BAB I KONSEP DASAR A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih. (Brunner & Suddarth, dalam Susan, 2012). Sedangkan menurut Ardiansyah penyakit tersebut adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum, seseorang dianggap mengalami Hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg serta sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana sistolik lebih tinggi dari 120 mmHg dan diastolik lebih dari 80 mmHg (Ardiansyah, 2012, p.53). Kategori Hipertensi Pasien Dewasa (18 tahun keatas) oleh The Joint National Commite on Deectection, Evaluation, and Treatment of Blood Pressure (Ardiansyah, 2012, p.63) sebagai berikut:
Kategori
Sistolik (angka
Diastolik (angka
tertinggi dalam
terendah dalam
mmHg)
mmHg)
< 130
< 85
Normal tinggi
130-139
85-89
Hipertensi I (ringan)
140-159
90-99
Hipertensi II (sedang)
160-179
100-109
Hipertensi III (berat)
180-210
110-119
Hipertensi IV (sangat
≥210
≥120
Normal
berat) Tabel 2.1 Kategori Hipertensi (Ardinsyah, 2012, p.63) 2. Etiologi Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu:
a. Primer, Hipertensi esensial atau tekanan darah tinggi yang 90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab, diantaranya: 1)
Genetik; individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan Hipertensi, berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
2)
Jenis kelamin dan usia; laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pascamenopause berisiko tinggi untuk mengalami tekanan darah tinggi.
3)
Diet; konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit ini.
4)
Berat badan/obesitas (25% lebih berat di atas berat badan ideal) juga sering dikaitkan dengan berkembangnya penyakit.
5)
Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah (bila gaya hidup yang tidak sehat tersebut tetap diterapkan).
b. Sekunder, merupakan jenis yang penyebabnya diketahui. Beberapa gejala atau penyakit yang menyebabkan Hipertensi jenis ini antara lain: 1) Coarctation aorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang (mungkin) terjadi pada beberapa tingkat aorta torasik atau aorta uabdominal. Penyempitan ini menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi. 2) Penyakit parenkim dan vascular ginjal, ini merupakan penyebab utama hipertensi
sekunder.
Hipertensi
renovaskuler
berhubungan
dengan
penyempitan satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal. 3) Penggunaan kontrasepsi hormonal (esterogen), dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expansion. Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah kembali normal setelah beberapa bulan. 4) Gangguan endokrin. 5) Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup yang tidak aktif (malas berolahraga) 6) Stress, cenderung menyebabklan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu.
7) Kehamilan 8) Luka bakar 9) Peningkatan volume intravascular 10) Merokok. Nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan katekolamin, dan jika meningkat mengakibatkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan vasokontriksi yang kemudain meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah, 2012: 59-62) 3. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Vasokontriksi yang terjadi menyebabkan suplai oksigen ke otak menurun. Pada saat yang sama resistensi pembuluh darah pada otak menyebabkan meningkatnya tekanan pada pembuluh darah otak. Sehingga klien sering mengalami nyeri kepala. Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan
pelepasan
renin.
Renin
yang
dilepaskan
merangsang
pembentukan angiostensin yang kemudian diubah menjadi angiostensi II, vasokontriksi kuat, yang pada akhirnya menyerang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan hipertensi Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi ototo polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan areteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahan perifer (Padila, 2013). 4. Pathway
5. Manifestasi Klinis Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema padda diskus optikus). Individu yang terkena hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun tahun. Bila ada gejala menunjukan adanya kerusakan vaskuler,dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (Brunner & Suddarth, dalam Susan, 2012). Ardiansyah (2012) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul: a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah interkranium; b. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina; c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan saraf pusat; d. Nokturia (sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus; e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler, 6. Penatalaksanaan a. Farmakologi Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi, agar penderita dapat mempertahankan kondisinya.
Pengobatannya meliputi: 1) Diuretik (Hidroklorotiazid), Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan pompa jantung menjadi lebih ringan. 2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin, dan Reserpin), menghambat aktivitas saraf simpatis 3) Betabloker (Metroprolol, Propanolol dan Antenolol) a)
Menurunkan daya pompa jantung
b)
Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial
c)
Pada penderita diabetes mellitus:dapat menutupi gejala hipoglikemia
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin), Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah. 5) ACE inhibitor (Captopril) a) Menghambat pembentukan zat Angiostensin II b) Efek samping : batuk kering, pusing, sakit kepala, dan lemas 6) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan), menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptor sehingga memperingan daya pompa jantung. 7) Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil), menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas) b. Non Farmakologi Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat meliputi: 1) Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah a)
Restriksi garam secara moderat dari 10gr/hari menjadi 5 gr/hari
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh c)
Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol e)
Menghentikan merokok
f)
Diet tinggi kalium
g) Batasi konsumsi alcohol 2) Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk prnderita hipertensi yaitu: a)
Olahraga yang isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
b) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobic atau 7287% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. c)
Lama latihan antara 20-25 menit
d) Frekuensi latihan 3-5x perminggu 3) Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi: a)
Tehnik Biofeedback, tehnik yang dipakai untuk menunjukan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
b)
Tehnik relaksasi, tehnik yang bertujun untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.
4) Pendidikan Kesehatan Untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaanya sehinnga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.(Padila, 2013, p361).
7. Komplikasi Hipertensi Menurut Aspiani (2016, p.220) komplikasi yang terjadi akibat hipertensi diantaranya adalah: a. Stroke, terjadi karena perdarahan pada otak sebagai akibat dari tekanan darah yang tinggi atau karena akibat dari embolus yang terlepas dari pembuluh non otak (Ardiansyah, 2012, p.64) b. Infark miokardium, terjadi karena miokardium tidak mendapat suplai oksigen yang cukup. Hal ini terjadi saat arteri koroner mengalami aerosklerotik atau apabila terbentuk thrombus yng dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.
c. Gagal Ginjal, terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus. d. Ensefalopati (kerusakan otak), terjadi terutama pada hipertensi maligna karena tekanan yang sangat tinggi meningkatkan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. B. Konsep Lansia 1. Pengertian Lanjut Usia (lansia) Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Menurut UU No. 13/tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (Dewi, 2014, p. 4) Menurut Hawari (2001 dalam Muhith dan Sandu, 2016, p. 2) adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual. 2. Batasan Lansia Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (Wahyudi, dalam Muhith dan Sandu, 2016, p. 3) siklus hidup lansia yaitu: a.
Usai pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b.
Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun.
c.
Lanjut usia (old), antara 60-70 dan 90 tahun.
d.
Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun.
3. Tipe Lansia Menurut Nugroho dalam Dewi (2014, p. 5) tipe-tipe lansia yang menonjol diantaranya: a. Tipe Arif Bijaksana Lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan. b. Tipe Mandiri
Lansia kini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan. c. Tipe Tidak Puas Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang menyebabkan kehilangan kecantikan, daya tarik jAsmani, kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik. d. Tipe pasrah Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegaiatan beribadah, ringan kaki, melakukan berbagai jenis pekerjaan. e. Tipe bingung Lansia yang sering kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh. 4. Proses Menua Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai pada suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Proses menua merupakan kombinasi berbagai macam faktor yang saling berkaitan. Secara umum, proses menua didefinisikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, profresif dan detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Proses menua yang terjadi bersifat universal, yang berarti: a.
Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
b.
Setiap lansia memiliki kebiasaan yang berbeda.
c.
Tidak ada satu faktor pun yang dapat mencegah proses menua.
5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penuaan Menurut Siti Badriyah (2009 dalam Muhith dan Sandu, 2016, p. 18) faktor yang memengaruhi penuaan adalah: a. Hereditas atau genetic
Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang dikaitkan dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian fungsi sel. Secara genetik, perempuan ditentukan oleh sepasang kromosom X sedangkan laki-laki oleh satu kromosm X. Kromosom X ini ternyata membawa unsur kehidupan sehingga perempuan berumur lebih panjang daripada laki-laki. b. Nutrisi/makanan Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbanagn reaksi kekebalan. c. Status kesehatan Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan, sebenarnya bukan disebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi lebih disebabkan oleh faktor luar yang merugikan yang berlangsung tetap dan berkepanjangan. d. Pengalaman hidup 1) Paparan sinar matahari: kulit yang tak terlindung sinar matahari akan mudah ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam. 2) Kurang olahraga: olahraga membantu pembentukan otot dan menyebabkan lancarnya sirkulasi darah. 3) Mengonsumsi alkohol: alkohol dapat memperbesar pembuluh darah kecil pada kulit dan menyebabkan peningkatan aliran darah dekat permukaan kulit. e. Lingkungan Proses semua secara biologik berlangsung secara alami dan tidak dapat dihindari, tetapi seharusnya dapat tetap dipertahankan dalam status sehat. f. Stress Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan, ataupun masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan berpengaruh terhadap proses penuaan. 6. Perubahan-perubahan yang Terjadi Akibat Proses Penuaan a.
Perubahan kondisi fisik 1) Keseluruhan organ : berkurangnya tinggi dan berat badan, bertambahnya fat to lean body, mass ratio, dan berkurangnya cairan tubuh.
2) Sistem integumen : Kulit keriput, kulit kering, kurang elastis, hilangnya jaringan adiposa, kulit pucat, terdapat bintik-bintik hitam, rambut menipis/botak, warna rambut kelabu, kelenjar keringat berkurang. 3) Temperatur tubuh : temperatur tubuh menurun, keterbatasan refleks menggigil, tidak dapat memproduksi panas. 4) Sistem muskular : kekuatan kontraksi otot berkurang, otot mengecil. 5) Sistem kardiovaskuler : Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun, kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan tekanan darah meningkat. 6) Sistem perkemihan : ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun, filtrasi glomerulus menurun, fungsi tubulus berkurang, otot kandung kemih melemah, pembesaran prostat. 7) Sistem pernafasan : hilangnya kekuatan otot-otot pernapasan dan menjadi kaku, berkurangnya elastisitas paru-paru, alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang. 8) Sistem gastrointestinal : Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar menurun, peristaltik melemah, kemampuan absorbsi menurun, produksi asam lambung, dan saliva menurun. 9) Rangka tubuh : osteoatritis, hilangnya zat pembentuk tulang. 10) Sistem penglihatan : Kornea lebih berbentuk sfelis (bola), lensa lebih keruh, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat susah melihat dalam cahaya gelap, berkurangnya atau hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang (berkurang luas pandang), menurunnya sensitivitas terhadap warna. 11) Sistem pendengaran : Gangguan pada pendengaran, membran penumpukan serumen, dapat mengeras atau meningkatnya keratin, berkurangnya persepsi nada tinggi. 12) Sistem persyarafan : Cepatnya penurunan hubungan persyarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, mengecilnya syaraf panca indra. 13) Sistem endokrin : Produksi dari semua hormon menurun, fungsi dari paratiroid dan funginya tidak berubah, pituitary, pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah, menurunnya produksi tiroid.
14) Daya pengecap dan pembauan : menurunnya kemampuan pengecapan dan pembauan, sensitivitas terhadap rasa menurun. (Padila , 2013, p. 49) b.
Perubahan kondisi mental Perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan/pengetahuan, dan situasi lingkungan erat hubungannya dengan perubahan mental. Beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan, gangguan saraf panca indra, gangguan konsep diri, rangkaian dari kehilangan dan hilangnya ketegapan dan kekuatan fisik.
c.
Perubahan psikososial Perubahan yang mendadak dalam kehidupan akan membuat mereka merasa kurang melakukan kegiatan yang berguna, perubahan yang mereka alami di antaranya adalah penurunan minat dalam beraktivitas, kurangnya peran lansia karena penurunan kondisi fisik membuat lansia merasa kesepian dan isolasi, peningkatan kesadaran iman dan religius dan penurunan fungsi kognitif (Mubarak, dkk, 2009, p.15).
d.
Masalah dan penyakit yang sering dihadapi oleh lanjut usia 1) Masalah fisik yang sehari-hari ditemukan pada lansia, misalnya mudah jatuh, mudah lelah, berat badan menurun, sukar menahan buang air besar, dan gangguan pada ketajaman penglihatan. 2) Penyakit yang sering dijumpai pada lansia, misalnya gangguan sirkulasi darah seperti hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak dan ginjal, gangguan metabolisme hormonal seperti diabetes melitus, klimakterium dan ketidakseimbangan tiroid, gangguan pada persendian seperti osteoatritis, gout atritis, ataupun penyakit kolagen lainnya dan bebagai macam penyakit neoplasma (Azizah, 2011, p.115).
e. Perubahan kogntif Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya adalah kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek, kemampuan intelektual tidak mnegalami kemunduran, kemampuan verbal dalam bidang kosa kata akan menetap bila tidak ada penyakit.
f. Perubahan spiritual Perubahan spiritual pada lanjut usia yaitu agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya, dalam berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan bersikap adil. C. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia 1. Pengkajian Menurut Padila (2013, p.359) data dasar yang ada dalam pengkajian adalah: a. Keluhan : Fatigue, lemah dan sulit bernapas. Pengkajian yang dilakukan akan diperoleh frekuensi denyut Jantung meningkat, disritmia, takipnea b. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit katup jantung, stroke, episode palpitasi, berkeringat banyak Pengakajian yang akan diperoleh yaitu:
c.
1)
Tekanan darah meningkat
2)
Hipotensi postural efek dari minum obat tertentu
3)
Nadi meningkat, baik itu nadi karotis, jugularis, pulsasi radialis)
4)
Denyut apikal bergeser
5)
Denyut jantung bisa takikardia, disritmia
6)
Bunyi jantung : S2 mengeras, S3 (gejala CHF dini)g)
7)
Murmur, dapat terdengar jika hanya terjadi stenosis
8)
Suhu kulit dingin, warna kulit pucat,CRT ˃2 detik
Riwayat mengkonsumsi makanan berkolestrol, tinggi garam, dan tinggi kalori. Juga
akan
terjadi
mual,
muntah,
perubahan
berat badan dan riwayat
pemakaian diuretik d.
Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko, antara lain:kegemukan, riwayat keluarga positif,peningkatan
kadar
penyakit ginjal, terapi hormonkronis,
lipid gagal
serum, jantung,
merokoksigaret berat, kehamilan.
e.
Aktivitas/ istirahat Gejala :lemah, letih, lesu, napas pendek, dan gaya hidup monoton Tanda :frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, dan takipnea.
f.
Sirkulasi Gejala :riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit cerebrovaskuler. Tanda :kenaikan TD, hipotensi postural, takikardi, perubahan warna kulit, dan suhu dingin.
g.
Integritas ego Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, dan factor stress multiple. Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan, yang meledak, dan otot muka tegang.
h.
Eliminasi Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu. Tanda : temuan fisik berupa urine < 50 ml/jam atau oliguri (Udjianti, 2010, p.10)
i.
Makanan/ cairan Gejala : makanan yang disukai makanan tinggi garam, lemak, dan kolesterol. Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema.
j.
Neurosensori Gejala : pusing/ pening, gangguan penglihatan, episode epistaksis, dan sakit kepala suboksipital biasanya terjadi saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa jam (Ardiansyah, 2012, p.75)
Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, dan perubahan retinal optik. k.
Nyeri/ketidaknyamanan Gejala : angina, nyeri hilng timbul pada tungkai, sakit kepala oksipiatal berat, dan nyeri abdomen.
l.
Pernapasan Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Tanda : distress respirasi/ pengunaan ototo aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis.
m. Keamanan Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan. Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural.
2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut ( Halaman 445. Domain 12. Kelas 1. Kode diagnosis 00132 ) Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International Association fot the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat, dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan. Batasan Karakteristik : 1)
Perubahan selera makan
2)
Perubahan pada parameter fisiologis
3)
Perilaku distraksi
4)
Diaforesis
5)
Bukti nyeri menggunakan standard daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak
dapat mengungkapkannya 6)
Perilaku ekspresif
7)
Eksresi wajah nyeri
8)
Sikap tubuh melindungi
9)
Putus asa
Faktor yang Berhubungan : 1)
Agens cedera biologis (mis., infeksi, iskemia, neoplasma)
2)
Agens cedera fisik (mis., abses, amputasi, luka bakar, terpotong, mengangkat
3)
berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan)
4)
Agens cedera kimiawi (mis., luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agens
mustard) b. Defisiensi pengetahuan ( Halaman 257. Domain 5. Kelas 4. Kode diagnosis 00126 ) Definisi : Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu, atau kemahiran. Batasan Karakteristik : 1)
Ketidakakuratan melakukan tes
2)
Ketidakakuratan mengikuti perintah
3)
Kurang pengetahuan
4)
Perilaku tidak tepat
Faktor yang Berhubungan : 1)
Kurang informasi
2)
Kurang minat untuk belajar
3)
Kurang sumber pengetahuan
4)
Salah pengertian terhadap orang lain
Kondisi terkait 1)
Gangguan fungsi kognitif
2)
Gangguan memori
c. Risiko Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer serebral Definisi : Resiko penurunan sirkulasi jaringan serebral. Faktor risiko :
1) Abnormal partial thromboplastin time 2) Abnormal prothrombin time 3) Akinetic left ventricular segment 4) Aterosklerosis aorta 5)
Pembedahan arteri
6)
Fibrilasi atrial
7) Miksoma atrial 8) Hipertensi d. Penurunan curah jantung ( Halaman 239. Domain 4. Kelas 4. Kode diagnosis 00029 ) Definisi : Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Batasan Karakteristik : Perubahan Frekuensi/Irama Jantung 1)
Bradikardia
2)
Palpitasi jantung
3)
Perubahan elektrokardiogram (EKG)
4)
Takikardia
Perubahan Preload 1)
Distensi vena jugular
2)
Edema
3)
Keletihan
4)
Murmur jantung
5)
Peningkatan berat badan
Perubahan Afterload 1)
Dispnea
2)
Kulit lembab
3)
Oliguria
4)
Pengisian kapiler memanjang
5)
Peningkatan resistansi vascular paru / PVR (Pulmonary Vascular Resistance)
6)
Peningkatan resistansi vascular sistemik / SVR (Systemic Vascular Resistance)
7)
Penurunan nadi perifer
8)
Perubahan tekanan darah
9)
Perubahan warna kulit
Perubahan Kontraktilitas 1)
Batuk
2)
Bunyi napas tambahan
3)
Bunyi S3
4)
Bunyi S4
5)
Dispnea paroksimal nocturnal
6)
Ortopnea
Perilaku/Emosi 1)
Ansietas
2)
Gelisah
Faktor yang Berhubungan : Akan dikembangkan Kondisi terkait 1)
Perubahan afterload
2)
Perubahan frekuensi jantung
3)
Perubahan irama jantung
4)
Perubahan kontraktilitas
5)
Perubahan preload
6)
Perubahan volume sekuncup
e. Intoleransi aktivitas ( Halaman 226. Domain 4. Kelas 4. Kode diagnosis 00092 )
Definisi : Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Batasan Karakteristik : 1) Kelemahan umum 2) Keletihan 3) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas 4) Perubahan elektrokardiogram (EKG) (misal aritmia, abnormalitas konduksi, iskemia) 5) Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas 6) Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas Faktor yang Berhubungan : 1) Gaya hidup kurang gerak 2) Fisik tidak bugar 3) Imobilitas 4) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 5) Tidak pengalaman dengan suatu aktvias 3. Intervensi Keperawatan a. Nyeri akut, NOC : Kontrol nyeri (hal 247) 1) Mengenali nyeri kapan terjadi 2) Menggambarkan factor penyebab 3) Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesic 4) Melaporkan nyeri yang terkontrol 5) Menggunakan analgesic yang di rekomendasikan NIC : Manajemen Nyeri (hal 198 ) 1) Lakukan pengkajian secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristk, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, factor pencetus. 2) Kurangi atau eliminasi factor-faktor yang mencetuskan atau meningkatkan nyeri. 3) Ajarkan teknik non farmakologi. Pemberian analgesic (hal 247 )
1) Berikan analgesic sesuai waktu paruhnya, terutama pada nyeri yang berat. 2) Monitor tanda vital sebelum dan setelah memberikan analgesic, narkotik pada pemberian dosis pertama kali atau jika di temukan tanda-tanda yang tidak biasanya. b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer serebral NOC : Perfusi jaringan:serebral Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak teratasi dengan criteria hasil :
1) Tekanan darah sistolik 2) Tekanan darah diastolic 3) Sakit kepala 4) Tingkat kesadaran NIC :
1) Monitor tekanan darah, denyut nadi, dan pernafasan sebelum, selama, dan setelah beraktivitas dengan tepat
2) Monitor warna kulit, suhu, dan kelembapan 3) Monitor sianosis sentral dan perifer c. Penurunan curah jantung NOC : Keefektifan pompa jantung (hal 115) 1)
Tekanan darah sistol
2)
Tekanan darah diastole
3)
Denyut nadi perifer
4)
Urin output
5)
Disritmia
6)
Suara jantung abnormal
7)
Diaphoresis
8)
Mual
9)
Kelelahan
10) Dyspnea saat istirahat/dengan aktivitas ringan 11) Peningkatan berat badan 12) Intoleransi aktivitas 13) Pucat NIC :
1) Monitor tanda-tanda vital secara rutin 2) Monitor disritmia jantung, termasuk gangguan ritme dan konduksi jantung 3) Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung 4) Batasi merokok 5) Lakukan terapi relaksasi, sebagaimana mestinya 6) Monitor adanya tanda dan gejala masalah pada status perfusi 7) Lakukan auskultasi pada paru untuk mencari tahu apa ada bunyi tambahan lainnya 8) Lakukan auskultasi pada jantung 9) Monitor dan catat tekanan darah, denyut jantung, irama, dan denyut nadi 10) Jaga keseimbangan cairan dengan memberikan cairan IV atau diuretik 11) Monitor asupan dan pengeluaran, output urine, dan berat badan klien 12) Berkolaborasi dengan dokter, sesuai indikasi d. Defisiensi pengetahuan NOC : Pengetahuan: Manajemen Hipertensi (hal 379) 1) Target tekanan darah 2) Metode untuk mengukur tekanan darah 3) Kisaran normal untuk tekanan darah sistolik 4) Kisaran normal untuk tekanan darah diastolic 5) Pentingnya mematuhi pengobatan NIC : Pengurangan kecemasan (hal 319) 1) Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan 2) Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan 3) Berikan informasi factual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis 4) Atur penggunaan obat-obatan untuk mengurangi kecemasan secara tepat
e. Intoleransi aktivitas NOC : Toleransi terhadap aktivitas (hal 582) 1) Frekuensi nadi saat beraktivitas 2) Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas 3) Tekanan darah sistolik ketika beraktivitas
4) Tekanan darah diastolik ketika beraktivitas Daya tahan (hal 80) 1) Melakukan aktivitas rutin 2) Aktivitas fisik 3) Konsentrasi NIC : 1) Kaji toleransi klien terhadap aktivitas dengan menggunakan parameter : frekuensi nadi, catat peningkatan TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringan, pusing, atau pingsan 2) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas 3) Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri 4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi dengan duduk, dan lain sebagainya 5) Dorong klien untuk partisipasi dalam memilih periode aktivitas