Li Dan Anmal Julius Skenario E Blok 2.docx

  • Uploaded by: Julius Akbar
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Li Dan Anmal Julius Skenario E Blok 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,971
  • Pages: 14
Nama : Julius Akbar Nim : 04011181621004

ANEMIA DALAM KEHAMILAN Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodiiusi. Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologik pada kehamilan. Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi hemoglobin darah (Hb), dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah absolut Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Mekanisme yang mendasari perubahan ini belum jelas. Ada spekulasi bahwa anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan menurunkan viskositas darah maternal sehingga meningkatkan perfusi plasental dan membantu penghantaran oksigen serta nutrisi ke janin. Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke-6 kehamilan dan mencapai maksimum pada minggu ke24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai minggu ke-37. Pada titik puncaknya, volume plasma sekitar 40 % lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan perempuan yang tidak hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke-7 sampai ke8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke-16 sampai ke-22 ketika titik keseimbangan tercapai. Suatu penelitian memperlihatkan perubahan konsentrasi Hb sesuai dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada trimester pertama, konsentrasi Hb tampak menurun, kecuali pada perempuan yang telah memiliki kadar Hb rendah (< 11,5 g/dl). Konsentrasi paling rendah didapatkan pada trimester kedua, yaitu pada usia kehamilan sekitar 30 minggu. Pada trimester ketiga terjadi sedikit peningkatan Hb, kecuali pada perempuan yang sudah memiliki kadar Hb tinggi (> 14,6 g/dl) pada pemeriksaan pertama. Anemia secara praktis didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit di bawah batas "normal". Namun, nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ketiga parameter laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemik jika kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl atau hematokrit kurang dari 33 %. Namun, CDC membuat nilai batas khusus berdasarkan trimester kehamilan dan status merokok .

Dalam praktik rutin, konsentrasi Hb kurang dari 11 g/dl pada akhir trimester pertama dan < 10 g/dl pada trimester kedua dan ketiga diusulkan menjadi batas bawah untuk mencari penyebab anemia dalam kehamilan. Nilai-nilai ini kurang lebih sama nilai Hb terendah pada ibu-ibu hamil yang mendapar suplementasi besi, yaitu 11,0 g/dl pada trimester perrama dan 10,5 g/dl pada trimester kedua dan ketiga.

Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan, baik di negara maju maupun negara berkembang. Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 35 - 75 % ibu hamil di negara berkembang dan 18 % ibu hamil di negara maju mengalami anemia. Namun, banyak di antara mereka yang telah menderita anemia pada saat konsepsi, dengan perkiraan prevalensi sebesar 43 % pada perempuan yang tidak hamil di negara berkembang dan 12 % di negara yang lebih maju.

Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Seringkali defisiensinya bersifat multipel dengan manifestasi klinik yang disertai infeksi, gizi buruk, atau kelainan herediter seperti hemoglobinopati. Namun, penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang berlebihan, dan kurangnya utilisasi nutrisi hemopoietik. Sekitar 75 % anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi yang memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi. Penyebab tersering kedua adalah anemia megalobiastik yang dapat disebabkan oleh defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12. Penyebab anemia lainnya yang jarang ditemui antara lain adalah hemoglobinopati, proses inflamasi, toksisitas zat kimia, dan keganasan. Defisiensi Besi Defisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi yang paling sering ditemukan baik di negara maju maupun negara berkembang. Risikonya meningkat pada kehamilan dan berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan kebutuhan pertumbuhan janin yang cepat. Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan 2 liter darah. Oleh karena sebagian besar perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia defisiensi besi. Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan suplementasi besi dan asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Namun, banyak literatur menganjurkan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau lebih pada kehamilan. Di wilayah-wilayah dengan prevalensi anemia yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan suplementasi sampai tiga bulan postpartum. Hubungan antara konsentrasi Hb dan kehamilan masih merupakan lahan kontroversi. Di negara-negara maju misalnya, tidak hanya anemia, tetapi juga konsentrasi hemoglobin yang tinggi selama kehamilan telah dilaporkan meningkatkan risiko komplikasi seperti kelahiran kecil untuk masa kehamilan (KMK) atau small-for-gesational age (SGA), kelahiran prematur, dan mortalitas perinatal. Kadar Hb yang tinggi terkait dengan infark plasenta sehingga hemodilusi pada kehamilan dapat meningkatkan penumbuhan janin dengan cara mencegah trombosis dalam sirkulasi uteroplasental. Oleh karena itu, jika peningkatan kadar Hb mencerminkan kelebihan besi, maka suplementasi besi secara rutin pada ibu hamil yang tidak anemik perlu ditinjau kembali. Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu ke-28 kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat besi dan nonanemik (Hb < 11 g/dl dan feritin > 20 µg/l) menurunkan prevalensi anemia dan bayi berat lahir rendah. Namun, pada ibu hamil dengan kadar Hb yang normal (≥ 13,2 g/dl) mendapatkan peningkatan risiko defisiensi tembaga dan zinc. Selain itu, pemberian suplementasi besi elemental pada dosis 50 mg berkaitan dengan proporsi bayi KMK dan hipertensi maternal yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Defisiensi Asam Folat

Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kali lipat karena transfer folat dari ibu ke janin yang menyebabkan dilepasnya cadangan folat maternal. Peningkatan lebih besar dapat terjadi karena kehamilan multipel, diet yang buruk, infeksi, adanya anemia hemolitik atau pengobatan antikonvulsi. Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi selama kehamilan tampaknya memiliki efek penghambatan terhadap absorbsi folat. Defisiensi asam folat oleh karenanya sangat umum terjadi pada kehamilan dan merupakan penyebab utama anemia megaloblastik pada kehamilan. Anemia tipe megaloblastik karena defisiensi asam folat merupakan penyebab kedua terbanyak anemia defisiensi zat gizi. Anemia megaloblastik adalah kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis DNA dan ditandai dengan adanya sel-sel megaloblastik yang khas untuk jenis anemia ini. Selain karena defisiensi asam folat, anemia megaloblastik juga dapat terjadi karena defisiensi vitamin B12 (kobalamin). Folat dan turunannya formil FH4 penting untuk sintesis DNA yang memadai dan produksi asam amino. Kadar asam folat yang tidak cukup dapat menyebabkan manifestasi anemia megaloblastik. Gejala-gejala defisiensi asam folat sama dengan anemia secara umum ditambah kulit yang kasar dan glositis. Pada pemeriksaan apusan darah tampak prekursor eritrosit secara morfologis lebih besar (makrositik) dan perbandingan inti-sitoplasma yang abnormal juga normokrom. MCH dan MCHC biasanya normal, sedangkan MCV yang besar berguna untuk membedakan anemia ini dari perubahan fisiologik kehamilan atau anemia defisiensi besi. Untuk MCV, adanya peningkatan saturasi besi dan transferin serum juga bermanfaat. Neutropenia dan trombositopenia adalah akibat maturasi granulosit dan trombosit yang abnormal. Tanda awal defisiensi asam folat adalah kadar folat serum yang rendah (kurang dari 3 ng/ml). Namun, kadar tersebut merupakan cerminan asupan folat yang rendah pada beberapa hari sebelumnya yang mungkin meningkat cepat begitu asupan diperbaiki. Indikator status folat yang lebih baik adalah folat dalam sel darah merah, yang relatif tidak berubah di daiam eritrosit yang sedang beredar di sirkulasi sehingga dapat mencerminkan Iap turnover folat pada 2 - 3 bulan sebelumnya. Folat dalam sel darah merah biasanya rendah pada anemia megaloblastik karena defisiensi folat. Namun, kadarnya juga rendah pada 50 % penderita anemia megaloblastik karena defisiensi kobalamin sehingga tidak dapat digunakan untuk membedakan kedua jenis anemia ini. Defisiensi asam folat ringan juga telah dikaitkan dengan anomali kongenital janin, terutama defek pada penutupan tabung neural (neural tube defects). Selain itu, defisiensi asam folat dapat menyebabkan kelainan pada jantung, saluran kemih, alat gerak, dan organ lainnya. Mutasi gen yang mempengaruhi enzim-enzim metabolisme folat, terutama mutasi 677C --> T pada gen MTHFR, juga berpredisposisi terhadap kelainan kongenital. Penatalaksanaan defisiensi asam folat adalah pemberian folat secara oral sebanyak 1 sampai 5 mg per hari. Pada dosis 1 mg, anemia umumnya dapat dikoreksi meskipun pasien mengalami pula malabsorbsi. Ibu hamil sebaiknya mendapat sedikitnya 400 µg folat per hari. Anemia Aplastik Ada beberapa laporan mengenai anemia aplastik yang terkait dengan kehamilan, tetapi hubungan antara keduanya tidak jelas. Pada beberapa kasus, yang terjadi adalah eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada sebelumnya oleh kehamilan dan hanya membaik setelah terminasi kehamilan. Pada kasuskasus lainnya, aplasia terjadi selama kehamilan dan dapat kambuh pada kehamilan berikutnya. Terminasi kehamilan atau persalinan dapat memperbaiki fungsi sumsum tulang, tetapi penyakit dapat

memburuk bahkan menjadi fatal setelah persalinan. Terapi meliputi terminasi kehamilan elektif, terapi suportif, imunosupresi, atau transplantasi sumsum tulang setelah persalinan. Anemia Penyakit Sel Sabit Kehamilan pada perempuan penderita anemia sel sabit (sickle cell anemia) disertai dengan peningkatan insidens pielonefritis, infark pulmonai, pneumonia, perdarahan ante partum, prematuritas, dan kematian janin. Peningkatan anemia megaloblastik yang responsif dengan asam folat, terutama pada akhir masa kehamilan, juga meningkat frekuensinya. Berat lahir bayi dari ibu yang menderita anemia sel sabit di bawah rata-rata, dan kematian janin tinggi. Penyebab kematian neonatal tidak jelas, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh vasooklusi plasenta, dengan temuan posrmortem yang , menggambarkan anoksia intrapartum. Mortalitas ibu dengan penyakit sel sabit telah menurun dari sekitar 33 % meniadi 1,5 % pada masa kini karena perbaikan pelayanan prenatal. Di beberapa negara berkembang angka kematian ibu dan perinatal dapat mencapai 9.2 % dan 19,5 % berturut-turut. Masa kehamilan dan periode postpartum masih berpotensi berbahaya bagi ibu dengan penyakit sel sabit sehingga harus dipantau ketat selama kehamilan. Pemberian transfusi darah profilaktik belum terbukti efektivitasnyaaa walaupun beberapa pasien tampaknya memberi hasil yang memuaskan.

PEMERIKSAAN OBSTETRIK

LANGKAH

I. MENYAMBUT IBU 1. Menyambu ibu dan seseorang yang menemani ibu 2. Memperkenalkan diri kepada ibu 3. menanyakan nama dan usia ibu II. RIWAYAT KEHAMILN SEKARAG 4. Keluhan umum 5. HPHTdan apakah normal 6. Gerakan janin 7. Tanda-anda bahaya dan peyulit 8. Obat yag dikonsumsi (termasuk jamu) 9. Kekhawatiran-kekhawatira khusus III. RIWAYAT KEHAMILAN YANG LALU 10. Jmlah kehamilan 11. Jumlah anak yang lahir hidup 12. Jumlah kelahiran premature 13. Jumlah Keguguran 14. Persalinan dengan tindakan (operasi sesar, forsep, vakum) 15. Riwayat perdarahan pada persalian atau pasca persalinan 16. Kehamilan dengan tekanan darah tinggi 17. Berat bayi < 2,5 kg atau > 4 kg 18. Masalah janin IV. RIWAYAT KESEHATAN/PENYAKIT YG DIDERITA SEKARANG & DULU 19. Masalah kariovaskuler 20. Hipertensi 21. Diabetes 22. Malaria

23. Penyakit/kelamin HIV/Aids 24. Imuisasi toxoid tetanus (TT) 25. Lainnya V. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI 26. Status perkawinan 27. Respons ibu dan keluarga 28. Riwayat KB 29. Dukungan keluarga 30. Pengambil keputusan dalam keluarga 31. Gizi yag dikonsumsi dan kebisaan makan, vitamin A 32. Kebiasaan hidup sehat, merokok, minum minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang 33. Beban kerja dan kegiatan sehari-hari 34. Tempat dan Petugas Kesehatan yang diinginkan untuk membantu persalinan VI. PEMERIKSAAN FISIK 1. Meminta pasien untuk mengosongkn kandung kemih dan menampungnya di bengkok (urine mead stream) 2. Mencuci tangan 3. Menjelaskan seluruh prosedur sambil melakukan pemeriksaan 4. Mengajukan pertanyaan lebih lanjut untuk klarifikasi sambil melakukan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhn dan kelayakan A. TANDA-TANDA VITAL 5. Mengukur tinggi dan berat badan 6. Mengukur teknan darah, nadi dan suhu 7. Meminta pasien untuk melepaskan pakaian dan meawarkan kain linen untuk menutup tubuhnya (atau meminta pasien untuk melonggarkan pakaiannya dan menggunakannya sebagai penutup tubuh 8. Membantu pasien berbaring di meja/tikar tempat tidur pemeriksaan yang bersih B.KEPALA DAN LEHER 9. Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah 10. Memeriksa apakah mata :

a. Pucat pada kelopak bagian bawah b. Berwarna kuning 11. Memeriksa apakah rahang pucat dan memeriksa gigi 12. Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui : a. Pembesaran kelenjar tiroid b. Pembesaran pembuluh limpe C. DADA PARU-PARU 13. Inspeksi : kesimerisan bentuk dan gerak perafasan, warna kulit dada, retraksi, jaringan perut 14. Palpasi : Gerakan dinding dada, tactil vremitus secara sistematis 15. Perkusi : Batas-batas paru secara sistematis 16. Auskultasi : bagian anterior JANTUNG 17. Nilai bunyi jantung PAYUDARA 18. Dengan posisi klien disamping, memeriksa payudara : a. Bentuk, ukuran da simetris atau tidak b. Putting payudara menonjol atau masuk ke dalam c. Adanya kolostrum atau cairan lain 19. Pada saat klien megangkat tangan ke atas kepala, memeriksa payudara untuk mengetahui adanya retraksi atau dimplig 20. Klien berbaring degan tangan kiri di atas, lakukan palpasi secara sistematis pada payudara sebelah kiri (sesudah itu sebelah kanan juga) dari arah payudara, axila dan notest, kalau-klau erdapat : a. Massa b. Pembesaran pembuluh limfe D. ABOMEN 21. Memeriksa apakah terdapat bekas luka operasi

22. Mengukur tiggi fundus uteri dengan meggunakan tangan (kalau > 12 minggu) atau pita ukuran (kalau > 22 minggu) 23. Melakukan palpasi pada abdomen untuk mengetahui letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala janin 24. Menghitung denyut jantung janin (dengan fetoskop kalau 18 minggu) E. PANGGUL: GENIALIA LUAR 25. Membantu klien mengambil posisi untuk pemeriksaan paggul dan meutup tubuh untuk menjkaga privsi 26. Melepaskan perhiasan di jari dan di lengan 27. Mencuci tangan dengan sabun dan air, serta mengeringkannya engan menggunakan kain yang bersih (atau di udara terbuka/kering) 28. Memakai sarung tangan baru atau yang biasa dipakai lagi yang sudah didesinfeksi tanpa terkontaminasi 29. Menjelaskan tindkan yang dilakukan sambil terus melakukan pemeriksaan 30. Memisahkan labia mayora dan memeriksa labia minora, kemudian klitoris, lubang uretra dan introitus vagina untuk melihat adanya : a. Tukak atau luka b. Varices c. Cairan (warna, kosistensi, jumlah dan bau) 31. Mengurut uretra dan pembuluh skene untuk mengeluarkan cairan nanah dan darah 32. Melakukan palpasi pada kelenjar bartholini untuk mengetahui adanya : a. Pembengkakan b. Massa atau kista c. Cairan 33. Sambil melakukan pemeriksaan selalu mengamati wajah ibu untuk mengetahui apakah ibu merasakan sakit atau nyeri karena prosedur ini F. PANGGUL : PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN SPEKULUM 34. Memperlihatkan speculum kepada ibu sambil menjelaskan bahwa benda tersebut akan dimasukkan ke dalam vagina ibu dan bagaimana hal ini akan terasa oleh ibu

35. Menjelaskan pada ibu bagaimana caranya agar rileks selama dilakukan pemeriksaan (misalnya : bernafas melalui mulut atau dada atau lemaskan badan sambil kedua kaki tetap diregangkan) 36. Meminta ib untuk mengataka jika apa yang dilakukan menyebabkan ibu merasa tidak nyaman 37. Basahi speculum dengan air (yang hangat jika memungkinkan) atatu lumuri dengan jeli (jika idak ada spesime yang diambil) 38. Memegang speculum dengan miring, memisahkan bagian labia dengan tangan yang lain dan masukkan speculum dengan hati-hati, hindari menyentuh uretra dan clitoris 39. Memutar speculum dan membuka (blade)nya untuk melihat serviks 40. Memeriksa serviks untuk melihat adanya : a. Cairan atau darah b. Adanya luka c. Apakah serviks sudah membuka atau belum 41. Memeriksa dinding vagina utuk melihat adanya : a. Cairan atau darah b. Luka 42. Menutup mengeluarkan speculum secara hati-hati dengan posisi miring 43. Meletakkan speculum yang sudah digunakan dalamseuah tempat unuk didekontaminasi G. PANGGUL : PEMERIKSAAN BIMANUAL 44. Menjelaskan kepada ibu bahwa pemeriksaan dilakukan berkesinambungan dan apa yang akan dirasakan ibu 45. meminta ibu untuk mengatakan kalau ibu merasa tidak nyman karena pemeriksaan yang dilakkan 46. Memasukkan dua jari ke dalam vagina, merenggangkan ke dua jari tersebu dan menekan ke bawah 47. Mencari letak serviks dn merasakan untuk mengetahui : a. Pembukaan (dilatasi) b. Rasa nyeri karena gerakan (nyeri tekan/nyeri goyang)

48. Menggunakan 2 tangan (satu tangan di atas abdomen, 2 jari di dalam vagina) untuk palpasi uterus (hanya pada trimester saja) : a. Ukuran, bentuk dan posisi b. Mobilisasi c. Rasa nyeri (amati wajah ibu) d. Massa 49.Melepaskan tangan pelan-pelan, melepaskan sarung tagan dan meuaskannya ke dalam laruan dekontaminasi 50. Membantu ibu unuk bangun dari meja/tempat tidur/tikar pemeriksaan 51. Mengucapkan terima kasih atas kerjasama ibu dan meminta ibu untuk mengenakan pakaiannya 52. Mencuci tangan dengan sabun dan air serta mengeringkan di udara terbuka atau melapnya dengan kain bersih H. TANGAN DAN KAKI 53. Memeriksa apakah tangan dan kaki : Edema dan pucat pada kuku jari 54. Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises 55. Mengukur lingkar lengan atas 56.Memeriksa refleks patella untuk melihat apakah terjadi gerakan hypo atau hyper I. PUNGGUNG 57. Inspeksi kesimetrisan bentuk dan gerak, warna kulit, luka 58. Perkusi bagian punggung secara sistematis VII. PEMBELAJARAN/PENDIDIKAN KESEHATAN 59. Memberitahukan kepada ibu hasil temuan dalam pemeriksaan 60. Memberithukan usia kehamilan 61. Megajari ibu megenai ketidaknyamanan yag mungkin akan dialami ibu 62. Sesuai dengan usia kehamilan : a. Nutrisi b. Olah raga ringan c. Istirahat d. Kebersihan

e. Pemberian ASI f. KB pasca salin g. Tanda-tanda bahaya h. Aktivitas seksual i. Kegiatan sehari-hari dan pekerjan j. Obat-obatan dan merokok k. Body mekanik l. Pakaian dan sepatu

Analisis Masalah 1. Mrs. Melinda, a pregnant woman (34 years old) come to the public health center with

complains malaise and dizzy, She is G6P4A1 and 32 weeks gestational age. a) Apa penyebab malaise dan dizzy? Malaise dan dizzy pada kasus ini disebabkan oleh anemia. Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang berlebihan, dan kurangnya utilisasi nutrisi hemopoietik. Sekitar 75 % anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi yang memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi. b) Bagaimana mekanisme malaise dan dizzy? Asupan makanan ibu kurang memadai termasuk zat besi  terjadi defisiensi besi dan cadangan besi ibu berkurang.--> sintesis Hb turun hb dalam sel darah merah berkurang  oksigen yang dikat hb terganggu  oksigen yang diperfusi ke jaringan menurun metabolisme tubuh teganggu  bisa terjadi malaise dan dizzy .

6c. Apa saja DD pada kasus?

Derajat anemia

Anemia Defisiensi Anemia

Trait

Anemia

Besi

Thalasemia

Sideroblastik

Penyakit Kronis

Ringan sampai berat Ringan Mikrositik

Morfologi

hipokrom

RBC

Anisisitosis Poikilositosis

Normositik normokrom (sering)

Ringan

Ringan sampai berat Mikrositik

Mikrositik

hipokrom

hipokrom

berdampingan dengan

Mikrositik

normositik

hipokrom

normokrom

(jarang) MCV



↓/Normal



↓/Normal

MCH



↓/Normal



↓/Normal

Besi Serum





↑/Normal

↑/Normal

TIBC





↓/Normal

↓/Normal



↓/Normal





-

+

+ kuat



↑/Normal

↑/Normal

↑/Normal





Normal

Normal

Normal

Normal

HbA2 ↑

Normal

Saturasi Transferin Besi Sumsum Tulang Feritin Serum Protoporfirin Eritrosit Elektroforesis Hb

+ dengan ring sideroblast

Related Documents


More Documents from "utami dian rana"