BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pelayanan dan informasi keluarga berencana merupakan suatu intervensi kunci dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, serta merupakan hak asasi manusia. Telah terjadi perkembangan yang berarti dalam tekhnologi kontrasepsi, misalnya transisi dari estrogen dosis tinggi ke dosisi rendah pada pil kombinasi, atau dari AKDR inert ke AKDR yang mengeluarkan levonorgestrel. Perkembangan ini telah menghasilkan pilihan lebih banyak tentang metode kontrasepsi yang lebih aman dan efektif. Salah satu alat kontrasepsi yang akan di bahas pada makalah ini adalah tentang IUD / AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinyakehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut
2.1 PENGERTIAN AKDR a. Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinyakehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. b. Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) IUD(Intra Uterin Device) adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang. IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsinya) yang diletakkan dalam cavum uteri sebagai usaha kontrasepsi. AKDR adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi efektifitas) dengan berbagai bentuk, yang dipasangkan ke dalam rahim untuk menghasilkan efek kontraseptif. AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastic (polyethylene). Ada yang dililit tembaga , ada yang dililit tembaga bercampur , dan yang berisi hormone progesterone. 2.2 MEKANISME KERJA AKDR 1. Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebutan lekorit yang dapat melarutkan blastosis atau seperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga mungkin berlainan. Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam rongga uterus juga menghambat khasiatanhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkanhormon juga menebalkan lender sehingga menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo, 2005). 2. Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebutan leokosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Sifatsifat dari cairan uterus mengalami perubahan – perubahan pada pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus. Walaupun sebelumnya terjadi nidasi, penyelidik-penyelidik lain menemukan sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR
yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkanoleh prostaglandindalam uterus pada wanita (Wiknjoastro, 2005).
meningkatnya
kadar
3. Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim danmempengaruhi sel elur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim 4.
Menurut Saefuddin (2003), mekanisme kerja IUD adalah:
a.
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b.
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun AKDR membuat sperma sulit ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uterus 2.3 INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI AKDR INDIKASI PEMAKAIAN AKDR ATAU IUD 1.
Yang dapat menggunakan AKDR/IUD dan Progestasert
a.
Usia reproduktif
b.
Keadan nullipara
c.
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi e.
Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f.
Resiko rendah dari IMS
g.
Tidak menghendaki metode hormonal
h.
Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
i.
Perokok
j.
Sedang memakai antibiotika atau antikejang
k.
Gemuk ataupun yang kurus
l.
Sedang menyusui
2. Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan AKDR (Cu T380A): a.
Penderita tumor jinak payudara
b.
Epilepsi
c.
Malaria
d.
Tekanan darah tinggi
e.
Penyakit tiroid
f.
Setelah kehamilan ektopik
g.
Penderita DM
KONTRAINDIKASI PEMAKAIAN AKDR a.
Sedang hamil
b.
Perdarahan vagina yang tidak diketaui
c.
Sedang menderita infeksi genetalia
d. Penyakit trifoblas yang ganas e.
Diketahui menderita TBC velvik
f.
Kanker alat genital
g.
Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm
2.4 WAKTU PEMASANGAN AKDR AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut: a. Sewaktu haid sedang berlangsung Pemasangan AKDR pada waktu ini dapat dilakukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid. Keuntungan pemasangan AKDR pada waktu ini antara lain ialah: 1. Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka dan lembek. 2. Rasa nyeri tidak seberapa keras 3. Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan
4. Kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang asedang hamil tidak ada. b. Sewaktu postpartum 1. Secara dini (immediate insertion) yaitu AKDR dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit. 2. Secara langsung(directinsertion)yaitu AKDR dipasang dalam masa tiga bulan setelah partus atau abortus. 3. Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu AKDR dipasang sesudah masa 3 bulan setelah partus atau abortus atau pemasangan AKDR dilakukan pada saat yang tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau abortus.Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin,menurut beberapa sarjana,sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai 6-8 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua ,dan keenam setelah partus,bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar. c. Sewaktu postabortum Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal.Tetapi septic abortion merupakan kontraindikasi. d. Beberapa hari setelah haid terakhir Dalam hal yang terkhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum AKDR dipasang. Sebelum pemasangan AKDR tersebut tertletak dalam uterus setelah terpasang.Perlu dijelaskan kemungkinan terjadinya efek sampingan seperti perdarahan rasa sakit,AKDR keluar sendiri. Untuk memilih AKDR yang akan dipasang,terlebih dahulu ditentukan panjangnya rongga uterus yang sebesar mungkin oleh karena dengan memakai AKDR yang mempunyai ukuran besar,kegagalan dan kecenderungan untuk ekspulsi akan berkurang. Sebaliknya,ukuran yang lebih kecil sebaiknya dipasang pada akseptor yang mengalami banyak pertdarahan dan rasa sakit. 2.5 EFEK SAMPING DAN CARA MENGATASINYA 1. Amenora Periksa apakah sedang hamil, apbila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenoreaapabila diketahui. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR bila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepas.Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR jelaskan ada resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilanharus lebih diamati dan diperhatikan
2. Kejang Pastikan dan tegaskanlah adanya PRP dan penyebab ain dari kekejangan. Tanggulangi penyebabnya apabila ditemuka. Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri analgesik untuk sedikt meringankan. Apabila klien menglami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi yang lain. 3. Perdarahan pervaginam yang hebat dan tidak teratur Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan potologis, perdarahan berkelanjutan serta prdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibu profen(800mg, 3x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi(1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3bulan). 4. Benang yang hilang pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan kondom, periksa talinya di dalam saluran endoservik dan kavum uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid briutnya. Apabila tidak ditemukan rujk ke dokter, lakukan x-ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah klien menentukan metode lain. 5. Adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai adanya PRP Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi klamidal, lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. ApabilaAKDR dikeluarkan beri metode lain sampai masalahnya teratasi.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik kertas, diikat dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga rahim (Prawirohardjo, 2005) 2.
Jenis-jenis AKDR / IUD yaitu AKDR hormonal dan non hormonal
3. mekanisme kerja IUD yaitu Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi, Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, dll. 4.
Efektivitas dari bermacam-macam IUD tegantung pada:
a.
IUD-nya: ukuran, bentuk kandungannya
b.
Akseptor: Umur, parietas, frekuensi senggama.
c.
Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor
5. Kerugian AKDR (Cu T-380A) Non hormonal yaitu perubahan siklus haid, haid lebih lama. Perdarahan (spotting) antar menstruasi. Disaat haid lebih sakit. Kerugian IUD hormonal yaitu Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD, harus diganti setelah 18 bulan 6. Indikasi pemakaian AKDR atau IUD yaitu Usia reproduktif, Keadan nullipara, Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, Menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi, Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya, dll. 7. Kontraindikasi pemakaian AKDR yaitu Sedang hamil, Perdarahan vagina yang tidak diketaui, Sedang menderita infeksi genetalia, Penyakit trifoblas yang ganas, Diketahui menderita TBC velvik 8. AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan, AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama, Kemungkinan terjadi perdarahan (spotting) beberapa hari setelah pemasangan, Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih banyak, AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak klien. B. Saran 1.
Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR
Pengguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang akan di pakai dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga kesehatan. 2.
Bagi tenaga kesehatan
a. Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya memasang AKDR yang baik dan sesuai prosedur. b. Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan infomconsent pada klien.
DAFTAR PUSTAKA Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP Hartanto Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV. Mulia Sari Prawirohardjo, Sarwono. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP-SP Saefuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP Cunningham,dkk. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Jakarta: