Makalah Etbis 2 Etika Profesi.docx

  • Uploaded by: Dewi Megalia
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Etbis 2 Etika Profesi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,872
  • Pages: 14
MAKALAH (MATA KULIAH ETIKA BISNIS)

Disusun Oleh :

Nama

: Dewi Megalia

NIM

: 01031381621188

Program Studi

: Akuntansi

Dosen Pembimbing : Emilya Yuniartie, SE, M.Si.,Ak

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2018

1

Makalah 2. Etika Profesi Ahli Gizi

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Etika Profesi Ahli Gizi” Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Untuk itu tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Tim Penulis

2

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang llmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktorfaktor yang mempengaruhinya. Dampak globalisasi menuntut tenaga gizi yang handal dan profesional serta tanggap dalam mengantisipasi perkembangan masalah gizi baik nasional maupun internasional. Oleh karena itu diperlukan pengembangan sumberdaya manusia sebagai ahli gizi professional di Indonesia yang berkesinambungan dan mempunyai daya saing internasional Peran ahli gizi sebagai suatu profesi dalam hal penelitian merupakan salah satu kompetensi yang harus dilakukan oleh ahli gizi, seperti yang tertulis didalam kepmenkes nomer 347 tahun 2007, maka seorang ahli gizi harus selalu melakukan penelitianpenelitian gizi guna untuk meningkatkan pengetahuan serta menemukan sesuatu yang baru untuk kepentingan bersama, dan melalui penelitiannya diharapkan

mampu

meningkatkan status gizi pada masyarakat, serta memecahkan masalah gizi di masyarakat.

3

Bab II Pembahasan Etika merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etika dapat dibagi menjadi beberapa pengertian Dan etika profesi terdapat suatu kesadaran yang kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukan. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, teknik, desainer dll. Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Profesional, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi,untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang. Kompetensi program studi ilmu gizi dilakukan berdasarkan dari peran dan fungsi sarjana gizi/ahli gizi (S.GZ) di masyarakat dan sistem pelayanan gizi dalam aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif serta mengacu kepada tujuan pendidikan sebagai berikut : 

Menjelaskan secara benar dasar-dasar ilmu gizi dan kaitannya dengan kesehatan dan pangan; 4



Mengkaji secara menyeluruh keterkaitan gizi, kesehatan, dan pangan dalam suatu sistem;



Mengkaji, menilai, dan mengidentifikasi keadaan gizi individu, kelompok, atau masyarakat;



Membuat perencanaan intervensi dan pelayanan gizi yang sesuai dengan kebutuhan;



Melaksanakan intervensi dan pelayanan gizi sesuai dengan rencana intervensi;



Melaksanakan kegiatan monitoring pelaksanaan intervensi dan pelayanan gizi;



Melaksanakan kegiatan evaluasi pelaksanaan intervensi dan pelayanan gizi;



Melakukan promosi gizi dan melakukan mobilisasi sosial untuk pencegahan dan penanganan masalah gizi;



Memahami pentingnya kerjasama lintas sektor, lintas disiplin dan lintas profesi dalam menangani masalah gizi;



Melakukan persiapan-persiapan yang diperlukan untuk kegiatan advokasi dalam menangani masalah gizi;



Merancang dan melaksanakan penelitian dibawah bimbingan seorang ahli atau kelompok ahli;



Menerapkan hasil-hasil penelitian terbaru pada intervensi dan pelayanan gizi;



Memutakhirkan diri dalam perkembangan ilmu dan teknologi bidang gizi..

A. Ahli Gizi Sebagai Tenaga Kerja Profesional Ahli gizi atau Registered Dietitien (RD) adalah sarjana gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi gizi (dietetic internship) dan dinyatakan lulus setelah mengikuti ujian kompetensi profesi gizi, yang kemudian diberi hak untuk mengurus ijin memberikan pelayanan dan menyelenggarakan praktek gizi (Persagi, 2010). RD bertugas melakukan

pengkajian

gizi,

menentukan

diagnosa

gizi,

menentukan

dan

mengimplementasikan intervensi gizi, dan kemudian melakukan visite berkala untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien. Selain itu, RD juga bertugas melakukan edukasi gizi untuk pencegahan penyakit dan konseling gizi untuk kondisi kronis (ADA, 2007). Sebagai ahli gizi profesional, hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat 2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan 3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah 4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kode etik yang berlaku 5

5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya 6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan 7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya 8. Pekerjaan/sumber utama seumur hidup 9. Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif 10. Otonomi dalam melakukan tindakan 11. Melakukan ikatan profesi, lisensi jalur karir 12. Mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik 13. Alturism (memiliki sifat kemanusiaan dan loyalitas yang tinggi)

Di Indonesia, Ahli Gizi termasuk Ahli Madya Gizi sebagai pekerja profesional harus memiliki persyaratan sebagai berikut : 1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis 2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga profesional 3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat 4. Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah 5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas 6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur 7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah 8. Memiliki etika Ahli Gizi 9. Memiliki standar praktek 10. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai dengan kebutuhan pelayanan 11. Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.

B. Standar Kompetensi dan Peran Ahli Gizi Standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenis ahli gizi yang ada saat ini yaitu ahli gizi dan ahli madya gizi. Keduanya mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang berbeda. Secara umum tujuan disusunnya standar kompetensi ahli gizi adalah sebagai landasan pengembangan profesi Ahli Gizi di Indonesia sehingga dapat mencegah tumpang tindih kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi. Adapun tujuan secara khusus adalah sebagai acuan/pedoman dalam menjaga mutu Ahli Gizi, menjaga

6

dan meningkatkan mutu pelayanan gizi yang profesional baik untuk individu maupun kelompok serta mencegah timbulnya malpraktek gizi (Persagi, 2010).

C. Peran Ahli Gizi di bidang masyarakat Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagai dietisien, sebagai konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi (Nasihah, 2010)

1. Dietisien adalah seseorang yang memiliki pendidikan gizi, khususnya dietetik, yang bekerja untuk menerapkan prinsip-prinsip gizi dalam pemberian makan kepada individu atau kelompok, merencanakan menu, dan diet khusus, serta mengawasi penyelenggaraan dan penyajian makanan (Kamus Gizi, 2010).

2. Konselor gizi adalah ahli gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien) mengenali mengatasi masalah gizi yang dihadapi, dan mendorong klien untuk mencari dan memilih cara pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapat dilaksanakan oleh klien secara efektif dan efisien. Konseling biasanya dilakukan lebih privat, berupa komunikasi dua arah antara konselor dan klien yang bertujuan untuk memberikan terapi diet yang sesuai dengan kondisi pasien dalam upaya perubahan sikap dan perilaku terhadap makanan (Magdalena, 2010).

3. Penyuluh gizi, yakni seseorang yang memberikan penyuluhan gizi yang merupakan suatu upaya menjelaskan, menggunakan, memilih, dan mengolah bahan makanan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku perorangan atau masyarakat dalam mengonsumsi makanan sehingga meningkatkan kesehatan dan gizinya (Kamus Gizi, 2010). Penyuluhan gizi sebagian besarnya dilakukan dengan metode ceramah (komunikasi satu arah), walaupun sebenarnya masih ada beberapa metode lainnya yang dapat digunakan. Berbeda dengan konseling yang komunikasinya dilakukan lebih pribadi, penyuluhan gizi disampaikan lebih umum dan biasanya dapat menjangkau sasaran yang lebih banyak.

Ketiga peran itu hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli gizi atau seseorang yang sudah mendapat pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh profesi kesehatan manapun, karena ketiga peran itu saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan.

7

Dengan adanya peran ahli gizi di dalam masyarakat, diharapkan dapat membantu memperbaiki status kesehatan masyarakat, khususnya melalui berbagai upaya preventif (pencegahan). Mudahnya begini, jika kita tahu apa saja dan bagaimana makanan yang aman, sehat, dan bergizi untuk dikonsumsi, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, niscaya kita akan terhindar dari berbagi penyakit mengerikan yang sudah disebutkan di atas. Bayangkan jika tidak, dan kemudian kita harus mengobati penyakit-penyakit itu, tentunya akan terasa sangat menyakitkan dan pastinya akan mengabiskan biaya yang tidak sedikit untuk mengobatinya. Kita semua tahu, bahwa mencegah itu lebih baik (dan lebih murah) daripada mengobati. Jika kita bisa menerapkan kebiasaan itu, kita menjadi tidak mudah sakit, dan tidak terlalu tergantung kepada jasa dokter dan perawat, serta tidak perlu mengonsumsi obat-obatan yang umumnya selalu memiliki efek samping terhadap kesehatan. Melalui ahli gizilah salah satu caranya masyarakat dapat mengetahui berbagai informasiinformasi dan isu-isu kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan gizi. Jika dilakukan tatap muka, masyarakat pun dapat langsung berinteraksi dengan ahli gizi dan berkonsultasi langsung dengan mudah mengenai permasalahan gizi yang mereka hadapi. Ahli gizi yang memberikan penyuluhan dan konseling pun hendaknya memiliki bekal pengetahuan dan wawasan yang cukup yang harus terus ditambah dan diperbaharui setiap waktu. Selain memberikan informasi mengenai makanan dan gizi yang dikandungnya, ahli gizi juga wajib menguasai tentang penyakit-penyakit yang berkaitan dengan gizi, seperti penyakitpenyakit degeneratif, penyakit-penyakit akibat malnutrisi, dan penyakit-penyakit infeksi untuk kemudian disebarluaskan kepada masyarakat. Hal-hal yang dapat diinformasikan antara lain dimulai dari pengertian dan penjelasan singkat mengenai penyakit tersebut, kemudian apa saja tanda dan gejalanya, apa penyebabnya, bagaimana cara mengatasi, mengobati, dan mencegahnya, serta apa saja makanan dan minuman yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan. Sebagai seorang penyuluh, ahli gizi dapat menyampaikan informasi-informasi kesehatan yang khususnya berkaitan dengan gizi serentak kepada audiens yang jumlahnya relatif lebih banyak. Hal ini menguntungkan karena informasi penting tersebut dapat langsung tersebar kepada sasaran yang lebih luas dalam waktu yang relatif lebih singkat. Namun, informasi yang disampaikan biasanya bersifat umum, kurang detail, dan respon dari audiens yang dapat ditanggapi pun terbatas. Sedangkan dalam melakukan kegiatan konseling gizi, biasanya terjadi komunikasi langsung dua arah antara konselor dan klien. Hal ini lebih efektif, karena informasi yang disampaikan pun dapat lebih detail dan lengkap. Komunikasi yang dibangun pun dapat lebih intens dan mendalam sehingga dapat benar-benar dipahami apa keinginan dan kebutuhan klien. Hanya saja, penyampaian informasi yang dilakukan melalui metode konseling ini akan memerlukan waktu yang lebih lama jika sasaran yang dicapai lebih banyak.

8

Mengingat betapa pentingnya peran ahli gizi dalam membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, mari kita dukung mereka dalam menjalankan program-program gizi dan kesehatan guna menuju Indonesia yang lebih sehat. Namun, bila dibandingkan dengan kondisi di lahan, peran Ahli gizi belum berjalan secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh : 1. Kurangnya jumlah tenaga ahli gizi di rumah sakit sehingga belum dapat mencakup semua ruang rawat inap dan masih merangkap tugas yang lain. 2. Belum terbentuknya tim asuhan gizi yang solid, sehingga praktek kolaborasi antara ahli gizi dan profesi yang lain belum berjalan secara maksimal. 3. Tidak adanya nutritional assessment tools di ruangan, seperti microtoa, knee-height caliper, pita LILA. Alat yang dipakai selama ini kebanyakan hanya medline dan timbangan berat badan. 4. Kurangnya kunjungan ahli gizi ke ruang rawat inap yang menjadi tanggung-jawabnya sehingga memungkinkan pasien tidak mengenali ahli gizi rumah sakit. 5. Belum dilakukannya skrining gizi secara menyeluruh terhadap pasien, sehingga memungkinkan pasien yang berisiko malnutrisi tidak terdeteksi. D. Kode Etik Ahli Gizi (Persagi, 2010) Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya memelihara dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi, pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmuilmu terkait. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilainilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya.

a. Kewajiban Umum 1. Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat 2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri 3. Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan. 4. Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.

9

5. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar. 6. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan. 7. Melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya. 8. Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.

b. Kewajiban Terhadap Masyarakat 1. Melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet. 2. Memberikan pelayanannya

sesuai

dengan

informasi

faktual,

akurat

dan

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 3. Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegah masalah gizi di masyarakat. 4. Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat. 5. Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik. 6. Dalam

bekerja

Gizi berkewajiban

sama

dengan

hendaknya

profesional senantiasa

lain

di

masyarakat,

berusaha

Ahli

memberikan

dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-sungguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat. 7. Mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah interpretasi atau menyesatkan masyarakat E. Standar Kompetensi Gizi Masyarakat 1. Mengelola Pelayanan Gizi pada populasi yang berbeda dalam daur kehidupan. 2. Melakukan penilaian/ evaluasi dampak program pangan dan gizi yang berbasis 3. masyarakat. 4. Mengembangkan program pangan dan gizi yang berbasis masyarakat 10

5. Berpartispiasi dalam survailans dan pemantauan gizi pada masyarakat 6. Berpartisipasi dalam penelitian berbasis masyarakat 7. Berpartisipasi dalam pengembangan dan evaluasi kebijakan pangan dan gizi berdasarkan pada kebutuhan dan sumber daya. 8. Berkonsultasi dengan berbagai organisasi yang berkaitan dengan penyediaan pangan pada 9. populasi sasaran 10. Mengembangkan proyek-proyek intervensi, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan 11. Berpartisipasi dalam penetapan ambang batas dalam pemeriksaaan laboratorium. 12. Melaksanakan pengkajian kesehahatan umum, seperti tekanan darah.

Berdasarkan kondisi dilahan, ahli gizi sudah berusaha memenuhi peran dan fungsinya sesuai kompetensi dan kode etik profesi yang dimiliki meskipun masih banyak kendala yang ditemukan diantaranya : a. Kurangnya tenaga/jumlah ahli gizi sehingga ahli gizi masih merangkap tugas sehingga asuhan gizi kurang berjalan maksimal b. Keselamatan pasien (Patient Safety) masih belum dilakukan karena masih banyak ditemukan kurang tepatnya diit yang diberikan c. Kegiatan skrining gizi belum dilaksanakan ke seluruh pasien sehingga terdapat kemungkinan tidak terpaparnya pasien yang seharusnya mendapat asuhan gizi karena resiko malnutrisi d. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung seperti pengukur tinggi badan, tinggi lutut, pengukur Lila sehingga hasil pengukuran kurang valid karena menggunakan metline biasa. e. Konseling gizi terkadang belum berjalan secara maksimal. Beberapa pasien yang mendapatkan lefleat masih mengaku belum mengerti dengan materi yang diberikan. f. Masih banyak pasien yang belum mengenal ahli gizi ruangan terutama pasien yang hanya menerima Medical Nutrition Therapy (MNT) g. Kompetensi dan tingkat pendidikan ahli gizi masih perlu ditingkatkan karena mayoritas tenaga masih Diploma III (Tiga) Gizi h. Tim asuhan gizi belum berjalan optimal

11

Beberapa kondisi diatas menggambarkan kurang optimalnya kegiatan asuhan gizi diruangan sehingga perlu peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung, penambahan tenaga ahli gizi yang proporsional dengan beban kerja yang ada, peningkatan profesionalitas ahli gizi yang salahsatunya dengan meningkatkan pendidikan baik formal maupun informal (Shortcourse, seminar/symposium/work shop), kemitraan dengan profesi lain khususnya tim asuhan gizi juga perlu ditingkatkan sehingga kegiatan asuhan gizi lebih optimal dijalankan.

Bab III Penutup Kesimpulan Seorang ahli gizi harus selalu melakukan penelitian-penelitian gizi guna untuk meningkatkan pengetahuan serta menemukan sesuatu yang baru untuk kepentingan bersama,

12

dan melalui penelitiannya diharapkan mampu meningkatkan status gizi pada masyarakat, serta memecahkan masalah gizi di masyarakat. Kewajiban Ahli Gizi terhadap masyarakat diantaranya : Melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet, Memberikan pelayanannya

sesuai

dengan

informasi

faktual,

akurat

dan

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegah masalah gizi di masyarakat, Peka terhadap status gizi masyarakat untuk

mencegah

terjadinya

masalah

gizi

dan

meningkatkan

status

gizi masyarakat, Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik, Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-sungguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat, Mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah interpretasi atau menyesatkan masyarakat.

13

DAFTAR PUSTAKA 

Almatsier, Sunita. 2006. Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan. Penuntun Diet Edisi Terbaru. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.



Nasihah, Fathiya. 2010. Peran Ahli Gizi sebagai Penyuluh dan Konselor Gizi.



American Dietetic Association. 2007. The Role Of Registered Dietitian. http://www.eatright.org



http://bleumariposa.wordpress.com/2010/07/06/peran-ahli-gizi-sebagai-penyuluhkonselor-gizi/



http://mypersagi.blogspot.com/2010/02/kompetensi-inti-1.html#uds-search-results



http://widya-adrianingtias.blogspot.com/2012/03/peran-ahli-gizi.html



Persagi. 2010. Standar Profesi Gizi. http://persagi.org

14

Related Documents


More Documents from "intanapril"

Nike Inc.pptx
December 2019 15
4.+bukti+audit
August 2019 34
Bedah Batch Maret2019.docx
October 2019 67