Lp Isolasi Sosial.docx

  • Uploaded by: lia
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Isolasi Sosial.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,668
  • Pages: 11
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

Oleh: Nama : Maulia Ekanisa NIM

: 14142011023

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKes YPIB MAJALENGKA 2017/2018

A. Masalah Utama Isolasi sosial: Menarik diri.

B. Proses Terjadinya Masalah 1. Pengertian Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain (Townsend, 1998). Kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpresonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000). Isolasi sosial adalah percobaan menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Keliat,1998). Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu tidak mau mengadakan interaksi dengan orang lain, atau sengaja menghindari interaksi yang dikarenakan orang lain atau keadaan disekitar dianggap mengancam bagi individu tersebut.

2. Etiologi (Stuart & Sundeen, 1998) a. Faktor predisposisi 1) Faktor tumbuh kembang Setiap tahap tumbuh kembang memilki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak terpenuhi akan menghambat perkembangan selanjutnya, kurang stimulasi kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu (pengasuh) pada bayi akan memberi rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.

2) Faktor biologi Genetik adalah salah satu faktor pendukung ganguan jiwa, faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini namun tahap masih diperlukan penelitian lebih lanjut. 3) Faktor sosial budaya Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya ganguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak produktif, diasingkan dari orang lain. 4) Faktor komunikasi dalam keluarga Pola komunikasai dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang kedalam

gangguan

berhubungan

bila

keluarga

hanya

mengkomunikasikan hal-hal negatif yang akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.

b. Faktor presipitasi Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. 1) Stressor sosial kultur Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluar dan berpisah dengan orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya dirawat di rumah sakit. 2) Stressor psikologis Ansietas

berkepanjangan

terjadi

bersama

dengan

keterbatasan

kemampuan untuk mengatasi tuntutan untuk berpisah dangan orang terdekat atau kebanyakan orang lain untuk memenuhi kebutuhan untuk ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tinggi.

3. Rentang Respon Respon adaptif

Respon maladaptif

Menyendiri

Merasa sendiri

Manipulasi

Otonomi

Menarik diri

Impulsif

Bekerja sama

Ketergantungan

Narcisme

Interdependen a. Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaaan yang berlaku dimana individu tersebut menyelesaikan masalahnya masih dalam batas normal. b. Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalahnya.yang sudah menyimpang dari norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat. Perilaku yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif adalah manipulasi, impulsive dan narkisme. (Stuart & Sundeen, 1998) 4. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala klien isolasi sosial dilihat dari beberapa aspek, antara lain: a. Aspek fisik : makan dan minum kurang, tidur kurang atau terganggu, penampilan diri kurang, keberanian kurang b. Aspek emosi : bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil, merasa malu, merasa bersalah, mudah panik dan tiba-tiba marah c. Aspek sosial : duduk menyendiri, selalu tunduk, tampak melamun, tidak peduli lingkungan, menghindar dari orang lain, tergantung dari orang lain d. Aspek intelektual : putus asa, merasa sendiri, tidak ada sokongan, kurang percaya diri

5. Mekanisme Koping Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi dan isolasi (Damaiyanti, 2018, 84).

a. Regresi adalah menghindari stress, kecemasan dengan menampilkan perilaku kembali seperti pada perkembangan anak. b. Represi adalah menekan perasaan atau pengalaman yang menyakitkan atau konflik atau ingatan dari kesadaran yang cenderung memperkuat mekanisme ego lainya. c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.

6. Pohon Masalah (Keliat, 1999) Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi … ↑ Isolasi sosial : menarik diri ↑ Gangguan konsep diri : harga diri rendah

C. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Data yang perlu di kaji pada klien dengan isolasi sosial adalah: a. Data subjektif Sukar didapat jika klien menolak komunikasi. Terkadang hanya berupa jawaban singkat ya atau tidak. b. Data objektif Klien terlihat apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar dan banyak diam.

2. Diagnosa Keperawatan (Prabowo, 2014) a. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik diri. b. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Intervensi Keperawatan (Prabowo, 2014) Diagnosa: Isolasi sosial (menarik diri) Tujuan umum : klien dapat berinteraksi dengan orang lain Tujuan khusus : a. Klien dapat membina hubungan saling percaya Rasional : Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya Intervensi : 1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik, dengan cara: -

Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

-

Perkenalkan diri dengan sopan

-

Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

-

Jelaskan tujuan pertemuan

-

Jujur dan menepati janji

-

Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

-

Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial Rasional: Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu mengurangi stres dan penyebab perasaaan menarik diri. Intervensi : 1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya 2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri

3) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul 4) Berikan pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaannya

c. Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian bila berhubungan dengan orang lain Rasional : Untuk mengetahui keuntungan dari bergaul dengan orang lain dan untuk mengetahui akibat yang dirasakan setelah menarik diri. Intervensi : 1) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain 2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain 3) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain 4) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain 5) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain 6) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain 7) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain 8) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap Rasional : Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku menarik diri yang biasa dilakukan dan untuk mengetahui perilaku menarik diria dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan destruktif. Intervensi : 1) Kaji kemampuan klien membina hubungan saling percaya dg orang lain

2) Dorong klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap : K-P K-P-P lain K-P P lain – K lain K – keluarga / masyarakat 3) Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang sudah dicapai 4) Bantu klien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain 5) Beri motivasi dan libatkan klien dalam TAK sosialisasi 6) Diskusikan jadwal harian dengan klien 7) Motivasi klien untuk ikut kegiatan sesuai jadwal yang dibuat 8) Beri reinforcement terhadap kegiatan klien dalam memperluas pergaulan melalui aktivitas yang dilaksanakan

e. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain. Rasional : Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah Intervensi: 1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain. 2) Diskusikan dengan klien tentang perasaannya bila berhubungan dengan orang lain. 3) Beri reinforcement positif tehadap keberhasilan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.

f. Klien dapat memperdayakan sistem pendukung atau keluarga Rasional : Memberikan penanganan bantuan terapi melalui pengumpulan data yang lengkap dan akurat kondisi fisik dan non fisik pasien serta keadaan perilaku dan sikap keluarganya. Intervensi : 1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga (salam, perkenalan diri, jelaskan tujuan, buat kontrak, eksplorasi perasaan klien)

2) Diskusikan pentingnya peranan keluarga sebagai pendukung untuk membantu mengatasi perilaku menarik diri. 3) Diskusikan dengan keluarga tentang : perilaku menarik diri, penyebab perilaku menarik diri, akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi, cara keluarga menghadapi klien menarik diri 4) Dorong keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan baik 5) Anjurkan anggota keluarga secara rutin menjenguk bergantian 6) Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.

g. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat Intervensi: 1) Diskusikan dengan klien tentang kerugian dan keuntungan tidak minum serta karakteristik obat yang diminum. 2) Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu). 3) Anjurkan klien minta obatnya kepada perawat agar klien dapat merasakan manfaatnya 4) Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar

4. Implementasi Implementasi

keperawatan

merupakan

tindakan

dari

rencana

keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan

keperawatan

maka

kontrak

dengan

klien

dilaksanakan.

Dokumentasikan semua tidakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien (Keliat, 2002: 15).

5. Evaluasi Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien (Keliat, 1998). Evaluasi dilakukan sesuai dengan TUK isolasi sosial: a. Klien dapat membina hubungan saling percaya b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan orang lain d. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain f. Klien dapat memperdayakan sistem pendukung atau keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M., Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Redika Aditama Depkes RI. 2000. Keperawaatan Jiwa : Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Depkes RI Prabowo, Eka. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Nuha Medika. Issacs. 2004. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri, Edisi 3. (Praty Rahayuningsih, penerjemah). Jakarta: EGC Keliat, B.A. 1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC Stuart. G.W, Sundeen SJ. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri : Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Edisi 3. Alih Bahasa : Novi Helera C.D. Jakarta: EGC

Related Documents

Lp Isolasi Sosial.docx
December 2019 31
Isolasi Jahe.docx
November 2019 32
Isolasi Sosial.docx
June 2020 17
Isolasi Protein.docx
June 2020 16

More Documents from "ida mawadah"

Snh Lia.docx
December 2019 41
Faktur Pajak Rp.pdf
October 2019 51
Digi Tales Flyer
June 2020 33
Lp Halusinasi.docx
December 2019 41
Kimia.docx
June 2020 25