Makalah Agama Bener.docx

  • Uploaded by: Annisa nurul
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Agama Bener.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,636
  • Pages: 15
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM “TUHAN YME DAN KETUHANAN”

Disusun oleh : KELOMPOK 1 Aisa Mawarni Alifya Rizky Saspianto Ananda Hadi Nur H. Anissa Hani Aulia Annisa Nurul Qomariyah Asyifa Fitri Alina Citra Adrianah Abidin Desla Rahma Azizah Eko Prasetyo KELAS 1D FAKULTAS KESEHATAN JURUSAN ANALIS KESEHATAN Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam Dosen : Bapak Cecep

BAB I PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang Karena materi tentang Tuhan yang Maha Esa dan Ketuhanan adalah hal yang paling penting untuk menjadi seorang Muslim yang sejati atau Muslim yang menjadi benar-benar seorang yang sangat beriman dan bertaqwa, oleh karena itu materi ini sangat bermanfaat untuk kita semua agar menjadi manusia yang dulunya tersesat dalam dunia yang sangat fana ini menjadi manusia yang insya allah menjadi manusia yang lebih baik lagi dan selalu mengingat Allah SWT pada setiap waktunya.

2. Rumusan Masalah Masalah yang didapatkan pada materi ini yaitu ada pada seorang manusianya itu sendiri, karena jika manusia itu tidak bisa mengubah dirinya menjadi lebih baik lagi maka orang itu sudah benar-benar sudah tersesat dalam gemerlapnya dunia yang fana ini. 3. Tujuan Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah : a) Agar Menjadi seorang Muslim yang bertaqwa dan beriman hanya kepada Allah SWT. b) Mempelajari arti pentingnya makna Tauhid dalam hidup kita. c) Mengatahui ajaran-ajaran Rasul tentang keimanan dan ketaqwaan seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an, Al-Hadist, dan As-Sunnah. 4. Manfaat a)

Mengetahui makna 2 kalimat syahadat dan begitu pula mempelajari artinya dengan baik dan sesuai dengan ajaran Tauhid.

b)

Menambah tingkat keimanan dan ketaqwaan menjadi lebih tinggi lagi.

c)

Mengetahui hal-hal yang sebelumnya belum kita ketahui menjadi lebih tahu tentang pentingnya materi tentang “Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan”

BAB II URAIAN MATERI

KONSEP TUHAN YME Falsafah Negara Pancasila, Sila Pertama Disebut Ketuhanan yang Maha Esa; Masalah ke-Tuhanan merupakan suatu hal yang pokok/dasar dalam setiap agama, sehingga suatu agama yang tidak ada/tidak Jelas Tuhannya maka

bukanlah agama. Semua agama mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa (tunggal) yang dalam istilah agama disebut Tauhid; artinga meng-Esakan Tuhan yaitu Allah SWT;. Namun demikian bahwa KeTuhanan Yang Maha Esa tersebut mempunyai penafsiran yang berbeda di antara satu agama dengan agama lainnya, baik itu dalam islam, Kristen, Hindu maupun Budha. Perbedaanperbedaan tersebut harus diterangkan, agar supaya berdasarkan pengertian tentang

adanya

perbedaan

itu

akan

timbul

saling

pengertian

dan

hargamengharagi antara satu sama lain, sehingga tidak menimbulkan pertengkaran/perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat. Sehubungan hal tersebut, dalam makalah ini diuraikan pula beberapa pandangan agama selain islam tentang Ke-Esaan Tuhan. Hal ini dimaksudkan hanya untuk memperjelas. Islam menekankan dengan sungguh-sungguh tentang ke-Esaan Tuhan. Tuhan itu adalah benar-benar Esa/Tunggal;, Esa murni dalam arti Tuhan yang tidak dapat dipisahpisahkan lagi atau bukan merupakan kumpulan (kesatuan) dari satuan-satuan lain.Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an antara lain:  Surat Al-Ikhlas, ayat 1-4, yang artinya: 1) Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa; 2) Allah adalah Tuhan, yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu ; 3) Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan; 4) dan tidak seorangpun yang setara dengan dia;  Surat-Ash-Shad, ayat 65, yang artinya: “Dan sekali-sekali tidak ada Tuhan, selain Allah Yang Maha Esa dan Maha mengalahkan”

 Surat AlBaqarah ayat 163, yang rtinya: Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Penciptaan adalah banyak, tetapi Sang Pencipta adalah Satu. Selain daripada kepercayaan agama, kita dapat mencapai kesimpulan tentang keEsaaan hakikat eksistensi dengan jalan logika atau dengan pengalaman duniawi atau dengan pengalaman kejiwaan kita sendiri. Adlah suatu hukum daripada science, bahwa kita ini hidup dalam alam yang penuh dengan berbagai macam ragam gejala, tetapi satu sama lain saling berhubungan. Konsepsi tentang kesatuan eksistensi ini adalah merupakan hukum yang fundamental dalam science, juga dalam agama. Dalam hal ini Al-Qur’an mengajukan argumentasi yang sangat sederhana: andaikata ada pada langit dan bumi Tuhan selain Allah niscaya rusak binasalah kedua-duanya itu (Al-Anbiya, 22). Andaikata ada Tuhan selain Allah, niscaya tata semesta ala mini tidak ada yang stabil, dan tidak ada hukum alami dapat berjalan. Demikian juga dalam science, alam ini adalah satu, dan berbagai macam ragaman ini diikat dengan berbagai kesatuan hukum dan semua kesatuan hukum itu akhirnya dari kesatuan hukum yang meliputi seluruhnya. Dalam science, pengalaman-pengalaman membenarkan hipotesa ini, tetapi science hanya menggarap penonema indrawi saja. Agama menekankan bahwa dunia yang dipahami dengan pengertian juga merupakan satu kesatuan, sekalipun dunia pengertian; itu tidak berhadapan dengan kita sebagai suatu fakta yang indrawi. Tetapi bagi agama, kesatuan alam semesta dan kesatuan akal, kedua-duanya menunjukkan kepada adanya kesatuan yang terakhir darimana kedua kesatuan itu’pikiran dan benda bersumber. Pikiran manusia, secara psikologis, juga merupakan satu kesatuan. Apakah sebenarnya fikiran itu, apakah mind; dalam bahasa inggris ataukah jiwa;, tetapi satu hal tak dapat dibantah, ialah bahwa ia itu merupakan pengalaman atau appercepsi;. Menurut Islam semua yang ada

dalam alam ini dihubungkan dengan satu hukum atau dengan satu kemauan yang kreatif, sebab Sang Penciptanya adalah satu. Profesor Hoffding, seorang ahli sejarah filsafat yang terkenal itu, menyatakan bahwa di dunia Barat kepercayaan pada monotheisme mendapat kemajuan yang besar karena kemajuan science yang didasarkan kepada kesatuan eksistensi, yang dapat dibuktikan dengan penemuan demi penemuan ilmiah. Monisme dari science dan monotheisme

daripada

agama

adalah

sangat

dekat

satu

sama

lain.

Dalam perjalanan sejarah, manusia seringkali mulai dengan kepercayaan tentang banyak Tuhan, yang Tuhan satu sama lain tidak ada hubungannya sama sekali, atau bahkan Tuhan yang satu bermusuhan dengan Tuhan yang lainnya, tetapi akhirnya mereka sampai kepada idea tentang Esanya Tuhan. Demikian juga

penemuan-penemuan

alami

dimulai

dengan

penemuan-penemuan

kebanyakragaman dari alam semesta ini, hingga akhirnyasamapi kepada satu idea tentang kesatuan alam semesta ini. Dimana mereka menemukan bahwa berbagai macam penomena alami yang paling jauh diketahui tunduk kepada satu hukum yang sama dan saling berhubungan kausal satu sama lain. Di samping akal dan dunia, Tuhan juga terasa dalam kesadaran moral manusia. Immanuel Kant menyatakan bahwa hal yang menakutkan dia; langit yang bertaburan bintang-bintang di atas dan hukum moral yang ada di dalam dirinya sendiri. Dalam kedua dunia ini; dunia atas dan dunia dalam ia berusaha untuk menemukan kesatuan dan uniformnya hukum yang menguasainya. Ruparupanya ia mendapatkan kesukaran untuk menyatukan dua kesatuan itu dalam satu kesatuan yang fundamental, darimana kedua-duanya itu bersumber. Ia meninggalkan hal itu dalam bidang kepercayaan, dengan memegang teguh thesisnya bahwa agama baru mulai dimana filsafat berhenti.

KONSEP KETUHANAN FILSAFAT KETUHANAN Pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, yaitu pemakaian apa yang disebut sebagau pendekatan filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu (Terutama agama Islam, Kristen,Yahudi) akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya. Jadi filsafat ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolute atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan. A. Siapakah Tuhan itu? Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam surat al-Furqan ayat 43 “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya ?” Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri: ‘Wahai para pembesar hambaku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku’. Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam al-Qur’an juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan

nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti tentang definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika al-Qur’an adalah sebagai berikut: Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya. Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya

yang

dipuja,

dicintai,

diagungkan,

diharap-harapkan

dapat

memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada

dalam

kesulitan,

berdo’a,

dan

bertawakkal

kepadanya

untuk

kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin, 1989: 56). Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah. C. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan 1. Pemikiran Barat Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori

evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock, dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut: a. Dinamisme Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun mana tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya. b. Animisme Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang, serta mempunyai kebutuhankebutuhan. Roh akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan advis dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.

c. Politeisme Kepercayaan

dinamisme

dan

animisme

lama-lama

tidak

memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya. d. Henoteisme Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lamakelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat Nasional). e. Monoteisme Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham yaitu: deisme, panteisme, dan teisme. Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain. Dengan lahirnya pendapat

Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacammacam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam

penyelidikan

didapatkan

bukti-bukti

bahwa

asal-usul

kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan. (Zaglul Yusuf, 1993: 26-37).. 3. Konsep Ketuhanan dalam Islam Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut: ‫ب ا‬ ‫س كممن يكتااخحذ اممن حدوُان ا‬ ‫اا أكمنكداًدداً يحاحبِبوُّنكهحمم ككحح ب‬ ‫اا‬ ‫كوُامكن اًلنااَّ ا‬ "Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah." Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acaraacara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan

Khadijah

(sekitar

15

tahun

sebelum

turunya Al-Quran)

ia

mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul

pertanyaan

apakah

konsep

ketuhanan

yang

dibawakan

Nabi

Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya. Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut; ‫س كوُاًملقككمكر لكيكحقوُّلحان ا‬ ‫اح فكأ كانىَّ يحمؤفكحكوُّكن‬ ‫كوُلكئامن كسأ كملتكهحمم كممن كخلك ك‬ ‫ضكوُّكساخكر اًلاشمم ك‬ ‫ت كوُاًملكمر ك‬ ‫ق اًلاسكمكوُّاً ا‬ Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah. Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru baik dinyatakan bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta. Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat AlIkhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga AlQuran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

1.

Simpulan Banyak orang yang mengaku Islam. Namun jika kita tanyakan kepada mereka, apa itu tauhid, bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang dapat menjawabnya. Sungguh ironis melihat realita orang-orang yang mengidolakan artis-artis atau pemain sepakbola saja begitu hafal dengan nama, hobi, alamat, sifat, bahkan keadaan mereka sehari-hari. Di sisi lain seseorang mengaku menyembah Allah namun ia tidak mengenal Allah yang disembahnya. Ia tidak tahu bagaimana sifat-sifat Allah, tidak tahu nama-nama Allah, tidak mengetahui apa hak-hak Allah yang wajib dipenuhinya. Yang akibatnya, ia tidak mentauhidkan Allah dengan benar dan terjerumus dalam perbuatan syirik. Maka sangat penting dan urgen bagi setiap muslim mempelajari tauhid yang benar. Dan setiap manusia harus memahami bahwa Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap manusia pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.

2.

Saran Untuk setiap manusia setidaknya “HARUS” beriman dan bertaqwa kepada Allah. Agar kita dapat mengetahui pentingnya hidup itu bukan hanya untuk didunia saja melainkan juga diakhirat. Karena kenikmatan didunia itu hanya sekejap saja dan tidak akan kekal. Kalau diakhirat kita akan hidup kekal selamanya dan itulah hidup yang sesungguhnya didunia ini.

DAFTAR PUSTAKA 1. Cholis.2012.

Konsep

Al-Qur’an

tentang

taqwa

(Choliscollection.blogspot.com/2012/01/konsep-alquran-tentang-taqwadan.html, diakses Januari 2012) 2. Info Dakwah Islam.2012. Ketaqwaan dan keimanan serta implikasi dalam kehidupan

sehari-hari

(Infodakwahislam.wordpress.com/2013/05/11/ketaqwaan-dan-keimananserta-implikasi-dalam-kehidupan-sehari-hari.html, diakses 11 Mei 2013) 3. Nurdiansah, Danang.2012. Identifikasi ayat-ayat yang berkaitan dengan ketaqwaan (Danangnurdiansah.blogspot.com/2012/01/identifikasi-ayat-ayatyang-berkaitan.html, diakses Januari 2012) 4.

Posted on 19 March 2013 by ardhipamungkas under Agama Islam

Related Documents

Makalah Agama
October 2019 55
Makalah Agama
July 2020 24
Makalah Agama
August 2019 53
Makalah Agama Payo.docx
November 2019 26

More Documents from "indah permata"