Makalah Etika 1.docx

  • Uploaded by: Phyan Hyun
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Etika 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,209
  • Pages: 20
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu bentuk asuhan yang ditunjukkan untuk kehidupan orang lain, baik pada individu, keluarga atau masyarakat. Dengan demikian semua aspek keperawatan mempunyai komponen etika. Pelayanan keperawatan juga merupakan bagian pelayanan kesehatan sehingga permasalahan etika kesehatan juga menjadi permasalahan etika keperawatan. Dewasa ini masalah yang berkaitan dengan etika telah menjadi masalah utama, disamping masalah hukum , baik bagi pasien, masyarakat maupun pemberi asuhan kesehatan. Masalah etika menjadi semakin kompleks karena adanya kemajuan ilmu kedokteran atau teknologi yang secara dramatis dapat mempertahankan atau memperpanjang hidup manusia . pada saat perubahan hidup nilai sosial dan pengetahuan masyarakat, menyebabkan masyarakat semakin paham atas hak – hak individu, kebebasan dan tanggung jawab dalam melindungi hak yang dimiliki. Dari berbagai faktor tersebut parawat menghadapi berbagai delima, setiap delima membutuhkan jawaban. Untuk itu dibutuhkan etika dalam membuat keputusan atas suatu tindakan, sehingga tindakan yang diambil dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat. Untuk itu penulis mencoba memaparkan tentang salah satu hal yang berhubungan dengan nilai – nilai etika moral dalam aspek hubungan perawat dengan klien, perawat dengan profesi lain dalam pelayanan keperawatan.

1.2 Tujuan Penulisan 1. Memperoleh pengalaman nyata agar dapat menerapkan atau mengambil sikap terhadap masalah etika moral dalam pelayanan keperawatan 2. Mengaplikasikan nilai – nilai etika moral dalam pelayanan perawatan 3. Mengaplikasikan aspek etik dan hubungan perawat lain, perawat dengan profesi lain

1

4. Mengaplikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat 5. Menunjukan sikap untuk tidak melakukan mal praktek dan kelalaian dalam memberikan pelayanan keperawatan 6. Menyelesaikan delima etik melalui pengambilan keputusan masalah – masalah etika dalam keperawatan

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Etika Profesi Keperawatan Perawat dapat dideskripsikan sebagai suatu tindakan, kebajikan pengaruh, suatu prinsip atau suatu cara hidup di dunia. Perawatan sebagai etik keperawatan tidak hanya dipandang sebagai suatu resolusi dilema etik, tetapi juga sebagai cara bagaimana seseorang saling bertingkah laku. Etik perawat dihubungkan dengan hubungan antar masyarakat dan dengan karakter serta sikap perawat terhadap orang lain. Pengetahuan perawatan diperoleh melalui keterlibatan pribadi dan emosieonal dengan orang lain dengan ikut terlibat dalam masalah moral mereka (Cooper, 1991)

2.2 Macam Etika Profesi Keperawatan 1. Etika deskriptif adalah melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas misalnya adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau yang tidak diperbolehkan. Etika deskriptif mempealajari moralitas yang terdapat pada individu-individu tertentu dalam kebudayaan tertentu. 2. Etika normatif adalah etika yang berbicara mengenai norma-norma yang menuntut tingkah laku manusia serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma. Etika normatif menghimbau manusia untuk bertindak yang baik dan menghindari yang jelek. 3. Etika Filosofis Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat (etika lahir dari filsafat). Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari filsafat. Filsafat keperawatan itu sendiri adalah hasil Intelektual dan afektif dari upaya

3

perawat profesional untuk memahami hubungan utama antara manusia, lingkungan, kesehatan. 4. Etika Teologis Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum. Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika filosofis dan etika teologis.

2.3 Kode Etik Profesi Keperawatan Menurut PPNI/2000: A. Perawat dan Klien • Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan social. • Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien. • Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan. • Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. B. Perawat dan Praktik • Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus

4

• Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. • Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain • Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku professional. C. Perawat dan Masyarakat • Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat. D. Perawat dan Teman Sejawat • Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh • Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal. E. Perawat dan Profesi • Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan • Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan • Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

2.4 Permasalahan Dasar Etika Kesehatan

5

Menurut Bandman dan Bandman (1990), masalah etika kesehatan secara umum sebagai berikut : 

Kuantitas melawan kualitas hidup

Teknologi saat ini telah mampu mendeteksi kondisi kesehatan manusia bahkan sejak manusia tersebut masih berupa janin. Maka tidak mengherankan dengan berbagai cara seseorang mampu menciptakan manusia dengan kualitas yang unggul. Namun permasalahan moral yang timbul kemudian adalah jika janin sudah terbentuk dan ternyata dideteksi memiliki penyakit atau jenis kecacatan tertentu ; atau bagaimana jika ada orang yang terdeteksi menderita penyakit kronis tertentu seperti kanker, apakah harus diakhiri kehidupannya agar tidak menimbulkan penderitaan lebih lanjut ? atau bagaimana orang yang menderita penyakit kanker tersebut, justru mendorongnya untuk melakukan tindakan nekat untuk mengakhiri hidupnya sebelum penyakit tersebut mambunuhnya terlebih dahulu ? Hal-hal semacam ini memerlukan pemikiran yang bijaksana pada para pelaku profesi di bidang kesehatan, untuk menentukan mana yang lebih baik bagi pasiennya tanpa menimbulkan akibat yang lebih jauh. Kekurangan dan kelebihan, kehidupan dan kematian bukanlah permainan teknologi namun harus diputuskan dengan pertimbangan -pertimbangan yang cukup dan memiliki alasan yang dapat diterima baik secara ilmiah, moral maupun etika. 

Kebenaran melawan penanganan dan pencegahan bahaya

Seseorang terkena virus menular yang mematikan. Untuk menghindari penularan lebih lanjut maka pasien tersebut di isolasi untuk melindungi kepentingan banyak orang. Keputusan ini tampak adil bagi semua pihak, namun tidak bagi mereka yang mengalami perlakuan isolasi. Kasus semacam ini tentu saja tidak mudah bagi semua pihak untuk mendapatkan penyelesaian yang memuaskan, namun didalam mengatasinya ada aspek-aspek universal yang harus ditaati oleh semua pihak. 

Berkata jujur melawan kebohongan

Berkata jujur adalah kaidah moral yang utama dalam semua sendi kehidupan. Namun kejujuran yang diharapkan didalam menyelesaikan permasalahan etis

6

bukanlah kejujuran yang bersifat naïf namun menuntut kedewasaan serta pertimbangan-pertimbangan yang bijaksana dimana setiap keputusan untuk berkata jujur sepenuhnya harus dipikirkan dampaknya. Contoh yang paling sering dilihat adalah wajib simpan rahasia kedokteran. 

Hasrat terhadap ilmu pengetahuan yang bertentangan dengan agama dan ideologi

Beberapa terobosan baru di bidang kesehatan tidak hanya menggegerkan dunia kedokteran namun hal-hal yang berkaitan dengan agama. Contohnya adalah fertilisasi in-vitro atau bayi tabung. Oleh sebagian agama hal ini dianggap sebagai campur tangan manusia terhadap hubungan sakral perkawinan antara manusia yang disaksikan Tuhan. Sehingga anak yang dihasilkan dengan cara ini dianggap menyalahi hukum kodrat dan mendahului kuasa Tuhan. 

Terapi ilmiah melawan terapi tradisional

Akupuntur, pengobatan herbal dan massage adalah jenis terapi tradisional yang telah umum dikenal berabad-abad lamanya sebelum ilmu kedokteran modern muncul dan memberi pengaruh yang besar terhadap perkembangan ilmu kesehatan. Namun masih menggunakan unsur-unsur magis yang secara ilmiah sulit diterima. Permasalahan yang muncul kemudian adalah bahwa jika ternyata terapi tradisional ini tidak kalah efektif dibandingkan dengan terapi ilmiah kedokteran. Namun dihadapan hukum keduanya memilki perlakuan yang berbeda. Begitupun dengan masalah kode etik. Dokter, perawat dan bidan memilki organisasi profesi dengan seperangkat aturan tertentu yang mampu melindungi mereka dari tuntutan hukum, sementara para ahli terapis tidak memiliki organisasi profesi yang mampu membela kepentingannya, sehingga apabila terjadi malpraktek maka kredibilitasnya selalu menjadi pertanyaan yang utama.

2.5 Pengertian Tanggung Jawab Perawat Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan

7

keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya. Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki integritas dalam sikap, keterampilan, pengetahuan (integrity) dan kompetensi. Pengertian Tanggung jawab perawat menurut ANA Responsibility adalah : Penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam Pengetahuan, Sikap dan bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985). Menurut pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab maka perawat diberikan ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan perawatannya tetap sesuai standar. Misalnya hukum mengatur apabila perawat melakukan kegiatan kriminalitas, memalsukan ijazah, melakukan pungutan liar dan sebagainya. Tanggung jawab perawat ditunjukan dengan cara siap menerima hukuman (punishment) secara hukum kalau perawat terbukti bersalah atau melanggar hukum.

2.6 Jenis tanggung jawab perawat Tanggung jawab (Responsibility) perawat dapat diidentifikasi sebagai berikut : 

Responsibility to God (tanggung jawab utama terhadap Tuhannya)

Dalam sudut pandang etika Normatif, tanggung jawab perawat yang paling utama adalah tanggung jawab di hadapan Tuhannya. Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan hati akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Tuhan. 

Responsibility to Client and Society (tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat)

Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, atau komunitas, perawat sangat memerlukan etika keperawatan yang merupakan filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasar terhadap pelaksanaan praktik keperawatan, dimana inti dari falsafah tersebut adalah hak dan martabat manusia. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, diperlukan peraturan tentang hubungan antara perawat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut :

8

1. Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan terhadap keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat. 2. Perawat, dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan, memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adapt istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga, dan masyarakat. 3. Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga, dan masyarakat, senantiasa diladasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan. 4. Perawat menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga, dan masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.



Tanggung Jawab Perawat terhadap Tugas

1. Perawat memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat. 2. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas yang diprcayakan kepadanya, kecuali jika diperlukan oleh pihak yang berwenang sesuai denagan ketentuan hokum yang berlaku. 3. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang dimilikinya untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusian. 4. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan sosial. 5. Perawat mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien atau klien dalam melaksaakan tugas keerawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan

9

kemempuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan kaperawatan. 

Responsibility to Colleague and Supervisor (tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan)

Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain adalah sebagai berikut : 1. Perawat memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. 2. Perawat menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan. 

Tanggung Jawab Perawat terhadap Profesi

1. Perawat berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendirisendiri dan bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan. 2. Perawat menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur. 3. Perawat berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan, serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan. 4. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya. 

Tanggung Jawab Perawat terhadap Negara

1. Perawat melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan. 2. Perawat berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.

2.7 Pengertian Tanggung Gugat Perawat

10

Tanggung Gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensikonsekunsinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya. Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan yang dilakukannya.

2.8 Macam/Jenis Tanggung Gugat Perawat a) Contractual Liability Tanggung gugat jenis ini muncul karena adanya ingkar janji, yaitu tidak dilaksanakannya sesuatu kewajiban (prestasi) atau tidak dipenuhinya sesuatu hak pihak lain sebagai akibat adanya hubungan kontraktual. Dalam kaitannya dengan hubungan terapetik, kewajiban atau prestasi yang harus dilaksanakan oleh health care provider adalah berupa upaya (effort), bukan hasil (result). Karena itu dokter atau tenaga kesehatan lain hanya bertanggunggugat atas upaya medik yang tidak memenuhi standar, atau dengan kata lain, upaya medik yang dapat dikatagorikan sebagai civil malpractice. b) Liability in Tort Tanggung gugat jenis ini merupakan tanggung gugat yang tidak didasarkan atas adanya contractual obligation, tetapi atas perbuatan melawan hukum. Pengertian melawan hukum tidak hanya terbatas pada perbuatan yang berlawanan dengan hukum, kewajiban hukum diri sendiri atau kewajiban hukum orang lain saja tetapi juga yang berlawanan dengan kesusilaan yang baik dan berlawanan dengan ketelitian yang patut dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda orang lain (Hogeraad, 31 Januari 1919). c) Strict Liability Tanggung gugat jenis ini sering disebut tanggung gugat tanpa kesalahan (liability whitout fault) mengingat seseorang harus bertanggung jawab meskipun tidak melakukan kesalahan apa-apa; baik yang bersifat intensional, recklessness ataupun negligence. Tanggung gugat seperti ini biasanya berlaku bagi product sold atau article of commerce, dimana produsen harus membayar ganti rugi atas

11

terjadinya malapetaka akibat produk yang dihasilkannya, kecuali produsen telah memberikan peringatan akan kemungkinan terjadinya risiko tersebut. d) Vicarious Liability Tanggung gugat jenis ini timbul akibat kesalahan yang dibuat oleh bawahannya (subordinate). Dalam kaitannya dengan pelayanan medik maka RS (sebagai employer) dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang bekerja dalam kedudukan sebagai sub-ordinate (employee).

2.9 Permasalahan Etika Dalam Bidang Kesehatan Menurut Ellis, Hartley (1980) masalah etika tersebut meliputi: 

Evaluasi diri

Evaluasi diri mempunyai hubungan erat dengan pengembangan karier, aspek hukum dan pendidikan berkelanjutan. Merupakan tanggung jawab etika bagi semua perawat. Dengan evaluasi diri perawat dapat mengetahui kelemahan, kekurangan, dan kelebihannya sebagai perawat praktisi. Evaluasi diri merupakan salah satu cara melindungi klien dari pemberian perawatan yg buruk. Ellis dan Hartley, menyatakan bahwa evaluasi diri terkadang tidak mudah dilakukan oleh beberapa perawat. Evaluasi diri sebaiknya dilakukan secara periodik Eavaluasi diri dilakukan agar perawat menjadi istimewa atau kompeten dl memberikan asuhan keperawatan. 

Evaluasi Kelompok

Tujuan evaluasi kelompok untuk mempertahankan konsistensi kualitas asuhan keperawatan yang baik, yang merupakan tanggung jawab etis. Evaluasi kelompok dapat dilakukan secara formal dan informal. Evaluasi secara informal contoh dengan observasi langsung saat tindakan atau mengamati perilaku sesama rekan. Masalah etika muncul saat perawat mengamati rekan kerjanya yang berperilaku tidak sesuai standar. Evaluasi kelompok secara formal merupakan tanggung jawab etis perawat dan organisasi profesi Dasar untuk melakukan evaluasi asuhan keperawatan adalah standar praktek keperawatan yang digunakan untuk mengevaluasi proses. Dasar untuk evaluasi perawatan klien digunakan kriteria hasil. Secara Formal metode evaluasi kelompok meliputi konfrensi yang

12

membahas berbagai hal yang diamati, wawancara dangan klien atau staf, observasi langsung pada klien dan audit keperawatan berdasarkan catatan klien. 

Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang.

Para tenaga kesehatan seringkali membawa pulang barang-barang kecil spt kassa, kapas, lar. antiseptik, dan lain-lain. Sebagian dari mereka tidak tahu apakah hal itu benar atau salah. Bila hal tersebut dibiarkan rumah sakit akan rugi, dan beban pada klien lebih berat. Perawat harus dapat memberi penjelasan pd orang lain / tenaga kesehatan bahwa mengambil barang walaupun kecil secara etis tidak dibenarkan karena setiap tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang di tempat kerja. 

Merekomendasikan klien pada dokter

Perawat dapat memberikan informasi tentang berbagai altenatif, misalnya bila seorang klien ingin memeriksa ke dokter ahli kandungan, perawat dapat menyebutkan tiga nama dokter dengan beberapa informasi penting alternative lain tentang keahlian dan pendekatan yang dipakai dokter pada klien. Secara hukum perawat tidak boleh memberikan kritik tentang dokter kepada klien. 

Menghadapi asuhan keperawatan yg buruk.

Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian kesejahteraan klien. Perawat harus mampu mengenal/tanggap bila bila ada asuhan keperawatan yang buruk serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut. Ellis & Hartley (1980) menjelaskan beberapa tahap yang dapat dilakukan bila perawat menghadapi asuhan yang buruk.

2.10 Teori Dasar Pembuatan Kepetusan Etis Teori dasar atau prinsip etika Teori dasar atau prinsip etika merupakan penuntun untukmerupakan penuntun untukmembuat keputusan etis praktekmembuat keputusan etis praktek profesional (Fry, 1991). Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan prinsip dan aturan. Ahli filsafat moral mengembangkan beberapa teori etik:

13

Teori Teleologi Teleologi berasal dari bahasa Yunani, drkatakata telostelos berarti akhir. Istilah teleologi dan utilitarianisme sering digunakan saling bergantian. Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat ‘the end justifies the meansthe end justifies the means’ artinya makna dari suatu tindakan artinya makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang menekankan pada pencapaian hasil akhir yg terjadi dengan kebaikan maksimal dan ketidak baikan sekecil mungkin bagi manusia” (Kelly, 1987)

Teori Deontologi (Formalisme) Deontologi berasal dari bahasa Yunani,Deontologi berasal dari bahasa Yunani, deondeon yang berarti tugas, berprinsip pada yang berarti tugas, berprinsip padaaksi atau tindakan.aksi atau tindakan.

2.11 Kerangka Pembuatan Keputusan Etis Unsur-unsur utama yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan tindakan moral dalam praktek keperawatan (Fry,1991). Berikut ini merupakan contoh kerangka model pembuatan keputusan model Jameton yang ditulis oleh (Fry,1991) Tahap 1, tinjau ulang situasi yang dihadapi Tahap 2, kumpulkan informasi tambahan Tahap 3, identifikasi aspek etis dari masalah yang dihadapi Tahap 4, ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral profesional Tahap 5, Identifikasi posisi moral dan keunikan individu yang berlainan Tahap 6, identifikasi konflik-konflik nilai bila ada Tahap 7, gali siapa yang harus membuat keputusan Tahap 8, identifikasi rentang tindakan dan hasil yang diharapkan Tahap 9,Tentukan tindakan dan laksanakan Tahap 10, Evaluasi hasil dari keputusan/tindakan

2.12 Penyelesaian Masalah Etis

14

Metode jameton dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan etika keperawatan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pasien, seperti yang ditulis oleh Fry (1991), terdiri dari enam tahap : 1. Identifikasi masalah Ini berarti mengklarifikasi masalah dilihat dari nilai-nilai, konflik dan hati nurani. Perawat juga harus mengkaji keterlibatnnya terhadap masalah etika yang timbul dan mengkaji parameter waktu untuk proses pembuatan keputusan. Tahap ini akan memberikan jawaban pada perawat terhadap pernyataan hal apakah yang membuat tindakan benar adalah benar?. Nilai-nilai diklasifikasi dan peran perawat dalam situasi yang terjadi diidentifikasi. 2. Mengumpulkan data tambahan Informasi yang dikumpulkan dalam tahap ini meliputi orang-orang dekat dengan pasien yang terlibat dalam membuat keputusan bagi pasien, harapan/keinginan dari pasien dan orang yang terlibat dalam pembuatan keputusan. Perawat kemudian membuat laporan tertulis kisah dari konflik yang terjadi. 3. Mengidentifikasi semua pilihan atau alternatif Semua tindakan yang memungkinkan harus terjadi termasuk hasil yang mungkin diperoleh beserta dampaknya. Tahap ini memberikan jawaban jenis tindakan apa yang benar? 4. Memikirkan masalah etis yang berkesinambungan Ini berarti perawat mempertimbangkan nilai-nilai dasar manusia yang penting bagi individu, nilai-nilai dasar manusia yang menjadi pusat dari masalah dan prinsip-prinsip etis yang dikaitkan dengan masalah. Tahap ini menjawab pertanyaan bagaimana aturan-aturan tertentu diterapkan pada situasi tertentu? 5. Membuat keputusan Ini berarti bahwa pembuat keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan mereka paling tepat. Tahap ini menjawab pertanyaan etika Apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu? 6. Melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil.

15

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Kondisi di rumah sakit Paru-paru, jumlah perawat dan pasien memang tidak sebanding. Jumlah perawat di tiap ruangan berjumlah 2-3, lulusan D3 Keperawatan. Tenaga keperawatan lainnya diambil dari lulusan SPK. Sedangkan jumlah pasien tiap ruangan antara 30-60 pasien. Setiap shift jaga sore atau malam, hanya ada 1-2 perawat yang bertugas. Perawat Yinyin memberi dan membimbing obat oral (diminum langsung) pada saat shift sore. Pasien Desta, sering berpura-pura minum obat, dan kalau tidak ketahuan perawat, ia akan membuang atau memuntahkan kembali obat tersebut atau memasukkan obat tersebut di saku bajunya. Saat memberi obat pada pasien Desta, perawat Yinyin berpesan agar obatnya di minum dan tidak dibuang. Pasien tersebut juga mengatakan, “Ya suster”. Sambil memberi obat pada pasien lain, perawat yinyin tetap memperhatikan pasien Desta, sampai pasa suatu ketika pasien Desta membelakangi perawat yinyin kemudian mengusap mulutnya. Melihat kejadian tersebut perawat yinyin segera memanggil pasien kemudian mengecek saku bajunya, ternyata benar, di temukan beberapa butir obat di saku baju pasien. Melihat kejadian tersebut perawat Yinyin kontan membentak dan memarahi pasien, pasien Desta mengatakan “Maaf lah suster .... Maaf...” kemudian pasien diminta untuk meminum kembali

obatnya dan menyarankan untuk tidak mengulangi

perbuatanya. Pertanayaan pemicu : a. Hal-hal apa saja dari kasus di atas yang tidak sesuai dengan etika keperawatan? - Dimana perawat tersebut tidak bisa atau kurang bisa menjalin kerja sama denga pasien. Seharusnya perawat tidak perlu memarahi pasien, tetapi perawat harus bisa mengambil hati pasien supaya pasien merasa perlu dan menyakini bahwa dia perlu untuk minumobat. - Perawat tidak mencerminkan nilai-nilai seorang perawat yaitu lemah lembut dan menghargai orang lain seharusnya perawat membimbing dengan cara membujuk

16

atau menyakinkan bahwa obat tersebut perlu untuk dirinya dengan cara pendekatan dan tindakan yang lemah lembut.

b. Apa kemungkinan penyebab hal tersebut bisa terjadi atau bisa dilakukan oleh perawat 1. Kemungkinan pasien tidak suka minum obat secara oral 2. Perawat kurang intensive dalam memerhatikan pasien 3. Jumlah perawat dengan pasien tidak sebanding

c. Dampak apa yang mungkin timbul bagi : 1. Pasien Dampak yang mungkin timbul pada pasien tersebut ialah lamanya proses penyembuhan karena pasien tidak mau minum obat.

2. Perawat sebagai individu Dampak pada perawat sebagai individu sendiri, dikarenakan kurangnya perawat di rumah sakit tersebut maka menyebabkan perawat harus merawat pasien lebih dari satu dan menyebabkan kurang efektif nya saat pemberian obat. Mengurangi rasa “care” seorang perawat terhadap pasien karena perawat berperan penting dalam melakukan standar keperawatan.

3. Rumah sakit Dampak yang bisa timbul terhadap rumah sakit yaitu adanya komplain dari pihak keluarga pasien, karena melakukan tindakan keperawatan yang tidak sesuai standar dan melakukan kelalaian.

4. Profesi keperawatan Dampak yang bisa timbul terhadap perawat dan profesi keperawatan, perawat sangat berperan penting dalam menentukan pelaksanaan standar

17

praktek keperawatan yang harus di dukung dengan tingkat pengetahuan dan aktif dalam pengembangan pengetahuan untuk menopang pelaksanaan keperawatan dan di dukung dengan pelatihan-pelatihan terhadap perawat yang berpendidikan SPK.

d. Dalam upaya pencegahan dan perlindungan bagi penerima pelayanan asuhan keperawatan, hal-hal apa saja yang perlu dilakaukan oleh : 1) Organisasi Profesi Keperawatan (PPNI – Persatuan Perawat Nasional Indonesia) Yang dapat dilakukan oleh organisasi keperawatan (PPNI) sendiri, yaitu mengajak perawat yang berada di rumah sakit dan yang sedang menjalankan pendidikan untuk lebih meningkatkan pelatihan, pengetahuan, seminar-seminar yang di adakan oleh berbagai instansi atau sekolah tinggi.

2) Rumah sakit dan unit kerja/ ruang rawat inap Yang dapat dilakukan oleh rumah sakit dan unit kerja rawat inap, harus memiliki standar penerimaan karyawan baru atau tenaga keperawatan dan pembagian tugas antara perawat D3 dan SPK dalam melakukan tindakan keperawatan. Serta adanya dukungan dari

rumah

sakit

untuk

meningkatkan

pengetahuan

dan

memberikan pengetahuan tentang etika keperawatan.

3) Perawat itu sendiri Untuk perawat itu sendiri harus lebih peduli terhadap pasien dalam pemberian tindakan keperawatan dan meminta instansi rumah sakit untuk menambah pengetahuan serta pelatihan agar perawat tersebut dapat melaksanakan tindakan keperawatan dengan baik dan benar, seperti dalam pemberian obat pada pasien

18

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Profesi keperawatan adalah profesi yang sangat rentan dengan tindakan kelalaian, pelanggaran etika dan moral. Untuk itu sebagai seorang perawat tidaklah cukup berbekal pada ketrampilan belaka tetapi perlu memahami, etika keperawatan moral, kode etik keperawatan, hak-hak pasien, tanggung jawab perawat, kewajiban perawat, nilai-nilai dan undang-undang kesehatan sehinga tercapailah apa yang kita harapkan menjadi perawat professional yang didambakan semua perawat dan masyarakat sebagai pengguna jasa keperawatan.

4.2 Saran Bagi para petugas kesehatan sebaiknya melayani pasien sesuai dengan etika dan norma yang berlaku. Sebaiknya pihak rumah sakit menempatkan jumlah perawat sesuai dengan jumlah pasien pada ruangan tersebut, dan pihak rumah sakit harus lebih selektif dalam menerima perawat agar pasien dan pihak keluarga tidak memandang negatif pada profesi perawat.

19

DAFTAR PUSTAKA  Priharjo Robert. 2006. Pengantar Etika Keperawatan. Yogyakarta. Penerbit: Kanisius  Ismani Nila, SKm. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta. Penerbit Widya Medika  Jumadi Gaffar La Ode, SKp. Pengantar Perawatan Professional. Jakarta. Penerbit: Buku Kedokteran ECG  Ismani Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta. Penerbit: Widya Medika.  Purba M Jenny, Pujiastuti. 2010. Dilema Etik Dan Pengambilan Keputusan Etis. Jakarta. Penerbit:EGC.  Perry dan Potter. 2005. Fundamental keperawatan. Jakarta. Penerbit:EGC.  PPNI. 2000. Kode Etik Keperawatan Lambang Panji PPNI dan Ikrar Keperawatan. Jakarta: Pengurus Pusat PPNI.  Suhemi, Mimin, Hj. 2004. Etika Keperawatan Aplikasi Praktik. Jakarta. Penerbit: EGC.

20

Related Documents


More Documents from "Fidela Maya Sukmadewani fidelamaya.2017"

Pathway Ppok
August 2019 28
Bab 1.docx
April 2020 13
Makalah Etika 1.docx
April 2020 15