Akhlak mulia dan Tercela A. Pengertian dan Contoh B. Akhlak terhadap Allah C. Akhlak mulia/ baik terhadap diri sendiri D. Akhlak baik terhadap sesama manusia E. Akhlak yang baik terhadap lingkungan F. Akhlak akhlak yang tercela dan contoh
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN A. Pengertian Akhalak Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. cara membedakan akhlak, moral dan etika yaitu Dalam etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolok ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam moral dan susila menggunakan tolok ukur norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dalam masyarakat (adat istiadat), dan dalam akhlaq menggunakan ukuran Al Qur’an dan Al Hadis untuk menentukan baik-buruknya. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Akhalak dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Al – Hamidah (Akhlak Baik) Akhlak baik adalah perbuatan/tingkah laku baik yang sesuai dengan perintah Allah SWT. Akhlak baik dapat dibagi menjadi : a. Jujur (Ash-Shidqu) adalah suatu tingkah laku yang didorong oleh keinginan (niat) yang baik dengan tujuan tidak mendatangkan kerugian bagi dirinya maupun oranglain. b. Berprilaku baik (Husnul Khuluqi) adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya dengan cara yang terpuji.
c. Malu (Al-Haya') adalah akhlak (perangai) seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk dan tercela,sehingga mampu menghalangi seseorang untuk melakukan dosa dan maksiat serta dapat mencegah seseorang untuk melalaikan hak orang lain. d. Rendah hati (At-Tawadlu')Washiyatul mushtofa adalah sifat pribadi yang bijak oleh seseoarang yang dapat memposisikan dirinya sederajat dengan orang lain dan tidak merasa lebih tinggi dari orang lain. e. Murah hati (Al-Hilmu) adalah suka (mudah) memberi kepada sesama tanpa merasa pamrih atau sekadar pamer. f. Sabar (Ash-Shobr) adalah menahan atau mengekang segala sesuatu yang menimpa diri kita(hawa nafsu). Dari 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, semoga Allah merelakannya, berkata, "Rasulullah SAW. bersabda", "Ketika Allah mengumpulkan segenap makhluk pada hari kiamat kelak, menyerulah Penyeru", "Di manakah itu, orangorang yang utama (ahlul fadhl) ?". Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga, sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah itu orang-orang yang utama (ahlul fadhl)". "Apa keutamaan kalian ?", tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas, "Kami, jika didzalimi, kami bersabar. Jika diperlakukan buruk, kami memaafkan. Jika orang lain khilaf pada kami, kamipun tetap bermurah hati". Akhirnya dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga, karena demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". Setelah itu menyerulah lagi penyeru, :"Di manakan itu, orang-orang yang bersabar (ahlush shabr) ?". Maka berdirilah sekelompok
manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga, sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah itu orang-orang yang sabar (ahlush shabr). "Kesabaran apa yang kalian maksud ?", tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas, "Kami sabar bertaat pada Allah, kamipun sabar tak bermaksiat padaNya. Akhirnya Dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga, karena demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". (Hilyatul Auliyaa'/ Juz III/ Hal. 140)
2. Adz-Dzamimah (Akhlak Buruk) Akhlak buruk adalah perbuatan yang tidak disukai atau dilarang oleh Allah SWT. Beberapa contoh akhlak buruk yaitu : 1. Mencuri/mengambil bukan haknya 2. Iri hati 3. Membicarakan kejelekan orang lain (bergosip) 4. Membunuh 5. Segala bentuk tindakan yang tercela dan merugikan orang lain ( mahluk lain)
B.
Akhlak terhadap Allah Menurut Kahar Masyhur akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan Segala sikap atau perbuatan manusia yang dilakukan tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri manusia (sebagai hamba) kepada Allah SWT. (sebagai Kholiq). Mengapa kita harus berakhlak kepada Allah? Seorang muslim yang baik itu memang diharuskan berakhlak yang baik kepada Allah SWT. Karena kita sebagai manusia itu diciptakan atas kehendak-Nya, sehingga alangkah baiknya kita bersikap santun (berakhlak) kepada sang Kholliq sebagai rasa syukrur kita.
Menurut Kahar Mashyur , Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu beakhlak kepada Allah. Yaitu: Pertama, karena Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagai mana di firmankan oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7. sebagai berikut : yang artinya : (5) "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6). Dia tercipta dari air yang terpancar, (7). yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada. (at-Tariq:5-7) Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl ayat, 78. yang Artinya: "Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur. ( Q.S an-Nahal : 78) Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam surat al-Jatsiyah ayat 12-13. yang Artinya (13) "Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapalkapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (13), "Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir.(Q.S al-Jatsiyah :12-13 ). Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa' ayat, 70. ynang Artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-
baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S al-Israa : 70).
C. Akhlak Mulia / Baik Terhadap Diri Sendiri A. Pengertian akhlak terhadap diri akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa. Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari. Hati yang berpenyakit seperti iri dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran. Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut. Dengki. Orang pendeki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari sifat buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus. Islam tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah bersabda: “Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, “hati-hatilah pada kedengkian kaerena kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti api yang melahap minyak.” (H.R. Abu Dawud)
Orang munafiq adalah orang yang berpura-pura atau ingkar. Apa yang mereka ucapkan tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Adapun tandatanda orang munafiq ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits, yaitu: قال عنه هللا رضي هريرة أبى عن: صلعم هللا رسول قال. ” ثالث المنافقين أيات, أخلف وعد وإذا كذب حدث إذا, وإذا خان اؤتمن Dari Abu hurairoh r.a. Rasulullah berkata: ” tanda-tanda orang munafiq ada tiga, jika ia berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat.” (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-Nisa’i) B. Macam – macam akhlak terhadap diri sendiri 1. Berakhlak terhadap jasmani. a. Menjaga kebersihan dirinya Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan secara menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh badan. Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih, baik dan rapi terutamanya pada hari Jum’at, memakai wewangian dan selalu bersugi. b. Menjaga makan minumnya. Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau melampau di tegah dalam Islam. Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan, satu pertiga untuk minuman, dan satu pertiga untuk bernafas. c. Tidak mengabaikan latihan jasmaninya Riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa mengabaikan hak-hak Allah, diri, keluarga, masyarakat dan sebagainya, dalam artikata ia tidak mengabaikan kewajiban sembahyang, sesuai kemampuan diri, menjaga muruah, adat bermasyarakat dan seumpamanya. d. Rupa diri Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan seumpamanya. Islam adalah agama yang mempunyai rupa diri dan tidak
mengharamkan yang baik. Sesetengah orang yang menghiraukan rupa diri memberikan alasan tindakannya sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena Rasulullah yang bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak melarang umatnya menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak melampau dan takabbur. 2. Berakhlak terhadap akalnya a. Memenuhi akalnya dengan ilmu Akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan mengambi sesuatu yang memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh supaya membangun potensi akal hingga ke tahap maksimum, salah satu cara memanfaatkan akal ialah mengisinya dengan ilmu. Ilmu fardh ‘ain yang menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah diutamakan karena ilmu ini mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal dan cukup umur. Pengabaian ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap akalnya. b. Penguasaan ilmu Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya manusia dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan kealfaan ummat terhadap pengabaian penguasaan ilmu ini. Perkara utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah, bacaannya, tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah, sejarah sahabat, ulama, dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta muamalah. Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala bentuk ilmu, termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan cepat. Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi dan Syiria. Abdullah bin Zubair adalah antara sahabat yang memahami kepentingan menguasai bahasa asing, beliau mempunyai seratus orang khadam yang masing-masing bertutur kata berlainan, dan apabila berhubungan dengan mereka, dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.
3. Berakhlak Terhadap Jiwa Manusia pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu disucikan selalu, begitu juga dengan jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan pembersihan jasad. Ada beberapa cara membersihkan jiwa dari kotorannya, antaranya: a. Bertaubat b. Bermuqarabah c. Bermuhasabah d. Bermujahadah e. Memperbanyak ibadah f. Menghadiri majlis Iman
C. Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri antara lain : 1). Sabar, yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah. 2). Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya. 3). Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain. 4). Shidiq, artinya benar atau jujur. Seorang muslim harus dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin, yaitu benar hati, benar perkataan dan benar perbuatan.
5). Amanah, artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya. Antara keduanya terdapat ikatan yang sangat erat sekali. Rosulullah SAW bersabda bahwa “ tidaj (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji.” ( HR. Ahmad ) 6). Istiqamah, yaitu sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Perintah supaya beristiqamah dinyatakan dalam Al-Quran pada surat Al- Fushshilat ayat 6 yang artinya “ Katakanlah bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka istiqamahlah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang bersekutukan-Nya.” 7). Iffah, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya. Nilai dan wibawa seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan jabatannya dan tidak pula ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi ditentukan oleh kehormatan dirinya. 8). Pemaaf, yaitu sikap suka member maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah. D. Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri 1. Berakhlak terhadap jasmani: – jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan – tubuh menjadi sehat dan selalu bugar – menjadikan badan kuat dan tidak mudah lemah
2. Berakhlak terhadap akalnya: – memperoleh banyak ilmu – dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk orang lain – membantu orang lain – mendapat pahala dari Allah SWT 3. Berakhlak terhadap jiwa: – selalu dalam lindungan Allah SWT – jauh dari perbuatan yang buruk – selalu ingat kepada Allah SWT
D. Akhlak Terhadap Sesama Manusia Akhlak kepada sesama manusia dapat dikelompokan menjadi: A. Akhlak terhadap Orang tua 1. Peranan orang tua dalam kehidupan seorang anak Tidak dapat dipungkiri, bahwa manusia lahir ke dunia ini adalah melalui ibubapak.Susah dan payah dialami oleh ibu dan bapak untuk memelihara anaknya, baik ketika masih dalam kandungan, maupun setelah lahir ke dunia.Pertama-tama ibu harus mengandung kita selama kurang lebih 9 bulan.Selama dalam kandungan, ibu menanggung kepayahan, keletikan dan kesakitan. 2. Cara berbuat baik kepada orang tua Cara berbuata baik kepada ibu-bapak diantaranya: a. Mendengarkan nasihat-nasihatnya dengan penuh perhatian, mengikuti anjurannya dan tidak melanggar larangannya; b. Tidak boleh membentak ibu-bapak, menyakiti hatinya, apalagi memukul. Ibu dan bapak harus diurus atau dirawat dengan baik;
c. Bersikap merendahkan diri dan mendoakan agar mereka selalu dalam ampunan dan kasih sayang Allah S.W.T.; d. Sebelum berangkat dan pulang sekolah hendaklah membantu orang tua; e. Menjaga nama baik kedua orang tua di masyarakat; f. Memberi nafkah, pakaian, dan membayarkan hutangnya kalau mereka tidak mampu atau sudah tua; g. Menanamkan hubungan kasih sayang terhadap orang yang telah ada hubungan kasih sayang oleh ibu-bapaknya; 3. Membiasakan diri berbuat baik kepada kedua orang tua Membiasakan diri berbuat baik kepada kedua orang tua adalah perbuatan yang amat mulia.Bahkan dianjurkan setiap setelah shalat mendoakan kedua orang tua. Apabila kedua orang tua itu telah meninggal misalanya, maka kita sebagai anaknya berkewajiban berbakti kepada mereka seperti: a. Menyembahyangkan jenazahnya; b. Memintakan ampunan kepada Allah; c. Menyempurnakan janjinya; d. Memuliakan sahabatnya; e. Menghubungi anak keluarganya yang bertalian dengan keduanya.
B. Akhlak terhadap Saudara 1. Peranan Saudara dalam kehidupan sehari-hari Peranan saudara dalam kehidupan kita sangatlah penting, karena pada dasarnya kita adalah makhluk sosial yang senantiasa saling bantu-membantu dalam menempuh kehidupannya, terutama saudaranya yang terdekat.
Oleh karena itu, saudara masih ada hubungan darah dengan kita, maka merekalah yang paling pertama kita minta bantuannya.Lebih-lebih bila kita sedang mendapat musibah atau bencana lainnya, misalnya sakit, kecurian dan sebagainya. Karena itu, hubungan antara saudara dengan saudara haruslah dipelihara dengan sebaik-baiknya, jangan sampai retak, jangan sampai timbul hal-hal yang menyebabkan tali silaturahmi terputus, apalagi kalau sampai timbul perpecahan atau permusuhan dan percekcokan satu sama lain. 2. Cara berbuat baik kepada saudara Cara berbuat baik kepada saudara diantaranya: a. Menghormati dan mencintai mereka. Karena kita dengan saudara asal-mulanya dari ayah dan ibu. Mencintai mereka sama dengan kita mencintai diri sendiri; b. Menghormati saudara yang lebih tua sebagaimana menghormati orang tua, mengindahkan nasihat-nasihatnya dan tidak menentang perintahnya;
c. Mencintai dan menyayangi yang lebih kecil dengan penuh kasih sayang sebagaimana orang tua menyayangi mereka; d. Saling bantu-membantu sekuat tenaga, sabar terhadap mereka. Jika bersalah, berilah peringatan secara halus dan ramah-tamah.
C. Akhlak terhadap Tetangga 1. Peranan Tetangga dalam kehidupan seseorang Kita hidup ditengah-tengah masyarakat, laksana ikan dengan air.Harus saling menghidupi dan menjernihkan. Tidak boleh sombong kepada orang lain, terutama dengan kerabat dan tetangga. Mereka ini adalah saudara kita yang paling dekat dan cepat menolong dikala kita mendapat musibah atau malapetaka.Meskipun mempunyai family sekian banyak dan terkemuka, tetapi tak mustahil tempat tinggalnya berjauhan.
Oleh karena itu, dikala kita mendapat musibah seperti sakit, meninggal dunia, atau kesusahan-kesusahan lainnya, maka yang paling duluan tampil datang adalah tetangga kita.Karena itu berlakulah kepadanya secara baik menurut tuntunan agama.
2. Cara berbuat baik kepada tetangga Cara berbuat baik kepda tetangga diantaranya: a. Menolong dan membantunya bila membutuhkan pertolongan, walaupun mereka tidak mau membantu kita; b. Member hutang bila meminta bantuan hutang kepada kita; c. Ikut meringankan beban dan kesengsaraan bila tetangga itu miskin dan sengsara, sekiranya kita mempunyai kelebihan; d. Menjenguknya bila sakit atau membantunya dengan obat; e. Bila tetangga ada yang meninggal dunia, hendaknya ikut belasungkawa, dan mengantarkan jenazahnya ke kuburnya; f. Bila tetangga mendapat kesenangan atau nasib baik dan menggembirakan, sebaiknya menyampaikan ucapan selamat kepadanya; g. Ikut meringankan beban musibah tetangga yang meninggal; h. Bila ingin membuat rumah bertingkat, sebaiknya minta izin atau sepengetahuan tetangganya, disamping minta izin kepada pemerintah; i. Menghindari perkataan atau tindakan yang menyakitkan tetangga. Bila berkata atau bertindak salah, sebaiknya segera minta maaf; j. Jika boleh memamerkan sesuatu yang dibeli atau yang dimiliki kepada tetangga, baik berupa makanan ataupun yang lainnya, bila kita tidak ingin memberinya;
k. Jangan menyalakan atau membunyikan radio tape recorder atau TV terlalu keras, yang dapat membisingkan tentangga.
3. Membiasakan diri berbuat baik terhadap tetangga a. Supaya senantiasa berbuat baik terhadap tetangga dalam segala situasi, dalam kehidupan sehari-harinya hingga meninggalnya tetangga itu; b. Setiap orang muslim wajib memuliakan tetangganya, karena memuliakan tetangga merupakan salah satu akhlak mulia, yang harus dimiliki setiap muslim; c. Kita diperintahkan agar suka member makanan kepada tetangga, terutama tetangga yang terdekat. D. Akhlak terhadap Sesama Muslim 1. Peranan Persaudaraan sesame Muslim Diantara sesama muslim yang lain adalah bersaudara. Oleh sebab itu, kita harus bersikap baik terhadap sesama muslim. Mereka itu bagaikan satu anggota badan, bilamana yang satu sakit atau ditimpa musibah, maka yang lain ikut merasakannya. Misalnya, kalau gigi seorang sakit, maka anggota badan yang lainnya ikut pula merasakannya. Demikian pula umat Islam, kalau ada salah seorang dari umat Islam ditimpa malapetaka, maka yang lain harus ikut merasakannya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara bergotong royong dalam meringankan bebannya.
2. Cara berbuat baik terhadap sesama muslim Cara berbuat baik terhadap sesama muslim diantaranya:
a. Member salam; b. Memenuhi undangannya, terutama hari pertama dalam walimatul uruz; c. Saling member nasihat; d. Menjenguk ketika sakit, sambil mendoakan; e. Mengantarkan jenazah orang islam; f. Tidak bermusuhan selama 3 hari; g. Tidak boleh bersikap sombong; h. Tidak melahirkan kegembiraan disaat orang Islam yang lain ditimpa kesusahan; i. Mau membela sesama muslim; j. Menjunjung tinggi kehormatan, harta dan jiwa; k. Mau mengusahakan perdamaian kalau terjadi perselisihan diantara sesama muslim; l. Menutupi rahasianya; m. Memberi bantuan disaat membutuhkan; n. Menyantuni orang-orang miskin dan lemah di kalangan umat Islam; o. Ikut membahagiakan sesama muslim.
3. Membiasakan diri untuk berbuat baik terhadap sesama Muslim a. Harus saling memaafkan; b. Harus saling menyelamatkan; c. Jangan suka memfitnah; d. Jangan berbuat dzalim;
e. Jangan berburuk sangka; f. Jangan merusak
E. Akhlak terhadap Kaum Lemah 1. Pengertian dan cara berbuat baik kepada kaum lemah Kaum lemah adalah orang-orang yang belum memiliki kemampuan dalam segala hal atau bidang tertentu.Tidak memiliki kemampuan ini biasanya menjadi penghambat untuk mencapai keinginannya (cita-citanya).Sebagai contoh yang termasuk orangorang lemah misalnya, orang bodoh (tak berilmu pengetahuan), orang miskin (tak berharta), dan sebagainya. Ajaran Islam telah menegaskan, bahwa siapa yang menolong orang lemah, niscaya Allah akan memberikan pertolongan. Sebaliknya mereka yang tidak mau menolong kaum lemah, niscaya Allah tidak menyukainya. Pertolongan itu tidaklah hanya dilakukan terhadap sesama pemeluk agama Islam belaka, tetapi setiap pemeluk agama Islam harus pula melakukan pertolongan kepada sesama umat manusia, sekali pun lain agama.Bukankah agama Islam memerintahkan agar kita tetap berbakti kepada orang tua, sekali pun kedua-duanya berlainan agama dengan kita, juga memerintahkan kepada kita agar tetap berbuat baik kepada tetangga, sekali pun mereka itu orang-orang yang musyrik.Demikian pula terhadap seluruh umat manusia, baik Islam maupun bukan, kita harus selalu berakhlak baik kepada mereka, harus berkata dengan perkataan yang bagus dan harus memperlakukan mereka dengan layak.
Pada hakikatnya menolong manusia berarti juga menolong diri sendiri. Misalnya kita menjadi orang kaya yang sibuk dengan pekerjaannya, kemudian kita menolong beberapa orang yang menganggur dengan memberikan pekerjaan kepada mereka dalam satu perseroan terbatas yang kita pimpin. Tentu saja kerja mereka memberikan keuntungan kepada kita.Disinilah letak rahasinya, kita memperoleh rahmat Allah baik langsung maupun tidak, di dunia dan kelak di akhirat. Sewajarnyalah bagi setiap pemuda dan pemudi yang masih berusia muda belia, segar bugar, sehat jasmani dan rohaninya mempunyai rasa kasih sayang kepada orang-orang lemah. Misalnya kepada orang cacat fisiknya atau mentalnya, orang yang lanjut usia, dan orang yang ditimpa kemiskinan. Generasi tua telah memberikan tauladan yang baik yang patut ditiru oleh generasi yang lahir pada periode berikutnya.
2. Membiasakan diri berbuat baik kepada kaum lemah a. Menunjukkan kepada orang lain yang tersesat, dan menuntut orang buta di jalan yang ramai; b. Memberikan tempat duduk kepada orang yang telah tua, orang buta, anak-anak dan wanita waktu berdesak-desakan kendaraan dalam bis, kereta api, dan sebagainya; c. Memberi sedekah kepada peminta-minta dengan sikap yang baik; d. Memberikan bantuan kepada panti asuhan yatim piatu dan rumah miskin; e. Memberikan bantuan kepada korban bencana alam, berupa uang, pakaian, dan obatobatan; f. Menganggap pembantu rumah tangga sebagai anggota keluarga sendiri; g. Suka menolong orang lain yang sangat memerlukan bantuan, diantaranya membantu orang miskin, orang cacat mental, orang cacat jasmani, dan lain-lain.
E. Akhlak Terhadap Lingkungan Islam sangat memperhatikan masalah kelestarian lingkungan, bahkan sebegitu pentingnya sehingga menjadi tugas utama kekhalifahan. Oleh karena itu, sangat logis jika Rasul SAW memberikan batasan yang tegas pada tiga hal pokok yang harus dilindungi dan diatur secara adil oleh negara dan tidak boleh dimonopoli oleh individu maupun institusi di luar negara, yaitu padang rumput, air, dan api (HR Ahmad dan Abu Daud). Penerapan akhlak terhadap lingkungan merupakan peranti utama dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana yang akan mengancam tidak hanya pada jiwa tetapi juga harta, kehormatan, dan keturunan bahkan agama. Karena alasan itulah tindakan mengantisipasi ancaman mutlak dilakukan oleh setiap individu ataupun kelompok di dalam masyarakat demi tercapainya kemaslahatan bersama. Izin Allah SWT kepada manusia dalam memanfaatkan alam adalah demi kebaikan dan kebahagiaan umat manusia. Oleh karena itu, pemanfaatan alam harus berdasarkan akhlak yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Dalam studi fikih lingkungan (fiqh al-bi’ah) yang dipelajari di pesantren dikenal dua konsep utama terkait pelestarian dan pemanfaatan alam, yaitu ihya’ al-mawat (menghidupkan tanah yang mati) dan hadd al-kifayah (standar kebutuhan yang layak). Konsep pertama menunjuk suatu pengertian bahwa jangan sampai ada sejengkal tanah yang dibiarkan tetap tidak bermanfaat alias tidak ditanami tumbuhan yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan.
Berikut adalah beberapa contoh akhlak terhadap lingkungan : 1. Membungang sampah pada tempatnya 2. Menghentikan illegal logging 3. Menanam pohon di halaman rumah 4. Menjaga kebersihan lingkungan, dll F.