Makalah
TENTANG AL-QUR’AN DAN HADIS ADALAH PEDOMAN HIDUPKU
Disusun Oleh : ANUGRAH IFANDA AFIQ HERMAWAN M. ADIF AR MUSAFA IHSAN ARDI GURU PEMBIMBING : HARMAR HAJI RASYID MARZUKI, S.Pdi
SMA NEGERI 1 SINABANG 2019 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul ”AL-QUR’AN DAN HADIS ADALAH PEDOMAN HIDUPKU” meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan dengan baik. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang
sudah membantu dalam mengerjakan makalah ini. Memberikan motipasi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini. Pada bagian akhir, kami akan mengulas tentang berbagai masukan dan pendapat dari orang-orang yang ahli di bidangnya, karena itu kami harapkan hal ini juga dapat berguna bagi kita bersama. Semoga makalah yang saya buat ini dapat berguna untuk informasi kita semua. Penyusun
Kelompok I
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii 1. Pengertian Al-Qur’an.............................................................................. 1 2. Kedudukan Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam .......................... 2 3. Kandungan Hukum Dalam Al-Qur’an.................................................... 2 4. Pengertian Hadis Dan Sunnah ................................................................ 3 5. Kedudukan Hadis Atau Sunnah Sebagai Sumber Hokum Islam ............ 3 6. Fungsi Hadis Terhadap Al-Qur’an ......................................................... 3 7. Macam-Macam Hadis ............................................................................. 3 DAFTAR PUSTAKA
iii
1.
Pengertian Al-Qur’an Dari segi bahasa, al-Qur’an berasal dari kata qara’a – yaqra’u - qira’atam –
qur’anan, yang berarti sesuatu yang di baca atau bacaan. Dari segi istilah, alQur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Dalam
1
bahasa arab, yang sampai kepada kita secara mutawattir, di tulis dalam mushaf, dimulai dengan surah al-fatihah dan diakhiri dengan surah an-nas, membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai mukjizat nabi Muhammad saw. 2.
Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber hukum islam. Sebagian sumber hukum islam, al-Qur’an memiliki kedudukan yang sangat
tinggi. Ia merupakan sumber utama dan pertama sehingga semua persoalan merujuk dan berpedoman kepadanya. 3.
Kandungan hukum dalam Al-Qur’an Para ulama mengelompokan hukum yang terdapat
dalam al-Qur’an ke
dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut. a. Akida atau keimanan Akida atau keimanan adalah keyakinan yang tertancap kuat di dalam hati. b. Syari’ah atau ibadah Hokum ini mengatur tentang tata cara ibadah baik yang berhubungan langsung dengan al-khaliq (pencipta) yaitu allah swt. Ilmu yang mempelajari cara ibadah dinamakan ilmu fikih. 1) Hokum ibadah Hokum ini mengatur bagaimana seharusnya melaksanakan ibadah yang sesuai dengan ajaran islam. 2) Hukum mu’amalah Hukum ini mengatur interaksi antara manusia dengan sesamanya. c. Akhlak atau budi pekerti Akhlak adalah tuntunan dalam hubungan antara manusia dengan allah swt.
2
Hadis dan sunnah 1.
Pengertian hadis dan sunnah Secara bahasa hadis berarti perkataan atau ucapan. Menurut istilah, hadis
Adalah segalah perkataan, perbuatan, danketetapan (taqrir) yng dilakukan oleh nabi Muhammad saw. Bagian-bagian hadis antara lain sebagai berikut, a. Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan hadis dari rasulullah saw.sampai kepada kita sekarang ini. b. Matan, yaitu isi atau materi hadis yang disampaikan rasulullah saw. c. Rawi,adalah orang yang meriwayatkan hadis. 2.
Kedudukan hadis atau sunnah sebagai sumber hokum islam. Sebagai sumber hukum islam, hadis
berada satu tingkat di bawah al-
Qur’an. Artinya, jika sebuah perkara hukum tidak terdapat pada al-Qur’an, yang harus di sajikan sandaran berikutnya adlah hadis tersebut. 3.
Fungsi hadis terhadap al-Qur’an. Rasulullah saw. Sebagai pembawa risalah allah swt. Bertugas menjelaskan
ajaran yang di turunkan allah swt. Melalui al-Qur’an kepada umat manusia. Fungsi terhadap al-Qur’an dapat di kelompokan sebagai berikut. a. Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang masih bersifat umum. b. Memperkuat peryataan yang ada di dalam al-Qur’an c. Menerangkan makud dan tujuan ayat. d. Menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam al-Qur’an. 4.
Macam-macam hadis. Ditinjau dari segi perawinnya, hadis terbagi kedalam tiga bagian, yaitu
seperti berikut ini. a. Hadis mutawattir Hadis mutawattir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi, baik dari kalangan para sahabat maupun generasi sesudahnya dan dipastikan di antara mereka tidak bersepakat dusta.
3
b. Hadis mansyhur. Hadis mansyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat atau lebih yang tidak mencapai derajat mutawattir namun setelah itu tersebar dan diriwayatkan oleh sekian banyak tabi’in sehingga tidak mungkin besepakat dusta. c. Hadis ahad. Hadis ahad adalah hadis yang hanya diriwayatkan oleh satu atau dua orang perawi sehingga tidak mencapai derajat mutawattir. Dilihat dari segi kualitas orang yang meriwayatkan (perawi), hadis dibagi kedalam tiga bagian berikut. 1) Hadis sahih adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kuat hafalanya, tajam penelitiannya, sanadnya bersambung kepada rasulullah. 2) Hadis hasan, adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, tetapi kurang hafalanya, sanadnya bersambung, tidak cacat, dan tidak bertentangan. 3) Hadis Da’if, yaitu hadis yang tidak memenuhi kualitas adis sahih dan hadis hasan. 4) Hadis Maudu’, yaitu hadis yang bukan bersumber kepada rasulullah saw. Atau hadis palsu. Dikatakan hadis padahal sama sekali bukan hadis. Hadis ini jelas tidak dapat dijadikan landasan hokum, hadis ini tertolak. Ijtihad sebagai upaya memahami al-Qur’an dan hadis. 1. Pengertian ijtihad. Kata ijtihad berasal dari bahasa arab ijtahada-yajtahidu-ijtihadan yang berarti
mengarahkan
segala
kemampuan,
bersungguh-sungguh
mencurahkan tenaga, ataubekerja keras secara optimal. Secara istilah, ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara bersunggh-sungguh dalam menetapkan suatu hukum. Orang yang melakukan ijtihad dinamakan mujtahid. 2. Syarat-syarat berijtihad. a. Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam.
4
b. Memiliki pemahaman mendalam tentang bahasa arab, ilmu tafsir, usul fikih, dan tarikh (sejarah). c. Memahami cara merumuskan hukum (istinbat). d. Memiliki keluhuran akhlak mulia. 3. Kedudukan ijtihad. Ijtihad memiliki kedudukan sebagai sumber hukum islam setelah alQur’an dan hadis. Ijtihad dilakukan jika sesuatu persoalan tidak ditemukan di dalam al-Qur’an dan hadis. Namun demikian, hukum yang dihasilkan dari ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an maupun hadis. 4. Bentuk-bentuk ijtihad. Ijtihad sebagai sebuah metode atau cara dalam menghasilkan sebuah hokum terbagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut. a. Ijma’ b. Qiyas c. Maslahah mursalah Pembagian hukum islam. 1. Hokum taklif Hokum taklif adalah tuntunan allah swt. Yang berkaitan dengan perintah dan larangan. Hukum taklifi terbagi ke dalam lima bagian, seperti berikut. a. Wajib (fardu) b. Sunnah (mandub) c. Haram (tahrim) d. Makruh (karahah) e. Mubah (al-lbahah)
Pesan-pesan mulia Contoh menerapkan perilaku mulia 1. Gemar membaca dan mempelajari al-Qur’an dan hadis baik ketika sedang sibuk ataupun santai.
5
2. Berusaha sekuat tenaga untuk merealisasikan ajaran-ajaran al-Qur’an dan hadis. 3. Kritis terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi dengan terusmenerus berupaya agar tidak keluar dari ajaran-ajaran al-Qur’an dan sunnah.
6
DAFTAR PUSTAKA Khairiyah, Nelty. dkk. 2017. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta : Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan.
7