Lp Bronkhitis.docx

  • Uploaded by: kasma
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Bronkhitis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,085
  • Pages: 14
LAPORAN PENDAHULUAN ‘’BRONKHITIS’’ A. KONSEP TEORI 1.

Pengertian Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkhioli, bronkus,trakhea. Secara klinis para ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan, ini berarti bahwa bronkitis bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkus memegang peran. Bronkitis ada 2 yaitu bronkitis akut,dan bronkitis kronik.(Huda, amin 2015) Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus, dan trakea oleh berbagai sebab. Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, respiratory syncitial virus (RSV), Virus influenza, virus parainfluenza, dan coxsackie virus, (Muttaqin,2010) Bronchitis adalah penyakit pernafasan obstruktif

yang

sering

dijumpai

yang

disebabkan

oleh

peradangan

bronchus.Penyakit bronchitis secara klinik dapat bersifat akut dan kronik. a.

Bronchitis akut adalah suata peradangan dari bronchioli, bronchus, dan trakhea.

b.

Bronchitis kronis adalah suatu gangguan paru obstruktif yang ditandai oleh produksi mukus berlebihan disaluran nafas bawah selama paling kurang 3 bulan berturut-turut dalam setahun dan terjadi paling sedikit 2 tahun.(Purnawan, 2013)

2.

Anatomi Fisiologi Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme. a.

Hidung Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi.Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk

menyaring udara, debu dan kotoran.Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara. b. Faring Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening. c. Laring Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. d. Trakea Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka.Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersamasama dengan udara pernapasan. e. Bronkus Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang.Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang.Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.

f. Paru-paru Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembunggelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah (Huda, amin 2015) 3.

Etiologi a. Bronchitis akut - Infeksi : virus (influenza, morbili, virus pneumonta, variola) Bakteri dan parasit - Non infeksi : akibat aspirasi bahan fisik atau kimia b. Brochitis kronis Silia yang melapisi bronchus mengalami kelumpuhan dan disfungsional. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukusiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas. c. Faktor resiko Resiko utama untuk timbulnya bronchitis kronis adalah merokok. Komponenkomponen asap rokok merangsang perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronchus dan silia.(Huda, amin 2015)

4.

Manifestasi Klinis Gejalanya berupa: a. batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan) b. sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan c. sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu) d. lelah e. pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan f. wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan g. pipi tampak kemerahan h. akit kepala i. gangguan penglihatan. j. Wheezing (bunyi nafas mengi). k. Sianosis (warna kulit kebiruan karena kekurangan oksigen). l. Takipneu (pernafasan yang cepat).

m. Retraksi interkostal (otot di sela iga tertarik ke dalam karena bayi berusaha keras untuk bernafas) n. Pernafasan cuping hidung (cuping hidung kembang kempis) o. Demam (pada bayi yang lebih muda, demam lebih jarang terjadi). (Huda, amin 2015) 5.

Patofisiologi Penyebab tersering infeksi - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel silia - Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan - Bronkitis - Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi basah atau suara napas kasar Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) Virus dan kuman biasa masuk melalui “port de entry” mulut dan hidung “dropplet infection” yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/ bakterimia dengan gejala atau reaksi tubuh untuk melakukan perlawanan.(Huda,amin 2015)

6.

Pathway

(Huda, amin 2015)

7.

Komplikasi Ada beberapa komplikasi bronkhitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain : a.

Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.

b.

Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.

c.

Efusi pleura atau empisema

d.

Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian

e.

Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.

f.

Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas

g.

Koch pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.

h.

Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat da luas

i.

Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea

8.

Pemeriksaan diagnostik a.

Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.

b.

Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.

c.

Analisa gas darah : Untuk menentukan kandungan gas yang berada dalam darah

d.

Pemeriksaan foto thoraks posterior-anterior dilakukan untuk menilai derajat progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif menahun.

e.

Pemeriksaan laboratorium

f.

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah).Sputum diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberculosis paru.

9.

Penatalaksanaan a.

Tindakan Perawatan Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lender 1) Berjemur dipagi hari. 2) Sering mengubah posisi. 3) Banyak minum. 4) Inhalasi 5) Nebulizer

b.

Tindakan Medis. 1) Jangan beri obat antihistamin berlebih. 2) Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bacterial 3) Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari 4) Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative

B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Aktivitas/istirahat Gejala : • Keletihan, kelelahan, malaise. • Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari. • Ketidakmampuan untuk tidur. • Dispnoe pada saat istirahat. Tanda: Keletihan, Gelisah, insomnia. b. Kelemahan umum/kehilangan massa otot. Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah. Tanda : • Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat. • Distensi vena leher. • Edema dependent • Bunyi jantung redup. • Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis • Pucat, dapat menunjukkan anemi. c. Integritas Ego Gejala : • Peningkatan faktor resiko • Perubahan pola hidup Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang. d. Makanan/cairan Gejala : • Mual/muntah. • Nafsu makan buruk/anoreksia • Ketidakmampuan untuk makan • Penurunan berat badan, peningkatan berat badan Tanda : • Turgor kulit buruk

• Edema dependen • Berkeringat. • Penurunan berat badan • Palpitasi abdomen e.Hygiene Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan Tanda : Kebersihan buruk, bau badan. f.Pernafasan Gejala : • Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. • Episode batuk hilang timbul. Tanda : • Pernafasan biasa cepat. • Penggunaan otot bantu pernafasan • Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal. • Bunyi nafas ronchi • Perkusi hyperresonan pada area paru. • Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan. g.Keamanan Gejala : • Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan. • Adanya/berulangnya infeksi. h.Seksualitas Gejala : Penurunan libido i.Interaksi sosial Gejala : • Hubungan ketergantungan • Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat j.Penyakit lama/ketidakmampuan membaik. Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan

2. Diagnosa Keperawatan& Intervensi keperawatan NO 1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

INTERVENSI

RASIONAL

Bersihan jalan nafas 1. Auskultasi bunyi nafas tidak

efektif

b/d

1. Beberapa

derajat

spasme

bronkus

terjadi

dengan

peningkatan produksi

obstruksi jalan nafas dan dapat

sekret.

dimanifestasikan

dengan

adanya bunyi nafas. 2. Kaji/pantau

frekuensi 2. Tachipnoe biasanya ada pada

pernafasan.

beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.

3. Dorong/bantu

latihan 3. Memberikan

nafas abdomen atau bibir

mengatasi dispoe

cara dan

dan

untuk

mengontrol menurunkan

jebakan udara. 4. Observasi

karakteristik 4. Batuk dapat menetap tetapi

batuk

tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut

atau

kelemahan 5. Tingkatkan cairan

masukan 5. Hidrasi

sampai

3000

ml/hari 2.

Gangguan pertukaran 1. Kaji gas

b/d

jalan

obstruksi

nafas

sekresi, bronchus.

membantu

menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.

frekuensi, 1. Berguna dalam evaluasi derajat

kedalaman pernafasan.

oleh

distress

pernafasan

dan

kronisnya proses penyakit.

spasme 2. Tinggikan kepala tempat 2. Pengiriman tidur,

dorong

nafas

dalam.

oksigen

dapat

diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas

3. Auskultasi bunyi nafas.

3. Bunyi

nafas

makin

redup

karena penurunan aliran udara 4. Awasi tanda vital dan irama jantung

atau area konsolidasi 4. Takikardia,

disritmia

dan

perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia 5. Berikan O2 tambahan

sistemik pada fungsi jantung.

sesuai dengan indikasi 5. Dapat memperbaiki/mencegah hasil GDA 3.

Gangguan

buruknya hipoksia.

1. Jelaskan pada pasien dan 1. Membantu

pasien

keseimbangan cairan

keluarga tentang manfaat

memperpanjang

tubuh

dari pemberian minum

ekspirasi. Dengan teknik ini

yang adekuat

pasien akan bernafas lebih

b/d

output

yang berlebihan

waktu

efisien dan efektif. 2. memungkinkan pasien untuk 2. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat 3. Berikan penggunaan

melakukan

aktivitas

tanpa

distres berlebihan. 3. menguatkan

dan

dorongan

mengkondisikan

pelatihan

pernafasan.

otot-otot

otot-otot pernafasan jika diharuskan 4.

Ketidak seimbangan 1. Kaji kebiasaan diet.

1. Pasien

distress

pernafasan

nutrisi kurang dari

akut,

kebutuhan

dispnea, produksi sputum.

dispnoe,

b/d anoreksia, 2. Auskultasi bunyi usus

mual muntah.

anoreksia

2. Penurunan

karena

bising

menunjukkan

usus

penurunan

motilitas gaster 3. Berikan perawatan oral

3. Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.

4. Timbang

berat

badan

sesuai indikasi.

4. Berguna

menentukan

kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi 5. Konsul ahli gizi

5. Kebutuhan

kalori

yang

didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal. 5.

Hipertermi b/d proses 1. Awasi suhu.

1. Demam dapat terjadi karena

infeksi

infeksi atau dehidrasi. 2. Observasi warna, bau 2. Sekret berbau, kuning dan sputum.

kehijauan

menunjukkan

adanya infeksi. 3. ajarkan pasien tentang 3. mencegah pembuangan sputum. 4. Diskusikan

penyebaran

patogen.

kebutuhan 4. Malnutrisi

masukan nutrisi adekuat.

dapat

mempengaruhi umum

kesehatan

dan

tekanan

menurunkan

darah

terhadap

infeksi. 5. Berikan

anti

mikroba 5. Dapat

sesuai indikasi

diberikan

organisme

untuk

khusus

yang

teridentifikasi dengan kultur. 6.

Intoleran aktifitas b/d 1. Kali insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

aktifitas

yang 1. mengetahui

dilakukan klien 2. Latih

klien

melakukan

perkembangan

aktivitas day living untuk 2. agar

pergerakan

otot-otot

tidak

mengalami kekakuan

aktif dan pasif 3. Berikan dukungan pada 3. meminimalkan kelelahan dan klien dalam melakukan

membantu

latihan secara teratur,

suplai dan kebutuhan O2

seperti:

berjalan

keseimbangan

perlahan

atau

latihan

lainnya.

4. untuk

4. Diskusikan dengan klien untuk

rencana

pengembangan

pasien saat ini

status

fungsi dasar

5. menentukan program latihan

5. Anjurkan klien untuk

terapi

terapiyang sesuai pada status

latihan

berdasarkan

konsultasi

memberikan

denan

ahli

spesifik sesuai kemampuan klien

DAFTAR PUSTAKA

Huda, amin, 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan NANDA. Jakarta: Medi Action Budi keliat, 2016, Diagnosis keperawatan, definisi dan klasifikasi edisi 10, EGC, Jakarta Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC Santosa, Budi. 2014. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2013-2014. Jakarta: Prima Medika Wong, L. D. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4.EGC. Jakarta

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96
Lp Pneumoia.docx
December 2019 0

More Documents from "imam masrukin"