Li Anmal - Tami.docx

  • Uploaded by: utami dian rana
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Li Anmal - Tami.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,551
  • Pages: 15
Anemia dalam kehamilan Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran prematurs, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan (Wiknjosastro, 2007). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Cunningham. F, 2005). Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan. Gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya pada perdarahan. Wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg perhari atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia saat kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan menguras cadangan zat besi ibu. Pengaturan jarak kehamilan yang baik minimal dua tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat besinya (Mardliyanti, 2006). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodulasi, terutama pada trimester 2 (Cunningham. F, 2005). Beberapa penyebab anemia yaitu : 1. Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan. 2. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil, masa tumbuh kembang pada remaja, penyakit kronis, seperti tuberculosis dan infeksi lainnya. 3. Perdarahan yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang, malaria, haid yang berlebihan dan melahirkan. Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil 1. Umur Ibu Ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia. 2. Paritas

Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan paritas rendah. Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. 3. Kurang Energi Kronis (KEK) 41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, konsums pangan, umur, paritas, dan sebagainya. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan tatus gizi dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi KEK denganukuran LILA yang rendah mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake makanan sehari hari yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK berpeluang untuk menderita anemia (Darlina, 2003). 4. Infeksi dan Penyakit Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang, malaria, TBC) (Anonim, 2004). Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006). Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular dapat mempengaruhi kesehatan janin apabila plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit. Sekalipun janin tidak langsung menderita penyakit, namun Demam yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus dapat menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak menular dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30% (Bahar, 2006). 5. Jarak kehamilan Kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya.

Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya. 6. Pendidikan Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang di derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social ekonomi rendah (Manuaba, 2010). Faktor yang mempengaruhi status anemia adalah tingkat pendidikan rendah. Pengertian Anemia Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr % pada trimester I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada trimester II (Cunningham,, 2005). Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, menurut WHO kejadian anemia pada hamil berkisar antara 20 % sampai dengan 89 % dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Hb 9 – 10 gr % disebut anemia ringan. Hb 7 – 8 gr % disebut anemia sedang. Hb < 7 gr % disebut anemia berat (Manuaba, 2010). Anemia fisiologi dalam kehamilan Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami hemodelusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan hemoglobin sekitar 19 % (Manuaba, 2010). Patofisiologi Anemia adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kekurangan zat besi dan biasanya terjadi secara bertahap. i. Stadium 1 Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghabiskan cadangan dalam tubuh terutama disumsum tulang. ii. Stadium 2 Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan membentuk sel darah merah yang memproduksi lebih sedikit. iii. Stadium 3 Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit menurun. iv. Stadium 4 Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah baru yang sangat kecil (Mikrositik). v. Stadium 5 Semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia maka timbul gejala - gejala karena anemia semakin memburuk (Anonim, 2004). Ibu hamil memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah, janin dan plasenta.

Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe dan zat besi (Zulhaida Lubis, 2003). Gejala Anemia defisiensi besi Gejala anemia defisiensi besi bisa ringan pada awalnya. Menurut American Society of Hematology (ASH) , kebanyakan tidak menyadari bahwa menderita anemia ringan sampai menjalani tes darah rutin. Gejala anemia defisiensi besi sedang sampai berat meliputi:  kelelahan  Lemas  kulit pucat  sesak napas  pusing  Perasaan kesemutan  Pembengkakan lidah atau nyeri  Tangan dan kaki yang dingin  Detak jantung yang cepat atau tidak teratur  kuku rapuh  Sakit kepala Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Ibu Hamil Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kurang zat besi pada ibu hamil menurut Departemen Kesehatan 2001 adalah :  Meningkatkan konsumsi zat besi dan sumber alami, terutama makanan sumber hewani ( hem iron ) yang mudah diserap seperti hati, daging, ikan. Selain itu perlu ditingkatkan juga, makanan yang banyak mengandung Vitamin C dan Vitamin A ( buah – buahan dan sayuran ) untuk membantu penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan Hb.  Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan zat besi, asam folat, vitamin A dan asam amino esensial pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran. Penambahan zat besi ini umumnya dilakukan pada bahan makanan hasil produksi industri pangan.  Suplementasi besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu, bertujuan untuk meningkatkan kadar Hb secara cepat. Dengan demikian suplemen zat besi hanya merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kurang zat besi yang perlu diikuti dengan cara lain. Akibat kekurangan Zat Besi pada Ibu Hamil Semasa hamil kebutuhan akan zat besi akan semakin meningkat. Sehingga ibu hamil butuh asupan zat besi yang lebih dibandingkan sebelum hamil. Sejumlah peneliti mengatakan bahwa zat besi yang terdapat dalam menu sehari-hari jumlahnya tidak mencukupi untuk kebutuhan ibu hamil. Padahal zat besi bagi ibu hamil pentinguntuk pembentukan dan

mempertahankan sel darah merah. Gangguan kurang asupan zat besi akan membuat ibu hamil mengalami anemia. Bila ibu hamil mengalami kekurangan asupan zat besi pada trisemester I sampai dengan trisemester III akan mengakibatkan bayi lahir prematur, kematian janin dan kelainan pada sistem saraf pusat bayi. Absorbsi Zat Besi Absorbsi zat besi menurut dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu: a. Fase luminal: Zat besi dalam makanan terdapat dalam dua bentuk yaitu zat besi heme dan non heme. Zat besi heme terdapat dalam daging dan ikan, tingkat absorbsi dan bioavailabilitasnya tinggi. Zat besi non heme berasal dari nabati tingkat absorbsi dan bioavailabilitasnya rendah b. Fase Mukosal: Penyerapan zat besi terjadi terutama melalui mukosa duodenum dan jejunum proksimal. Penyerapan terjadi secara aktif melalui proses yang sangat kompleks (mucosal block). c. Fase corporeal: meliputi transpotasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi oleh sel-sel yang memerlukan, serta penyimpanan besi oleh tubuh. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Absorbsi Zat Besi 1. Bentuk Fe: Besi hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat dalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi-nonhem yang berasal dari makanan nabati. 2. Asam organic: Vitamin C dan asam sitrat sangat membantu penyerapan zat besi nonhem dengan merubah bentuk feri menjadi fero. 3. Asam fitat, Asam Oksalat dan tannin: Ketiga jenis zat ini dapat mengikat zat besi sehingga menghambat penyerapannya. Namun pengaruh negative ini dapat dikurangi dengan mengkonsumsi vitamin C 4. Tingkat keasaman lambung: Keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut zat besi. 5. Kebutuhan tubuh: Jika tubuh kekurangan zat besi atau kebutuhan meningkat maka penyerapannya juga akan meningkat. Maka ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi zat besi sebanyak 60–100mg/hari (Proverawati,2007). Metabolisme Zat Besi pada Ibu Hamil Metabolisme zat besi sangat penting dalam pemantauan status zat besi dan suplemen preparat zat besi. Zat besi merupakan unsur yang sangat penting dalam tubuh dan hampir selalu berikatan dengan protein tertentu seperti hemoglobin, mioglobin. Kompartemen zat besi yang terbesar dalam tubuh adalah hemoglobin yang dalam keadaan normal mengandung kira – kira 2 gram zat besi.

Dilihat metabolism zat besi berawal dari unsur Zat besi yang ada pada makanan adalah zat besi elemen kemudian diabsorbsi ke usus halus menjadi Fe++. Untuk mengatur masuknya zat besi dalam tubuh maka tubuh memiliki suatu cara yang tepat, besi masuk ke dalam mukosa apabila ia dapat bersenyawa dengan apoferritin. Dan jumlah apoferritin yang ada dalam tubuh sudah cukup maka semua apoferritin yang ada dalam mukosa usus terikat oleh Fe menjadi ferritin. Dengan demikian tidak ada lagi apoferritin yang bebas sehingga tidak ada zat besi yang masuk ke dalam mukosa. Zat besi yang ada dalam mukosa usus hanya dapat masuk ke dalam darah bila berikatan dengan β-globulin yang ada dala plasma. Gabungan Fe dengan β-globulin disebut ferritin, apabila semua β-globulin dalam plasma sudah terikat Fe maka Fe++ yang terdapat dalam mukosa usus tidak dapat masuk ke dalam plasma dan turut lepas ke dalam lumen usus sel mukosa usus lepas dan diganti dengan sel baru. Hanya Fe++ yang terdapat dalam transferin dapat digunakan dalam eritropoesis, karena sel eritroblas dalam sumsum tulang hanya memiliki reseptor untuk ferritin. Kelebihan zat besi yang tidak digunakan akan disimpan dalam sumsum tulang sebagai ferritin. Zat besi yang terikat pada β-globulin selain berasal dari mukosa usus juga berasal dari limpa, tempat eritrosit yang sudah tua masuk kedalam jaringan limpauntuk kemudian terikat pada βglobulin menjadi transferin dan kemudian ikut aliran darah ke sumsum tulang untuk digunakan eritroblas untuk membentuk hemoglobin (Kurniasih, 2009). Komplikasi Dampak Gizi Kurang Pada Ibu Hamil Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini : 1. Terhadap Ibu Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. 2. Terhadap Janin

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, kematian terhadap janin, cacat bawaan, anemia pada bayi, lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Lubis, 2003). Wanita yang mulai hamil ketika kondisi gizinya buruk berisiko melahirkan melahirkan dengan berat badan lahir rendah sebesar 2-3 kali lebih besar dibanding meraka yang berstatus gizi baik, dan kemungkinan bayi mati sebesar 1, 5 kali lebih besar (Arisman, 2004). Gizi dan Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan gizi zat-zat gizi adalah senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam makanan yang pada gilirannya diserap dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan

Prognosis Umumnya adalah bonam., jika tatalaksana yang tepat dan sembuh tanpa komplikasi. Quo ad vitam: Bonam Quo ad sanationam: Bonam Quo ad functionam: Bonam

SKDI: 4A

Sumber: Sarwono P. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka; 2009.hlm.183-4. Allen L. Anemia and iron deficiency: effects on pregnancy outcome. Am J Clin Nur. 2000; 71 (suppl):1280S-3S. Centers for Disease Control and Prevention. Recommendations to prevent and control iron deficiency in the United States. Morb Mortal Wkly Rep. 1998; 47:1-36. Cunninggham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse & Spong. (2013). Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Kemeterian Kesehatan RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

Nutrisi pada Ibu Hamil Gizi dan Nutrisi ibu hamil merupakan hal penting yang harus dipenuhi selama kehamilan berlangsung. Nutrisi dan gizi yang baik ketika kehamilan sangat membantu ibu hamil dan janin tetap sehat. Status gizi merupakan status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara hubungan dan masukan nutrisi. Gizi ibu hamil adalah makanan sehat dan seimbang yang harus dikonsumsi selama kehamilan yaitu dengan porsi dua kali makan orang yang tidak hamil. Nutrisi yang dibutuhkan oleh manusia ada dua jenis:





Makronutrien Adalah zat gizi yang memberikan energi bagi tubuh dan diperlukan dalam jumlah besar untuk bertahan hidup Contoh: sumber makanan utama seperti nasi, pasta dan roti. Mikronutrien Adalah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia dalam jumlah kecil untuk melaksanakan fungsi-fungsi fisiologis. Mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral yang tidak dapat di produksi oleh tubuh tetapi, dapat diperoleh dari makanan; dan membutuhkan variasi pada menu karena sumber makananya berbeda-beda.

Kebutuhan Gizi Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya. 

Untuk memperoleh anak yang sehat, ibu hamil perlu memperhatikan makanan yang dikonsumsi selama kehamilannya. Makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan janin yang dikandungnya. Dalam keadaan hamil, makanan yang dikonsumsi bukan untuk dirinya sendiri tetapi ada individu lain yang ikut mengkonsumsi makanan yang dimakan. Penambahan kebutuhan gizi selama hamil meliputi Energi Menurut RISKESDAS 2007 Rerata nasional Konsumsi Energi per Kapita per Hari adalah 1.735,5 kkal.







 

Protein Kebutuhan protein pada trimester I hingga trimester II kurang dari 6 gram tiap harinya, sedangkan pada trimester III sekitar 10 gram tiap harinya. Menurut Widyakarya Pangan dan Gizi VI 2004 menganjurkan penambahan 17 gram tiap hari. Protein digunakan untuk: pembentukan jaringan baru baik plasenta dan janin, pertumbuhan dan diferensiasi sel, pembentukan cadangan darah dan Persiapan masa menyusui. Lemak Lemak merupakan sumber tenaga dan untuk pertumbuhan jaringan plasenta. Selain itu, lemak disimpan untuk persiapan ibu sewaktu menyusui. Kadar lemak akan meningkat pada kehamilan tirmester III. Karbohidrat Karbohidrat kompleks mengandung vitamin dan mineral serta meningkatkan asupan serat untuk mencegah terjadinya konstipasi. Vitamin, seperti: Asam folat, Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E dan Vitamin K. Mineral mencakup zat besi, zat seng, kalsium, yodium, fosfor, flour dan natrium.

Daftar Kecukupan Gizi (AKG) Per orang/hari yang dianjurkan Sumber: Widyakarya Pangan dan Gizi VIII

Angka

Pengaruh gizi pada kehamilan mencakup: 1. Gizi pra hamil (Prenatal): Gizi yang baik akan membuat kehamilan minim komplikasi dan sedikit bayi prematur. 2. Gizi Pranatal: Kurangnya gizi mempengaruhi terjadinya bayi premature, gangguan kongenital, bayi lahir mati. Penilaian Status Gizi Ibu Hamil bisa diketahui dengan: 1. Perubahan berat badan selama kehamilan berlangsung. Pada akhir kehamilan kenaikan berat badan hendaknya 12,5-18 kg untuk ibu yang kurus. Sementara untuk berat badan ideal cukup 10-12 kg dan untuk ibu yang tergolong gemuk cukup naik < 10 kg. 2. Hemoglobin merupakan parameter untuk prevelensi anemia. 3. Lingkar Lengan Atas (LILA) dilakukan untuk menegtahui resiko kekurangan energi protein. Ambang Batas LILA adalah 23,5 cm, yang artinya wanita tersebut beresiko melahirkan bayi BBLR. 4. Relative Body Weight (RBW) yaitu standar penilaian kecukupan kalori Cara mendapatkan gizi seimbang saat kehamilan: 1. Makanlah dengan pola gizi seimbang dan bervariasi, 1 porsi lebih banyak dari sebelum hamil 2. Tidak ada pantangan makanan selama hamil 3. Cukupi kebutuhan air minum pada saat hamil (10 gelas / hari) 4. Jika mual, muntah dan tidak nafsu makan maka pilihlah makanan yang tidak berlemak dalam porsi kecil tapi sering. Seperti buah, roti, singkong dan biskuit

SUMBER PUSTAKA 1. Atmarita, Fallah. 2004. Analisis situasi gizi dan kesehatan masyarakat. Dalam Soekirman et al., editor. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII “Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi”; Jakarta 17-19 Mei 2004. Jakarta : LIPI. 2. Aritonang, E., 2010. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil,Bogor : IPB Press. 3. Kementrian Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation Agency). Jakarta.1997.Buku Kesehatan Ibu dan Anak. 4. RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia 5. Tambunan V. 2004. Angka kecukupan energi, protein, lemak dan serat makanan. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: LIPI. Pemeriksaan Obstetri Eksterna PALPASI ABDOMEN PADA KEHAMILAN Tehnik : 1. Jelaskan maksud dan tujuan serta cara pemeriksaan palpasi yang akan dilakukan pada ibu. 2. Ibu dipersilahkan berbaring telentang dengan sendi lutut semi fleksi untuk mengurangi kontraksi otot dinding abdomen. 3. Leopold I s/d III, pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan berdiri disamping kanan ibu dengan menghadap kearah muka ibu ; pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa berbalik arah sehingga menghadap kearah kaki ibu.

Leopold I 1. Leopold I : o o o

Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri. Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan. Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus ( bokong atau kepala atau kosong ).

Leopold II 1. Leopold II : o o o

Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping kiri dan kanan umbilikus. Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut jantung janin nantinya. Tentukan bagian-bagian kecil janin.

Leopold III 1. Leopold III : o o o

Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien. Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan. Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah sudah mengalami engagemen atau belum.

Leopold IV 1. Leopold IV : o o o

Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki pasien. Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin. Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.

Menentukan tinggi fundus uteri untuk memperkirakan usia kehamilan berdasarkan parameter tertentu ( umbilikus, prosesus xyphoideus dan tepi atas simfisis pubis) Auskultasi    

Auskultasi detik jantung janin dengan menggunakan fetoskop de Lee. Detik jantung janin terdengar paling keras didaerah punggung janin. Detik jantung janin dihitung selama 5 detik dilakukan 3 kali berurutan selang 5 detik sebanyak 3 kali. Hasil pemeriksaan detik jantung janin 10 – 12 – 10 berarti frekuensi detik jantung janin 32 x 4 = 128 kali per menit.

Frekuensi detik jantung janin normal 120 – 160 kali per menit.

Anmal 1.c Bagaimana mekanisme lemas dan pusing pada kasus? Asupan nutrisi yang kurang dan asupan Fe ↓

Pada ibu hamil kebutuhan Fe ↑

Cadangan besi ↓

Pusing

Pembentukan eritrosit ↓

Suplai Oksigen ke otak ↓

Kadar Hb ↓

Oksigen dalam darah berkurang

Suplai oksigen ke seluruh tubuh berkurang

Lemas

4. b Berapa pertambahan berat badan normal bagi ibu hamil? Standar pertambahan berat badan selama masa kehamilan IMT sebelum hamil Total pertambahan berat badan (kg) Kurang (<18,5 kg/m2) 12,5-18 Normal (18,5-24,9 kg/m2) 11,5-16 2 Overweight (25-29,9 kg/m ) 7-11,5 Obesitas (>30 kg/m2) 5-9 Sedangkan standar pertambahan berat badan tiap trimester sesuai dengan kategori IMT sebelum hamil adalah sebagai berikut IMT sebelum hamil Total pertambahan berat Pertambahan berat badan badan pada trimester I pada trimester II dan III per minggu Kurang (<18,5 kg/m2) 1-3 kg 0,44-0,58 kg Normal (18,5-24,9 kg/m2) 1-3 kg 0,35-0,5 kg Overweight (25-29,9 1-3 kg 0,23-0,33 kg 2 kg/m ) Obesitas (>30 kg/m2) 0,2-2 kg 0,17-0,27 kg

Related Documents

Li Anmal - Tami.docx
May 2020 18
Anmal Fix.docx
December 2019 17
Li
August 2019 58
Reprod Anmal
May 2020 6

More Documents from "Julius Akbar"

Li Anmal - Tami.docx
May 2020 18
Kegiatan.docx
May 2020 12
Anmal.docx
May 2020 12
Rifka.docx
May 2020 18
Definisi.docx
May 2020 17