Laporan Praktikum Plankton Di Wonorejo

  • Uploaded by: awix
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Plankton Di Wonorejo as PDF for free.

More details

  • Words: 3,351
  • Pages: 18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di dalam suatu perairan terdapat berbagai jenis organisme. Salah satu diantaranya adalah plankton. Plankton merupakan organisme yang hidupnya melayang-layang di lautan terbuka. Plankton terdiri dari organisme-organisme yang berukuran kecil ( mikroskopik ) yang jumlahnya sangat banyak dan mereka ini tidak cukup kuat untuk menahan gerakan air yang begitu besar. Terdapat dua jenis golongan plankton, yaitu dari golongan binatang (zooplankton ) dan golongan tumbuh-tumbuhan ( fitoplankton ). Banyak di antara golongan hewan ini yang merupakan golongan perenang aktif walaupun demikian mereka tetap terombang-ambing oleh arus lautan. Dalam ekosistem laut plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton mempunyai peranan penting karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan laut lainnya. Selain itu hampir semua hewan laut memulai kehidupannya sebagai plankton terutama pada tahap masih berupa telur dan larva. Fitoplankton di perairan mempunyai peran yang sama pentingnya dengan tumbuhan tingkat tinggi di darat sebagai produsen primer penghasil nutrisi yang sangat diperlukan oleh konsumen-konsumen lain dalam rantai makanan. Sedangkan zooplankton dapat dikonsumsi oleh manusia sebagai bahan makanan yang banyak mengandung asam amino esensial, mineral, vitamin, serta lemak dan karbohidrat. Ada sekitar 20 jenis zooplankton yang secara komersial ditangkap untuk berbagai macam pemanfaatan. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi plankton berdasarkan pengamatan melalui mikroskop. 1.3 Manfaat Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis plankton beserta nama spesiesnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Definisi Plankton Dalam bidang biologi oceanografi terdapat sistem pelagik terdiri dari hewan dan

turnbuh-turnbuhan yang hidupnya berenang dan melayang - layang di lautan terbuka, salah satunya adalah plankton.

Plankton terdiri dari organisrne-oraganisrne yang

berukuran kecil ( mikroskopik ) yang jumlahnya sangat banyak dan mereka ini tidak cukup kuat untuk menahan gerakan air yang begitu besar. Banyak di antara kelompok hewan ini yang merupakan golongan perenang aktif walaupun demikian mereka tetap terombangambing oleh arus lautan. Kelompok ini terdiri dari golongan binatang (zooplankton ) dan golongan tumbuh-tumbuhan ( fitoplankton ) (Hutabarat, 1985). Plankton dapat didefinisikan sebagai suatu komunitas timbuhan dan hewan yang kekuatan geraknya tidak mencukupi untuk mencegah mereka ditransportasikan secara pasif oleh arus laut ( Ornori dan Ikeda, 1984 ). Organisme planktonik merupakan tumbuhan dan hewan yang merniliki daya gerak terbatas sehingga pergerakannya dipengaruhi oleh pergerakan ( arus ) air (Nybakken, 1988). 2.2

Klasifikasi Plankton Plankton dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis, ukuran dan daur hidupnya.

2.2.1

Jenis Plankton Berdasarkan jenisnya, plankton dapat dibagi dua, yaitu :

a. Zooplankton : Plankton berupa hewan. Zooplankton merupakan suatu kelompok yang terdiri dari berjenis – jenis hewan yang sangat banyak macamnya termasuk protozoa, coelenterata, moluska, annelids, crustacea. Kelompok ini mewakili hampir seluruh phylum yang terdapat di Animal Kingdom. Beberapa dari organisme ini ada yang bersifat sebagai plankton untuk seluruh massa hidupnya, tetapi ada juga hewan yang bersifat sebagai plankton hanya untuk sebagian dari masa hidupnya. Zooplankton tidak dapat memproduksi zat - zat organik dari zat zat anorganik, oleh karena itu mereka harus mendapat tambahan bahan - bahan organik dari makanannya. Hal ini dapatdiperoleh mereka baik secara langsung

maupun tidak langsung dari tumbuh - tumbuhan. Zooplankton yang bersifat herbivora akan memakan fitoplankton secara langsung; sedangkan golongan karnivora memanfaatkan mereka dengan cara tidak langsung dengan memakan golongan herbivora atau karnivora yang lain ( Hutabarat, 1985). b. Phytoplankton : Plankton berupa tumbuhan. Phytoplankton merupakan tumbuh tumbuhan air yang berukuran sangat kecil yang terdiri dari seiumlah besar kelas yang berbeda. Mereka mempunyai peranan yang sama pentingnya baik di sistem pelagik maupun seperti yang diperankan oleh tumbuh - tumbuhan hijau yang lebih tinggi tingkatnya diekosistem daratan; mereka adalah produsen utama ( primary producer ) zat - zat organik. Phytoplankton hanya dapat dijumpai pada lapisan permukaan laut saja. Mereka juga akan lebih banyak dijumpai pada tempat - tempat yang terletak di daerah continental shelf dan di sepanjang pantai dimana terdapat proses upwelling. Daerah - daerah ini biasanya merupakan suatu daerah yang kaya akan bahan - bahan organik ( Hutabarat, 1985).

2.2.2

Klasifikasi plankton berdasarkan ukuran Berdasarkan ukurannya, plankton dapat dibagi menjadi :

a. Megaplankton ( > 20 cm) b. Macroplankton ( 2 - 20 cm) c. Mesoplankton ( 0,2 - 20 mm ) d. Microplankton ( 20 - 200 pm ) e. Nanoplankton ( 2 - 20 pm ) f. Picoplankton ( 0,2 - 2 pm ), terutama terdiri atas bakteri (Nybakken, 1998).

2.2.3

Daur Hidup Plankton Berdasarkan daur hidupnya, plankton dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Holoplankton, yaitu plankton yang hidup sebagai plankton sepanjang hidupnya. Contoh copepoda ; baik larva maupun bentuk yang dewasa dari crustacea kecil ini sangat banyak dijumpai dalam zooplankton ( Hutabarat, 1985). b. Meroplankton, yaitu plankton yang sebagian dari masa hidupnya dihabiskan sebagai plankton (Castro and Huber, 2003). Sebagai contoh, cacing palolo yang bertempat tinggal di liang-liang di dasar laut untuk hampir seluruh masa hidupnya. Mereka akan bergerak dan berenang secara bergerombol ke atas permukaan laut ketika memijah. Pada saat memijah mereka sering bersifat sangat menakjubkan karena begitu banyak jumlahnya yang dapat dijumpai pada waktu yang bersamaan (Hutabarat, 1985). 2.3

Migrasi Vertikal Plankton dan Faktor Penyebabnya Migrasi vertikal adalah migrasi harian yang dilakukan oleh organisme zooplankton

tertentu ke arah dasar laut pada siang hari dan ke arah permukaan laut pada malam hari. Jarak yang ditempuh zooplankton pada migrasi ini berkisar antara 100 - 400 m. Secara umum, faktor yang mempengaruhi migrasi vertikal zooplankton ada dua yaitu cahaya dan suhu. Migrasi vertikal merupakan suatu fenomena universal yang dilakukan oleh zooplankton tertentu. a. Faktor Cahaya Dewasa ini, disepakati bahwa rangsangan utama yang mengakibatkan dimulainya gerak migrasi vertikal harian adalah cahaya. Cahaya mengakibatkan respons negatif bagi para migran, mereka bergerak menjauhi permukaan laut bila intensitas cahaya di permukaan meningkat, sebaliknya mereka akan bergerak ke permukaan laut apabila intensitas cahaya di permukaan menurun. Pola yang umum tampak adalah bahwa zooplankton terdapat di dekat permukaan laut pada malam hari, sedangkan menjelang dini hari dan datangnya cahaya mereka bergerak lebih ke dalam. Dengan meningkatnya intensitas cahaya sepanjang pagi hari, zooplankton bergerak lebih ke dalam menjauhi permukaan laut dan biasanya kemudian mempertahankan posisinya pada kedalaman dengan intensitas cahaya tertentu. Di tengah hari atau ketika intensitas cahaya matahari maksimum, zooplankton berada

pada kedalaman yang paling jauh, kemudian tatkala intensitas cahaya matahari sepanjang sore hari menurun, zooplankton mulai bergerak ke arah permukaan laut dan sampai di permukaan sesudah matahari terbenam dan masih tinggal di permukaan selama fajar belum tiba. b. Faktor Suhu Migrasi vertikal paling umum terlihat di wilayah - wilayah perairan bahari dimana kolom air menunjukkan adanya stratifikasi termal yang jelas sedangkan di perairan bahari dimana kolom air mendekati kondisi isotermal, migrasi vertikal tidak jelas atau bahkan tidak berlangsung soma sekali. Migrasi vertikal juga tidak berlangsung di wilayah – wilayah perairan bahari sepanjang musim dingin. Tujuan migrasi vertikal adalah untuk menhindari pemangsaan oleh para predator yang mendeteksi mangsa secara visual dan untuk mengubah posisi dalam kolom air, serta sebagai mekanisme untuk meningkatkan produksi dan menghemat energi (Nybakken, 1988). c Kadar Z at Hara Distribusi klorofil bervariasi tergantung dari asal pasokan zat hara atau nutrien dan intensitas cahaya matahari. Nutrien dapat dipasok dari air sungai yang masuk ke laut juga bisa karena adanya arus naik (upwelling). Nutrien yang banyak ditemukan di pinggir laut adalah nutrien yang dibawa oleh sungai. Apabila ditemukan di laut yang jauh dari daratan, maka konsentrasi nutrien tersebut akibat dari proses arus naik. d. Arus Akibat pengaruh gelombang dan gerakan massa air, Fitoplankton terdistribusi baik secara vertikal maupun horisintal. Distribusi secara horisontal lebih banyak dipengaruhi oleh arus permukaan. Arus permukaan adalah gerakan massa air permukaan yang ditimbulkan oleh kekuatan angin yang bertiup melintasi permukaan air. Di laut, air permukaan menjadi panas saat siang hari dan menjadi dingin saat malam hari. Silih bergantinya pemanasan dan pendinginan ini akan mengubah kerapatan air dan mengakibatkan adanya sel-sel konveksi, yaitu satuansatuan air yang sangat kecil yang akan naik atau turun dalam kolom air sesuai

kerapatannya. Gerakan sel-sel konveksi ini sangat lemah dan dapat mengangkut organisme planktonik (Rohmimohtarto dan Juwono,2003). 2.4

Peranan Plankton dalam Ekosistem Plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton mempunyai peranan penting

dalam ekosistem laut karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan laut lainnya. Selain itu hampir semua hewan laut memulai kehidupannya sebagai plankton terutama pada tahap masih berupa telur dan larva. Fitoplankton di perairan mempunyai peran yang sama pentingnya dengan tumbuhan tingkat tinggi di darat. Fitoplankton merupakan produsen primer penghasil nutrisi yang sangat diperlukan oleh konsumen-konsumen lain dalam rantai makanan. Fitoplankton dapat ditemukan diseluruh massa air mulai dari permukaan laut sampai pada kedalaman intensitas cahaya yang masih memungkinkan terjadinya fotosintesis (Nontji, 2005). Sumber energi yang digunakan untuk membantu berlangsungnya reaksi kimia yang terjadi dalam proses fotosintesa adalah sinar matahari yang diabsorbsi oleh klorofil (Hutabarat dan Evans, 1984) Meskipun berukuran relatif sangat kecil, plankton memiliki peranan ekologis sangat penting dalam menunjang kehidupan di perairan. Sebab berkat fitoplankton yang dapat memproduksi bahan organik melalui proses fotosintesa, kehidupan di perairan dimulai dan terus berlanjut ke tingkat kehidupan yang lebih tinggi dari tingkatan zooplankton sampai ikan-ikan yang berukuran besar, dan tingkatan terakhir sampailah pada ikan paus atau manusia yang memanfaatkan ikan sebagai bahan makanan. Peranan plankton semakin mutlak diperlukan oleh organisme lainnya sebagai bahan makanan. Di perairan pelagis, fitoplankton adalah satu-satunya organisme yang berperan sebagai mesin kehidupan, yang mampu menghasilkan bahan organik. Tanpa fitoplankton diperkirakan laut yang sangat luas tidak akan dihuni oleh beberapa jenis biota yang mampu hidup dari rantai kehidupan lainnya.

Bahkan beberapa jenis zooplankton dapat dikonsumsi oleh manusia sebagai bahan makanan yang banyak mengandung asam amino esensial, mineral, vitamin, serta lemak dan karbohidrat. Ada sekitar 20 jenis zooplankton yang secara komersial ditangkap untuk berbagai macam pemanfaatan. Namun pertumbuhan penduduk dan dampak pembangunan di darat memegang peranan penting terhadap perubahan-perubahan lingkungan perairan. Organisme plankton yang memiliki ukuran kecil cukup peka terhadap perubahan lingkungan. Munculnya peristiwa red tide atau lebih dikenal dengan "air merah" yang tidak dikehendaki sangat terkait dengan perubahan parameter lingkungan, baik perubahan bersifat lokal maupun global. Red tide berupa ribuan plankton yang menyerupai hamparan merah yang dapat mematikan ekosistem perairan terutama terhadap ikan, kerang, udang dan sebagainya. Sedangkan terhadap manusia dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan kematian. Di Indonesia terdapat beberapa perairan yang rawan terhadap ledakan red tide diantaranya Teluk Jakarta, Teluk Kao yang berada di Maluku Utara dan Teluk Ambon. Lebih rinci istilah red tide digunakan untuk menggambarkan fenomena alam akibat terjadinya biakan masal suatu populasi fitoplankton dengan jumlah sel mencapai puluhan juta sel per liter air. Bahkan masal ini dapat mengakibatkan terjadinya perubahan warna perairan yang biasanya berwarna biru atau biru kehijauan menjadi merah kecoklatan atau hijau kekuningan (Okaichi 1989).

2.5

Metode Sampling Plankton

2.5.1

Jenis Metode sampling Plankton: a. Kualitatif yaitu

dimaksudkan

untuk

mengetahui

jenis–jenis

plankton

b. Kuantitatif yaitu untuk mengetahui kelimpahan plankton yang berkaitan dengan distribusi waktu dan tempat

2.5.2Jenis Peralatan Sampling Plankton: 1. Sampling menggunakan tabung/botol air (Water bottle) (Omori dan Ikeda, 1992).

Sampling dilakukan dengan mengambil air laut pada kedalaman tertentu, menggunakan botol 100 ml. Sampling pada perairan di wilayah pantai dimana kelimpahan plankton tinggi. Sampling untuk plankton berukuran kecil ( fito atau nannoplankton ). Sampling mendapatkan air sampel 1 – 50 liter. 2. Sampling menggunakan Van Dorn/ Nansen Bottle Sampler (Omori dan Ikeda,1992 )

Tabung Van Dorn atau Nansen Bottle Sampler terbuka diturunkan pada kedalaman tertentu. Tabung Van Dorn atau Nansen Bottle Sampler akan ditutup dengan meluncurkan ring atau besi pemberat sehingga bagian atas dan bawah akan tertutup. 3. Sampling menggunakan Pompa Hisap (Romimohtarto dan Juwana,1998)

Sampling dengan memompa air laut dari kedalaman tertentu. Ujung pompa hisap diturunkan sampai dengan kedalaman tujuan. Air sampel ditampung dan disaring. Keuntungannya volume dan kedalaman dapat ditentukan. Kekurangannya volume air dibatasi oleh diameter pipa penghisap. Tidak semua plankton dapat terhisap sesuai tujuan. 4. Sampling menggunakan Plankton Net (Omori dan Ikeda,1992;Romimohtarto & Juwana, 1998)

Plankton Net untuk phytoplankton berukuran diameter 31 cm dengan mata jaring

berukuran 30 – 60 mikron.Plankton Net untuk zooplankton berukuran diameter 45 cm dengan mata jaring berukuran 150 – 500 mikron. Plankton Net untuk ikhtyoplankton berukuran diamater 55 cm.

2.5.3 Metoda Pengambilan Sampling

a. sampling secara Horizontal

Metoda pengambilan plankton secara horizontal ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran plankton horizontal. Plankton net pada suatu titik di laut, ditarik kapal menuju ke titik lain.Jumlah air tersaring diperoleh dari angka pada flowmeter atau dengan mengalikan jarak

diantara

dua

titik

tersebut

dengan

diameter

plankton

net.

Flowmeter untuk peningkatan ketelitian.

b. sampling secara vertikal Meletakkan plankton net sampai ke dasar perairan, kemudian menariknya keatas. Kedalaman perairan sama dengan panjang tali yang terendam dalam air sebelum digunakan untuk menarik plankton net ke atas. Volume air tersaring adalah kedalaman air dikalikan dengan diameter mulut plankton net.

BAB III METODOLOGI Praktikum Oseanografi tentang plankton dilaksanakan di kawasan Wonorejo Surabaya. Lokasi yang dipilih untuk praktikum adalah pada daerah laut, muara dan sungai .Praktikum dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 9 Mei 2009. Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini antara lain adalah plankton net ( jaring plankton ) dengan mesh size 30 mikro meter (untuk fitoplankton) dan 150 mikro meter (untuk zooplankton) , sprayer, sedgwick rafter, pipet tetes, kertas label, terometer merkuri, hand refractometer, data sheet, Global Positioning System (GPS), kamera, dan botol sampel. Sedangkan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah sampel air laut dan formalin 4% yang telah dinetralkan dengan boraks. Sebelum pengambilan sampel dilaksanakan, diambil data parameter lingkungan seperti suhu dan salinitas. Posisi pengambilan sampel ditandai dengan GPS. Pengambilan sampel plankton dimulai dengan menggunakan plankton net yang ditarik pada kedalaman tertentu dan diangkat, maka air akan tersaring . Selanjutnya bagian luar plankton net dari tempat pengambilan sampel disemprot secara merata dengan air menggunakan sprayer. Plankton yang tersaring akan tertampung dalam bucket plankton net. Kemudian plankton dimasukkan dalam botol pengumpul dengan cara dibuka penutup plankton net-nya dalam kondisi botol sampel sudah berada dibawahnya, kemudian botol sampel diberi kertas label ( label berisi data mengenai nomor stasiun, tanggal dan waktu pengambilan, tanggal dan waktu pengamatan, serta posisi stasiun ). Air dan plakton dalam botol pengumpul , kemudian ditetesi formalin 4% sebanyak 4-5tetes, lalu botol film ditutup rapat. Pengamatan sampel plankton dilakukan di laboratorium. Sampel dalam botol pengumpul diambil sebanyak 1 ml dan diteteskan pada sedgewick rafter dan diratakan ( hindari adanya gelembung udara ), kemudian ditutup dengan gelas obyek. Selanjutnya

diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x, lalu digambar, diidentifikasi, diklasifikasikan mana yang termasuk zooplankton dan fitoplankton.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan Lokasi pengambilan sampel : wonorejo titik 2 Salinitas

: 20 o/oo

Suhu

: 29,5 oC

NO 1

JENIS Zooplankton

SPESIES Acertia claussi

2

Zooplankton Calanus minor

3

Zooplankton Tonopleris elegans

4

Zooplankton Cyclotella sp.

5

Zooplankton Centrodinium sp.

6 7 8

11 12

5 1 2 7

Caetoceros seivacanthus

1

Navicula membranacea

1

Zooplankton Zooplankton Zooplankton P. ehrenbergi

10

3

Zooplankton

Unknown 9

JUMLAH

Zooplankton Zooplankton Zooplankton

Unknown Staurodesmus sp.

1 1 1 1 1

Oithona sp. 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Zooplankton Zooplankton Zooplankton Fitoplankton Fitoplankton Fitoplankton Fitoplankton Fitoplankton

Nauplius Eucalanus Unknown Cyeriform larva Unknown Unknown Rhizosolenia sp. Gomphonema sp Asterionella sp.

Fitoplankton Synedra Ulna

22

Fitoplankton Ceratium sp.

23

Fitoplankton Carteria sp.

24

Fitoplankton Anabaena sp.

25

Fitoplankton Microspora sp. Pseudo sp.

26 27 28 29 30

Fitoplankton Fitoplankton Fitoplankton Fitoplankton Fitoplankton

Skeletonema costatum Thalassionema nitzchioides Asterionellopsis glacialis Radiofilum conjunctivum

31

Fitoplankton

Cladophora sp.

32 33 34

Fitoplankton Fitoplankton Fitoplankton

Spyrogira sp. Plamodictyon varium Lingulodinium polyedrum

35

Fitoplankton

Guinardia striata

2 1 2 1 1 6 1 31 2 1 27 23 1 1 banyak 22 16 1 8 11 1 11 40

4.2 Pembahasan Percobaan Planton dilakukan di dua tempat,yaitu di laut dan di sungai. Tujuannya adalah sebagai pembanding jenis plankton di laut dan di sungai. Pengambilan plankton menggunakan plankton net. Percobaan dimulai dengan pengambilan planton di laut. Plankton net dimasukkan ke dalam air kemudian ditarik ke aras secara vertikal. Fungsinya

adalah agar plankton dapat tertampung dalam plankton net.plankton net tersebut harus diikat dengan tali dan tali tersebut dililitkan di tangan. Hal ini untuk menghindari tenggelamnya planton net ke laut Setelah diangkat, plankton net disemprot dengan sprayer. Dimana air yang digunakan dari sprayer disesuaikan dengan jenis air dari daerah tangkapan plankton. Fungsinya agar plankton yang terambil tidak rusak akibat dari perbedaan kadar konsentrasi air dimana kadar air laut adalah garam yang tinggi. Plankton yang tersaring akan tertampung di dalam bucket planton net. Lalu planton dimasukkan ke dalam botol film yang berwarna gelap. Fungsi warna gelap pada botol film berguna untuk menghindari sinar matahari masuk mengenai plankton,sebab bila terkena sinar maka mengakibatkan plankton dapat berkembang biak dengan cepat sehingga menyulitkan praktikan dalam pengamatan di laboratorium. Selain itu plankton menjadi sulit untuk diamati bila dalam keadaan hidup. Untuk memperkecil permasalahan tersebut, botol film ditetesi formalin 4% sehingga sampel plankton menjadi awet dan tidak mudah rusak. Sebab formalin memiliki sifat hipertonis terhadap cairan didalam sel sampel yang bersifat hipotonis. Sehingga cairan di dalam sel sampel keluar dari tubuh sampel dan mengalami peristiwa lisis. Kemudian botol film ditutup dengan penutup botol dan diberi label tentang tempat pengambilan, tanggal pengambilan, waktu pengambilan sampel.dan suhu laut pada saat itu. Percobaan dilanjutkan ke tempat lain yaitu di sungai. Kemudian pengamatan sampel dari dua tempat pengambilan yang berbeda dilakukan di laboratorium. Pengamatan dimulai dengan pengambilan sampel dari botol film yang dipindahkan melalui pipet tetes ke dalam sedgwig rafter. Tujuannya agar sampel tidak rusak tergencet preparat. Sebab sedgwig rafter seperti gelas obyek yang memiliki bidang berbentuk persegi panjang dibagian tengah bidangnya dengan kedalaman 1 mm. Lalu sedgwig rafter ditutup dengan preparat. Fungsinya untuk melindungi lensa dari sampel yang berupa air. Sehingga pengamatan dapat berjalan baik. Selain itu diusahakan dalam penutupan sedgwig rafter dengan preparat tidak menimbulkan gelembung udara di bagian dalam sedgwig rafter. Sebab gelembung udara akan menyulitkan pengamatan sampel. Setelah diamati,sampel plankton yang teramati digambar dan diidentifikasi pengelompokan jenis planktonnya. Pengamatan pada mikroskop menggunakan lensa dengan perbesaran 50x. Dari hasil pengamatan diperoleh data akan adanya plankton dengan jenis fitoplonkton dan

zooplankton. Diantara jenis fitoplankton dari sample laut adalah Thalassiosimceae, Coscinodisdus centralis, Coscinodiscus radiatus, Ulotrichaceae ulothrix sp. Sedangkan dari sample sungai adalah . Selain itu jenis zooplankton yan ditemukan dari sampel laut yaitu Capepoda centrupagidae. Sedangkan dari sample sungai yaitu . Fitoplankton sendiri merupakan salah satu jenis plankton yang memiliki sifat sejenis tumbuh-tumbuhan air yang memiliki ukuran mikro yaitu dengan memiliki klorofil sama seperti tumbuhan hijau. Sehingga dapat melakukan proses fotosintesis dengan menghasilkan zat-zat organik bila terkena cahaya matahari. Oleh karena itu fitoplankton disebut juga sebagai produsen makanan dalam lingkungan air. Zooplankton sendiri temasuk dalam plankton berjenis hewan yang memiliki ukuran mikro namun masih ada beberapa jenisnya yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Dikatakan kategori plankton hewan karena memiliki sifat hewan dalam hal mencari makanan, yaitu melalui jalan memakan zooplankton lain maupun fitoplankton. Dari hasil pengamatan yang dilakukan jumlah fitoplankton lebih banyak dari pada zooplankton hal ini karena fito plankton merupakan jenis tumbuhan yang menjadi sumber makanan bagi fito plankton. Selain itu juga di pengaruhi oleh faktor suhu, salinitas, arus,pencahayaan serta lokasi pengambilan. Keberadaan plankton dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah pengaruh suhu dan salinitas air. Suhu mempengaruhi jumlah banyak sedikitnya plankton yang ada dari suatu lingkungan. Jika suhu hangat,yaitu antara suhu panas dan dingin seimbang maka jumlah plankton dipastikan berjumlah banyak. Sebab suhu yang hangat merupakan medium yang baik dalam berkembang biak bagi kebanyakan mahluk hidup. Sedangkan salinitas dari suatu perairan mempengaruhi jenis plankton baik fitoplankton maupun zooplankton. Sebab kondisi kadar garam suatu lingkungan mempengaruhi adaptasi dari plankton. Ada yang dapat bertahan terhadap salinitas tinggi namun ada juga yang dapat bertahan di kadar garam yang sedang atau bahkan tawar. Diantara jenis plankton yang dapat bertahan di daerah salinitas tinggi dari sample yang ditemukan adalah . Jenis jenis plankton yang diperoleh adalah : Pleurosigma sp., Thalassionema Nitzschioides, Lucifer sp, Thalassionema Bacillare, Copepoda pacticoida, Tintinnopsis sp. , Oscillatoria sp., Fragilaria sp., Ceratium fusus, Ulothrix sp,.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Q. 1993. PSP And Red Tide Status In Indonesia. In: Toxic Phytoplankton Blooms In The Sea ( T.J. Maeda. And Y. Shimizu, Eds.). Elsevier Science Publisher B.V., Amsterdam: 199-202 Hutabarat, S. Dan Evans, S.M. 1984. Pengantar Oseanografi. Penerbit Uversitas Indonesia (UI-Pres). Jakarta Nybakken, Dan James W. 1992. Biologi, Suatu Pendekatan Ekologi (Terjemahan : Moh. Eidman Dan Kuesoebiono). PT. Gramedia. Jakarta. Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekalan Ekalogis. Gramedia. Jakarta Okaichi. T. 1989. Red Tide Problems In The Seto Island, Japan. In: Red Tides: Biology, Environmental Science And Technology (T. Okaichi; D.M. Anderson And T. Nemoto. Eds.). Elsevier Science Publishing Co.. New York: 137-142. Romimohtarto, Kasijan Dan Juwana,Sri. 2003. Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta

Related Documents


More Documents from ""