Makalah Etika Bisnis.docx

  • Uploaded by: FREDDY CHANNEL
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Etika Bisnis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,535
  • Pages: 5
MAKALAH ETIKA BISNIS ETIKA SOSIAL “Bullying” Dosen : Pdt. Drs. Agustria Empi, M.Min

Oleh : Virgnia Attan

1652027

Thesya Stivanny

1652060

Desy Evangelista Ginting

1652284

Dandi Damara Rosadi

1652904

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

2018

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Bullying sering dikenal sdengan istiilah pengucilan, pemalakan dan juga intimidasi. Bullyng merupakan perilaku dengna karatkeristik melakukan tindakan yang merugikan orang lain secara sadar dan di lakukan secara berulang ulang dengan penyalahgunaan kekuasaan secara sistematis. Perilaku ini meliputi tindakatan fisik seperti memukul dan juga dengan kekerasaan mental seperti menjelek”an dan juga menghina orang tersebut. Bullyng di kalangan masih sering kita jumpai tentunya, masyarakat menganggap hal ini sudah biasa karena masa remaja adalah masa dimana para remaja mencari jati dirinya dan kenakalannya akan hilang sendiri. Apabila dibiarkan maka akan timbul masalah karena dampaknya berpengaruh pada perkembangan psikis dan jiwa. Pelaku bullying bias berpotensi menjadi pribadi yang sewenang wenang jika hal ini terus di biarkan dalam tatanan kehidupan mereka akan mengakibatkan pelaku tumbul menjadi pelaku criminal atau sosok penguasa yang tidak memiliki rasa empati terhadap orang lain Perilaku kasar maupun tindakan Bullying dapat terjadi karena tidak adanya cinta dan kehangatan dalam keluarga. Akhir-akhir ini kekerasan memang telah menjadi bagian dari kehidupan remaja. Kekerasan antar sebaya atau bullying merupakan suatu tindak kekerasan fisik dan psikologis yang dilakukan seseorang atau kelompok. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk melukai, membuat takut atau membuat tertekan seseorang (anak atau siswa) lain yang dianggap lemah, misalnya secara fisik lebih lemah, minder dan kurang mempunyai teman, sehingga tidak mampu mempertahankan diri. Bullying adalah suatu bentuk agresi dimana terdapat kekuatan yang tidak seimbang antara pelaku dan korban. Pelaku selalu mempunyai kekuatan yang lebih dari pada korbannya. Bullying dapat berupa tindakan fisik, verbal dan psikologis. Bullying dapat terjadi secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (bersembunyi dibalik orang lain). Contoh tindakan bullying secara langsung adalah memukul dan memaki orang. Sedangkan contoh tindakan bullying secara tidak langsung adalah pengucilan dan gossip. Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1999), faktor terpenting yang menyebabkan terjadinya tindakan bullying adalah kurang berperannya fungsi keluarga yaitu fungsi perlindungan, sosialisasi, dan afeksi. Fungsi perlindungan adalah keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis dan psikologis bagi seluruh anggotanya. Sedangkan fungsi sosialisasi adalah semua masyarakat tergantung terutama pada keluarga bagi sosialisasi anak-anak ke alam dewasa yang dapat berfungsi di dalam masyarakat itu. Lain halnya dengan fungsi afeksi yang menjadi faktor terpenting, fungsi afeksi adalah keluarga mampu memberikan kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan kasih sayang. Bullying dapat dibagi menjadi beberapa tipe tindakan yaitu, teasing (sindiran), exclusion (pengeluaran), physical (fisik) dan harassment (gangguan). Contoh dari teasing (sindiran) yaitu mengejek, menghina, melecehkan, meneriaki dan mengganggu korban melalui alat komunikasi. Exclusion (pengeluaran) berkaitan dengan mengucilkan korban secara sosial seperti mengeluarkan korban dari grup teman sebaya, tidak mengikutsertakan korban dalam percakapan dan tidak mengikutsertakan korban dalam permainan. Contoh dari physical (fisik) seperti memukul, menendang, menjambak, mendorong, mengganggu dan merusak barang milik korban. Harassment (gangguan) berkaitan dengan pernyataan yang bersifat mengganggu dan menyerang tentang masalah seksual, jenis kelamin, ras, agama dan kebangsaan (Field, 2007). Maka dari itu, bullying tidak hanya 2 sebatas kekerasan fisik yang kita lihat, tetapi juga termasuk kekerasan verbal seperti mengolok-olok dan memberi julukan yang tidak sepantasnya kepada orang lain. Kasus bullying di Indonesia sering kali terjadi di institusi pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan data dari Komisi Nasional Perlindungan Anak, tahun 2011 menjadi tahun dengan tingkat kasus bullying tertinggi di lingkungan sekolah yaitu sebanyak 339 kasus kekerasan dan 82 diantaranya meninggal dunia. Bullying merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada remaja sekolah yang dilakukan atas nama senioritas. Namun, kasus ini masih kurang mendapat perhatian karena seringkali dianggap sebagai hal yang biasa terjad

Bullying tidak asing lagi untuk didengar di Negara ini. Bullying bahkan tak pernah dapat diartikan ke dalam Bahasa Indonesia. Kekerasan sepertinya tidak cukup untuk menggambarkan makna dari bullying itu sendiri. Di samping itu, bullying tidak serta-merta hanya sebatas tekanan fisik dan mental, melainkan bisa meninggalkan trauma yang amat mendalam bagi korban kasus bullying. Dunia pendidikan Indonesia menjadi salah satu perhatian untuk masalah bullying, dimana di dalam kegiatan belajar-mengajar, kerap terjadi tindakan bullying antar civitas. Ironis memang dan sepatutnya benarbenar menjadi perhatian semua orang, tidak hanya pemerintah, namun semua pihak yang memiliki peran langsung maupun tidak langsung di sekolah (orang tua, murid, guru, lembaga-lembaga sekolah dan lain sebagainya). Perhatian khusus ini, tak lain dan tak bukan karena kasus bullying tidak sepatutnya terjadi di sekolah. Institusi pendidikan merupakan sebuah tempat pengajaran ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral yang kiranya akan menjadi bekal keberhasilan seseorang di masa depan dan juga demi pembangunan Negara yang lebih baik, sehingga kasus bullying harus ditindak secara tegas, efektif, dan efisien. Kurangnya kepekaan yang dimiliki oleh seorang remaja terhadap rasa sakit yang dimiliki oleh orang lain dapat membuat remaja tersebut bertindak sesuai dengan keinginnya sendiri terhadap orang lain. Pada usia remaja, khususnya remaja sekolah menengah atas yang usianya berkisar antara 15 sampai dengan 18 tahun, seharusnya mereka sudah mulai belajar untuk memahami rasa sakit yang dialami oleh orang lain. Akan tetapi, tidak semua remaja dapat mengembangkan sifat empati dengan baik. Kurangnya kemampuan remaja dalam mengembangkan sikap empati dapat membuat remaja terlibat dalam perilaku bullying. Pelaku bullying kemungkinan kurang mampu merasakan rasa sakit yang dialami oleh korban bullying. Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijelaskan, peneliti ingin mengetahui bagaimana peran konformitas teman sebaya dan empati dengan perilaku bullying di 7 kalangan remaja. Agar penelitian yang dilakukan ini lebih jelas dan terarah, perumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana peran konformitas teman sebaya dan empati dengan perilaku bullying di kalangan remaja?

BAB 2 DESKRIPSI MASALAH Dalam penulisan makalah ini kita ingin mengetahui : 1. Apa yang dimaksud dengan Bullying? 2. Bagaimanakah bentuk perilaku bullying?

3. Bagaimanakah pola pikir moral pada bullying?

A. Apa yang dimaksud dengan bullying Bullying atau Penindasan adalah penggunaan kekerasan, ancaman atau paksaaan untuk menylahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Hal tersebut meliputi pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan bisa diarahkan berulang pada korban tertentu atas dasar agama, kemampuan, gender, ras dan lain sebagainya. Pengertian Bullying yang lain yaitu, Bullying adalah aktivitas yang dilakukan dengan tujuan memojokan orang lain dengan nada merendahkan, mengolok-olok hingga kekerasan fisik. Biasanya bullying terjadi bukan karena marah atau konflik yang tak terselesaikan, akan tetapi lebih merujuk pada rasa superioritas atau dengan kata lain untuk menunjukan bahwa pelaku bully yang paling kuat dam punya hak untuk merendahkan, menghina atau bertindak semena-mena pada orang lain. Penyebab Bullying Adapun beberapa penyebab tejadinya perilaku bullying ini, diantaranya:      

Adanya rasa Ingin Berkuasa Akibat kurang perhatian dari orang sekitar Pelaku pernah menjasi korban kekerasan Akibat sering berkelahi Akibat meniru tindakan kekerasan dari film atau game Dan lain sebagainya

B. Bagaimana Perilaku Bentuk Bullying

Bullying Secara Verbal Jenis tindakan yang dilakukan pada bullying ini yaitu berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, terror, surat-surat yang mengintimidasi, gosip dan sebagainya. Bullying dalam bentuk verbal merupakan salah satu jenis bullying yang paling mudah dilakukan dan bullying ini akan menjadi awal dari perilaku bullying lainnya.

Bullying Secara Fisik Jenis bullying ini berupa memukuli, menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan barang milik anak yang ditindas. Bullying jenis ini merupakan jenis bullying yang paling tampak dan mudah diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying bentuk lain. Remaja yang kerap melakukan bullying dalam bentuk fisik kerap yaitu remaja yang paling bermasalah dan cenderung akan beralih pada tindakan kriminal yang lebih lanjut.

Bullying Secara Relasional Jenis bullying ini merupakan jenis bullying berupa pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap yang tersembunyi seperti pandangan agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek. Perilaku bullying jenis ini cenderung yang paling sulit dideteksi dari luar. Bullying secara relasional mencapai puncak kekuatan pada awal masa remaja, karena saat tersebut terjadi perubahan fisik, mental emosional dan seksual remaja serta mencoba mengetahui diri dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya.

Bullying Elektronik Bullying jenis ini merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan pelaku melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS dan lain sebagainya. Bullying ini biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang bersifat mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah mempunyai pemahaman yang cukup baik pada sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya.

C. Bagaimanakah pola pikir moral pada bullying? Dalam moral Bullying dapat dinilai baik atau buruk. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiningsih (2004, h.25 dalam Widiharto, h.10) yang menyatakan bahwa pemahaman moral menekankan pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan daripada sekedar arti suatu tindakan sehingga dapat dinilai apakah tindakan tersebut baik atau buruk. Pemahaman moral bukan tentang apa yang baik atau buruk, tetapi tentang bagaimana seseorang berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk. Berlandaskan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa anak dengan pemahaman moral yang tinggi akan memikirkan dahulu perbuatan yang akan dilakukan. Pemikiran tersebut menyatakan apakah perbuatanannya nanti merupakan perbuatan yang dikatakan bernilai baik atau buruk, adanya pemahaman moral anak tersebut dapat mengakibatkan anak memiliki kemampuan untuk menilai tindakan bullying yang menyakiti orang lain sehingga perbuatan yang buruk yang sebenarnya tidak boleh dilakukan sehingga anak dengan pemahaman moral yang tinggi tidak melakukan perilaku bullying.

Related Documents


More Documents from "Fidela Maya Sukmadewani fidelamaya.2017"

Asu.docx
October 2019 37
Makalah Etika Bisnis.docx
October 2019 21
Bases De Datos.docx
April 2020 26
Arciv
May 2020 37