Lp Ge.docx

  • Uploaded by: widia ningsih
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Ge.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,553
  • Pages: 31
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS

OLEH : NI WAYAN YULIANTARI 1002105059

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi/Pengertian 

Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir



Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et al, 1996).



Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s, 1995).



Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan (Marlenan Mayers, 1995). Jadi, dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang patogen.

2. Epidemiologi/Insiden Kasus Pada tahun 1980 gastroenteritis dari semua penyebab kematian 4,6 juta disebabkan pada anak-anak. Kurangnya air bersih dan pengolahan limbah telah berkontribusi pada penyebaran infeksi gastroenteritis. Tingkat kematian saat ini telah turun secara signifikan menjadi sekitar 1,5 juta kematian setiap tahunnya di tahun 2000, sebagian besar disebabkan oleh pengenalan global terapi rehidrasi oral. Insiden di negara maju setinggi 1-2,5 kasus per anak per tahun dan merupakan penyebab utama rawat inap di kelompok usia ini. Usia, kondisi hidup, kebersihan dan kebiasaan budaya merupakan faktor penting. Etiologi agen bervariasi tergantung pada iklim. Selanjutnya, sebagian besar kasus gastroenteritis terlihat selama musim dingin di daerah beriklim sedang dan selama musim panas di daerah tropis.

3. Penyebab/Etiologi/Faktor Predisposisi Gastroenteritis dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : a) Faktor infeksi 

Infeksi internal Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama gastroenteritis pada anak. Infeksi internal meliputi : a. Infeksi bakteri: basiler disentri, escherichia colli, salmonella b. Infeksi virus: enterovirus, adenovirus, rotavirus c. Infeksi parasit: cacing, protozoa, jamur Gambar 1: Penyebab diare oleh bakteri atau parasit



Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti tonsilitis, brochopneumoni, encefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak yang berumur dibawah 2 tahun.

b) Faktor makanan Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan c) Faktor malabsorbsi 

Malabsorbsi karbohidrat, disakarida (intoleran laktosa, maltosa) pada bayi dan anak yang tersering adalah intoleransi laktosa.



Malabsorbsi lemak dan protein

d) Faktor psikologis: rasa takut dan cemas biasanya terjadi pada anak lebih besar (Mansjoer, 2000).

4. Patofisiologi Terjadinya Penyakit Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri, virus, parasit), faktor malabsorbsi, faktor makanan dan faktor fisiologis. Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung yang kemudian bakteri dibunuh oleh asam lambung. Namun, bila jumlah bakteri terlalu banyak maka ada beberapa yang lolos sampai ke duodenum dan berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang sering diserang adalah usus. Di dalam usus tersebut bakteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus, sehingga bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang sekresi cairan-cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan. Sebagai akibat dari keadaan ini volume cairan di dalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus menggembung dan sebagian dinding usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan di usus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare. Diare yang disebabkan karena malabsorbsi makanan akan menyebabkan makanan atau zat tidak dapat diserap sehingga tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi. Akibatnya terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare. Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare karena akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus menyebabkan hiperperistaltik sehingga mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltic menurun akan mengakibatkan bakteri akan tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula. Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan di rongga usus menyebabkan klien mengeluh perut terasa sakit. Selain karena 2 hal itu, nyeri perut/kram timbul karena metabolisme KH oleh bakteri di usus yang menghasilkan gas H2 dan CO2 yang menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan ini klien akan merasa mual bahkan muntah dan nafsu makan menurun.

Karena terjadi ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan klien jatuh pada keadaan dehidrasi yang ditandai dengan berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun bisa menjadi cekung (pada bayi), mukosa bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Bila keadaan ini terus berlanjut dan klien tidak mau makan maka akan menimbulkan gangguan nutrisi sehingga klien lemas. Dehidrasi dan reaksi inflamasi pada mukosa usus menyebabkan peningkatan suhu tubuh klien. Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan membuat cairan ektraseluler dan intraseluler menurun. Di mana selain itu air tubuh juga kehilangan Na, K dan ion karbohidrat. Bila keadaan ini berlanjut terus maka volume darah juga berkurang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, klien sangat lemah kesadaran menurun. Selain itu, akibat lain dari kehilangan cairan ektrasel yang berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis metabolik dimana klien akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan kussmaul). Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor psikologis (stress, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenal di bawah pengendalian sistem pernafasan simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stress maka metabolisme akan terjadi peningkatan, dalam bentuk peningkatan mortalitas usus. (Ngastiyah, 2005; Syaifuddin, 1999)

5. Klasifikasi gastroenteritis Klasifikasi gastroenteritis: a) Gastroenteritis akut: biasanya disebabkan oleh agen infeksi. Patogenesisnya yaitu: 

Mikroorganisme/makanan masuk ke alat pencernaan



Mikroorganisme tersebut berkembang biak setelah berhasil melewati asam lambung



Mikroorganisme membentuk toksin (endotoksin)



Terjadi rangsangan pada mukosa usus sehingga terjadi hiperperistaltik dan sekresi cairan untuk membuang mikroorganisme/makanan tersebut sehingga terjadi diare

b) Gastroenteriris kronik: dapat disebabkan oleh malnutrisi. Patogenesisnya yaitu: 

Infeksi bakteri misalnya E. Coli patogen yang sudah rentan. Tumbuh secara berlebihan dari bakteri non patogen seperti pseudomonas, proteus, stafilococus dan sebagainya.



Investasi parasit terutama Entamoeba histolitica, candida dan trikusis



Ganmgguan imunologik. Defisisensi secretary Ig A akan menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi parasit dalam usus

Klasifikasi gastroenteritis (Kapita Selekta edisi 3, 1999) : 1. Gastroenteritis koleriform: disebabkan oleh fibrio, eschercia colli, clostriclia, dan intoksikosi makanan. 2. Gastroenteritis degentriforin: disebabkan oleh sigella, salmonella, entamoeba histolitica Adanya peningkatan frekuensi buang air besar dan keenceran tinja merupakan akibat dari iritasi usus oleh suatu patogen yang mempengaruhi lapisan usus sehingga terjadi peningkatan

produk-produk

sekretorik

dan

peningatan

motilitas

usus.

Ini

menyebabkan banyak air dan mineral terbuang karena waktu penyerapan berkurang sehingga penderita gastroenteritis dapat mengalami dehidrasi. Berdasarkan keadaan klinik, dehidrasi dapat dibagi 3 (Soeparman, 1997) yaitu: a. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% dari berat badan. Gambaran klinis: dehidrasi, turgor kurang, suara serak, penderita belum jatuh dalam keadaan preshock. b. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% dari berat badan. Gambaran klinis: turgor jelek, serak, penderita jatuh, preshock, nadi cepat, nafas cepat dan dalam. c. Dehidrasi berat: kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan. Gambaran klinis: turgor jelek, serak, penderita jatuh preshock atau shock nadi cepat, nafas cepat dan dalam, kesadaran menurun, otot kaku, sianosis.

Perhitungan balance Jumlah cairan yang masuk: 1. Air (makanan, minuman) 2. Cairan infus 3. Air metabolisme 4. Injeksi Jumlah cairan yang keluar 1. Urine 2. IWL 3. Feses 4. Muntah, perdarahan, cairan drain, NGT Catatan: 1. Urine normal > 0,5 – 1 cc / kg BB/jam 2. Feses 100 cc/hari 3. WIL: Dewasa 15 cc / kg BB/hari Anak (30 – usia) cc/kg BB/hari Kenaikan suhu IWL + 200 (suhu badan – 36,8oC) 4. Air metabolisme balita: 8 cc/kg BB/hari

6. Gejala Klinis Gastroenteritis Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut, Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha

tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif. Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.

7. Pemeriksaan Fisik a) Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan. b) Perkusi: adanya distensi abdomen. c) Palpasi: turgor kulit melambat d) Auskultasi: terdengarnya bising usus.

8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung lebih dari beberapa hari, di perlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut a.l pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar eliktrolit serum, ureum dan kretinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan enzyme- linked immunorsorbent assay (ELISA) menditeksi giardiasis dan tes serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau limfositosis. pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang infasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neurotropenia

dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin di periksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh pemeriksaaan tinja dilakukan untuk mellihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri,adanya telur cacing dan parasit dewasa (Sudoyo,2007:408).

9. Diagnosis/Kriteria Diagnosis Gastroenteritis didiagnosis berdasarkan gejala, riwayat medis yang lengkap dan pemeriksaan fisik. Riwayat medis yang akurat dapat memberikan informasi berharga mengenai keberadaan atau tidak adanya gejala yang sama pada anggota lain dari keluarga pasien. Tidak ada tes diagnostik khusus yang diperlukan pada kebanyakan pasien dengan gastroenteritis sederhana. Riwayat medis lengkap dapat membantu dalam mendiagnosis gastroenteritis. Sebuah riwayat medis lengkap dan akurat dari pasien mencakup informasi tentang sejarah perjalanan, pajanan terhadap racun atau iritasi, diet, kebiasaan persiapan makanan atau penyimpanan dan obat-obatan. Keracunan makanan harus dipertimbangkan dalam kasus-kasus ketika pasien itu terkena makanan kurang matang atau tidak disimpan. Mendeteksi agen infeksi spesifik diperlukan dalam rangka untuk menentukan diagnosis yang tepat dan rencana pengobatan yang efektif. Selama pemeriksaan fisik, dokter akan mencari kemungkinan penyebab lain dari infeksi. Kondisi seperti usus buntu, kandung empedu penyakit, pankreatitis atau divertikulitis dapat menyebabkan gejala serupa tetapi pemeriksaan fisik akan mengungkapkan nyeri spesifik di bagian perut yang tidak hadir dalam gastroenteritis.

10. Terapy/Tindakan Penanganan Kegawatdaruratan Menurut John (2004:234) a. Penggantian cairan intra vena ( IV bolus 500ml normal salin untuk dewasa, 1020ml b. Pemberian suplemen nutrisi harus diberikan segera pada pasien mual muntah. c. Antibiotik yang diberikan pada pasien dewasa adalah cifrofloksasin 500mg. d. Pemberian metronidazole 250-750mg selama 5-14 kali. e. Pemberian obat anti diare yang dikomendasikan antibiotic

f. Obat antiemetic yang digunakan pada pasien yang muntah dengan dehidrasi

A. Penggantian cairan dan elektrolit Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa (Wells, 2003). Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama kalinya (Lung, 2003). Jika terapi intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline normal atau laktat Ringer harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera mungkin. Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara: BD plasma, dengan memakai rumus : Kebutuhan cairan = BD Plasma – 1,025 X Berat badan (Kg) X 4 ml 0,001 Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis : - Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB - Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB - Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB

Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberi penilaian/skor (tabel 1)

Kebutuhan cairan = Skor X 10% X KgBB X 1 liter 15 Goldbeger (1980) mengemukakan beberapa cara menghitung kebutuhan cairan: Cara I : -

Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi lainnya, maka kehilangan cairan kira-kira 2% dari berat badan pada waktu itu.

-

Bila disertai mulut kering, oliguri, maka defisit cairan sekitar 6% dari berat badan saat itu.

-

Bila ada tanda-tanda diatas disertai kelemahan fisik yang jelas, perubahan mental seperti bingung atau delirium, maka defisit cairan sekitar 7 -14% atau sekitar 3,57 liter pada orang dewasa dengan berat badan 50 Kg.

Cara II : Jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan berat badan 4 kg pada fase akut sama dengan defisit air sebanyak 4 liter. Cara III : Dengan menggunakan rumus : Na2 X BW2 = Na1 X BW1, dimana :

Na1 = kadar natrium plasma normal; BW1 = volume air badan normal, biasanya 60% dari berat badan untuk pria dan 50% untuk wanita; Na2 = kadar natrium plasma sekarang ; BW2 = volume air badan sekarang.

B. Antibiotik Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan (tabel 2), tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.

C. Obat anti diare 

Kelompok antisekresi selektif Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal. Di Indonesia saat ini tersedia di bawah nama

hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru anti diare yang dapat pula digunakan lebih aman pada anak. 

Kelompok opiat Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.



Kelompok absorbent Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit.



Zat Hidrofilik Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.



Probiotik Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor

saluran

cerna.

Syarat

penggunaan

dan

keberhasilan

mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat

11. Komplikasi Bila diare berlangsung terus, maka dapat timbul: a) Dehidrasi, diakibatkan karena tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dengan tanda mukosa bibir kering, turtgor kulit jelek, urine pekat, mata cekung. b) Syok hipovolemik, merupakan akibat lanjutan bila kekurangan volume cairan yang terlampau berlebihan menyebabkan kehilangan cairan dan sistem vaskuler, darah menjadi lebih kental dan tidak lancar yang dapat menimbulkan renjatan yang ditandai denyut nadi cepat, tekanan darah menurun, pasien gelisah, muka pucat, ekstremitas dingin dan kadang sianosis. c) Hipokalemia (hipotoni otot, lemah, bradikardia, disritmia jantung). Kehilangan caira berlebihan menyebabkan tubuh juga kehilangan elektrolit seperti kalium yang berperan penting dalam kerja otot skeletal dan jantung. Penurunan kadar kalium dalam tubuh (darah) akan mengakibatkan penurunan kerja jantung dan otot. Pada jantung bisa menimbulkan disritmia. Kontraksi yang kurang menyebabkan bradikardi, meteorismus. Pada otot menimbulkan kelemahan dan hipotoni otot d) Kejang, merupakan respon tubuh yang menandakan tubuh kekurangan oksigen terutama otak. Hal ini diakibatkan oleh adanya gangguan biokimia dalam tubuh yang mengakibatkan asidosis metabolik sehingga aliran darah tidak lancar, suplai darah diutamakan ke organ-organ tubuh yang vital. e) Malnutrisi, ini dikarenakan absorbsi zat gizi yang tidak adekuat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang ditandai berat badan turun, konjungtiva anemis, badan lemas. f) Asidosis metabolik. Karena tubuh kehilangan bikarbonat, perbandingan bikarbonat dan asam karbonat berkurang, yang mengakibatkan pH darah menurun (menjadikan lebih asam/asidosis). Sedangkan pada proses metabolisme dengan menggunakan CO2 sehingga dalam tubuh terjadi penumpukan asam laktat maka terjadi asidosis metabolic (Mansjoer, Arief, 2000 dan Noer, Saifulloh, 1999).

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Data Primer  Data Subjektif Keluhan utama : buang air besar lebih dari 3 hari Riwayat penyakit saat ini : buang air besar lebih dari 3 hari disertai nyeri perut. Riwayat penyakit sebelumnya : alergi akibat penggunaan obat dan makanan seperti obat pencahar, antibiotik dan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung sorbitol dan fruktosa.  Data Objektif  Airway :  Jalan nafas paten  Tidak ada obstruksi pada pernafasan  Breathing / Pernafasan  Nafas spontan  Irama nafas cepat  Pola nafas tidak teratur  Jenis pernafasan; Kusmaul  Adanya sesak nafas  Adanya pernafasan cuping hidung  RR > 24x/menit  Circulation  Nadi > 120x/menit  Tekanan darah menurun  Wajah tampak pucat  Akral hangat  Kadang Ada sianosis  Suhu > 37,50C  CRT > 2 detik  Mukosa bibir kering  Tidak terjadi perdarahan

 Turgor kulit lambat  Riwayat kelebihan cairan akibat diare  Disability  Pasien tampak lemah Data sekunder  Eksposure  Tidak adanya edema ekstremitas  Tidak ada jejas pada kepala  Five intervention Pemeriksaan Laboratorium: -

Pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum,ureum dan kretinin,

-

Pemeriksaan tinja dan pemeriksaan enzyme- linked immunorsorbent assay (ELISA) menditeksi giardiasis dan tes serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen.

 Give comfort  Pasien tampak nyeri  Nyeri di sekitar perut  Head to toe  Kepala dan wajah : mata cowong  Leher : pada pemeriksaan leher tidak ada data yang abnormal  Dada : tidak ada data yang bermasalah pada pemeriksaan dada.  Abdomen dan pinggang : Inspeksi : distensi abdomen Auskultasi : Bising usus meningkat Gerakan peristaltic meningkat Perkusi : suara perut timpani Palpasi : tidak di temukan adanya pembesaran hati.  Pelvis dan perineum : tidak ada masalah pada pemeriksaan pelvis dan perenium.  Ekstremitas : tidak ada masalah pada pemeriksaan ekstremitas.

 Inspect the posterior surface Tidak ada masalah pada pemeriksaan bagian belakang.

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul a. Diare b.d kontaminan d.d bising usus hiperaktif, nyeri abdomen b. Nyeri akut b.d distensi abdomen d.d prilaku gelisah, mendesah, melaporkan nyeri secara verbal c. Mual b.d iritasi lambung d.d peningkatan salviasi, melaporkan mual d. Risiko kerusakan integritas kulit b.d kelembapan, perubahan turgor kulit e. PK syok hipovolemik f. Hipertermi b.d dehidrasi d.d peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal, kulit terasa hangat g. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d kurang berminat terhadap makanan, diare h. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif d.d penurunan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi, membrane mukosa kering, penurunan turgor kulit.

3. Rencana Asuhan Keperawatan No. 1.

Diagnosa

Tujuan dan KH

Diare b.d kontaminan Setelah d.d

bising

hiperaktif, abdomen

diberikan

Intervensi

Rasional

asuhan NIC Label

usus keperawatan selama…. x 24 Diarrhea management nyeri jam,

diharapkan

1. Mengetahui kapan diare

diare 1. Tentukan riwayat diare

terjadi

berkurang dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor (pengobatan, 2. Mengetahui NOC label

bakteri)

Bowel Elimination

menyebabakan diare



Pola

eliminasi





pencetus atau penyebab diare

4. Observasi turgor kulit

3. Mengetahui

menit) (skala 5)

kemungkinan terjadi iritasi dan

Diare berkurang (skala 5)

ulserasi

untuk menyimpan dan menjaga 6. Mencegah

5)

kebersihan makanan

pasien 8. Monitor status hidrasi 9. Administrasikan terapi IV 10. Monitor status nutrisi

terjadinya

luka pada kulit

Turgor kulit normal (skala

membran Fluid Management 7. Monitor tanda-tanda mukosa normal (skala 5)

tingkat

dehidrasi 5. Mencegah

6. Ajarkan pasien dan keluarga

Kelembapan

derajat

keparahan diare

Bising usus normal (5-15 x/ 5. Monitor kulit di daerah perineal 4. Mengetahui

Fluid Balance 

mungkin

tidak 3. Monitor tanda dan gejala diare

terganggu (skala 5) 

yang

faktor

terjadinya

kontaminasi virus dan bakteri pada makanan vital 7. Mengetahui

keadaan

umum pasien 8. Mencegah

terjadinya

dehidrasi 9. Mencegah

terjadinya

11. Berikan cairan, jika diperlukan

dehidrasi dan memenuhi kebutuhan cairan pasien 10. Mencegah

terjadinya

kekurangan nutrisi pada pasien 11. Memenuhi cairan mencegah

kebutuhan pasien

dan

terjadinya

dehidrasi

2.

Nyeri akut b.d distensi Setelah abdomen gelisah,

d.d

diberikan

asuhan NIC label

prilaku keperawatan selama…. x 24 Anxiety reduction

mendesah, jam,

diharapkan

nyeri

px

melaporkan nyeri secara berkurang dengan kriteria hasil: verbal

NOC label

untuk 1. Dapat

atmosfer

Nyeri hilang (skala 5)



Cemas hilang (skala 5)

3. Instruksikan

pasien

untuk 2. Dapat

melaporkan

nyeri normal (skala 5)

untuk

menggunakan teknik relaksasi

4. Anjurkan

dalam

memudahkan melakukan

perawatan 3. Dapat mengurangi nyeri yg dirasakan klien

Distraction

Pain Level

memberikan

dukungan bagi pasien

menjalin rasa saling percaya



Pasien

keluarga

tinggal dengan pasien 2. Ciptakan

Discomfort level:



1. Anjurkan

pasien

memilih teknik distraksi

untuk 4. Membuat klien nyaman dan senang melakukan



Panjang episode nyeri

Ekspresi

wajah

terhadap nyeri normal

Penggunaan

perkembangan kefektifannya pasien

untuk

teknik distraksi

7. Ajarkan analgesic

jika diperlukan (skala 5)

yang

diberikan

tidak

menyimpang

dengan

keadaan pasien

mengurangi nyeri yang

pasien

menggunakan

teknik

6. Teknik distraksi dapat

serangan Pain management

nyeri (skala 5) 

tingkat

melakukan teknik distraksi

Pain Control Mengakui

distraksi

kemampuan,

6. Sarankan

(skala 5) 

teknik

sesuai dengan tingkat energi, 5. Agar

normal (skala 5) 

5. Sarankan

untuk

teknik

farmakologikal

dirasakan pasien

non 7. Teknik seperti

relaksasi, distraksi, dll 8. Kontol faktor lingkungan yang

non

farmakologikal

dapat

mengurangi rasa nyeri klien

mungkin mempengaruhi respon 8. Dengan

mengontrol

ketidaknyamanan klien (mis.

lingkungan dengan baik

suhu ruangan, cahaya, dan

dapat

kebisingan)

kenyaman klien

9. Implementasikan penggunaan 9. Pemberian analgesik, jika diperlukan

meningkatkan

analgesik

dapat mengurangi nyeri yang dirasakan pasien

3.

Mual b.d iritasi lambung Setelah

diberikan

asuhan NIC label

d.d peningkatan salivasi, keperawatan selama…. x 24 Nausea management melaporkan mual

jam, diharapkan mual yang

1. Anjurkan pasien atau keluarga 1. Dapat mengetahui dan

dirasakan px berkurang dengan

untuk memonitor pengalaman

kriteria hasil:

mual

NOC label

yang



mual

Px mengakui permulaan

Mendeskripsikan

faktor

dapat

lingkungan

Melaporkan

mual,

muntah,dan

pengontrolan

muntah (skala 5)

bertambah parah

membangkitkan 3. Istirahat

dapat

memulihhkan

istirahat

px

agar

untuk

keadaan

px

mualnya 4. Perawan

berkurang

penyebab (skala 5) 

faktor

3. Pertimbangkan

nyeri (skala 5) 

2. Mencegah mual menjadi

2. Kontrol

Nausea and vomiting control

mengontrol mual px

mulut

dapat

mengurangi respon mual

4. Anjurkan perawatan mulut 5. Berikan

informasi

pada px

tentang 5. Dapat

penyebab mual dan berapa

kecemasan

lama akan berakhir

tentang

mengurangi keluarga mual

yang

dialami px 4.

Risiko integritas

kerusakan Setelah kulit

diberikan

asuhan NIC label

b.d keperawatan selama…. x 24 Medication administration: Skin

kelembapan, perubahan jam, diharapkan tidak terjadi 1. Catat adanya riwayat alergi dan 1. Mengetahui turgor kulit

kerusakan integritas kulit pada px dengan kriteria hasil:

pengobatan 2. Tentukan

riwayat kondisi

NOC label

sekitar

Risk Control

dilakukan pengobatan



area

kulit

yang

di

alergi

adanya pada

pasien

akan 2. Mengobservasi

adanya

luka atau tidak

Menyatakan faktor resiko 3. Gunakan obat topikal pada 3. Mencegah dan mengobati normal (skala 5)

kulit pasien

luka pada kulit pasien



4. Menjaga

strategi Perineal care

Mengikuti

pengontrolan resiko (skala 4. Kaji tingkat kebersihannya

agar

perineum tetap bersih

5. Pastikan daerah perineum tetap 5. Mencegah

5) Tissue Integrity: Skin and

kering



Temperatur kulit (skala 5)



Elastisitas

perineum

secara

teratur pasien

untuk

mengambil posisi yang nyaman

(skala 5) 

Hidrasi normal (skala 5)



Integritas

kulit

dan

perlukaan 6. Menjaga kebersihan dan

normal 7. Anjurkan

kulit

terjadinya

kelembapan

6. Bersihkan

Mucous Membrane

daerah

mencegah terjadinya luka pada perineum 7. Mencegah terjadinya luka pada kulit pasien

normal

(skala 5) 5.

PK syok hipovolemik

Setelah

dilakukan

keperawatan menit

tindakan NIC Label

selama…x

keadaan

syok

1. Untuk

24 Shock management dapat

kondisi

1. Lakukan monitoring terhadap

teratasi dengan criteria hasil

tanda vital, status mental dan

NOC Label

output urine. 2. Berikan

Vital Sign  

Suhu tubuh dalam rentang

penurunan status.

melalui intravena

3. Untuk

3. Berikan terapi oksigen

kebutuhan

Tekanan

4. Lakukan pemeriksaan AGD

pasien

5. Monitoring

mengelola

sistolik

dalam

Tekanan

diastolic

dalam

jumlah

PaO2,

SaO2, hemoglobin dan cardiac

menggantikan

cairan yang hilang.

normal (36,50C - 37,50C)

rentang normal 

cristaloid

pasien.

Menghindari terjadinya

2. Untuk

cairan

mengetahui

memenuhi oksigen dan

untuk keadaan

asidosis pada pasien.

rentang normal 

output.

Kedalaman bernapas dalam

Respiration

rate

dalam

rentang normal (12-20 kali

Nadi

(60-100

kali

per

Electrolyte

&

Acid/Base

Balance :



Kadar

serum

kreatinin

7. Monitoring status cairan intake

8. Monitoring fungsi ginjal (eg.

mengetahui

keadaan

asam

pasien. 5. Penurunan PaO2, SaO2, hemoglobin dan cardiac output

menandakan

pasien syok 6. Untuk

melihat

9. Pasangkan kateter urin

perubahan

10. Berikan dukungan emosional

pasien.

pada pasien dan keluarga

basa

kondisi

7. Untuk

mengetahui

dalam rentang normal (0,6-

perubahan kondisi dan

1,3 mg/dl)

mempertahankan

Kadar blood urea nitrogen

volume cairan setelah

dalam rentang normal (5-25

diberikan

mg/dl)

cairan

Peningkatan

management

8. Untuk

Neurological Status 

dan keseimbangan asam basa

BUN dan SC)

menit)



laboratorium

dan output

per menit) 

hasil

terhadap perubahan oksigenasi

rentang normal 

6. Pantau

4. Untuk

status

kesadaran kualitatif pasien

kondisi

mengetahui ginjal

terkait

adakah kerusakan pada fungsi ginjal 9. Untuk

memudahkan

mengukur jumlah output

cairan. 10. Untuk

mempercepat

proses

penyembuhan

pasien 6.

Hipertermi b.d dehidrasi Setelah

diberikan

asuhan NIC Label : Fever Treatment

d.d peningkatan suhu keperawatan selama ..... x 24

1. Pantau suhu tubuh klien

tubuh di atas kisaran jam diharapkan suhu tubuh

2. Pantau perubahan warna kulit

normal, hangat

kulit

terasa klien kembali normal dengan criteria hasil : 

Penurunan dalam

suhu

kisaran

normal

obat

antipiretik sesuai kebutuhan

Perubahan menjadi

warna normal

denyut nadi, respirasi rate) 5. Catat perubahan tanda-tanda vital yang terjadi

dengan skala 5 

pemberian

4. Pantau TTV (Tekanan darah, kulit

kulit dengan

6. Monitor

warna

kulit,

Label:

Temperatur

dan suhu

yang

mungkin terjadi 2. Mengetahui kemerahan

adanya pada

kulit

klien 3. Membantu menurunkan suhu tubuh 4. Mengetahui

temperatur dan kelembapan NIC

skala 5

peningkatan penurunan

Hipertermia menurun dari NIC Label: Vital Sign Monitoring skala 2 menjadi 4



klien 3. Kolaborasi

NOCLabel: Thermoregulation

1. Mengidentifikasi

perubahan

TTD klien setiap saat 5. Mengetahui

adanya

perubahan warna kulit klien

NOC Label : Vital sign

regulation



7. Pantau tanda dan gejala dari 6. Mengetahui tanda dan

Temperatur tubuh dalam

hipertermi

rentang normal (5) 

Respirasi

Rate

dalam

gejala dari hipertermi

8. Ajarkan klien atau keluarga 7. Menambah pengetahuan

rentang normal (5)

klien

dalam

menangani

klien

hipertermi seperti memberikan

penanganan

kompres hangat pada lipatan

hipertermi

paha dan aksila

menggunakan

9. Diskusikan tentang pentingnya

tentang dari dengan kompres

hangat

mempertahankan suhu tubuh 8. Menghindari tubuh dari tetap normal dan efek negative yang

memungkinkan

dari 9. Menjaga keseimbangan

hipertermi

intake cairan dan nutrisi

10. Anjurkan klien dan keluarga untuk

meningkatkan

intake

cairan dan nutrisi 7.

Ketidakseimbangan nutrisi: kebutuhan

kurang tubuh

Setelah diberikan asuhan

NIC label: Nutrition management

dari keperawatan selama ...x24 jam

1. Monitor riwayat intake konten

b.d diharapkan asupan nutrisi

ketidakmampuan

adekuat, dengan kriteria hasil :

dari nutrisi dan kalori 2. Menyediakan pilihan makanan

menelan makanan d.d NOC Label: Nutritional

Nutrition therapy :

kurang

3. Monitor masukan makanan

berminat Status

terhadap makanan, diare

serangan penyakit

tubuh klien agar tidak mudah penyakit 1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan status nutrisi klien 2. Agar klien dapat memilih makanan yang



Asupan nutrisi adekuat

atau cairan dan hitung intake

disukai tanpa



Asupan makanan dan cairan

kalori harian, jika diperlukan.

mengabaiakan

adekuat

4. Pilih suplemen makanan, jika diperlukan

terserang

kebutuhan kalori yang harus terpenuhi.

5. Berikan pasien dan keluarga contoh resep diet Fluid monitoring : 6. Monitor masukan dan keluaran cairan 7. Monitor membrane mukosa dan turgor kulit 8. Administrasi cairan, jika diperlukan

3. Untuk memantau status nutrisi klien 4. Untuk membantu memenuhi nutrisi klien, selain pemberian makanan dan minuman 5. Sebagai pedoman klien dan keluarga untuk mengetahui bahan makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi serta jumlah takaran kalori yang dibutuhkan klien. 6. Untuk mengetahui keseimbangan cairan klien 7. Untuk mengetahui terjadinya dehidrasi 8. Untuk mengganti cairan tubuh yang keluar.

8.

Kekurangan

volume Setelah

diberikan

asuhan NIC Label

1. Mencegah

terjadinya

cairan b.d kehilangan keperawatan selama…. x 24 Fluid management

ketidakseimbangan

cairan

cairan

penurunan darah, frekuensi membrane

aktif

d.d jam,

diharapkan

kebutuhan

tekanan cairan pasien terpenuhi dengan peningkatan kriteria hasil: nadi, NOC Label mukosa Vital Sign

kering, penurunan turgor



kulit.  



Tekanan darah sistole dbn

ketidakseimbangan

3. Monitor status nutrisi

cairan

diperlukan

5. Monitor (tekanan

Nadi dbn (dewasa: 60-100

pernapasan)

tubuh

dbn

nutrisi

Vital

(dewasa: 60-90 mmhg)

6. Monitor

pasien 4. Mempertahankan status

darah,

nadi,

membran

Vital sign monitoring

Pernapasan dbn (dewasa:

7. Monitor

mukosa,

tanda-tanda

keadaan

umum pasien 6. Merupakan tanda-tanda kekurangan cairan

vital 7. Memonitor

pasien

Turgor kulit normal (skala

hidarasi pasien 5. Memonitor

(dewasa: 36-37,5o C)

keadaan

umum pasien warna

kulit, 8. Mengetahui

temperatur, dan kelembaban

adanya

tanda-tanda kekurangan cairan pada pasien

5) Kelembaban

sign

turgor kulit, dan kehausan

8. Monitor

terjadinya

ketidakseimbangan

Tekanan darah diastole dbn

Temperatur

terjadinya

2. Monitor status hidrasi

Fluid monitoring

Fluid Balance



2. Mencegah

(dewasa: 90-120 mmhg)

12-20 x/mnt) 

yang akurat

4. Berikan pasien cairan, jika 3. Mencegah

x/menit) 

1. Pertahankan intake dan output

membran

mukosa normal (skala 5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

2010.

http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-

gastroenteritis/,(online), diakses 4 Januari 2015 Anonim.

2010.

http://www.pdfcoke.com/doc/52484035/LP-GASTROENTERITIS (online),

diakses 4 Januari 2015 Anonim. 2010. http://www.tipskesehatananda.com/asep-gastroenteritis.html, (online), diakses

4 Januari 2015 Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus. Jakarta: FKUI Joanne & Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Fourth Edition. USA: Mosby Elsevier

Lung E, Acute Diarrheal Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd edition. New York: Lange Medical Books, 2003. 131 - 50. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC Noer, Syaifullah, dkk. 1999. Ilmu Penyakit Dalam Edisi. 3. Jakarta : FKUI Saifuddin, Azwar. 1999. Reliabilitas dan validitas: Seri pengukuran Psikologi. Yogyakarta: Sigma Alpha Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification Fourth Edition, USA: Mosby Elsevier T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20121014. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Wells BG, DiPiro JT, Schwinghammer TL, Hamilton CW. Pharmacotherapy Handbook. 5th ed. New York: McGraw-Hill, 2003. 371-79. Wong, D.L. 1996. Wong & Whaley’s: Clinical manual of pediatric nursing. St.Louis: Mosby.

PATHWAY Malabsorbsi KH, protein, lemak Tekanan osmotic meningkat Pergeseran cairan dan elektrolit ke rongga usus Cairan dan isi rongga usus meningkat

Psikologis (cemas dan takut) Merangsang saraf parasimpatis Peningkatan peristaltic usus Penurunan absorbsi Mengeluarkan cairan berlebih

Bakteri , virus patogen

Keracunan makanan yang terkontaminasi

Masuk ke saluran cerna

Akumulasi zat toksin

Menginfeksi saluran cerna Dinding vili usus Berkembang di dalam usus Menempel di sel epitel usus halus Kerusakan vili usus Fungsi usus menurun Kemampuan mencerna dan menyerap makan menurun

lambung

Mengiritasi lambung Peningkatan asam lambung

Rangsangan mual muntah

anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh Mual

Akumulasi cairan dan elektrolit di lumen usus hiperperistaltik Mengeluarkan cairan berlebih dehidrasi

Membran mukosa kering , penurunan turgor kulit, penurunan TD, peningkatan frekuensi nadi

GASTROENTERITIS Inflamasi saluran pencernaan Pelepasan mediator inflamasi (pirogen)

Termostat suhu di hipotalamus terganggu Suhu tubuh meningkat di atas normal

Hipertermi

Frekuensi BAB meningkat BAB encer dengan atau tanpa darah

Diare

Feces cair Area sekitar anus serta perineum lecet dan kemerahan

Risiko kerusakan integritas kulit

hipoksia Asidosis metabolik Penurunan kesadaran kematian

Hilangnya cairan berlebih

Kekurangan volume cairan

Cairan ekstraseluler secara tiba-tiba cepat hilang Ketidakseimbangan elektrolit Disfungsi seluler Syok hipovolemik PK Syok Hipovolemik

hipokalemia Kram abdomen Rangsangan nyeri di perut Nyeri akut

kejang

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96
Lp Pneumoia.docx
December 2019 0

More Documents from "imam masrukin"