metabolisme bentuk: dimetabolisme oleh pembuluh darah c.
Ekresi : diekresi oleh urine,keringat,dan air liur
·
Interaksi obat Beberapa antibiotik terutama neomisin, strepsomisin,dan kanamisin, mempunyai efek penghambat non-depolarisasi yang kecil tetapi definitif, sehingga meningkatkan efek penghambat neuromuskular. Antibiotik ini hanya boleh diberikan pada pasien miastenia gravis jika mempunyai indikasi definitif dan harus dilakukan penyesuaian dosis obat antikolenesterasenya. Anestetik lokal dan umum, antiaritmia dan obat lain yang dapat mempengaruhi teransmisi neuromuskular harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan miastenia gravis, sedangkan dosisnya mungkin perlu ditingkatkan.
·
Evaluasi o Untuk mencegah terjadinya peningkatan pembuluh darah perifer o Untuk mencegah terjadinya penyakit iskemik.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Sistem saraf parasimpatis adalah bagian saraf otonom yang berpusat dibatang otak dan bagian kelangkang sum-sum belakang yang mempunyai dua reseptor terhadap reseptor muskarinik dan reseptor nikotik.susunan saraf para simpatis disebut sebagai syaraf kolinergik karena bila dirangsang ujung sarafnya akan melepaskan asetilkolin (Ach). Dan Efek asetilkolin ini adalah : Jantung: Denyut diperlambat, Arteri koronari: Kontriksi, Tekanan darah: Turun, Pupil mata: Kontriksi, S.P.M: Peristaltik bertambah.
B. SARAN Disarankan kepada pembaca jika terdapat berbagai kekurangan dalam makalah ini, penulis dengan segala kerendahan hati berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun yang bertujuan untuk penyempurnaan makalah ini.
·
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan s, dkk. (2007). Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Gon Katzung G, Betram. (1997). Farmakologi Dasar Dan Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC Mustchler E. (1991). Dinamika Obat. Bandung: ITB Purwanto H, dkk. (2008). Data Obat Di Indonesia. Edisi 11. jakarta: PT Muliapurna jaya terbit Syaifuddin B. (1996). Anatomi Fisiologi Untuk Anak Perawat. Jakarta: EGC