LAPORAN PENDAHULUAN A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Tuberkulosis Paru Tuberkolosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis paru adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium Tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection (Wijaya & Putri, 2017 p.137). Sedangkan menurut Smeltzer & Bare (2014 P.525), tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang paling sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TB dapat menyebar hamper ke setiap bagian tubh, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Dari kedua pengertian tuberkulosis yang sudah disebutkan sebelumnya dapat disimpulkan pengertian tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru. 2. Etiologi Menurut Setiati (2010 p.2232) Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA). Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis. 3. Patofisiologi Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang
ke udara (Muttaqin 2008). Infeksi diawali
karena seseorang menghirup basil Mycobacterium tuberkulosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk (Somantri,2009). Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri, limfosit spesifiktuberkolosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajanan (Setiati, 2014). Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh dan bakteri tuberkolosis tidak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu saat kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat yang melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberkolsis yang dorman dapat aktif kembali. Inilah yang disebut reaktivasi infeksi primer atau infeksi pascaprimer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi primer terjadi. Biasanya organ paru tempat timbulnya infeksi pasca-primer terutama berada di daerah apeks paru (Muttaqin, 2008).
Dahak manusia adalah sumber infeksi yang paling penting. Ketika batuk, berbicara dan meludah maka akan memproduksi dahak yang sangat kecil berisikan bakteri TB yang akan melayang-layang diudara. Kuman ini dengan mudah akan terhirup napas dan menyebabkan orang sehat tertular penyakit TB paru karena ketidaktahuannya dalam pencegahan penularan (Crofton,2002). 4. Klasifikasi Klasifikasi Tuberkulosis paru menurut Arif Muttaqin (2008) terbagi menjadi 2 diantaranya : a. Tuberkulosis Primer Tuberkulosis primer merupakan infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri TB terhirup dari udara melalui saluran pernapasan dan mencapai alveoli atau terminal saluran pernapasan, maka bakteri akan ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag yang berada di alveoli. Jika bakteri ditangkap oleh makrofag yang lemah , maka bakteri akan berkembang biak dalam tubuh makrofag yang lemah dan menghancurkan makrofag. b. Tuberkulosis Sekunder Tuberkulosis sekunder terjadi setelah terjadi resolusi dari infeksi primer, sejumlah kecil bakteri TB masih hidup di jaringan parut. Reaktivitasi penyakit TB (TB pasca primer/TB pasca sekunder) terjadi bila daya tahan tubuh menurun, alkoholisme, keganasan, silikosis, diabetes mellitus, dan AIDS. 5. Manifestasi Klinis Menurut Setiati (2010) keluhan yang dirasakan paien tuberkulosis dapat bermacam-macam dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah : a. Demam
Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga klien merasa tidak pernah terbebas dari sengan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh klien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk. b. Batuk / Batuk Darah Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkolosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus. c. Sesak napas Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru. d. Nyeri dada Gejala ini timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya. e. Malaise Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilan timbul secara tidak teratur. 6. Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi lanjut : a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empisema, laryngitis, usus, Poncet’s arthropathy. b. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas-> SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat-> fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB. 7. Penatalaksanaan Zain dalam Ardiansyah (2012, p.309) menyatakan penatalaksanaan Tubeculosis paru dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a. Pencegahan Tuberculosis Paru 1) Pemeriksaan kontak diberikan terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita TB paru BTA positif. 2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaaan masal terhadap kelompokkelompok populasi tertentu. 3) Vaksinasi BCG (Bacillus Calmatte-Guerin) diberikan pada bayi baru lahir sampai usia 3 bulan. 4) Kemoprokfilaksis mencakup penggunaan INH (Isoniazid) 5 mg/kg BB selama 6-12 bulan untuk menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. 5) Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang penyakit Tuberculosis paru kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun rumah sakit. b. Pengobatan Tuberculosis Paru Menurut Wijaya dan Putri (2017, p.140) tujuan pengobatan pada penderita yaitu untuk mengobati, mencegah kematian, kekambuhan, resistensi kuman terhadap OAT (Obat Anti Tuberculosis), serta
memutuskan mata rantai penularan. Obat-obatan yang diberikan antara lain: 1) Isoniazid (INH) sebagai bakterisidial terhadap basil yang tumbuh aktif. Obat ini diberikan selama 18-24 bulan dengan dosis 10-20 mg/kg BB/hari melalui oral. 2) Kombinasi antara NH, rifampicin, dan pyrazinamid yang diberikan selama 6 bulan. Obat tambahan, seperti Streptomycin dan Ethambutol. B. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari setiap anggota (Duvall dalam Bakri, 2017, p.10) Bailon & Maglaya mendefinisikan sebagai kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, yang hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Bakri, 2017, p.10). Berdasarkan uraian pendapat beberapa ahli di atas, penulis menyimpulkan keluarga merupakan kelompok orang yang saling terikat perkawinan untuk mempertahankan suatu budaya. 2. Struktur keluarga Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Menurut Padilla (2015) ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia, antara lain :
a. Patrilineal, keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah. b. Matrilineal, keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu. c. Matrilokal, sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu. d. Patrilokal,sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah. e. Keluarga kawin, hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri. 3. Ciri-ciri struktur keluarga Menurut Padilla (2015) ciri-ciri keluarga sebagai berikut : a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga. b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing. c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing. 4. Tipe Keluarga Menurut Kholifah & Widagdo (2016, p.34-35) berbagai tipe keluarga yang perlu diketahui adalah sebagai berikut: a. Tipe Keluarga tradisional 1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas suami dan istri tanpa anak. Keluarga ini mungkin belum mempunyai anak atau tidak mempunyai anak. 3) Single parent, terdiri atas satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian. 4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak mempunyai suami. 5) Extended family, terdiri atas keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama daerah pedesaan. 6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah. 7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti dapur dan kamar mandi yang sama. b. Tipe Keluarga Nontradisional 1) Unmarried parent and child family, yaitu terdiri atas orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah. 2) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu. 3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri. 4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan. 5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya. 5. Fungsi keluarga Berkaitan dengan fungsi keluarga menurut Friedman dalam Padilla (2015) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yaitu : a. Fungsi afektif Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang. Reinforcement dan support dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Sering bercerai, kenakalan anak atau masalah keluarga lainnya timbul akibat fungsi afektif keluarga yang tidak terpenuhi. b. Fungsi sosialisasi Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah meninggal. Keluarga merupakan tempat dimana individu melakukan sosialisasi. Tahap perkembangan individu dan keluarga akan dicapai melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, memiliki nilai/norma, budaya dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu berperan di masyarakat. c. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain
banyaknya kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan pernikahan sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orang tua (single parent). d. Fungsi ekonomi Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluaga seperti makanan, pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan (Gakin atau pra keluarga sejahtera). Perawat berkontribusi untuk mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat digunakan keluarga dalam meningkatkan status kesehatan mereka. e. Fungsi perawatan kesehatan Selain fungsi menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga kesehatan. Kemampuan ini sangat memengaruhi status kesehatan individu dan keluarga. 6. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga Menurut Duval (dalam Bakri, 2017, p.43-45), membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan yaitu: a. Keluarga Baru (Berganning Family) Dimulai ketika dua individu membentuk keluarga melalui perkawinan. Pada tahap ini, pasangan baru memiliki tugas perkembangan, antara lain: 1) Membina hubungan intim yang memuaskan. 2) Membuat berbagai kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama. 3) Merencanakan anak. 4) Persiapan menjadi orang tua.
5) Mencari pengetahuan prenatal care. b. Keluarga dengan Anak Pertama <30 bulan (Child Bearing) Pada tahap ini masa transisi pasangan suami istri dimulai sejak anak pertama lahir sampai berusia kurang dari 30 bulan. Pada masa ini sering timbul konflik yang dipicu kecemburuan pasangan akan perhatian yang lebih ditunjukkan kepada anggota keluarga baru. Adapun tugas perkembangan pada tahap ini yaitu kesadaran akan perlunya beradaptasi dengan perubahan anggota keluarga, yaitu: 1) Mempertahankan keharmonisan pasangan suami istri 2) Berbagi peran dan tanggung jawab 3) Mempersiapkan biaya untuk anak. c. Keluarga dengan Anak Prasekolah Berlangsung sejak anak pertama berusia 2,5 tahun hingga 5 tahun. Adapun tugas perkembangan yang mesti dilakukan: 1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga. 2) Membantu anak bersosialisasi dengan lingkungan. 3) Cermat membagi tanggung jawab. 4) Mempertahankan hubungan keluarga. 5) Mampu membagi waktu untuk diri sendiri, pasangan, dan anak. d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6-13 tahun) Tahap ini berlangsung sejak anak pertama menginjak sekolah dasar sampai memasuki awal masa remaja. Dalam hal ini, sosialisasi anak semakin melebar. Tidak hanya di lingkungan rumah melainkan juga di sekolah dan lingkungan yang lebih luas lagi. Tugas perkembangannya, antara lain: 1) Anak harus sudah diperhatikan minat dan bakatnya sehingga orangtua bisa mengarahkan dengan tepat. 2) Membekali anak dengan berbagai kegiatan kreatif agar motoriknya berkembang dengan baik.
3) Memperhatikan akan risiko pengaruh teman serta sekolahnya. e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun) Pada perkembangan ini orangtua perlu memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggungjawab. Hal ini mengingat bahwa remaja adalah seorang yang dewasa muda mulai memiliki otonomi. Ia ingin mengatur kehidupannya sendiri tetapi masih membutuhkan bimbingan. Oleh sebab itu, komunikasi antara orangtua dan anak harus terus dijaga. Selain itu, beberapa peraturan juga sudah mulai diterapkan untuk memberikan batasan tertentu tetapi masih dalam tahap wajar. Misalnya dengan membatasi jam malam dan lain sebagainya. f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah) Dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah. Artinya keluarga sedang menghadapi persiapan anak yang mulai mandiri. Dalam hal ini, orangtua mesti merelakan anak untuk pergi jauh dari rumahnya demi tujuan tertentu. Adapun tugas perkembangan pada tahap ini, antara lain: 1) Membantu dan mempersiapkan anak untuk hidup mandiri. 2) Menjaga keharmonisan dengan pasangan. 3) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. 4) Bersiap mengurusi keluarga besar (orangtua pasangan) memasuki masa tua. 5) Memberikan contoh kepada anak-anak mengenai lingkungan rumah yang positif. g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family) Tahapan ini ditandai dengan perginya anak terakhir dari rumah dan salah satu pasangan bersiap negatif atau meninggal. Tugas perkembangan keluarganya, yaitu: 1) Menjaga kesehatan.
2) Meningkatkan keharmonisan dengan pasangan, anak, dan teman sebaya. 3) Mempersiapkan masa tua. h. Keluarga Lanjut Usia Masa usia lanjut adalah masa-masa akhir kehidupan manusia. Maka tugas perkembangan dalam masa ini yaitu beradaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, kawan, ataupun saudara. Selain itu melakukan “life review” juga penting, disamping tetap mempertahankan kedamaian. C. Proses asuhan keperawatan keluarga Menurut (Padilla, 2015 p.91) asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan yang sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan indiviu-individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan perencanaan, perencanaan asuhan, dan penilaian. 1. Pengkajian Pada tahap ini, perawat wajib melakukan pengkajian terhadap permasalahan yang ada. Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana perawat perawat mengambil data secara terus-menerus terhadap keluarga yang dibinanya (Padilla, 2015 p.92). Dalam melakukan pengkajian perawat harus menggunakan metode yang tepat untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat guna menegakkan diagnosis di tahap berikutnya. Beberapa metode yang dapat digunakan
adalah
metode
wawancara/observasi
misalnya
tentang
keadaan/fasilitas rumah, pemeriksaan fisik terhadap seluruh anggota keluarga secara head to toe dan interpretasi data sekunder seperti hasil laboratorium, hasil X-ray, pap smear, dan lain-lain sebagainya (Padilla, 2015 p.92). Hal-hal yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian keluarga adalah :
a. Data umum Pengkajian pada data umum meliputi nama kepala keluarga (KK), alamat dan nomer telepon, pekerjaan anggota keluarga, pendidikan anggota keluarga, dan komposisi keluarga yang dapat dibuat dengan genogram.
Laki-laki
Perempuan
Identifikasi klien yang sakit
Meninggal
Menikah
Pisah
--------Cerai
Cerai Anak angkat
Tinggal dalam satu rumah Aborsi
Kembar
Gambar 2.2 Genogram 1) Tipe keluarga, yang menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga tersebut. 2) Suku bangsa, yang perlu dikaji adalah mengenai asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan. 3) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi keluarga. 4) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan anggota keluarga serta kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. 5) Aktivitas rekreasi keluarga, yang dimaksud rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, tetapi dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi. b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 1) Tahap perkembangan keluarga saat ini Menjelaskan kondisi keluarga saat ini dan menjadi fokus utama saat pengkajian. Tidak hanya masalah kesehatan, namun juga status ekonomi dan sosial keluarga. 2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan
perkembangan
keluarga
yang
belum
terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. 3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadap pelayanan kesehatan. 4) Riwayat keluarga sebelumnya Menjelaskan mengenai riwayat pada keluarga dari pihak suami dan istri. c. Pengkajian lingkungan 1) Karakteristik rumah Karakteristik rumah dapat diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yng digunakan serta dilengkapi dengan denah rumah. 2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan. 3) Mobilitas geografis keluarga Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga berpindah tempat. 4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat. d. Struktur keluarga 1) Sistem pendukung keluarga Menjelaskan mengenai jumlah anggota keluarga yang sehst, fasilitasfasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat. 2) Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi dengan anggota keluarga, apakah anggota keluarga mengutarakan kebutuhan dan perasaan mereka dengan jelas, apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan respons baik dengan baik terhadap pesan, apakah anggota keluarga mendengar dan mengikuti pesan, pola komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan pesan (langsung atau tidak langsung). 3) Struktur kekuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku. 4) Struktur peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. 5) Nilai atau norma keluarga Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. e. Fungsi Keluarga 1) Fungsi Afektif Hal yang perlu dikaji adalah gambaran dari anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. 2) Fungsi Sosialisasi Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga bejalar disiplin, norma, budaya serta perilaku.
3) Fungsi Perawatan Kesehatan Menjelaskan sejauh mana anggota keluarga menyiapkan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh
mana
pengetahuan
keluarga
mengenai
sehat
sakit.
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil
keputusan
untuk
mengambil
tindakan,
melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat. 4) Fungsi Reproduksi Hal yang perlu dikaji dalam fungsi reproduksi yaitu jumlah anak dalam keluarga, rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan anggota keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. 5) Fungsi Ekonomi Dalam fungsi ekonomi hal yang perlu dikaji meliputi sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. f. Stres dan Koping Keluarga 1) Stressor Jangka Pendek Dan Panjang a) Stressor jangka pendek adalah stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan. b) Stressor jangka panjang adalah stressor yang dialami keluarga yang memerlukan waktu penyelesaian dalam waktu lebih dari enam bulan.
2) Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stressor Yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor. 3) Strategi Koping Yang Digunakan Yang perlu dikaji adalah strategi koping yang digunakan keluarga dalam menghadapi permasalahan/stres. 4) Strategi Adaptasi Disfungsional Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi permasalahan/stres. g. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan sama dengan metode pemeriksaan fisik klinik. Pemeriksaan tersebut meliputi : 1) Tanda-tanda vital Pemeriksaan ini menunjukkan hasil pemeriksaan dari tekanan darah, respirasi, nadi dan suhu. 2) Antropometri Pemeriksaan ini meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar perut, lingkar dada, lingkar lengan, dan lingkar kepala bagi bayi. 3) Nutrisi Untuk menjelaskan kebiasaan makan, pola makan, dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari. 4) Aktivitas/istirahat Menjelaskan mengenai kegiatan yang dilakukan keluarga dan waktu istirahat keluarga. 5) Pernapasan Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pola napas, bentuk dada saat bernapas, dan bunyi napas. Pemeriksaan ini digunakan untuk menjelaskan kondisi sistem pernapasan.
6) Kardiovaskuler Menjelaskan kondisi jantung dan pembuluh darah keluarga. 7) Pencernaan Menjelaskan kondisi sistem pencernaan anggota keluarga seperti mual, muntah, peristaltik usus, anoreksia, dan pola BAB. 8) Perkemihan Menjelaskan berapa banyak air kencing yang dikeluarkan setiap hari. Apakah terdapat kelainan atau tidak. 9) Muskoloskeletal Menjelaskan mengenai kondisi otot dan tulang anggota keluarga. 10) Penginderaan Pemeriksaan yang biasa dilakukan seperti pemeriksaan mata, pemeriksaan hidung dan pemeriksaan telinga. Apakah terdapat kelainan atau tidak. 11) Reproduksi Menjelaskan mengenai fungsi reproduksi anggota keluarga. 12) Neurologis Menjelaskan tingkat kesadaran keluarga dan keadaan sistem syaraf keluarga. h. Harapan Keluarga Pada akhir pengkajian, pengkaji menanyakan mengenai harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada. 2. Analisa data Setelah dilakukan pengkajian, tahap berikutnya data dianalisis untuk dapat dilakukan perumusan diagnosis keperawatan (Achjar, 2010). 3. Diagnosa keperawatan Menurut (Padilla, 2015 p.105) diagnosa keperawatan keluarga merupakan masalah keperawatan yang dirumuskan dari data-data yang
didapat pada pengkajian yang berhubungan dengan etiologi yang berasal dari data-data pengkajian fungsi keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusa PES (problem, etiologi, symptom) dimana untuk problem menggunakan rumusan masalah dari NANDA, sedangkan etiologi dapat menggunakan pendekatan lima tugas keluarga atau dengan menggambarkan pohon masalah. Etiologi dari diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan (Achjar, 2010) sebagai berikut : a. Ketidakmampuan
keluarga
dalam
mengenal
masalah
kesehatan
disebabkan karena : 1) Kurang pengetahuan dan ketidaktahuan fakta 2) Rasa takut akibat masalah yang diketahui 3) Sikap dan falsafah hidup b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan oleh : 1) Tidak memahami mengenai sifat, berat, dan luasnya masalah 2) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol 3) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan dan kurangnya sumber daya keluarga 4) Tidak sanggup memilih tindakan dari beberapa pilihan 5) Ketidakcocokan pendapat dari anggota keluarga 6) Takut dari akibat tindakan 7) Sikap negatif dari masalah kesehatan 8) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan 9) Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, disebabkan oleh :
1) Tidak mengetahui keadaan penyakit, misalnya sifat, penyebab, penyebaran, perjalanan penyakit, gejala dan perawatannya serta pertumbuhan dan perkembangan anak. 2) Tidak mengetahui perkembangan, perawatan yang dibutuhkan. 3) Kurang atau tidak ada fasilitas yang diperlukan dalam perawatan. 4) Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnya keuangan, anggota keluarga yang bertanggung jawab. 5) Sikap negatif terhadap yang sakit 6) Konflik individu dalam keluarga 7) Sikap dan pandangan hidup d. Ketidakmampuan
keluarga
memelihara
rumah
yang
dapat
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga, disebabkan oleh : 1) Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan, tanggung jawab atau wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat. 2) Kurang dapat melihat manfaat pemeliharaan lingkungan 3) Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan 4) Konflik personal keluarga 5) Sikap dan pandangan hidup 6) Ketidakkompakan keluarga, karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah e. Ketidakmampuan menggunakan sumber pelayanan kesehatan di masyarakat guna memelihara kesehatan, disebabkan oleh : 1) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh 2) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga kesehatan 3) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan 4) Rasa takut pada akibat dari tindakan
Diagnosa Keperawatan dengan Tuberculosis Paru a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit (NANDA, 2018, p.384 dan Achjar, 2012, p.21) 1) Definisi Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas. a) Batasan Karakteristik (1) Batuk yang tidak efektif (2) Dispnea (3) Gelisah (4) Perubahan frekuensi napas (5) Perubahan pola napas (6) Sianosis (7) Suara napas tambahan (8) Sputum dalam jumlah berlebih b) Faktor – faktor yang berhubungan: (1) Mukus berlebihan (2) Benda asing dalam jalan napas (3) Terpajan asap (4) Sekresi yang tertahan (5) Perokok pasif (6) Perokok
d) Kondisi terkait (1) Spasme jalan napas (2) Jalan nafas alergik (3) Asma (4) Penyakit paru obstruksi kronis (5) Hiperplasia pada dinding bronkus (6) Infeksi (7) Disfungsi neuromuscular e) NOC Status pernafasan : kepatenan jalan nafas Kriteria hasil: (1) Frekuensi pernafasan dalam kisaran normal (2) Mampu untuk mengeluarkan sekret (3) Suara nafas tambahan berkurang atau hilang (4) Pernafasan cuping hidung tidak ada (5) Dispnea saat istirahat berkurang (6) Akumulasi sputum berkurang (7) Batuk berkurang (8) Pengguanaan otot bantu nafas minimal mungkin. f) NIC (1) Manajemen jalan nafas (a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
(b) Lakukan fisioterapi dada (c) Keluarkan sekret dengan batuk (d) Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan batuk. (e) Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler sesuai resep. (f) Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya suara tambahan. (g) Monitor satus pernafasan dan oksigen. (2) Monitor pernafasan (a) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas. (b) Catat pergerakan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu nafas (c) Monitor kemampuan batuk efektif pasien (d) Catat onset, karakteristik dan lamanya batuk (e) Monitor keluhan sesak nafas, kegiatan yang meningkatkan atau memperburuk sesak nafas tersebut. 2)
Ketidakseimbangan
nutrisi:
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan (NANDA, 2018, p.153 dan Achjar, 2012, p.21) a) Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. b) Batasan karakteristik (1) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal (2) Bising usus hiperaktif (3) Cepat kenyang setelah makan (4) Gangguan sensasi rasa (5) Kesalahan informasi (6) Kurang minat pada makanan (7) Membran mukosa pucat (8) Nyeri abdomen c) Faktor yang berhubungan (1) Faktor biologis (2) Faktor ekonomi (3) Gangguan psikososial (4) Ketidakmampuan makan (5) Ketidakmampuan mencerna makanan (6) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien (7) Kurang asupan makanan d) NOC (1) Status nutrisi
(2) Status nutrisi: asupan nutrisi Kriteria Hasil: (1) Asupan makanan tidak menyimpang dari rentang normal (2) Asupan cairan tidak menyimpang dari rentang normal (3) Hidrasi tidak menyimpang dari rentang normal (4) Asupan kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, vitamin, mineral, zat besi, kalsium dan natrium adekuat e) NIC (1) Manajemen gangguan makan (a) Monitor intake/asupan makanan dan cairan (b) Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien dan orang terdekat (c) Monitor
tanda-tanda
fisiologi
(tanda-tanda
vital,
elektrolit) (d) Observasi klien makan atau
selama
makanan
bahwa intake atau
dan ringan
asupan
setelah untuk
makanan
pemberian menyakinan yang
cukup
tercapai dan dipertahankan (2) Manajemen nutrisi (a) Tentukan status gizi dan kemampuan pasien memenuhi kebutuhan gizi
(b) Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki (c) Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi (d) Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diit untuk kondisi sakit (e) Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut sebelum makan (3) Bantuan peningkatan berat badan (a) Kaji makanan kesukaan pasien, baik itu kesukaan pribadi atau dianjurkan budaya dan agamanya (b) Lakukan perawatan mulut sebelum makan (c) Bantu pasien untuk makan atau suapi pasien (d) Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana cara membeli makanan murah tetapi bergizi tinggi 3)
Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan (NANDA, 2018, p.382 dan Achjar, 2012, p.21) a) Definisi Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan b) Faktor risiko
(1) Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen (2) Malnutrisi (3) Obesitas (4) Gangguan integritas kulit (5) Gangguan peristalsis (6) Merokok (7) Vaksinasi tidak adekuat c) Kondisi terkait (a) Perubahan pH sekresi (b) Stasis cairan tubuh (c) Penyakit kronis (d) Prosedur invasif (e) Imunosupresi (f) Leukopenia (g) Penurunan hemoglobin d) NOC Keparahan infeksi Kriteria Hasil: (1) Tidak ada sputum purulen (2) Suhu dalam rentang normal (3) Keluhan mengenai malaise berkurang (4) Tidak menggigil
e) NIC (1) Manajemen imunisasi/vaksinasi (a) Informasikan individu mengena imunisasi protektif untuk melawan penyakit yang tidak diwajibkan oleh undang-undang (b) Ajarkan pada individu/keluarga mengenai vaksinasi yang diperlukan jika ada paparan atau insiden khusus (c) Pahami bahwa keterlambatan pemberian imunisasi pada satu seri bukan berarti harus mengulang jadwal (d) Bantu keluarga terkait perencanaan keungaan membayar
imunisasi
(misalnya.,
apakah
untuk dibayar
asuransi dan klinik departemen kesehatan) (2) Perlindungan infeksi (a) Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal (b) Monitor kerentanan terhadap infeksi (c) Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup (d) Pantau adanya tingkat energi atau malaise (e) Anjurkan pernapasan dalam dan batuk, dengan tepat (f) Ajarkan bagaimana cara menghindari infeksi
4)
Defisien
pengetahuan
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan (NANDA, 2018, p. 257 dan Achjar, 2012, p.20) a) Definisi Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. b) Batasan Karakteristik (1) Ketidakakuratan melakukan tes (2) Ketidakakuratan mengikuti perintah (3) Kurang pengetahuan (4) Perilaku tidak tepat (misal, histeria, agitasi, apatis) c) Faktor yang berhubungan (1) Gangguan fungsi kognitif (2) Gangguan memori (3) Kurang informasi (4) Kurang sumber pengetahuan (5) Salah pengertian terhadap orang tua d) NOC Pengetahuan : proses penyakit Kriteria Hasil (1) Menyatakan
pemahaman
tentang
prognosis, dan program pengobatan
penyakit,
kondisi,
(2) Memahami mengenai cara penularan penyakit (3) Menyatakan pemahaman mengenai strategi mengelola stres dan mencegah penyebaran penyakit menular (4) Mampu melaksanakan
prosedur yang dijelaskan
secara
benar (5) Mampu
menjelaskan
kembali
apa
yang
dijelaskan
perawat/tim (6) Menyatakan
pemahaman
tentang
tindakan
untuk
meningkatkan daya tahan terhadap infeksi e) NIC (1) Pengajaran: proses penyakit (a) Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit yang spesifik (b) Jelaskan
patofisiologi
penyakit
dan
bagaimana
hubungannya dengan anatomi dan fisiologi (c) Review pengetahuan pasien mengenai kondisinya (d) Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit (e) Jelaskan mengenai proses penyakit (f) Jelaskan komplikasi yang mungkin ada (g) Perkuat informasi yang di berikan dengan anggota tim kesehatan.