Lp Malnutrisi Mapping.docx

  • Uploaded by: Dinatul Adawiyah
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Malnutrisi Mapping.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 944
  • Pages: 3
LAPORAN PENDAHULUAN MALNUTRISI

Penyakit Langsung (kurangnya asupan, penyakit)

Definisi Menurut DepKes RI (2000) malnutrisi adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam keadaan sehari-hari sehingga tidak memenuhi dalam angka kecukupan gizi. Etiologi Penyebab malnutrisi dapat dibagi menjadi 2, antara lain, (Lutfiana, 2013): 1.Penyebab langsung a. Kurangnya asupan makanan b. Adanya penyakit 2.Penyebab tidak langsung a. Kurangnya ketahanan pangan keluargaKualit as perawatan ibu dan anak. b. Buruknya pelayanan kesehatan. c. Sanitasi lingkungan yang kurang. d. Faktor Keadaan Penduduk

Penyakit Tidak Langsung (ekonomi, perawatan ibu anak, pelayanan kesehatan,dll)

Malnutrisi Protein menurun

Energi menurun

Penurunan daya tahan tubuh

Marasmus

Kwarsiorkor Resiko infeksi Gangguan absorbsi dan transpor zat gizi

Hipoalbum inemia

Pengambilan energi selain protein (otot)

Tek. Osmotik plasma menurun

Penyusuta n otot

Penurunan BB

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Kebutuhan tubuh terus meningkat Cadangan makanan diambil dari lemak bawah kulit

Kebutuhan nutrisi dan kalori tidak terpenuhi

Oedema Defisiensi nutrisi dan kalori Gangguan keseimbangan cairan

Kulit tipis, kering dan keriput

(sumber: NANDA NIC-NOC.2015)

Gangguan integritas kulit

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

Tanda gejala malnutrisi berdasarkan tipe dari malnutrisi adalah: 1.Marasmus a. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit. b. Wajah seperti orang tua. c. Cengeng, rewel. d. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan sampai tidak ada. e. Sering disertai diare kronik atau konstipasi, serta penyakit kronik. f. Tekanan darah, nadi dan pernafasan frekuensinya dapat menurun 2. Kwarsiorkor a. Odema umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki. b. Wajahnya membulat dan sembab. c. Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk, anak-anak berbaring terus menerus. d. Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis. e. Anak sering menolak segala jenis makanan (anorexia). f. Pembesaran hati. g. Sering disertai infeksi, anemia, dan diare/mencret. h. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut. i. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas. j. Pandangan mata anak nampak sayu. 3.Marasmus-Kwarsiorkor Tanda-tanda marasmus-kwarsiorkor adalah gangguan dari tanda-tanda yang ada pada marasmus dan kwarsiorkor (Lutfiana, 2013).

Komplikasi 1. Stomatitis ganggrainosa merupakan pembususkan mukosa mulut yang bersifat progresif hingga dapat menembus pipi, bibir, dan dagu. 2. Penyakit infeksi lain. 3. Dehidrasi sedang dan berat. 4. Defisiensi vit A 5. Anemia berat

Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan antopometri (berat, tinggi, lingkar kepala,lingkar lengan, dll) dan kemudian dibandingkan dengan angka standar. b. Pemeriksaan Laboratorium (pemeriksaan kadar darah merah (Hb) dan kadar protein (albumin/globulin) darah).

Penatalaksanaan Malnutrisi a. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan sering/cair 2–3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok. b. Pengobatan dan pencegahan hipotermia Pada keadaan ini anak harus dihangatkan dgn cara ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut atau dengan membungkus anak dengan selimut tebal dan meletakkan lampu di dekatnya. Selama masa penghangatan dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur setiap 30 menit sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil tetap dibungkus dengan selimut/pakaian rangkap agar tidak jatuh kembali pada keadaan hipotermia. c. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan Tindakan yang dapat dilakukan: - Pemberian ASI yang berikan setiap 1/2jam sekali tanpa berhenti atau tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit. Cairan rehidrasi oral khusus KEP disebut ReSoMal. - Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat dapat menggunakan oralit yang diencerkan 2x atau lakukan rehidrasi intravena (infus) RL/Glukosa 5% dan NaCl dgn perbandingan 1:1. d. Pada semua KEP Berat/gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya : - Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah. - Defisiensi Kalium (K) dan Magnesium (Mg). Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan untuk pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu minimal 2 minggu. Berikan makanan tanpa diberi garam/rendah garam, untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2x ditambah 4 gr kecil dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral bentuk makanan lumat e. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi Pada semua KEP berat secara rutin diberikan antibiotik spektrum luar.

DIANGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN Dx 1: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari Dx 2: Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kebutuhan tubuh. NOC: Tidak terjadi keterlambatan perkembangandengan NOC: Kebutuhan intake pasien tercukupi dengan kriteria kriteria hasil: perkembangan pasien sesuai usia, hasil: nutrition status, nausea dan vomiting pertumbuhan fisik sesuai standar usia severity, weight: body mass NIC: - Kaji adanya keterlambatan pertumbuhan dan NIC: perkembangan. - Nutrition Management: (Kaji status nutrisi pasien, Jaga kebersihan mulut, anjurkan untuk - Lakukan pengukuran antopometri secara berkala. selalu melakukan oral hygien dan Berikan - Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia pasien. informasi yang tepat terhadap pasien tentang - Ajarkan kepada orangtua tentang standar pertumbuhan kebutuhan nutrisi yang tepat dan sesuai) fisik dan tugas-tugas perkembangan sesuai usia anak. - Nausea Management: (Kaji frekuensi mual - Tingkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatan muntah, durasi, tingkat keparahan, penyebab. pertumbuhan dan perkembangan anak. Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit - Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian tapi sering. Anjurkan pasien makan selagi makan/minuman sesuai program terapi diet pemulihan. makanan masih hangat. Kolaborasi pemberian terapi antiemetik. - Weight Management: (Timbang BB pasien jika memungkinkan dengan teratur. Diskusikan dengan keluarga dan pasien pentingnya intake nutrisi dan hal-hal yang menyebabkan penurunan BB) Daftar Pustaka Djaelani, Achmad. (2002). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian Rakyat. Depkes RI. (2000). Program Perbaikan Gizi Mikro. Jakarta: Depkes RI. Huda Nur Arif, 2015. “Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa medis NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction. Lutfiana. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gizi Buruk Pada Lingkungan Tahan Pangan Dan Gizi. Skripsi, Universitas Negeri Semarang. Willkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosisi Keperawatan, diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. EGC: Jakarta.

Banjarmasin,

Preseptor Akademik,

(Muhsinin, Ns.,M.Kep.,Sp. Anak)

November 2017

Related Documents


More Documents from ""