MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS
OLEH : KELOMPOK 2 1. ANDINA EMA RANTANG
010217403
2. MOHAMAD MACHFUD SODIK
0102174023
3. RENI FERMIATI
0102174026
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyusun makalah “Asuhan Keperawatan Pada Abortus”. Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak. Kami menyadari bahwa masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan balik yang positif demi perbaikan di masa mendatang harapn kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan saya berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Ungaran, Maret 2018 Kelompok 2
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Data dari WHO menyebutkan setiap tahun terjadi kurang lebih 20 juta aborsi tidak aman, dimana menimbulkan kematian 70 ribu perempuan tiap tahunnya. Pada kenyataannya di negara-negara maju, baik karena pelayanan kesehatannya lebih baik maupun telah legalnya aborsi. Aborsi tidak aman (aborsi provokatus kriminalis) memiliki 100 – 500 kali lebih beresiko dibandingkan aborsi aman (aborsi provokatus medicinalis). Kematian akibat aborsi ini adalah 1 diantara 43.700 aborsi. Sementara untuk negara berkembang dimana pelayanan kesehatan untuk perempuan hamil hanya 50 % saja, angka kematian akibat aborsi ini lebih tinggi satu untuk 250 aborsi di seluruh dunia dan hampir 70% negara telah mengijinkan aborsi. Untuk Indonesia, meski tidak ada angka resmi mengenai kejadian aborsi tetapi hasil pengamatan diperkirakan dari 100 kehamilan, sebanyak 30 akan terakhir dengan keguguran atau pengguguran. Dari IPPF (International Pland Parenthood Federation) mengatakan dari 1.000 perempuan ada 32 – 46 kejadian aborsi. Dan menurut WHO 15% dari kehamilan akan diakhiri dengan pengguguran sengaja. Konon di Jakarta saja setiap harinya sekitar 50 – 70 permintaan pengguguran janin dan di Surabaya. Kajian tentang tindakan aborsi ini bertujuan untuk memahami makna dari aborsi, perlindungan umum tentang tindakan aborsi dan juga pandangan hukum agama terhadap tindakan aborsi. Setelah itu, harapan yang diinginkan selanjutnya adalah selain lebih memahami hal-hal yang diperbolehkan dan dilarang melakukan aborsi juga diharapkan agar tindakan aborsi tidak lagi dilakukan semena-mena. Bila tidak ditemukan aasan yang tepat untuk melakukannya, misalnya untuk menyelematkan nyawa sang ibu. 2. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum a. Menjelaskan definisi abortus b. Menjelaskan etiologi dan klasifikasi abortus c. Menjelaskan patofisiologi abortus d. Menjelaskan asuhan keperawatan pada asuhan pasien abortus 2. Tujuan Khusus a. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, klasifikasi serta patofisiologi abortus. b. Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan terhadap pasien abortus.
BAB II PEMBAHASAN ABORTUS 1. PENGERTIAN Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400 – 1.000 gram. Tetapi jika terdapat tetus hidup di bawah 40 gram itu dianggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir, makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus. (Sofian, 2012). Abortus adalah pengakhiran kehamilan dengan cara apapun sebelum janin cukup berkembang untuk dapat hidup di luar kandungan. ( Gary Cunningham, F. 1995). Abortus adalah penghentian atau berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin viabel (usia kehamilan 20 minggu). (Helen, F. 2001) Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1.000 gram atau umur hamil kurang dari 28 minggu. (Manuaba. 1998). Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu (Mansjoer Arif. 2001) 2. KLASIFIKASI Berdasarkan kejadiannya, dapat dibagi atas dua golongan : (Sastrawinata, 2005). 1. Abortus spontan terjadi didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. 2. Abortus provokatus (Induced Abortus) terjadi karena sengaja dilakukan dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi : a. Abortus medisinalis (Abortus Therapeutica) Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan daat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya harus mendapatkan 2-3 dokter ahli. b. Abortus kriminalis Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidakk berdasarkan indikasi medis. Jenis Abortus Spontan a. Abortus Imminens . Merupakan peristiwa terjadinya pendarahan dari iuteri pada kehamilan sebelum 20 mnggu dimana hasil konseps masih di dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks. Pada jenis kehamilan dapat berlanjut b. Abortus Insipiens Merupakan peristiwa terjadinya pendarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih di dalam uterus. Kehamilan tidak berlanjut dan akan berkembang menjadi abortus inkomplit atau komplit c. Abortus inkompletus Merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
d. Abortus kompletus Pada abortus kompeltus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan pada penderita ditemukan pendarahan sedikit. Osteum uteri telah menutup dan uterus sudah banyak mengecil. e. Abortus habitualis Merupakan abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih secara beruturturut. Pada umumnya penderita tidak sukdar menjadi hamil, tetapi berakhir sebelum 28 minggu. f. Missed abortion Merupakan kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. 3. ETIOLOGI Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui scara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor sebagai berikut : a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena : 1. Faktor kromosom Gangguan terjadi sejak semua pertemuan kromosom termasuk kromosom seks. 2. Faktor lingkungan endometrium a. Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi. b. Gizi ibuu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarakk kehamilan. 3. Pengaruh luar a. Infeksi endometrium. Endometrium tidak siap menerima implantasi hasil konsepsi. b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu. b. Kelainan pada plasenta. 1. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi. 2. Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabeltes mellitus. 3. Hipertensi menyebabkan gangguan pendarahan arah plasenta sehingga menimbulkan keguguran (abortus) c. Penyakit ibu Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta. 1. Penyakit infeksi seperti pneumonia, malaria, sifilis. 2. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran )2 menuju sirkulasi uretroplasenta. 3. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit diabetes mellitus. d. Kelainan yang terdapat pada rahim Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin. Dijumpai keadaa abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retroleksia uteri, serviks inkompeten, bekas oerasi post partum (Manuaba. 1998).
e. Kelainan Ovum 1. Ovum patologis 2. Kelainan letak embrio 3. Plasenta yang abnormal 4. TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala secara umum, adalah : a. Terlambat hadi atau amenorrohoe kurang dari 20 minggu. b. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah, kesadaran menurun, tekanan darah nomral atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat. c. Pendarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi. d. Rasa mulas atau kram perut di daerah atas simisis, sering nyeri pinggang akibat kontraksi uterus. (Indonosianursing.com, 2008) Tanda dan gejala pada abortus imminen a. Terdapat keterlambatan datang bulan. b. Terdapat pendarahan disertai sakit perut atau mulas. c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim. d. Hasil pemeriksaan dalam terdapat pendarahan dari kanalis servikalis dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim. e. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif. Tanda dan gejala pada abortus insipien a. Pendarahan lebih banyak b. Perut mulas atau sakit lebih hebat. c. Pada pemeriksaan dijumpai pendarahan lebih banyak, kanalis servikasli terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba. Tanda dan gejala abortus inkomplit a. Pendarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis. b. Pendarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat. c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi. d. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma) Tanda dan gejala abortus kompletus a. Uterus telah mengecil b. Pendarahan sedikit c. Canalis servikalis telah tertutup Tanda dan gejala missed abortion a. Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air. b. Buah dada mengecil kembali 5. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Tes kehamilan, positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus. b. Pemeriksaan doppler atau USG (Ultrasonografi) untuk menentukan apakah janin masih hidup.
c. Pemeriksaan kadar (Sastrawinata, 2015).
fibrinogen
darah
pada
missed
abortion
6. KOMPLIKASI a. Pendarahan (Hemorrage) Pndarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena pendarahan dapat terjadi a[abila pertolongan tidak diberikan pada waktunya. b. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi retroleksi. Terjadi retakan pada rahim, misalnya abortus provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus atau organ reproduksi lainnya. c. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi hebat. d. Infeksi Sebenarnya pada genetalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora. Khususnya pada genentalia eksterna yaitu staphylococus, streptococcus, gram hegatif enteric bacili, mycoplasma, treponema (selain T. Paliidum), leptospira, jamur, trichomonas vaginalis. Sedangkan pada vagina ada lactobacili, streptococcus, staphylococcus, clostridium sp, bakteroides sp, listeria. 7. PENATALAKSANAAN a. Abortus iminens 1. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang. 2. Periksa denyut nadi dan suhu dua kali sehari bila klien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas. 3. Tes kehamilan dapat dilakukan bila hasil negatif. Mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup. 4. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg, berikan preparat hamafinik, misalnya sulfas ferusus 600 – 100 mg. 5. Diet tiinggi protein dan tambahan vitamin C. 6. Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat. b. Abortus insipiens 1. Bila pendarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin. 2. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu yang biasayan disertai pendarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunan abortus disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikan ergometrin 0,5 mg intramuskuler. 3. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitoksin 10 iu dalam destrose 15 persen 500 mg dimulai 5 tetes per menit dan
naikkan sesuai dengan kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit. 4. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal lakukan pengeluaran plasenta. c. Abortus inkomplit 1. Bila terjadi syok karena pendarahan, berikan infus cairal NaCL fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah. 2. Setelah syok diatasi lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler. 3. Bila janin sudah keluar tetapi plasenta masih tertinggal lakuakn pengeluaran plasenta secara manual. 4. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi. d. Abortus komplit 1. Bila kondisi pasien baik berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 5 hari 2. Bila pasien anemia berikan sulfat ferosus atau tranfusi darah. 3. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi. 4. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral. e. Missed abortion 1. Bila kadar fibrinogen normal segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunan ovum lalu dengan kuret tajam. 2. Bila kadar fibrinogen makin rendah berikan fibrinogen kering atau segera sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi. 3. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu lakukan pembukaan serviks dengan gagang luminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dilatator heger. Kemudian hasil konsepsi diambnil dengan cunan ovum lalu dengan kuret tajam. 4. Pada kehamilanlebih dari 12 minggu dietil stilbestrol 3 x5 mg lalu infus oksotoksin 10 iu dalam destrose 5 % sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. 5. Bila tinggi fundus iuteri sampai 2 jari di bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20 % dalam kafum uteri melalui dinding perut.
8. PATOFISIOLOGI Patofisiologi terjadinya keguguran ( abortus) mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan pendarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2. Bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan kontraksi. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal yang menyebabkan berbagai penyakit. Oleh itu keguguran (abortus) memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi pendarahan dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi. (Manuaba, 1998). Abortus (mati janin < 16 – 28 minggu / BB < 400 – 1.000 gram)
Fisiologi organ terganggu penyakit ibu / panggung sempit
Abortus spontan
Abortus provokatus Intoleransi aktifitas
Abortus Medicinalis Abortus Kriminalis
Abortus Imminens Abortus Insipiens Abortus Inkomplit Abortus Komplit Missed Abortion
Gangguan rasa nyaman
Nyeri abdomen
Curetase
Post anestesi
Penurunan syaraf oblongata
Penurunan syaraf vegetatif
Periltastik menurun
Kurang pengetahuan
Ansietas
Jaringan terputus/ terbuka
Resiko infeksi
Nyeri gangguan pemenuhan ADL (Activity Day Living
Invasi bakteri
Penyerapan cairan dikolon
Gangguan eliminasi (konstipasi)
Pendarahan
Kekurangan volume cairan Resiko syok hipovolemik