Lp Ht Ridwan.docx

  • Uploaded by: oktavianidwilestari
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Ht Ridwan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,205
  • Pages: 10
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PADA LANSIA A. Hipertensi Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2010). Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2010). B. Etiologi 1. Elastisitas dinding aorta menurun 2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku 3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. 4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi 5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer\ Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut : a) Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi b) Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:  Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )  Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )  Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )  Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :  Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)  Kegemukan atau makan berlebihan  Stress  Merokok

 Minum alcohol  Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin ) Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid. C. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : 1. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. 2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhaeni (2009), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun. D. Klasifikasi Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 2010) : 1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. 2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : 1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya 2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 2009) Tekanan Tekanan sistolik Tigkat diastolik Jadwal kontrol (mmHg) (mmHg) Tingkat I 140-159 90-99 Tingkat II 160-179 100-109 1 bulan sekali Tingkat III 180-209 110-119 1 minggu sekali

Tingkat IV

210 satau lebih

120 atau lebuh

Dirawat RS

E. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2009). Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 2010).

Pathway :

F. Komplikasi Biasanya keluhan yang umum dikeluhkan oleh pasien darah inggi adalah pusing, sakit kepala, tegang dileher atau pundak, terkadang juga disertai mual dan muntah. Komplikasi yang dapat timbul jika hipertensi tidak terkontrol. Bahaya Komplikasi yang dapat timbul akibat hipertensi yaitu : 1. Stroke. 2. Penyakit pembuluh darah perifer. 3. Disfungsi Seksual Hipertensi yang tidak terkontrol pada pria dapat menimbulkan ereksi dikarenakan terjadinya aterosklerosis pada pembuluh darah penis. Sedangkan pada wanita diketahui dapat terjadi penurunan aliran darah ke vagina yang tentu saja dapat berakibat terganggunya kehidupan seksual 4. Kerusakan pada Ginjal Seperti halnya pada organ sebelumnya, hipertensi juga dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah ginjal, sehingga ginjal tidak berfungsi secara efektif yang dapat mengakibatkan terjadinya gagal ginjal dan aneurisma pembuluh darah ginjal dapat terjadi. 5. Kerusakan Pada Jantung Didalam tubuh jantung berfungsi sebagai pemompa darah ke seluruh tubuh. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan arteri jantung sehingga aliran darah tidak lancar ke jantung. Hipertensi menyebabkan jantung bekerja lebih keras, sehingga terjadi pembengkakan pada jantung dan lama kelamaan otot jantung akan melemah dan tidak dapat bekerja secara efektif, sehingga dapat menyebabkan gagal jantung. Kerusakan ini memang jarang menimbulkan gejala, namun akibat yang ditimbulkan akan sangat fatal. 6. Kerusakan Pada Mata Pembuluh darah mata juga dapat rusak akibat dari hipertensi yang tidak terkontrol, sehingga suplai oksigen dan nutrisi tidak sampai dengan baik ke retina mata. Jika hal tersebut terus dibiarkan, maka penglihatan akan menurun hingga dapat menyebabkan kebutaan. Selain hipertensi, diabetes juga dapat memperparah kerusakan tersebut. 7. Kerusakan pada Otak Otak merupakan organ yang membutuhkan supali oksigen dan nutrisi, sehingga dapat bekerja secara efektif. Namun, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah otak, maka yang paling sering terjadi akibat hal tersebut adalah stroke. 8. Kerusakan pada Darah Arteri Arteri merupakan pembuluh darah yang membawa nutrisi serta oksigen ke seluruh tubuh, normalnya fleksibel dan elastis. Jika hipertensi tidak terkontrol, kerusakan

dan penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah) dan aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah) dapat terjadi yang akan berdampak pada mata, ginjal, jantng, tangan dan kaki. Akhirnya pasien bisa mengalami nyeri dada, gagal jantung, serangan jantung, stroke, sumbatan arteri ditangan dan kaki, kerusakan mata hingga pada aneurisma (kelemahan pada dinding artaeri sehingga membentuk seperti bendungan dan jika pecah dapat menyebabkan kematian). G. Pemeriksaan Penunjang 1. Hemoglobin / hematocrit Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. 2. BUN Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi) 3. Kalium serum Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik. 4. Kalsium serum, Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi 5. Kolesterol dan trigliserid serum Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ) 6. Pemeriksaan tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi 7. Kadar aldosteron urin/serum Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab ) 8. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes. 9. Asam urat, Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi 10. Steroid urin, Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme 11. IVP, Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter 12. Foto dada, Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung 13. CT scan 14. Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati 15. EKG, Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

H. Penatalaksanaan Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : 1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi : a. Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :  Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr  Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh  Penurunan berat badan  Penurunan asupan etanol  Menghentikan merokok b. Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu. c. Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi : 1. Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan. 2. Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks 3. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderitaan ASUHAN KEPERAWATAN 1. Diagnosa Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cedera biologis Intoleran aktivitas (00092) berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen INTERVENSI Diagnosa Noc Nic NIC : Nyeri akut NOC : Tujuan : kontrol nyeri Manajemen nyeri berhubungan  Mengenali kapan  Observasi adanya dengan agen nyeri terjadi petunjuk nonverbal cedera biologis mengenai  Menggunakkan ketidaknyamanan tindakan pencegahan terutama pada mereka  Menggnakan tindakan yang tidak dapat pengurangan nyeri berkomunikasi secara tanpa analgesik efektif  Menggunakan  Lakukan pengkajian nyeri analgesic yang komprehensif yang direkomendasikan meliputi lokasi,  Melaporkan gejala karakteristik, onset/durasi, yang tidak terkontrol frekuesi, kualitas, pada professional intensitas atau beratnya kesehatan nyeri dan faktor pencetus  Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan  Berikan informasi mengenai nyeri, seperti



penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasi tindakan penurunan nyeri nonfarmakologi, sesuai kebutuhan

NOC : NIC : Intoleran Tujuan : toleransi terhadap Terapi aktivitas aktivitas aktivitas  Monitor respon emosi, berhubungan fisik, sosial dan spiritual  Saturasi oksigen dengan ketika beraktivitas terhadap aktivitas ketidakseimbang tidak terganggu  Bantu klien an antara suplai mengeksplorasi tujuan  Frekuensi nadi ketika dan kebutuhan beraktivitas tidak personal dari aktivitasoksigen terganggu aktivitas biasa yang dilakukan  Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas  Instruksikan klien dan tidak terganggu keluarga mempertahankan fungsi dan kesehatan  Tekanan darah sistolik terkait peran dalam ketika beraktivitas beraktivitas secara fisik, tidak terganggu sosial, spiritual dan  Tekanan darah kognisi diastolik ketika  Rujuk kepusat komunitas beraktivitas tidak maupun program-program terganggu aktivitas bila diperlukan  Kemudahan dalam melakukan aktivitas hidup harian tidak terganggu

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges marilynn (2010), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2. Agus Purwadianto (2009), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta. 3. Callahan, Barton, Schumaker (2009), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawa Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta. 4. Carpenito Lynda Juall (2008), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 5. Decker DL. (2010). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and Company. Boston

Related Documents

Lp Individu Ht Inggrit.docx
December 2019 22
Lp Ht Gero.docx
October 2019 29
Lp Ht Ridwan.docx
May 2020 12
Ht
October 2019 48
Ht
May 2020 36
Ht Notes.pdf
December 2019 38

More Documents from "Naveen Reddy"