I. Konsep Teori A. Defenisi Penyakit Alzheimer merupakan penyakit dengan onset yang lambat dan gradual. Pertama kali menyerang bagian otak yang mengontrol memori dan selanjutnya bagian otak lain yang mengatur fungsi intelektual, emosional dan tingkah laku, sehingga seringkali disertai sindrom-sindrom perilaku seperti psikosis, agitasi dan depresi.
Penyakit Alzheimer ini biasanya timbul antara umur 50 dan 60 tahun. Terdapat degenerasi korteks yang difus pada otak di lapisan-lapisa luar terutama di daerah frontal dan temporal. Atropi ini dapat dilihat pada pneumo-ensefalogram dimana tampak sisterna ventrikel membesar serta banyak hawa di ruang subarakhnoid (giri mengecil dan sulkus-sulkus melebar). B. Etiologi Otak merupakan organ yang sangat kompleks. Di otak terdapat area-area yang mengurus fungsi tertentu, misalnya bagian depan berkaitan dengan fungsi luhur seperti daya ingat, proses berpikir dsb, otak bagian belakang berkaitan dengan fungsi penglihatan dan sebagainya.
Dari hasil riset yang dilakukan, diketahui bahwa pada Penyakit Alzheimer terjadi kehilangan sel saraf di otak di area yang berkaitan dengan fungsi daya ingat, kemampuan berpikir serta kemampuan mental lainnya. Keadaan ini diperburuk dengan penurunan zat neurotransmiter, yang berfungsi untuk menyampaikan sinyal antara satu sel otak ke sel otak yang lain. Kondisi abnormal tersebut menjadi penyebab mengapa pada penyakit Alzheimer fungsi otak untuk berpikir dan mengingat mengalami kemacetan.
C. Manifestasi klinis
1. Lupa kejadian yang baru dialami. Lupa akan nama teman, nomor telepon rekan bisnis dan pekerjaan adalah hal yang biasa terjadi, masih dapat dikatakan normal karena biasanya kita masih dapat mengingatnya lagi beberapa saat kemudian. Orang dengan kepikunan / demensia mengalami kelupaan yang sangat sering sehingga mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari, dan mereka tidak dapat mengingat kembali kejadian yang baru dialaminya sekalipun telah dicoba mengingatkan kembali. 2. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari. Seseorang yang penuh kesibukan bisa saja meninggalkan dapur dalam keadaan berantakan dan baru ingat untuk menghidangkan dan merapikannya setelah hampir selesai makan. Seseorang dengan demensia Alzheimer mungkin dapat menyiapkan makanan di dapur tetapi kemudian bukan hanya tidak ingat untuk menghidangkannya di meja makan bahkan ia juga lupa bahwa ia telah memasak makanan didapur. 3. Kesulitan dalam berbahasa. Kadang-kadang seseorang mengalami kesulitan untuk mencari kata yang tepat untuk berbicara, tetapi orang dengan penyakit Alzheimer dapat lupa kata-kata yang sederhana atau menggantikannya dengan kata yang tidak sesuai, sehingga kalimat yang diucapkannya tidak dapat dimengerti. 4. Disorientasi waktu dan tempat. Lupa nama hari atau tempat tujuan untuk sesaat masih termasuk normal. Akan tetapi jika terjadi lupa tempat dimana ia berada, tersesat di jalan yang biasa dikenalnya, tidak tahu bagaimana ia sampai di tempat tsb dan tidak bisa mencari jalan pulang ke rumahnya sendiri maka hal ini menunjukkan gejala penyakit Alzheimer. 5. Tidak mampu membuat keputusan. Seorang ibu dapat terlarut, asyik dan tenggelam dalam aktivitasnya sementara waktu sampai lupa memperhatikan anak-anaknya. Tetapi orang dengan Alzheimer akan lupa sama sekali bahwa ia tengah menjaga anak-anaknya. Bisa jadi iapun berpakaian tidak sebagaimana mestinya, misalnya memakai baju berlapis-lapis atau pergi ke kantor dengan pakaian tidur.
6. Kesulitan berpikir abstrak. Penderita Alzheimer akan mengalami kesulitan dalam hitung menghitung, kalimat majemuk dan peribahasa maupun pemahaman konsep. 7. Salah menaruh barang-barang. Setiap orang bisa saja lupa dimana menaruh kunci atau dompet. Seseorang dengan penyakit Alzheimer mungkin dapat meletakkan bendabenda di tempat yang tidak seharusnya misalnya seterika ditaruh di dalam kulkas, atau arloji diletakkan di dalam panci. 8. Perubahan suasana perasaan dan perilaku. Setiap orang bisa merasa sedih dan murung dari waktu ke waktu. Seorang penderita Alzheimer dapat memperlihatkan perubahan suasana perasaaan dalam waktu singkat, dari tenang-tenang tiba-tiba menjadi menangis atau marah tanpa suatu alasan yang jelas. 9. Perubahan kepribadian. Meskipun usia dapat berpengaruh terhadap perubahan kepribadian, namun seseorang dengan penyakit Alzheimer menunjukkan perubahan kepribadian yang drastis, misalnya menjadi pencuriga, penakut atau mudah bimbang dan kebingungan. 10. Kehilangan inisiatif. Merasa lelah terhadap pekerjaan rumah tangga, aktivitas bisnis atau kegiatan sosial lainnya adalah normal bila setelah beberapa waktu mempunyai minat kembali. Seseorang dengan Alzheimer dapat menjadi sangat pasif dan apatis sehingga diperlukan usaha keras dan untuk menarik minatnya agar mau ikut beraktivitas.
Gejala klinis yang berkaitan dengan defisit kognitif multipel antara lain : a. Gangguan memori, termasuk ketidakmampuan untuk mempelajari informasi yang baru atau me-recall informasi yang telah dipelajari sebelumnya. b.Gangguan berbahasa (aphasia). c. Gangguan dalam kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik meskipun fungsi organ motorik masih utuh (apraxia). d. Gangguan dalam mengenali objek, meskipun fungsi organ sensorik masih utuh. (agnosia). e. Gangguan dalam kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan, berpikir sekuensial dan abstrak (gangguan fungsi eksekutif).
D. pembagian Alzheimer Dalam perjalanannya, penyakit Alzheimer dapat dibagi dalam 3 fase meliputi :
1.Fase awal (Ringan). Pada tahap ini pasien mulai mengalami kehilangan memori maupun fungsi kognitif lainnya, tapi pasien masih dapat mengkompensasinya dan masih dapat berfungsi secara normal dan independen dengan sedikit pertolongan. Sikap apati dan kecenderungan menarik diri yang merupakan gambaran di semua fase, mulai timbul di fase ini. Ciricirinya a. Gangguan Kognitif dan memori : •
Bingung, lupa nama dan kata-kata dan menghindar berbicara untuk mencegah
kesalahan. • Mengulang pertanyaan dan kalimat. • Lupa kisah hidup mereka sendiri dan peristiwa yang baru terjadi. • Kurang mampu untuk mengorganisasikan dan merencanakan sesuatu serta untuk berpikir logik. • Menarik diri dari lingkungan sosial dan tantangan-tantangan mental. • Disorientasi waktu dan tempat ; dapat tersesat di tempat-tempat yang familiar. b. Gangguan berkomunikasi mulai timbul : • Mulai mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri mereka sendiri. • Kadang tidak mampu untuk berbicara dengan benar meski masih dapat berespon dan bereaksi terhadap apa yang dikatakan kepada mereka ataupun terhadap humor yang dilontarkan. • Mengalami kesulitan untuk memahami bahan bacaan c. Perubahan kepribadian mulai timbul : • Apatis, menarik diri dan menghindari orang lain. • Cemas, agitasi dan iritabel. • Tidak sensitif terhadap perasaan orang lain
• Gampang marah terhadap hal-hal yang mendatangkan frustasi, rasa lelah, ataupun kejutan. d. Perilaku yang aneh mulai timbul : • Mencari dan menimbun benda-benda yang tidak berharga. • Lupa makan secara teratur ataupun hanya makan satu jenis makanan saja. 2. Fase menengah (sedang). Gambaran utama dari fase ini adalah penurunan fungsi dari berbagai sistem tubuh pada saat yang bersamaan dan membuat ketergantungan pada orang lain yang merawat menjadi meningkat. Gangguan kognitif dan memori makin memberat, kepribadian mulai berubah dan masalah-masalah fisik mulai meningkat. Muncul sikap agresif, halusinasi dan paranoid.
Ciri-cirinya : a. Gangguan Kognitif dan memori yang signifikan: • Lupa kisah hidupnya sendiri dan peristiwa yang baru terjadi.. • Mengalami kesulitan untuk mengingat nama dan wajah teman dan keluarga. Tapi masih dapat membedakan wajah yang familiar dengannya dari yang tidak dikenalnya. • Masih mengingat nama sendiritapi kesulitan untuk mengingat alamat dan nomer telefon.. • Tidak dapat berpikir logik secara jernih. Tidak dapat mengatur pembicaraan mereka sendiri Tidak dapat lagi mengikuti instruksi oral maupun tulisan. Masalah keuangan dan aritmetika semakin meningkat.. • Terputus dari realitas. Tidak mengenal diri sendiri di depan cermin dan dapat menganggap suatu cerita di televisi sebagai suatu kenyataan.. • Disorientasi cuaca, hari dan waktu.
b. Gangguan berkomunikasi : • Mengalami kesulitan dalam berbicara, memahami, membaca dan menulis. • Mengulang-ulang cerita, kata-kata, pertanyaan dan bahasa tubuh. • Masih dapat membaca tapi tidak berespon dengan tepat terhadap materi bacaannya.
• Kesulitan menyelesaikan kalimat c. Perubahan kepribadian mulai signifikan : • Apatis, menarik diri, curiga, paranoid (seperti menuduh pasangan berhianat atau anggota keluarga ada yang mencuri). • Cemas, agitasi dan iritabel, agresif dan mengancam • Halusinasi dan delusi muncul. Dapat melihat, mendengar, mencium dan mengecap sesuatu yang tidak nyata. d. Perilaku aneh yang timbul : • Perilaku seksual yang menyimpang (seperti : menganggap orang lain sebagai pasangannya dan bermasturbasi di depan umum) • Berbicara sendiri. (hampir sepertiga hingga setengah penderita alzheimer berbicara sendiri) • Perubahan siklus tidur yang normal ( terjaga sepnajang malam, tidur sepanjang siang) e. Peningkatan dependensi : • Dapat makan sendiri, tapi butuh bantuan untuk makan dan minum yang cukup • Membutuhkan bantuan untuk berpakaian yang sesuai dengan cuaca atau situasi • Membutuhkan bantuan untuk menyisir rambut, mandi, sikat gigi, dan menggunakan toilet. • Tidak dapat lagi ditinggalkan sendiri dengan aman (dapat meracuni diri sendiri, membakar diri sendiri). f. Penurunan kontrol sadar : • Inkontinensia uri dan feses. • Tidak merasa nyaman duduk di kursi atau di toilet. 3. Fase Lanjut (berat). Pada fase ini dapat dijumpai kemunduran kepribadian, gejala kognittif dan fisik memberat. Tingkah laku yang liar di fase awal perkembangan penyakit berubah menjadi lebih tumpul. Beberap ciri khasnya : a. Kognitif dan memori yang makin memburuk : • Tidak mengenali lagi orang yang familiar, termasuk istri dan anggota keluarga yang lain. b. Kemampuan komunikasi benar-benar lenyap :
• Tampak merasa tidak nyaman. Tapi dapat berteriak bila disentuh ataupun bergerak. • Tidak mampu untuk tersenyum dan berkata-kata, atau berbicara cengan inkoheren. • Tidak dapat menulis dan memahami material bacaan. c. Kontrol sadar terhadap tubuh hilang : • Tidak dapat mengontrol gerakan, otot-otot terasa kaku. • Inkontinensia urin dan fecal komplit. • Tidak dapat berjalan, berdiri, sit up, ataipunmengangkat kepala tanpa bantuan orang lain. • Tidak dapat menelan makanan dengan mudah, sering tersedak . d. Dependensi komplit terhadap orang lain : • Membutuhkan bantuan di segala aktivitas hidupnya. • Membuthkan perawatan sepanjang waktu. e. Penurunan dearajat kesehatan yang bermakna : • Sering terjadi infeksi, kejang-kejang, penurunan berat badan, kulit menjadi tipis dan gampang luka serta adanya refleks-refleks abnormal. f. Tubuh melemah : • Menolak makan atau minum, berhenti kencing, tidak dapat berespon terhadap lingkungan. • Hanya dapat merasakan dingin dan rasa tidak nyaman, serta hanya berespon minimal terhadap sentuhan. • Kelelahan dan tidur yang berlebihan. • Organ-organ sensoris tidak berfungsi lagi ; bila organ sensoris masih berfungsi, otak tidak mampu menerima input. g. Perubahan kepribadian : • Apatis, menarik diri. • Kepribadian yang tumpul. h. Perilaku yang aneh : • Menyentuh sesuatu benda berulang-ulang.
D. Patofisiologi
Penyakit alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun ke atas. Perkiraan terakhir menyatakan bahwa sekitar 10% orang dalam kelompok usia itu menderita penyakit ini. Penyakit ini cepat meluas dalam kalangan populasi usia lanjut, dan di perkirakan bahwa tahun 2050 akan ada 14 juta penderita penyakit ini. Penyakit ini bukan saja menimbulkan dampak pada sistem pelyanan kesehatan ( kebutuhan akan panti werda, pelayanan kesehatan rawat jalan bagi orang dewasa, fasilitas perawatan akut , dan dana riset), tetapi juga akan menimbulkan sters bagi para anggota keluarga yang harus merawatnya. Secara patologis, pasien dengan penyakit alzheimer mengalami kehilangan banyak neuronneuron hipokampus dan korteks tanpa disrtai kehilangan parenkim otak. Selain itu juga dapat kekusutan neurofibrilar yang difus dan di plak senilis ( makin banyakmplak senilis makin berat gejala gejalnya ). Kedua perubahan patologik terakhir ini bukan merupakan ciri khas dari penyakit alzheimer, karena juga ditemukan pada penderita ensefalopati timah dan sindrom down. Hasil penemuan terakhir menunjukan adanya kaitan dengan kelainan neurotransmiter dan enzimenzim yang berkaitan dengan metabolisme neurotransmiter tersebut. Tampaknya ada penurunan dari asetitransferase ( enzim yang mensintesis asetilkolin). Otopsi otak penderita penyakit alzheimr menunjukan pengurangan neurotransmiter asetilkolin yang bermakna : beberapa otak bahkan hanya mengandung 10% dari kadar normal. Beratnya demensia berkaitan langsung dengan penurunan asetikolin pada otak. Penurunannya akan sangat jelas pada korteks serebri,hipokampus dan damigdala. Hal lain yang masih terus diselidiki oleh para penelti adalah neurotransmiter peptida,oleh karena somatostatin menurun pada otak penderita penyakit alzheimer. Faktor tambahan lain yang juga masih dalam penyelidikan adalah neurotoksisitas dari aluminiu. Crapper et al ( 1979) menyatakan bahwa ada kegagalan dalam siste transpor membran pada pasien – pasien penyakit alzheimer, yang memungkinkan interaksi antara aluminium dan kromati yang menyebabkan perubahan patologik dalam sintesis protein dan perubahan neuropibrilar.
E. Etiologi dan Factor resiko
Penyebab dari Alzheimer masih belum diketahui secara pasti, tapi perpaduan berbagai faktor resiko diduga sebagai penyebabnya. Faktor-faktor tersebut antara lain : - Bertambahnya usia, riwayat keluarga yang positif, dan cedera kepala. - Toksin dari lingkungan. - Stres, kecemasan dan sikap pesimis yang berlebihan. - Genetik : - Lipoprotein E-epsilon 4 yang rapuh dan gampang mengalami mutasi. - Protein prekursor amiloid (APP) pada kromosom 21. - Trisomi kromosom 21 (down’s syndrom). Pasien dengan sindrom down cenderung terkena alzheimer onset dini pada usia di atas 30 tahun. - Gen presenilin I yang terdapat di kromosom 14. Mutasi pada gen inilah yang berkaitan erat dengan Alzheimer familial. - Gen presenilin II pada kromosom 1. Mutasi pada gen ini berkaitan erat dengan penyakit Alzheimer yang terjadi pada penduduk di daerah sungai Volga, Rusia. F. Pencegahan Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer, yaitu : usia lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang terkontaminasi dengan logam berat, rokok, pestisida, gelombang elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang berat dan penggunaan terapi sulih hormon pada wanita.
Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil penelitian yang lain, dianjurkan beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di antaranya yaitu : 1. Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak merokok maupun mengkonsumsi alkohol.
2. Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan buah segar mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat radikal bebas. Radikal bebas ini yang merusak sel-sel tubuh. 3. Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Cara menjaga kebugaran mental adalah dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan. G. Terapi Pendekatan terapi pada penyakit Alzheimer didasarkan pada teori yang berkembang sesuai patogenesis dan patofisiologis penyakit dan kebutuhan untuk memperbaiki gejala-gejala kognitif dan tingkah laku yang mengalami gangguan, meskipun hingga saat ini belum ada terapi yang benar-benar secara meyakinkan mencegah Alzheimer ataupun memperlambat perjalanannya. Terapi medis untuk Alzheimer meliputi : Obat-obatan Psikotropik dan intervensi perilaku Berbagai intervensi farmakologis dan perilaku dapat memperbaiki gejala klinik penyakit Alzheimer, seperti : kecemasan, agitasi dan perilaku psikotik, yang memang pendekatan terbaiknya adalah secara simptomatis saja. Obat-obatan ini sangat berguna meski keefektifannya sedang dan bersifat sementara saja dan tidak mampu untuk mencegah perkembangan penyakit dalam jangka waktu yang lama. Intervensi perilaku meliputi pendekatan patient centered ataupun melalui pelatihan tenaga yang siap memberikan bantuan perawatan terhadap pasien. Intervensi-intervensi ini dikombinasikan dengan farmakoterapi seperti penggunaan anxiolytic untuk anxietas dan agitasi, neuroleptik untuk keadaan psikotiknya dan anti depressan untuk keadaan depresinya. Beberapa obat psikotik yang dianjurkan untuk digunakan oleh banyak praktisi adalah : haloperidol, risperidone, olanzapine dan quetiapine. Obat-obatan ini diberikan dalam dosis minimal yang masih efektif untuk meminimalisir efek samping, oleh karena sebagian besar pasien adalah mereka yang berusia lanjut. Cholinesterase Inhibitors (ChEIs) Strategi yang digunakan secara luas untuk mengatasi gejala-gejala alzheimer adalah mengganti kehilangan neurotransmitter asetilkolin di korteks serebri. Seperti diketahui, pada penyakit
Alzheimer terdapat kehilangan yang substansial dari asetilkolin, penurunan jumlah enzim asetiltransferase (enzim untuk biosintetis asetilkolin) dan hilangnya neuron-neuron kolinergik di daerah subkortikal (nukleus basalis dan hippokampus).yang memiliki serabut projeksi ke korteks. Observasi ini menghasilkan teori bahwa manifestasi klinis dari alzheimer timbul sebagai akibat dari hilangnya persarafan kolinergik ke korteks serebri. Akibatnya, dikembangkanlah berbagai senyawa yang mampu menggantikan defek kolinergik ini dengan cara mengintervensi proses degradasi asetilkolin oleh asetilkolinesterase sinaptik (spesifik), ataupun oleh asetilkolinesterase non sinaptik (non spesifik) yang sering disebut sebagai butyrylkolinesterase (BuChE). Obat-obatan yang dianjurkan diantaranya adalah tacrine (cognex),donepezil (aricept), rivastigmine (exelon) dan galantamine (reminyl). Hanya tacrin dan rivastigminlah yang juga menghambat BuChE. Hal ini penting untuk kemanjuran terapi, sebab dalam perjalanan penyakit Alzheimer, BuChE akan meninggi dan di sintesis oleh berbagai lesi Alzheimer termasuk oleh plak senilis. Efek obat-obatan ini antara lain : (1) Memperbaiki fungsi kognitif pada fase yang lanjut (2) Memperbaiki gangguan perilaku (3) Menolong pasien dengan demensia akibat gangguan vaskuler yang sering muncul bersamaan dengan Alzheimernya. Obat-obatan ini hanya berefek sementara sebab tidak memperbaiki penyebab dasar dari hilangnya asetilkolin di korteks, yakni degenerasi neuron yang tetap berlangsung secara progresif. Antagonis N-methyl-D-aspartate (NMDA). Merupakan obat generasi baru yang amat berguna pada Alzheimer fase lanjut. Kombinasi dengan asetilkolinesterase inhibitor terbukti lebih manjur. Mamantine adalah contoh obat golongan ini, yang juga dapat digunakan untuk keadaan neurodegeneratif lainnya seperti huntington disease, demensia terkait AIDS dan demensia vaskular. Anti radikal bebas. Dapat digunakan tocopherol (vitamin E) yang berfungsi memperbaiki kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang memberi kontribusi sebagai penyebab dari Alzheimer.
Agen anti inflamasi (nonsteroid). Pemberian agen ini berdasarkan postulat bahwa berbagai lesi Alzheimer seperti plak senilis, membutuhkan suatu keadaan inflamasi agar dapat berkembang menjadi fase yang lebih berat. Berbagai studi menunjukkan adanya perbaikan dan perlambatan perkembangan Alzheimer setelah pemberian singkat obat anti inflamasi ini. Contoh obat adalah rofecoxib (vioxx) dan naproxen (aleve). Antibiotik. Obat ini berguna untuk mengurangi deposisi amiloid otak pada pasien Alzheimer. Estrogen. Amat berguna pada wanita menopause dimana produksi estrogennya mulai menurun. Seperti kita ketahui estrogen merupakan suatu neurotropik dan membantu melindungi otak dari proses-proses degeneratif. Aktivitas dan sikap hidup yang sehat. Aktivitas-aktivitas fisik dan mental sangat direkomendasikan pada pasien-pasien Alzheimer dengan memperlambat perkembangan penyakit dan mencegah proses kemunduran lebih lanjut. Pada tahap perkembangan demensia Alzheimer yang dini, sikap hidup yang sehat, baik fisik maupun psikologis mampu memberikan perlindungan dan daya tahan dari otak terhadap lesi yang mulai muncul dengan cara membangkitkan kompensasi dari bagian otak yang masih sehat dan melindunginya dari perkembangan penyakit yang progresif
H. Prognosis Angka survival rata-rata setelah munculnya onset awal dari gejala Alzheimer adalah sekitar 8-10 tahun. Faktor-faktor yang membantu progresivitas penyakit adalah adanya gejala ekstrapiramidal, adanya gejala-gejala psikotik, onset pada usia muda dan disfungsi kognitif yang dini.
II. Konsep askep a. Asuhan keperawatan klien dengan Alzheimer Penyakit Alzheimer adalah penyakit degenerasi neuron kolinergik yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang trauma menyerang orang berusia 65 tahun ke atas. Penyakit Alzheimer ditandai oleh hilangnya ingatan dan fungsi kognitif secara progresif. Penyebab degenerasi neuron kolinergik pada penyakit Alzheimer tidak ketahui. Sampai sekarang belum satupun penyebab penyakit ini diketahui, tetapi ada tiga teori utama mengenai penyebabnya : 1) virus lambat 2) proses autoimun 3) keracunan aluminium Prediposisi genetic juga ikut berperan dalam perkembagan penyakit Alzheimer. Dipeerkirakan 10% - 30% dari klien Alzheimer menunjukan tipe yang diwariskan dan dinyatakan sebagai penyakit Alzheimer familia (familia Alzheimer disease-FAD). Di pihak lain, benzodiazepin dibuktikan mengganggu fungsi kognitif selain memiliki ansienitas, mungkin melalui reseptor GABA yang menghambat lepas muatan neuron-neuron kolinergik di nukleus basalis. Terdapat bukti-bukti awal bahwa obat yang menhambat reseptor GABA meperbaiki ingatan.
Patofisiologi Faktor predisposisi: virus lambat, proses autoimun, keracnan aluminium, dan genetik
Penurunan metabolisme dan aliran darah di korteks parietalis superior
Degenerasi neuron kolinergik
Kekusutan neurofibrilar yang difus
Terjadi plak senilis
Hilangnya saraf kolinergik di korteks serebrum Kelainan neurotransmiter
Asetilkolin
Penurunan sel neuron kolinergik yang berproyeksi ke hipokampus dan amigdala
pada otak
Dimensia
Perubahan kemampuan merawat diri sendri
1. Defisit perawatan diri (makan,minum,bepakaian,da n higien)
7. perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
Kehilangan kemampuan menyelesaikan masalah; perubahan mengawasi keadaan yang kompleks dan berfikir abstrak; emosi labil, pelupa, apatis
Tingkah laku aneh dan kacau, dan cenderung mengembara. Mempunyai dorongan melakukan kekerasan
3. perubahan proses pikir 4.kerusakan interaksi social 5.kerusakan komunikasi verbal 6.koping tidak efektif
2. resiko tinggi trauma
b. ANAMNESE Anamneses pada penyakit alzhaimer meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial. a) Identitas klien Meliputi nama, umur,(lebih sering pada kelompok usia lanjut, 50% populasi berusia lebih dari 85 tahun), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi, dan diagnose medis. b) Keluhan utama Sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta bantuan kesehatan adalah penurunan daya ingat, perubahan kongnitif, dan kelumpuhan gerak kstremitas. c) Riwayat penyakit sekarang Pada anamneses klien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan yang baru. Pada beberapa kasus, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien sering mengalami bertingkah laku aneh dan kacau serta sering keluar rumah sendiri tanpa mengatakan pada anggota keluarga yang lain sehingga sangat meresahkan anak-anaknya yang menjaga klien. Pada tahap lanjut dari penyakit, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien menjadi tidak dapat mengatur buang air, tidak dapat mengurus keperluan dasar sehari-hari, atau mengenali anggota keluarga. d) Riwayat penyakit dahulu Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, penggunaan obat-obatan antiansietas (benzodiazepine), penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu yang lama dan mengalami sindrom down yang pada suatu kemudian menderita penyakit Alzheimer saat usia 40-an. e) Riwayat penyakit keluarga Penyakit Alzheimer ditemukan hubungan sebab genetic yang jelas, diperkirakan 10%-3-% dari klien alzheir menunjukan tipe yang diwariskan, dan dinyatakan sebagai
penyakit Alzheumer familia (FAD). Pengkajian adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes militus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.
f) Pengkajian psikososialspritual Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien berfungsi untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyrakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Adanya perubahan hubungan dan peran karna klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak koonferatif. Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit Alzhaeimer adalah penurunan kognitif dan penurunan memori (ingatan) b. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran sesuai dengan generasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardia, hipotensi dan penurunan frekuensi pernafasan
B1 (Breathing)
Gangguan frekuensi pernafasan: berkaitan dengan hivoventilasi , inaktivitas, aksvirasi atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
Inspeksi,didapatkan
klien
batuk
atau
penurunan
kemampuan
untuk
efektif,peningkatan produksi sptum,sesak napas,dan gangguan otot bantu napas
Palpasi,taktil premitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi,adanya suara resoanan pada seluruh lapang paru
batuk
Auskultasi,buntyi napaas tambahan seperti napas sberbunyi,stridor,ronkhi pada klien denagn peningkatan produksi secret dan batuk dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didaparkan pada klien inaktifitas.
2. B2 (Blood) Hipotensi postural:berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh system perarafan otonom.
B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus pada dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada asistem lainnya Infeksi umum,didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku 3. Pengkajian tingkat kesadaran. tingkat kesadaran pasien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan status kongnitif klien 4. Pengkajian fungsi serebral. status mental biasanya klien mengalami perubahan yanag berhubungan dengan penurunan status kongnitif,penurunan persepsi,dan penurunan memori baik memori jangka pendek maupun jangka panjang. 5. Pengkajian saraf kranial. pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII
Saraf I biasanya pada klien penyakit Alzheimer tidak ada kelainan dan fungsi penciuman
Saraf II tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai dengan keadan usia lajut biasanya klien dengan penyakit Alzheimer mengalami penurunan ketajaman penglihatan
Saraf III,IV,dan VI pada beberapa kasus penyakit Alzheimer biasanya tidak ditemukan kelainan pada saraf
Saraf V wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf
Saraf VII persepsi pengecapan dalam batsa nomal
Saraf VIII adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan prses senilis serta penurunan aliran darah regional
Saraf IX dan X didapatkan kesulitan dalam menelan makannan yang berhubungan dengan perubahan status kongnitif
Saraf XI tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezeuz
Saraf XII lidah simetris tidak ada desisi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi indra penegecapan normal
6. Pengkajian system motoric infeksi umum,pada tahap lanjut klien akan mengalami perubahan dan penurunan pada fungsi motoric secara umum
Tonus otot didapatkan meningkat
Keseimbangan dan koordinasi didapatkan mengalami gangguan karena adanya perubahan status kongnitif dan ketidakomperatifan klien dengan metode pemeriksaan
7. Pengkajian reflex pada tahaplanjut penyakit Alzheimer sering mengalami kehilangan refleks postural apabila klien mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong.kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan(salah satunya didepan dan belakang)dapat menyebabkan klien sering jatuh 8. Pengkajian system sensorik sesuai berlanjutnya usia klien dengan penyakit Alzheimer mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif.penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari neuropati perifer yang dihubungakn dengan disfungsi kongnitif dan persepsi klien secara umum
B4 (Bladder)
Pada tahap lanjut,beberapa klien sering mengalami inkontinensia urine biasanya berhubungan dengan penurunan ststus kongnitif dari klien Alzheimer.penurunan refleks kandung kmeih yang bersifat progresif dank lien mungkin mengalami inkontinensia urine,ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan untuk menggunakan urineal karena
keruakan control motoric dan postural.selama periode ini,dilakukan kateterisasi intermiten dengan tekhnik steril
B5(Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik yang umum dan perubahan status kongnitif.penururnan aktifitas umum klien sering mengalami konstipasi
B6 (Bone)
Pada tahap lanjut,bisanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktifitas karena kelemahan umumdan penurnan status kongnitif menyebabkan masalah pola dan pemenuhan aktifitas seharihari.adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan karena prubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh pergerakan memberikan resiko pada trauma fisik jika melakukan aktifitas. c. PEMERIKSAAN FISIK Diagnosis penyakit Alzheimer rumit karena tidak ada uji definitive.pemeriksaan rutin yang biasa dilakukan meliputi pemeriksaan hitung sel darah lengkap dan pemeriksaan elektolit serum CT scan mungkin memperlihtkan kelebaran ventrikel dan atrofi korteks serta memastikan tidak ada tumor,abses otak,atau hematoma subdural kronik yang dapat diatasi. PENGKAJIAN PENATALAKSANAAN MEDIS Penanganan pasien dengan penyakit Alzheimer melibatkan baik pasien maupun keluarga.obat penenang dan antidepresan dapat berguna dalam mengendalikan tingkah laku pasien.pelayanan kesehatan rawat jalan untuk ksesehatan keluarga dibutuhkan oleh keluarga pasien sewaktu keadaan pasien semakin buruk dan mmerlukan perawatan total. Anggota
keluarga
harus
tetap
menjaga
agar
pasien
tidak
melukai
orang
lain,memburuknya keadaan dapat diperkirakan dan terjadi setelah 3-10 tahun.pada tahap lanjut dari penyakit,pasien jadi tidak dapat mengatur buang air,tidak dapat mengurus keperluan dasar sehari-hari,atau mengenali angota keluarga.kematian biasanya dosebabkan oleh infeksi atau mal nutrisi.
Diagnosa keperawatan 1. Kurang perawatan diri (makan, minum, berpakaian, hygiene) yang berhubungan dengan perubahan proses pikir. 2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan tidak adekuat, perubahan proses pikir. 3. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubugan dengan perubahan proses pikir. 4. Koping tidak efektif yang berhubungan dengan perubahan proses pikir dan difungsi karena perkembangan penyakit. 5. perubahan proses berfikir berhubungan dengan degenerasi neuron iriversibel. 6. perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis 7. kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik 8. perubahan pola eliminasi urinarius/konstipasi berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis/ tonus otot 9. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mudah lupa 10. resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan kacau mental
Perencanaan Sasaran pasien dapat meliputi perbaikan mencapai kemandirian aktivitas kehidupan mencapai eliminasi fekal yang adekuat, mencapai dan mempertahankan kepuasan status nutrisi, mencapai komunikasi, dan pengembangan mekanisme koping.
INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Kurang perawatan diri (makan, minum, berpakaian, hygiene) yang berhubungan dengan perubahan proses pikir No
TUJUAN/KRITERIA
INTERVENSI
RASIONAL
HASIL 1.
Dalam
waktu
2x24
jam
Hindari
apa
yang
Klien
dalam cemas
terdapat perilaku peningkatan
tidak dapat dilakukan
keadaan
dalam pemenuhan perawatan
oleh klien dan bantu
dan hal
diri. Dengan kriteria hasil:
bila perlu.
lakukan
klien
dapat
menunjukan
perubahan gaya hidup untuk
ini
di
untuk
mencegah frustasi
Ajarkan dan dukung
dan
kebutuhan merawat diri dan
klien
klien.
mengidentifikasi
aktivitas.
selama
harga
Dukungan
personal/keluarga yang dapat
klien
membantu.
aktivitas
diri
pada selama
kehidupan seharihari
dapat
meningkatkan perawatan diri.
2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan tidak adekuat, perubahan proses fikir.
No
TUJUAN/KRITERIA
INTERVENSI
RASIONAL
HASIL 2.
Dalam
waktu
kebutuhan terpenuhi
2x24
nutrisi dengan
jam Evaluasi kemampuan makan Klien klien klien
mengalami
kesulitan
kriteria
dalam
mempertahankan
berat
hasil: mengerti tentang nutrisi
badan mereka.
bagi tubuh, memperlihatkan
Mulut
kenaikan berat badan sesuai
akibat obat-obatan dan
dengan
mengalami
hasil
pemeriksaan
laboratorium
mereka
kering
kesulitan
mengunyah dan menelan, klien
beresiko
terjadi
aspirasi akibat penurunan reflek batuk Observasi/timbang
berat Tanda kehilangan berat
badan jika memungkinkan
badan
(7-10%),
dan
kekurangan intake nutrisi menunjang masalah
terjadinya katabolisme,
kandungan
glikogen
dalam otot, dan kepekaan terhdap
pemasangan
fentilator. Menejemen
mencapai Meningkatkan
kemampuan menelan
Gangguan disebabkan
kemampuan klien dalam
menelan menelan oleh membantu
dan
dapat
pemenuhan
tremor pada lidah, nutrisi klien via oral. ragu-ragu
dalam Tujuan
lain
adalah
memulai
menelan, mencegah
terjadinya
kesulitan
dalam kelelahan,
memudahkan
membentuk makanan masuknya makanan, dan
dalam bentuk bolus.
setengah lambung
Makanan
padat dengan sedikit air
memudahkan
untuk menelan
Klien
dianjurkan
untuk menelan secara berurutan
Klien
diajarkan
untuk
meketakkan
makanan diatas lidah, menutup bibir dan gigi, serta menelan.
Klien
dianjurkan
untuk
mengunyah
pertama
kali
pada
satu sisi mulut dan kemudia kesisi lain
Untuk
mengontrol
salifa,
klien
dianjurkan menahan kepala tetap tegak dan
membuat
keadaan sadar untuk menelan
Masak
otot
wajah
dan leher sebelum makan
dapat
membantu.
mencegah gangguan pada
Jika makanan kecil
dan lunak Monitor
pemberian
alat Pemanas
bantu
elektrik
digunakan untuk menjaga makanan
tetap
hangat
dank lien diizinkan untuk istirahat yang
selama
waktu
ditetapkan
untuk
alat-alat
hsuus
makan,
juga membantu makan. Penggunaan piring yang stabil, cakir yang tidak pecah bila jatuh, dan alatalat makan yang dapat digenggam sendiri bisa digunakan sebagai alat bantu. Kajilah
fungsi
system Fungsi
gastrointestinal
system
yang gastrointestinal
sangat
meliputi suara bising usus, penting catat
terjadi
didlam
perubahan memasukakn
lambung
makanan.
seperti Ventilator
mual, dan muntah. Observasi
untuk
menyebabkan perubahan pada
dapat kembung
lambung
da
pergerakan usus, misalnya: perdarahan lambung diare, konstifasi. Anjurkan pemberian cairan Mencegah 2500 cc/hari selama tidak dehidrasi terjadi gangguan jantung.
pengunaan
terjadinya akibat ventilator
selama tidak sadar dan mencegah konstifasi.
terjadinya
Lakukan
pemeriksaan
laboratorium diindikasikan, serum,
yang seperti: transverin,
BUN/kreatine, dan glukosa.
3. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubngan dengan perubahan proses fikir No
Tujuan/kriteria hasil 1.
Intervensi
Rasional
Dalam waktu 2x24 Kaji kemampuan klien untuk Gangguan bicara ada pada jam
terjadi berkomunikasi.
banyak
peningkatan
dalam
mengalami
perilkau
klien
yang penyakit
alzherimer. Bicara mereka
berkomunikasi
yang
lemah,
monoton,
halus
efektif sesuai dengan
menuntut
kondisi dan keadan
berupaya
klien dengan kriteria
dengan
hasil membuat tehnik
penekanan perhatian pada
atau
apa yang mereka katakana.
metode
komunikasi
kesadran untuk
bicara
lambat,
dengan
yang
dapat
dimengerti
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Mementukan
cara-cara Mempertahankan
komunikasi,
kontak
sepeerti mata akan membuat klien
mempertahankan kontak mata: tertarik selama komunikasi. menjawab pertanyaan dengan Jika jawaban
iy
atau
klien
tidak, mengerakkan
dapat kepala,
menggunakan
kertas
dan mengedipkan
mata,
atau
pensil/polepen, gambar atau senang dengan isarat-isarat papan tulis, Bahasa isarat: sederhana,
lebih
memperjelas
menggunakan
arti
dari dengan
komunikasi yang disampaikan.
baik
pertanyaan ya/tidak. Kemampuan
menulis
kadang-kadang melelagkan klien,selain
itu
mengakibatkan
dapat prustasi
dalam upaya maemenuhi kebutuhan komunikasi,keluarga dapat bekerja
sama
untuk
memenuhi kebutuhan klien. Letakkan bel/lampu panhgilan Ketergantungan klien pada yang mudah dijangkau dan ventilator akan lebih baik berikan
penjelasan
cara dan rileks,perasaan aman
menggunakannya.jawab panggialn
tersebut
segera.penuhi klien,katakana
dan mengerti bahwa selama dengan menggunakan
kebutuhan ventilator,perawat kepada
klien memenuhi
akan segala
bahwa perawat siap membantu kebutuhannya jika dibutuhkan Buatlah perawatan
catatan tentang
dikantor Mengingatkan staf perawat keadaan untuk
klien yang tak dapat berbicara .
berespon
dengan
klien selama memberikan perawatan
Buat klien
rekaman
pembicaraan Rekaman pembicaraan klien dalam pita kaset secara periodic,hal ini dibutuhkan dalam
memantau
perkembangan klien,ampilepier
kecil
membantu
klien
jika
mengalami
kesulitan
mendengar Anjurkan keluarga/orang lain Keluarga dapat merasakan yang dekat dengan klien untuk akrab dengan klien berada berbicara
dengan dekat
klien,memberikan tentang
klien
selama
informasi berbicara,dengan
keluarganya
dan pengalaman
keadaan yang sedang terjadi
ini
dapat
membantu/mempertahankan kontak
nyata
seperti
kehadiran anggota keluarga yang
dapat
mengurangi
perasaan kaku Kolaborasi dengan ahli bicara Ahli terapi Bahasa dapat bahasa
membantu membentuk latihan
dalam peningkatan
percakapan
dan
membantu
petugas
kesehatan
untuk
mengembangkan komunikasi
metode untuk
memenuhi kebutuhan klie