Laporan Penelitian 171115rev Bab V.docx

  • Uploaded by: Linda
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Penelitian 171115rev Bab V.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 20,086
  • Pages: 99
1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pencemaran lingkungan akibat pengelolaan sampah di Indonesia, ibarat kanker sudah memasuki stadium IV, hanya mampu diselesaikan dengan amputasi. Kondisi parahnya pengelolaan sampah tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Dana Mitra Lingkungan Sri Bebasari dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Pansus RUU Pengelolaan Sampah, di gedung DPR, Rabu (13/06/15). “Ibarat kanker, sampah di Indonesia sudah memasuki stadium IV, harus diamputasi. Secara teknis, sampah di Indonesia harus dikelola dengan mesin pengelola sampah dengan kapasitas satu ton, “ kata Sri Bebasari. Menurut Sri Bebasari, permasalahan pengelolaan sampah di Bantar Gebang sebenarnya sudah dia ramalkan sepuluh tahun sebelumnya. “Namun masukan saya dianggap sepi. Ibarat dokter, resep saya diabaikan, justru saran dari dukun–yang murah tapi belum terbukti justru dipakai. Sekarang setelah saran dari dukun gagal, mereka kebinggungan dan minta saya memecahkan masalahnya, “ kata Sri. Sri menjelaskan harga mesin pengolah sampah tersebut berkisar 1,3 Triliun, dengan biaya operasi yang dibutuhkan sekitar 500 ribu. “Memang biaya investasi yang diperlukan sangat besar, namun menurut saya langkah tersebut merupakan langkah akhir yang harus kita lakukan, “ tegasnya.Lebih jauh Sri memaparkan ada lima aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sampah yaitu aspek hukum, aspek institusi, aspek pendanaan atau aspek ekonomi, aspek sosial-budaya serta aspek teknologi. “Kelima aspek itu tidak boleh dilepaskan dalam pengelolaan sampah. Aspek teknologinya misalnya harus dilakukan dengan pendekatan 3 R, reduce, reuse, recycle, sementara pendekatan sosial budaya harus memperhatikan adanya langkah-

2

langkah pemberdayaan masyarakat, “ kata Sri. Kepada pansus RUU Pengelolaan Sampah, Sri yang juga dikenal sebagai pakar di bidang pengelolaan sampah tersebut mengungkapkan impiannya akan adanya Badan Riset Khusus untuk pengelolaan sampah. “Sebab di beberapa negara lain mereka telah memiliki Badan Riset khusus sampah, “ tambahnya.1 Kata sampah bukanlah hal yang baru, bahkan setiap hari orang memproduksi sampah, baik sampah organik maupun anorganik. Sebagai bagian dari masyarakat setidaknya kita melakukan sesuatu hal yang mampu menangani masalah sampah. Dari sekian masyarakat, lebih banyak yang acuh terhadap masalah sampah dibandingkan yang peduli dengan lingkungan akibat sampah. Berdasarkan data, produksi sampah di kota metro sebanyak 355,34 m3 per hari.2 Berarti produksi sampah dalam satu bulan adalah 10.660,2 m3, selanjutnya 3,890,973 m3, jumlah sampah tersebut apabila tidak dikelola secara tepat dan dengan sebaik-baiknya akan menimbulkan berbagai masalah sosial bagi masyarakat, misalnya banyaknya lalat akibat bau busuk yang ditimbulkannya, selain itu dapat menyebabkan terjadinya bahaya banjir dengan tersumbatnya saluran air dan masih banyak lagi akibat yang ditimbulkan dari masalah sampah. Berbagai permasalahan yang dihadapi pemerintah Kota Metro berkaitan dengan sampah adalah masih banyaknya sampah sepanjang jalan Kota Metro yang belum dikelola dengan baik, misalnya kita dapat menjumpai di saluran air setiap kali hujan deras banyak drainase yang tersumbat, sehingga air menggenang di sepanjnag jalan akibatnya jalan yang terendam menjadi terkikis dan berlubang. Sampai saat ini pengelolaan sampah yang bisa ditangani baru sebesar 258,77 m3 per hari. Sehingga masih terdapat

1

http://www.menlh.go.id/sampah-di-indonesia-sudah-memasuki-stadiumiv/ diakses tanggal 02 Nopember 2015 2 www.Metrokota.go.id.2015.Situs Pemerinta Kota Metro, diakses tanggal 15 Maret 2015

3

96,57 m3 per hari yang belum dapat dikelola.3 Oleh karena butuh upaya dari beberapa pihak untuk mengelola sampah yang masih tersisa tersebut, sehingga yang tadinya menjadi masalah berubah menjadi berkah, sebagaimana harapan dari Bank Sampah CangKir Hijau “Mengubah Sampah Menjadi Berkah”. DPRD Kota Metro meminta Wali Kota Lukman Hakim serius menangani masalah sampah. Pasalnya, hasil reses Dewan banyak tempat penampungan sampah tidak resmi ditemukan, selain itu juga penanganan limbah ini belum maksimal. Menurut Ketua Komisi I Basuki, keterbatasan dalam sarana prasarana masih menjadi hambatan pengelolan sampah hingga saat ini. Karena itu, ke depan penambahan modal angkutan mutlak dilengkapi. "Kami kan sudah sepakat bahwa pengelolaan sampah harus secara komprehensif dan berkesinambungan. Terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir. Karena sampah ini masalah krusial," kata politikus PDIP Basuki, di DPRD setempat, Senin (1/6/2015). Menurutnya, dari hasil laporan dan reses DPRD, banyak tempat penampungan sampah tidak resmi ditemukan, terutama di daerah-daerah perbatasan. Karena itu, harus segera dicarikan solusi. "Sampah ini semestinya tidak lagi harus dipandang sebagai momok. Melainkan potensi ekonomi. Karena itu Pemkot harus dapat memberdayakan elemen masyarakat. Perlu dilatih terkait nilai ekonomis yang ada dari sampah tadi," ujarnya. Saat ini, ujar Basuki, DPRD tengah membahas rancangan peraturan daerah (raperda) pengelolaan sampah. Diharapkan, raperda bisa menjadi solusi permasalahan kebersihan di Kota Metro yang kini terus berkembang. Perubahan dan perkembangan kota akan selalu berkorelasi dengan peningkatan sampah. "Kami juga mengaharapkan melalui raperda ini bisa mendorong peran aktif pemerintah dalam melakukan pengelolaan sampah. Misal bank sampah," kata dia. 3

Ibid.,

4

Dia mengatakan penanganan sampah tanpa melibatkan masyarakat dan kelengkapan sarana prasarana dinilai tidak efektif. Untuk itu, ia berharap dalam menangani sampah di Metro perlu melibatkan masyarakat. "Sarana prasarana itu harus didukung. Kalau tidak, sama saja bohong,“ ujar politikus Demokrat yang juga Sekretaris Komisi I, Warsono Martowiyono.4 Prinsip dasar pengelolaan sampah yang ramah lingkungan adalah harus diawali oleh perubahan cara kita memandang dan memperlakukan sampah. Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru adalah memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk kompos dan pakan ternak. Pengelolaan sampah tidak hanya dilakukan pada rumah tangga saja, tetapi juga dapat dilakukan di perkantoran sebagai bagian dari perwujudan Eco-office.5 Selain itu pengelolaan sampah juga dapat dilakukan di kampus-kampus, yaitu perguruan tinggi yang ada di Kota Metro yang merupakan perwujudan dari eco-campus. Metro adalah Kotamadya di Provinsi Lampung yang memiliki banyak prestasi, salah satunya adalah penghargaan adipura sebagai peraih penghargaan yang berhasil menjaga keamanan, kenyamanan, kebersihan, dan keserasian lingkungan diberikan oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 6 Melalui pemerintahan, Kota Metro menggalakkan pemanfaatan sampah menjadi barang bernilai ekonomis di sejumlah pembuangan akhir sampah.

4 http://www.lampost.co/berita/dprd-desak-wali-kota-metro-seriustangani-sampah, diakses tanggal 08 Nopember 2015 5 http://www.menlh.go.id/peresmian-bank-sampah-pengelolaan-sampahdengan-sistem-3r-di-kantor-klh/, di akses tanggal 24 April 2015 6 www.metrokota.go.id.2015.Situs Pemerinta Kota Metro, diakses tanggal 15 Maret 2015

5

Metro juga mendapat julukan Kota pendidikan. Jenjang Pendidikan dari tingkat Pra sekolah, sekolah dasar sampai berbagai jurusan Perguruan Tinggi terdapat di kota Metro. Terdapat ribuan mahasiswa dengan berbagai latar belakang jurusan perguruan tinggi. Banyaknya mahasiswa yang datang dari berbagai daerah di wilayah Provinsi Lampung dan sekitarnya membawa dampak yang positif maupun negatif bagi kota metro itu sendiri. Salah satu dampak yang negatif adalah bertambahnya produksi sampah yang dihasilkan. Mahasiswa tinggal di asrama atau kos-kosan yang mereka sewa dari masyarakat setempat. Berbaur menjadi satu mewarnai Kota Metro. Hal ini tentu saja menuntut strategi baru pengelolaan sampah yang mendukung program pemerintah. Selain terkenal dengan sebutan kota pendidikan, Kota Metro juga terkenal dengan daerah sebagai tempat tinggal yang nyaman, sehingga masyarakat dari daerah lain sangat ingin untuk tinggal di Metro. Akibatnya jumlah penduduk yang tinggal di Kota Metro setiap tahunnya mengalami peningkatan, dengan bertambahnya jumlah penduduk otomatis jumlah permukiman warga juga semakin rapat, sehingga sebagian rumah tidak memiliki tempat penampungan sampah yang memadahi. Sampah merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, selama kehidupan manusia masih berlangsung maka sampah akan selalu diproduksi. Fakta permasalahan sampah selalu mendengung di telinga seperti pencemaran lingkungan, kontaminasi air, gangguan pernafasan akibat udara yang tercemar dan sederet masalah lain karena sampah luput dari perhatian.7 Kementerian Lingkungan Hidup mencatat tahun 2012 ratarata setiap orang di Indonesia menghasilkan dua kilo gram sampah setiap hari. Jika penduduk Indonesia berjumlah 250 juta jiwa, maka setiap hari manusia Indonesia akan menghasilkan sampah sebanyak 500 ribu ton. Bayangkan berapa banyak sampah yang akan di 7

http://bscangkirhijau.blogspot.co.id/2015/04/gerakan-mahasiswasampah.html diakses tanggal 2 Nopember 2015

6

hasilkan orang Indonesia dalam kurun satu minggu, satu bulan, satu tahun atau beberapa tahun mendatang. Indonesia bisa jadi lautan sampah jika pengelolaan sampah tidak di lakukan dengan baik. Undang-undang nomor 18 Tahun 2008 mengamanatkan kepada masyarakat Indonesia agar turut aktif dalam mengurangi, menggunakan dan mendaur ulang sampah. Dengan prinsip 3 R (reduse, reuse, dan recycle) harapannya masyarakat tidak hanya mengumpulkan sampah lalu dijual langsung ke pengepul. Tetapi ada sentuhan kreatifitas sehingga sampah memiliki nilai estetika lebih dan akan berimbas pada meningkatnya nilai ekonomi sampah. Hadirnya bank sampah menjadi berita gembira bagi masyarakat Indonesia karena bisa mengurangi kuantitas sampah yang akan menimbulkan permaslahan bagi masyarakat. Selain meringankan kerja Dinas Kebersihan, kehadiran bank sampah juga memperpendek siklus sampah sebelum sampai di tempat pembuangan akhir (TPA). Kementerian Lingkungan Hidup mencatat pada tahun 2012 terdapat 1.195 bank sampah yang tersebar di 55 kota seluruh Indonesia. Ini merupakan momentum yang baik untuk membangun kesadaran kolektif dalam usaha menjaga lingkungan dari berseraknya sampah. Bank sampah sebagai lembaga yang concern terhadap pengelolaan sampah, harus dibangun dengan semangat yang tidak hanya berorientasi pada profit. Tetapi lebih pada proses edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan, bijak dalam penggunaan air dan ramah terhadap lingkungan dengan memanfaatkan sampah yang telah dihasilkan. Dengan demikian, walaupun bank sampah tidak menjanjikan profit yang melimpah tetapi karena dibangun dengan semangat kepedulian maka gerakan bank sampah akan bisa ditularkan kepada masyarakat yang lain. Banyak inovasi Program yang ditawarkan oleh pegiat bank sampah, seperti bayar listrik dengan sampah, beli pulsa dengan sampah atau tabungan sekolah untuk mempersiapkan biaya

7

pendidikan. Program dalam suatau bank sampah bisa disesuaikan dengan kondisi masyarakat dimana bank sampah itu berada. Inovasi program bank sampah dibuat agar masyarakat tertarik dan peduli dengan sampah agar masalah sampah dapat berkurang. Dalam pengolahan sampah, pegiat bank sampah juga tidak hanya melakukan prinsip 3 R, tetapi juga melakukan inovasi pengolahan sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi yang dikenal dengan istilah up-cycling.Upaya upcycling bisa dilakukan dengan memberikan pelatihan atau memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam mengembangkan kreativitas. Jika tahun 2014 pemerintah DKI Jakarta harus menyisihkan dana APBD untuk pengelolaan sampah sebesar 1,2 triliun rupiah, maka bayangkan berapa biaya yang bisa dihemat jika bank sampah banyak direplikasi di Jakarta. Munculnya bank sampah Cangkir Hijau di Kota Metro merupakan inisiasi dari sekelompok pemuda yang prihatin dengan permasalahan sampah kota. Mereka hidup di kota, mencari makan di sana tetapi kebanyakan dari penghuni kota absen untuk memikirkan kebersihan dan kenyamana kota yang merupakan rumah bersama para penghuninya. Semangat membangun kota dengan mendirikan bank sampah adalah salah satu wujud kepedulian dan tanggung jawab yang harus di replikasi dibanyak tempat. Pelibatan warga dalam pengelolaan bank sampah harus terus diupayakan karena jika kesadaran kolektif masyarakat telah terbentuk maka replikasi gerakan bank sampah akan mudah dilakukan. Selain itu, mahasiswa sebagai agent of change harus turut aktif melibatkan diri sebagai perwujudan dari salah satu Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa harus membuktikan bahwa dirinya bukan produk dari perguruan tinggi dengan stereotipe menara gading yang semakin

8

jauh dari masyarakat. Tetapi mahasiswa adalah problem solving dalam suatu kelompok masyarakat. Sekelompok mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro Lampung kemudian membuat komunitas yang diberi nama Relawan Samber (sampah mari bersihkan). Komunitas ini mengajak kepada mahasiswa dan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya seperti gerakan pungut sampah (GPS) yang dilakukan oleh Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah dan Walikota Bandung Ridwan Kamil. Relawan Samber merupakan komunitas yang terintegrasi dengan bank sampah CangKir Hijau yang memiliki visi menjaga kebersihan kota, menciptakan kenyaman, dan proses edukasi bersama menciptakan kesadaran kolektif menjaga lingkungan hidup.8 Berdasarkan hal tersebut di atas diperlukan adanya strategi dalam sistem pengelolaan sampah yang tepat pada lingkungan tempat masyarakat yang sudah mulai menyempit maupun tempat tinggal mahasiswa serta tempat tinggal penduduk di Kota Metro secara keseluruhan. Pengelolaan sampah yang tepat akan dapat menciptakan keadaan lingkungan yang nyaman, sehat, bersih dan harapan ke depan mendongkrak pemberdayaan ekonomi masyarakat Kota Metro. Prinsip utama mengelola sampah yang benar adalah mencegah timbulnya sampah, mengguna-ulang sampah, dan mendaur-ulang sampah. Itulah prinsip 3R (reduse, reuse, and recycle). Jika prinsip tersebut dijalankan dengan konsisten, maka akan mendatangkan out put yang nyata, yaitu mengurangi beban polutan, mendatangkan manfaat ekonomi dan menjadikan lingkungan bersih, yang pada akhirnya menghasilkan outcome yang dapat langsung dirasakan, yaitu kesehatan dan penghasilan. Bank Sampah dibuat dengan mengikuti Undang - Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah bahwa prinsip dalam mengelola 8

Ibid.,

9

sampah adalah reduce, reuse dan recycle yang artinya adalah mengurangi, menggunakan kembali, dan mengolah. Tujuan dibangunnya bank sampah sebenarnya bukan bank sampah itu sendiri. Bank sampah adalah strategi untuk membangun kepedulian masyarakat agar dapat ‘berkawan’ dengan sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah. Jadi, bank sampah tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus diintegrasikan dengan gerakan 3R sehingga manfaat langsung yang dirasakan tidak hanya ekonomi, namun pembangunan lingkungan yang bersih, hijau dan sehat. B. Rumusan Masalah/Pertanyaan Penelitian Adapun rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengelolaan Bank Sampah Cangkir Hijau sebagai model pemberdayaan ekonomi di Kota Metro? 2. Strategi apa yang digunakan dalam pengelolaan Bank Sampah Cangkir Hijau untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat di Kota Metro? 3. Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui bank sampah Cangkir Hijau di Kota Metro? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang diajukan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan pengelolaan Bank Sampah Cangkir Hijau sebagai model pemberdayaan ekonomi di Kota Metro. 2. Untuk mengetahui strategi yang digunakan dalam pengelolaan Bank Sampah Cangkir Hijau untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat di Kota Metro. 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui Bank Sampah Cangkir Hijau di Kota Metro.

10

D. Manfaat Penelitian 1. 2. 3.

4. 5. 6. 7.

Mendukung gerakan pemerintah Kota Metro dalam memanfaatkan dan mengelola sampah Mengembangkan jiwa peduli lingkungan dan cinta kebersihan. Menambah pengetahuan dan skill tentang pengolahan sampah yang menjadi nilai ekonomis sekaligus dapat mengurangi limbah sampah. Mendapat penghasilan tambahan dari pengolahan bank sampah. Mengurangi polusi udara akibat limbah sampah. Menambah pengetahuan dimana masyarakat dapat membedakan sampah yang bernilai ekonomis dan yang tidak. Menumbuhkan rasa kebersamaan dan peduli sesama anggota masyarakat yang berada di Kota Metro.

11

BAB II KERANGKA TEORI A.

Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat tidak terlepas dari perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan. Menurut Kartasasmita strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan pengerahan segala sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat untuk meningkatkan produktifitas rakyat sehingga baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat, dapat ditingkatkan produktifitasnya. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang dimiliki. Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material. Kemandirian masyarakat dapat dicapai tentu memerlukan sebuah proses belajar. Masyarakat yang mengikuti proses belajar yang baik, secara bertahap akan memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan yang bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan secara mandiri. Berkaitan dengan hal ini, Sumodiningrat menjelaskan bahwa keberdayaan masyarakat yang ditandai adanya kemandiriannya dapat dicapai melalui proses pemberdayaan masyarakat. Keberdayaan masyarakat dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif masyarakat yang difasilitasi dengan adanya pelaku pemberdayaan. Sasaran utama pemberdayaan masyarakat adalah mereka yang lemah dan tidak memiliki daya, kekuatan atau kemampuan mengakses sumberdaya produktif atau masyarakat

12

terpinggirkan dalam pembangunan. Tujuan akhir dari proses pemberdayaan masyarakat adalah untuk memandirikan warga masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidup keluarga dan mengoptimalkan sumberdaya yang dimilikinya. 9 Pemberdayaan merupakan satu istilah yang diterjemahkan dari kata empowerment yang merupakan sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pemikiran dan kebudayaan masyarakat. 10 Pemberdayaan pada hakekatnya adalah upaya pemberian daya atau peningkatan keberdayaan. Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk memandirikan masyarakat agar mampu berpartisipasi aktif dalam segala aspek pembangunan. Kemandirian buka berarti mampu hidup sendiri tetapi mandiri dalam pengambilan keputusan, yaitu memiliki kemampuan untuk memilih dan keberanian menolak segala bentuk bantuan dan atau kerjasama yang tidak menguntungkan. Dengan pemahaman seperti itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana guna meningkatkan skala/upgrade utilitas dari obyek yang diberdayakan. Karena itu pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk terus menerus meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah yang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dalam pengertian sehari-hari, pemberdayaan masyarakat selalu dikonotasikan sebagai pemberdayaan masyarakat kelas bawah (grassroots) yang umumnya dinilai tidak berdaya. Pada dasarnya Islam merupakan agama pemberdayaan. Dalam pandangan islam, pemberdayaan itu dan merupakan gerakan yang tanpa henti. Hal ini sejalan dengan paradigma islam itu sendiri sebagai agama gerakan atau perubahan. Istilah pemberdayaan dalam bahasa asing adalah “empowerment”. Secara 9

Sumudiningrat, G., Visi dan Misi pembangunan Pertanian Berbasis Pemberdayaan, (Yogyakarta : IDEA, 2000), h. 82. 10 Jusuf Suit, Almasdi,Yudefri, Pemberdayaan Potensi Ekonomi Pedesaan Dalam Pembangunan Nasional, (Bogor, IPB Press, 2012), h.

13

leksikal, pemberdayaan berarti penguatan. Sedangkan secara teknis istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya disamakan dengan pengembangan.11 Pemberdayaan memiliki dua kecenderungan, pertama kecenderungan primer. Dimana pemberdayaan menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Sedangkan kecenderungan sekunder, merupakan pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan mereka.12 Menurut Ginandjar Kartasasmita 1996, pemberdayaan ekonomi rakyat adalah “Upaya yang merupakan pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat untuk meningkatkan produktivitas rakyat sehingga, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat, dapat ditingkatkan produktivitasnya”. Dari berbagai pandangan mengenai konsep pemberdayaan, maka dapat disimpulkan, bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah penguatan pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakatnya sendiri, maupun aspek kebijakannya. Upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat tidak terlepas dari perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Terkait dengan pemberdayaan masyarakat dalam

11

Manchendarwaty Nanih dkk, Pengembagan Masyarakat Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya 2001 ), h. 41. 12 Bernhard Limbong. Ekonomi Kerakyatan dan Nasionalisme Ekonomi, 2013, h..389

14

memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.13 Terdapat enam konsep pemberdayaan ekonomi, yaitu sebagai berikut: a)

Perekonomian rakyat adalah perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat, perekonomian ini adalah perekonomian nasional yang berakar pada potensi dan kekuatan masyarakat secara luas untuk menjalankan roda perekonomian secara mandiri.

b) Pemberdayaan ekonomi rakyat adalah usaha untuk menjadikan ekonomi yang kuat,besar, modern, dan berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang benar. Karena kendala pengembangan ekonomi rakyat adalah kendala struktural, maka pemberdayaan ekonomi rakyat harus dilakukan melalui perubahan struktural. c)

Perubahan strutural yang dimaksud adalah perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi kuat, dari ekonomi subsisten ke ekonomi pasar, dari ketergantungan menjadi kemandirian. Langkah-langkah perubahan struktur meliputi; a) Pengalokasian sumber pemberdayaan sumberdaya, b) Penguatan kelembagaan, c)Penguasaan teknologi, d) Pemberdayaan sumber daya manusia

d) Pemberdayaan ekonomi rakyat, tidak cukup hanya dengan peningkatan produktifitas, memberikan kesempatan berusaha yang sama, dan hanya memberikan suntikan modal sebagai stimulan, tetapi harus dijamin adanya kerjasama dan kemitraan yang erat antara yang telah maju dengan yang masih lemah dan belum berkembang.

13

http://www.pendidikanekonomi.com/2012/12/pemberdayaan-ekonomimasyarakat.html diakses tanggal 16 Nopember 2015

15

e)

Kebijakannya dalam pemberdayaan ekonomi rakyat adalah, a) pemberian peluang atau akses yang lebih besar kepada aset produksi (khususnya modal), b) memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat, agar pelaku ekonomi rakyat bukan sekedar price taker, c) pelayanan pendidikan dan kesehatan, d) penguatan industri kecil, e) pemerataan spasial

f)

Kegiatan pemberdayaan masyarakat mencakup peningkatan akses bantuan modal usaha, peningkatan akses pengembangan SDM, peningkatan akses ke sarana dan prasarana yang mendukung langsung sosial ekonomi masyarakat lokal.14

Diantara prinsip-prinsip ekonomi syariah yang menjadi dasar dalam penerapan ekonomi Islam, adalah bahwa alam semesta milik Allah dan ada dalam kekuasaanNya. Pada hakekatnya segala yang ada di bumi, yang ada di langit dan apa yang ada diantara keduanya adalah milik Allah SWT. Air, tanah, udara dan sumber daya alam seluruhnya adalah milik Allah. Manusia diberi wewenang untuk mengelola dan mengusahakannya. Dan hak Allahlah yang menetapkan rezki pada siapa saja yang dikehendakinya. Dengan usaha yang telah dilakukan ini, maka ada sebagian manusia yang memperoleh karunia lebih banyak dari sebagian yang lain. Hal ini merupakan ketentuan dan kehendak Allah. Karenanya dilarang sebagian yang satu (orang miskin) merasa iri hati kepada sebagian yang lain (orang kaya), sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an: QS. An-Nissa; 4: 32):                      14

Ibid.

16

           32. dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Dengan demikian dapat kita pahami bahwa harta kekayaan yang diusahakan oleh sesorang dengan cara yang baik dan benar menurut syariah diakui secara sah sebagai amanah Allah kepadanya. Dalam ekonomi Islam, kepemilikan pribadi diakui dalam batas-batas tertentu yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat. Meskipun kepemilikan pribadi dengan cara perolehan yang sah dan halal diakui oleh Islam, namun harta kekayaan tersebut tidak boleh dimiliki sekelompok orang saja. 15 Sedapat mungkin pemberdayaan ekonomi umat diperuntukkan untuk kemaslahatan bersama. Dengan demikian, pengembangan atau pemberdayaan masyarakat erupakan modal empiris pengembangan prilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal sholeh (karya terbaik), dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat. Sasaran individual yaitu setiap individu muslim, dengan orientasi sumber daya manusia. Sasaran komunal adalah kelompok atau komunitas muslim, dengan orientasi pengembangan sistem masyarakat, sedangkan untuk sasaran institusional adalah

15

http://alfinlatife.blogspot.co.id/2013/11/sinergi-dalam-pemberdayaanekonomi-umat.html

17

organisasi islam dan pranata sosial kehidupan, dengan orientasi pengembangan kaulitas dan islamitas kelembagaan.16 Istilah keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dengan individu-individu lainnya dalam masyarakat untuk membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan memberdayakan masyarakat adalah memperkuat unsur-unsur masyarakat keberdayaan itu untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang berada dalam kondisi yang tidak mampu dengan dengan mengandalkan kekuatannya sendiri sehingga dapat keluar dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan dan memandirikan masyarakat.17 Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga/kekuatan. Pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya masyarakat dengan mendororng, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.18 Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan ekonomi masyarakat secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar. Upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah tidak harus ada perbaikan akses terhadap empat hal, yaitu akses sumber daya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar dan akses terhadap permintaan.19 Pemberdayaan sosial ekonomi ialah usaha memberi pengetahuan, ketrampilan serta menumbuhkan kepercayaan diri 16

Manchendarwaty Nanih dkk, Pengembagan Masyarakat Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya 2001 ), 43 17 Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan, (Bandung : alfabeta, 2007), h. 01. 18 Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, cet 1, (Yogyakarta : BPFE, 2000), h. 263. 19 Erna Erawati Cholitin dan Juni Thamrin, Pemberdayaan Dan Refleksi Finansial Usaha Kecil Di Indonesia, (Bandung : Yayasan Akita, 1997), h. 238.

18

serta kemauan kuat dalam diri seseorang sehingga mampu membangun suatu kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik dengan kekuatan sendiri singakatnya pemberdayaan sosial ekonomi bermaksud menciptakan manusia swadaya dalam kegiatan sosial ekonomi. Pemberdayaan sosial ekonomi pada intinya dapat diupayakan melalui berbagai kegiatan antara lain pelatihan, pendampingan, penyuluhan, pendidikan dan keterlibatan organisasi demi menumbuhkan dan memperkuat motivasi hidup dan usaha, serta pengembangan pengetahuan, keterampilan hidup dan kerja.20 Pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan melakukan pemecahan masalah dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki dan fasilitas yang ada baik instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh masyarakat.21 2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai tujuan maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian

20

Yayasan SPES, Pengembangan Berkelanjutan, (Jakarta : PT Pustaka, Pustaka Utama, 1992), h. 245. 21 Bambang Suwerda, Bank Sampah (Kajian Teori dan Penerapan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 29

19

pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.22 Pemberdayaan bertujuan juga untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. Pemberdayaan masyarakat disebut sebagai tujuan, yakni pemberdayaan menunjuk pada keadaan yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.23 Seperti yang telah dijelaskan di atas, tujuan dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang lemah atau tidak beruntung. Penulis mengartikan orang-orang yang lemah dan tidak beruntung ini bukan hanya dilihat dari perekonomiannya saja tapi lemah dan tidak beruntung dapat dilihat dari berbagai ragam, seperti lemah dan tidak beruntung dalam kreativitas, lemah dan tidak beruntung dalam segi sosial, dan lemah dan tidak beruntung dalam ilmu. Dalam hal ini masyarakat harus difasilitasi agar memiliki kekuasaan atau mempunyai keilmuan yang bisa memberdayakan dirinya baik yang bersifat fisik, sosial, dan ekonomi. Kristiadi melihat bahwa ujung dari pemberdayaan masyarakat harus membuat masyarakat menjadi swadiri, swadana, dan swasembada. a. Swadiri : yaitu mampu mengurusi dirinya sendiri. b. Swadana : yaitu mampu membiayai keperluan sendiri

22

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h.60. 23 Ibid.,

20

c. Swasembada : yaitu mampu memenuhi kebutuhannya sendiri secara berkelanjutan.24 Sebuah masyarakat yang telah menjalankan kegiatan pemberdayaan haruslah memiliki tujuan yang signifikan, masyarakat sudah harus bisa mengurusi dirinya sendiri dan tidak selalu bergantung kepada orang lain, mampu membiayai dirinya sendiri sehingga masyarakat bisa terus menerus terampil dalam kegiatan pemberdayaan, dan terakhir masyarakat mampu memenuhi kebutuhannya sendiri secara berkelanjutan. 3. Proses Pemberdayaan Masyarakat Sebagai suatu proses, pemberdayaan merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang hidup seseorang (on going) dan sepanjang komunitas itu masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan, dan tidak hanya terpaku pada suatu program saja. Sebagai suatu program, pemberdayaan dilihat dari tapahan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang biasanya sudah ditentukan jangka waktunya.25 Tahapan pemberdayaan merupakan salah satu langkah dimana lembaga melakukan kegiatan pemberdayaan terhadap komunitas atau masyarakat disekitarnya. Tahapan pemberdayaan masyarakat seperti yang diungkapkan oleh Nana Mintarti yaitu:

a. Penyadaran Dimana kegiatan penyadaran yang dilakukan meliputi proses pengenalan potensi diri dan lingkungan serta membantu komunitas untuk merefleksikan dan memproyeksikan keadaan dirinya, baik dalam berinteraksi dengan kekuatan-kekuatan domistik maupun kekuatan global dalam bentuk informasi, teknologi, modal sosial, budaya dan peluang politik. 24

Randy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwidjowijoto, Manajemen Pemberdayaan, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2007), h. 117. 25 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002), h. 172-171.

21

b. Pengorganisasian Tahapan ini merupakan tahapan dimana suatu organisasi dan kelembagaan harus berawal dari prakasa masyarakat secara sukarela serta diadakannya suatu penguatan organisasi. c. Kaderisasi Suatu tahapan dimana suatu organisasi mempersiapkan kaderkader pengembangan keswadayaan lokal yang akan mengambil alih tugas pendampingan setelah program berakhir. Kaderkader dipillih secara partisipatif oleh masyarakat.

d. Dukungan Teknis Dukungan teknis ini diberikan pada proses produksi yang mencakup dukungan untuk memperbaiki proses atau teknologi yang sedang digunakan. e. Pengelolaan Sistem Tahapan dimana organisasi membantu kliennya dalam upaya memperlancar upaya masyarakat memperoleh kebutuhan, baik secara individu maupun kelompok.26 Tahapan pemberdayaan ini akan berjalan dengan baik bila adanya dukungan dari pihak-pihak internal dan eksternal seperti dukungan dari para anggota bank sampah Cangkir Hijau, masyarakat Kota Metro dan disekitarnya, pihak kelurahan hingga pemerintah kota Metro. Karena untuk menciptakan masyarakat yang terbedaya membutuhkan dukungan dari semua pihak. 4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

26

Nurul Purbasari, Pemberdayaan Masyarakan Melalui Kegiatan daur Ulang Plastik (Study Kasus Pada Komunitas Bank Sampah Poklili Perumahan Griya Lembah Depok Kecamatan Sukmajaya Depok, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014), h. 11-12.

22

Upaya pemberdayaan masyarakat merupakan tuntutan utama pembangunan, ini terkait dengan teori sumber daya manusia yang memandang mutu penduduk sebagai kunci utama pembangunan.27 Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro, untuk lebih jelasnya masing-masing akan diuraikan lebih lanjut, dibawah ini: a. Aras Mikro Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas. Pemberdayaan dalam aras mikro ini lebih kepada membimbing dan melatih masyarakat untuk menjalankan tugas-tugas kehidupan. Dalam pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan daur ulang sampah plastik di bank sampah poklili ini bertujuan juga untuk membimbing dan melatih masyarakat agar dapat melakukan tugas-tugas daur ulang secara mandiri. b. Aras Mezzo Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Dalam aras mezzo ini, pemberdayaan masyarakat juga dilakukan dengan mengadakan seminar-seminar pelatihan dan 27

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Mamberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005) h. 66.

23

pendidikan di luar bank sampah poklili. Seminar pelatihan dan pendidikan bertujuan agar masyarakat bisa lebih peduli terhadap lingkungan terutama sampah. Selain meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan, masyarakat juga dapat memberdayakan diri sendiri dan bahkan juga masyarakat sekitar untuk meningkatkan kreativitas dan perekonomian keluarga. c. Aras Makro Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar, karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.28 Menurut penulis melalui pendekatan tiga model pemberdayaan ini diharapkan agar masyarakat dapat berdayakan diri sendiri agar lebih mandiri dalam setiap tindakan dan kegiatannya. B.

Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses baik dari hewan, manusia, maupun tumbuhan kemudian dilepaskan ke alam dalam bentuk padatan, cair, maupun gas. Sampah di definisikan sebagai Worthless, unwanted material that is rejected or thrown out, debris,litter, trash.29 Permasalahan lingkungan saat ini ada di berbagai tempat. Permasalahan itu menyangkut pencemaran, baik pencemaran tanah, 28 29

2014.

Ibii., h. 67 Sabhrina Gita Aninta. Teori Sampah Indonesia.Tempo-institute.org.,

24

air, udara dan suara. Pencemaran tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia. Pencemaran tanah misalnya, banyaknya sampah yang tertimbun di tempat sampah, apabila tidak ditangani dengan baik akan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat. Berdasarkan SK SNI Tahun 1990, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya yang ditinjau dari segi social ekonimis tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup. Sampah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktifitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomi. Menurut kamus istilah lingkungan hidup, sampah mempunyai definisi sebagai bahan yang tidak mempunyai nilai, bahan yang tidak berharga untuk maksud biasa, pemakaian bahan rusak, barang yang cacat dalam pembikinan manufaktur, materi berkelebihan, atau bahan yang ditolak. Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari bahan organik atau anorganik, baik benda logam maupun benda bukan logam, yang dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar. Bentuk fisik benda-benda tersebut dapat berubah menurut cara pengangkutannya atau cara pengolahannya. Sampah padat adalah semua barang sisa yang ditimbulkan dari aktivitas manusia dan binatang yang secara normal padat dan dibuang ketika tidak dikehendaki atau sia-sia.4 Sedangkan yang dimaksud dengan sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota (tidak termasuk sampah yang berbahaya dan beracun).

25

Definisi mengenai sampah, hal ini perlu diketahui terlebih dahulu sebelum mengenal sampah lebih dekat.5 Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan. Sampah merupakan bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sampah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya dari pemakai semula, atau sampah adalah sumberdaya yang tidak siap pakai. C.

Jenis-Jenis Sampah Berdasarkan sumbernya, sampah dapat dibedakan menjadi:

a) Sampah alam, adalah sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi msalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman. b) Sampah manusia, adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vector (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistim urinoir tanpa air.

26

c) Sampah rumah tangga, merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan di dalam rumah tangga, sampah yang dihasilkan oleh kebanyakan rumah tangga adalah, kertas dan plastik. Karakteristik dari sampah rumah tangga ini, sebagian besar adalah sampah organik yang mempunyai sifat lekas membusuk Akumulasi dari limbah oleh rumah tangga adalah pengeluaran dalam tong sampah didepan setiap rumah atau di dalam kantong plastik, dalam keadaan bercampur. d) Sampah konsumsi, sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh manusia dari proses penggunaan barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah ini, sebagai contoh sampah konsumsi adalah tangkai/ daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel, labuh siam, ubi, singkong, kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang, semangka, ampas kelapa, sisa sayur/ lauk pauk, dan sampah dari kebun. Jenis sampah ini merupakan sampah yang umum dipikirkan manusia, hal ini disebabkan kebiasaan manusia dalam proses kehidupan seharihari sebagai penghasil sampah. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibangkingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri. e) Sampah nuklir, merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktifitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan). f) Sampah industri, sampah daerah industri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu sampah umum dan limbah berbahaya cair atau padat. Sampah umum, biasanya diletakkan di tempat sampah. Pensortiran sederhana biasanya dilakukan oleh

27

industri, seperti plastik, kertas, dan bagian dari kulit biasanya disimpan dalam container yang berbeda untuk dijual. Sedangkan limbah yang dianggap tidak berharga dibuang ditempat tersendiri. Untuk limbah cair dan limbah berbahaya, jika perusahaan tidak memiliki fasilitas yang memadai atau incinerator atau falistas pengelolaan limbah cair, maka limbah harus dibawa ke fasilitas yang dimiliki oleh departemen pengelolaan sampah di pemerintah kota Malang yang akan diproses lebih lanjut sebelum dibuang. Sampah industri adalah sampah yang berasal dari seluruh rangkaian proses produksi berupa bahan-bahan kimia serpihan atau potongan bahan, serta perlakuan dan pengemasan produk berupa kertas, kayu, plastik, atau lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan. Sampah dari fasilitas medis sudah dipisahkan antara sampah medis dan non medis. Sampah non medis dikumpulkan menggunakan kantong plastik dan dikumpulkan dalam sampah container yang dimiliki oleh fasilitas medis. Sementara sampah medis dibawa ke incinerator. Sebagian lembaga medis yang tidak dimliki incinerator, limbah medisnya harus dibawa ke rumah sakit. g) Sampah pertambangan, sampah yang berasal dari sisa-sisa daerah pertambangan.30 Sampah ini berasal dari daerah pertambangan dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri misalnya batu-batuan, tanah cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya. Limbah pertambangan seperti batubara biasanya tercemar asam sulfat dan senyawa besi, yang dapat mengalir ke luar daerah

30

Arwandi Wagola. Laporan Hasil Penelitian Tentang Sampah Di Kota Ambon. Alamat: Arwandiwagola.student.Unidar. diunggah tanggal 17 Maret 2015

28

pertambangan. Air yang mengandung kedua senyawa ini dapat berubah menjadi asam. Bila air yang bersifat asam ini melewati daerah batuan karang/ kapur akan melarutkan senyawa Ca dan Mg dari batuan tersebut. Selanjutnya senyawa Ca dan Mg yang larut terbawa air akan memberi efek terjadinya air sadah, yang tidak bisa digunakan untuk mencuci karena sabun tidak bisa berbuih. Bila dipaksakan akan memboroskan sabun, karena sabun tidak akan berbuih sebelum semua ion Ca dan Mg mengendap. Limbah pertambangan yang bersifat asam bisa menyebabkan korosi dan melarutkan logam-logam sehingga air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan kehidupan akuatik. Selain pertambangan batubara, pertambangan lain yang menghasilkan limbah berbahaya adalah pertambangan emas. Pertambangan emas menghasilkan limbah yang mengandung merkuri, yang banyak digunakan penambang emas tradisional atau penambang emas tanpa izin, untuk memproses bijih emas. Para penambang ini umumnya kurang mempedulikan dampak limbah yang mengandung merkuri karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki. Biasanya mereka membuang dan mengalirkan limbah bekas proses pengolahan pengolahan ke selokan, parit, kolam atau sungai. Merkuri tersebut selanjutnya berubah menjadi metil merkuri karena proses alamiah. Bila senyawa metil merkuri masuk ke dalam tubuh manusiamelalui media air, akan menyebabkan keracunan seperti yang dialami para korban Tragedi Minamata. Berdasarkan sifatnya, sampah dibedakan menjadi berikut: a)

Sampah organik (degradable) Sampah organik merupakan sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.

29

Sampah organik, yaitu sampah yang mengandung senyawasenyawa organik, karena tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, N dan sebagainya. Sampah organik umumnya dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme, contohnya sisa makanan, karton, kain, karet, kulit, sampah halaman. Sampah organik yaitu buangan sisa makanan misalnya daging, buah, sayuran dan sebagainya. Contoh sampah dari zat anorganik adalah: potonganpotongan/ pelat-pelat dari logam, berbagai jenis batu-batuan, pecahan-pecahan gelas, tulang,belulang, dan lain-lain. Sampah jenis ini, melihat fisiknya keras maka baik untuk peninggian tanah rendah atau dapat pula untuk memperluas jalan setapak. Tetapi bila rajin mengusahakannya sampah dari logam dapat kembali dilebur untuk dijadikan barang yang berguna, batu-batuan untuk mengurung tanah yang rendah atau memperkeras jalan setapak, pecahan gelas dapat dilebur kembali dan dijadikan barang-barang berguna, dan tulang-belulang bila dihaluskan (dan diproses) dapat untuk pupuk dan lain-lain. b)

Sampah Anorganik (Undegredable) Yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik pembungkus makanan dan minuman.Yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik pembungkus makanan dan minuman, kertas, plastik mainan, botol dan gelas, kaleng, kayu, dan lain sebagainya. Sampah Anorganik adalah sampah yang bahan kandungannya bersifat anorganik dan umumnya sulit terurai oleh mikroorganisme. Contohnya: kaca, kaleng, alumunium, debu, dan logam lainnya. Sampah anorganik yaitu sisa material sintetis misalnya plastik, kertas, logam, kaca, keramik dan sebagainya.

30

Beberapa sampah yang tidak dapat di urai ini, apabila dimanfaatkan dengan tepat akan menghasilkan nilai ekonomis, seperti kertas, plastik pembungkus makanan dan minuman, serta kaleng, dan kaca. Melihat proses penghancurannya oleh jasad-jasak mikroba, maka sampah zat organik terdiri atas: a) Zat organik dari bahan plastik. Dengan perkembangnya Ilmu Pengetahuan dan disertai berkembangnya Industri, maka banyak barang-barang atau perkakas dibuat dari bahan plastik. Bahan-bahan plastik termasuk zat organic. Kita ketahui semua zat organik dapat dihancurkan oleh jasad-jasad mikroba, akan tetapi zat plastik tidak dapat. Bila dibuang sembarangan maka zat plastik ini hancurnya memakan waktu lama, yaitu antara 4050 tahun, sehingga dikhawatirkan akan bertimbun-timbun sampah dari plastik. Salah satu usaha yang dapat menghancurkan zat plastik adalah sinar ultraviolet dari matahari. Ini pun akan memakan waktu yang lama juga, dibandingkan dengan penghancuran zat organik lainnya oleh mikroba-mikroba. Jalan tercepat menghancurkan plastik dapat dimanfaatkan kembali bersama sampah lainnya dapat pula untuk mengurung tanah yang lebih rendah. b) Zat organik non-plastik Sampah zat organik bukan dari plastik banyak sekali macamnya, misalnya: kayu, kertas, bekas pakaian, karet, sisasisa daging, dana lain-lain. Semua sampah zat organik dapat diuraikan oleh mikroba-mikroba hingga menjadi bahan mineral. Bahan mineral-mineral hasil penguraian ini baik sekali untuk pupuk. Buangan bahan berbahaya dan beracun (B3), yaitu buangan yang memiliki karakteristik mudah terbakar, korosif, reaktif, dan beracun. B3 kebanyak merupakan buangan dari industri, namun ada juga sebagian kecil merupakan buangan dari aktifitas masyarakat kota atau desa misalnya baterai, aki,

31

disinfektan dan sebagainya. 31 Khusus untuk pengklasifikasian dan pengelolaan B3, pemerintah menerbitkan PP RI No. 74 Tahun 2001. Berdasarkan bentuknya, sampah dibedakan menjadi: a)

Sampah Padat, segala bahan buangan selain kotoran manusia, urin dan sampah cair, dapat berupa sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, dll. Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organic, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.32 Berdasrkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi: 1) Biodegradable adalah sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan. 2) Non-biodegradable adalah sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi menjadi : (a) Recyclable : sampah yang dapat diolah dan digunakan

kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain. 31

Alex S, Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik, h.

9-10 32

Bambang Wintoko, Panduan Praktis Mendirikan Bank Sampah (Keuntungan Ganda Lingkungan Bersih dan Kemapanan Finansial, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press) h. 7

32

(b) Non-recyclabel: sampah yang tidak memiliki nilai

ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.33 b)

Sampah cair, sampah yang berupa bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat sampah. Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. (1) Limbah hitam sampah cair yang dihasilkan dari toilet.

Sampah ini mengandung pathogen yang berbahaya. (2) Limbah rumah tangga sampah cair yang dihasilkan dari

dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung pathogen. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Pembuangan sampah cair atau limbah cair secara sembarangan, misalnya membuang ke selokan atau ke sungai-sungai akan menimbulkan bau tidak sedap, juga mengganggu habitat hidup lingkungan sungai bahkan bisa mengakibatkan berbagai jenis penyakit bagi masyarakat yang tinggal di sekitar tempat pembuangan limbah industri. 33

Ibid., 11-12

33

c)

Sampah Gas, Sampah gas dapat disebut sebagai emisi yang biasanya dikaitkan dengan polusi.34 Limbah gas dan partikel merupakan limbah yang biasa terdapat di udara. Untuk kategori limbah ini banyak dihasilkan oleh industri dan pabrik besar. Jenis limbah partikel bisa berupa asap, kabut maupun debu sedang untuk gas apabila kandungannya dalam udara telah melebihi batas maksimum dapat diartikan sebagai limbah suatu missal CO2 yang berlebihan dari hasil pembakaran pabrik dan industri.

D.

Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir.35 Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahan kegiatan, yaitu: pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir.36 Secara sederhana tahapan-tahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah sebagai berikut: 1. Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan sementara. Untuk melakukan pengumpulan, 34

Arwandi Wagola. Laporan Hasil Penelitian Tentang Sampah Di Kota Ambon. Alamat: Arwandiwagola.student.Unidar. diunggah tanggal 17 Maret 2015. 35 Yudhi Kartikawan, Pengelolaan Persampahan, (Yogyakarta: Jurnal Lingkungan Hidup, 200) 36 A. Aboejoewono, Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan Permasalahannya, (Jakarta: Wilayah DKI Jakarta Sebagai Suatu Kasus, 1985).

34

umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu. 2. Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan akhir/ pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir. 3. Pada tahap pembuangan akhir/ pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh proses. Pengelolaan sampah, terutama di kawasan sekolahan, dewasa ini dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang cukup kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi tinggi laju timbulan sampah yang tinggi, kepedulian warga sekolah teruma siswa yang masih sangat rendah serta masalah pada kegiatan pembuangan akhir sampah (final disposal) yang selalu menimbulkan permasalahan tersendiri. E.

Metode Pengelolaan atau Memilah Sampah

Dalam pasal 12 (1) UUPPS, setiap orang diwajibkan melakukan pengelolaan atau memilah sampah dengan cara atau metode yang berwawasan lingkungan metode tersebut adalah 3R, yaitu: 1. Reduce (mengurangi sampah) dalam arti tidak membiarkan tumpukan sampah yang berlebihan. 2. Reuse (menggunakan digunakan).

kembali

sisa sampah

yang bisa

3. Recycle (mendaur ulang). Senada dengan pendapat di atas ada yang menyatakan bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi volume sampah, empat (4R) prinsip yang dapat digunakan dalam menangani masalah sampah antara lain sebagai berikut:

35

a. Reduce (mengurangi), yakni upayakan meminimalisi barang atau material yang kita pergunakan. b. Reuse (menggunakan kembali), yakni pilihlah barang yang bisa dipakai kembali, hindari pemakaian barang yang sekali pakai (disposable) c. Recycle (mendaur ulang), yaitu barang yang sudah tidak berguna lagi bisa didaur ulang sehingga bermanfaat serta memiliki nilai tambah. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis. d. Replace (mengganti), yakni mengganti barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Selain itu menggunakan barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya mengganti kantong keresek dengan keranjang bila berbelanja, dan menghindari penggunaan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa terdegradasi secara alami.37 Kegiatan tersebut di atas merupan proses pendaur ulangan sampah yang harus dilakukan oleh bank sampah cangkir hijau. Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi bahan baju yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurang polusi, kerusakan lahan dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemisahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian, dan pembuatan produk atau material bekas pakai dan komponen utama dalam menajemen sampah modern.38 Sampah padat dapat di daur ulang dengan cara memisahkan, mengumpulkan, memproses, mendistribusi dan membuatnya 37

Arif Zulkifli, Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan, (Jakarta: Salemba Teknika, 2014), h. 106. 38 A. Guruh Permadi, Menyulap Sampah Jadi Rupiah, (Surabaya: Mumtaz Media, 2011), h.35.

36

menjadi barang-barang yang dapat digunakan kembali. Sampah padat juga menjadi bahan utama dalam proses daur ulang. Sampah dapat mencemari lingkungan dan mambahayakan kesehatan. Sampah juga menyebabkan timbulnya banjir. Akan tetapi, melalui daur ulang, sampah dapat diolah lagi menjadi barang yang berguna. Daur ulang sampah adalah proses pengolahan kembali barang-barang yang tidak berguna menjadi barang yang berguna.39 Pendaurulangan sampah di masyarakat dapat dilakukan dalam beberapa cara, antara lain pendaurulangan sampah secara manual dan pendaurulangan dilakukan oleh pabrik. Sampah yang didaur ulang secara manual biasanya berasal dari benda-benda, misalnya plastik, kertas, karton, besi, tembaga, tulang, kaca, dan lain sebagainya. Pendaurulangan yang dilakukan oleh pabrik juga memerlukan bahan baku yang berasal dari plastik, kaca, besi, kertas, tembaga, tulang, tergantung dari hasil produksi dari pabrik yang bersangkutan. Sampah memiliki jenis yang bermacam-macam, pengolahan terhadap sampah juga bervariasi tergantung dari jenis sampah tersebut. Pengolahan sampah dapat dilakukan secara manual dengan diolah langsung oleh manusia, dan juga dapat diolah oleh pabrik. Sampah yang diolah secara manual biasanya berbentuk kreasi dan produk yang diolah dengan ide-ide kreatif. Sampah yang diolah oleh pabrik biasanya akan menjadi produk yang sama seperti barang yang telah di daur ulang sebelumnya. Metode pengelolaan atau memilah sampah berbeda-beda tergantung dari banyak yang seperti jenis zat sampah, tanah untuk mengolah dan ketersediaan area di mana metode tersebut secara umum berupa: 1. Solid waste generated: penentuan timbulan sampah. 2. On site handling: penanganan di tempat atau pada sumbernya. Tahap ini terbagi menjadi tiga, yakni: a. Pengumpulan (collecting) 39

Trim Sutidja, Daur Ulang Sampah, (Bumi Aksara, 2001), cet-2, h. 38.

37

b. Pengangkutan (transfer and transport) c. Pengolahan (treatmen), seperti pengubahan bentuk, pembakaran, pembuatan kompos dan energy recovery (sampah sebagai penghasil energy). 3. Pembuangan akhir: pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. 40 F. Dampak Negatif Sampah yang Tidak Dikelola Apabila pengelolaan sampah yang tidak dilakukan secara sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan maka akan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dampak terhadap kesehatan: tempat berkembang biak organisme yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, meracuni hewan dan tumbuhan yang dikonsumsi oleh manusia. 2. Dampak terhadap lingkungan: mati atau punahnya flora dan fauna serta menyebabkan kerusakan pada unsur-unsur alam seperti terumbu karang, tanah, perairan hingga lapisan ozon. 3. Dampak terhadap sosial ekonomi: menyebabkan bau busuk, pemandangan buruk yang sekaligus berdampak negatif pada pariwisata secara bencana seperti banjir.41 Sampah yang dibuang ke lingkungan menimbulkan dampak bagi manusia dan lingkungan. Dampak terhadap manusia terutama menurunnya tingkat kesehatan. Disamping itu, sampah juga mengurangi estetika, menimbulkan bau tidak sedap. Sampah juga berdampak terhadap lingkungan, baik ekosistem perairan maupun ekosistem darat, lebih lanjut mengenai dampak sampah tersebut dapat diuraikan di bawah ini: 1. Dampak sampah terhadap ekosistem perairan 40

Alex S. Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik, h.

41-46 41

Alex S. Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik, hlm., 19-23.

38

Sampah yang dibuang dari berbagai sumber dapat dibedakan menjadi sampah organik dan anorganik. Pada satu sisi sampah organik dapat menjadi makanan bagi ikan dan makhluk hidup lainnya, tetapi pada sisi lain juga dapat sampah juga dapat mengurangi kadar oksigen dalam lingkungan perairan. Sampah anorganik dapat mengurangi sinar matahari yang masuk ke dalam lingkungan perairan. Akibatnya, proses esensial dalam ekosistem seperti fotosintesis menjadi terganggu. Sampah organik maupun anorganik juga membuat air menjadi keruh. Kondisi ini akan mengurangi organisma yang dapat hidup dalam kondisi tersebut. Akibatnya populasi hewan maupun tumbuhan tertentu berkurang. Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisma termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak. 2. Dampak sampah terhadap ekosistem daratan Sampah yang dibuang ke dalam ekosistem darat dapat mengundang organisma tertentu untuk datang dan berkembangbiak. Organisma yang biasanya memanfaatkan sampah, terutama sampah organik, adalah tikus, lalat, kecoa dan lain-lain. Populasi hewan tersebut dapat meningkat tajam karena musuh alami mereka tidak sudang sangat jarang. 3. Dampak sampah terhadap kesehatan Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisma dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut: 1) Penyakit diare, kolera,

39

tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. 2) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit). 3) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah. 4) Sampah beracun. 5)Telah dilaporkan bahwa di Jepang kirakira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.42 Sampah bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak sebagaimana yang telah diuraikan di atas, yaitu bagi semua ekosistem, kesehatan semua makhluk hidup. Oleh karena itu, upaya apapun yang dilaksanakan untuk mengelola sampah harus kita dukung sepenuhnya. G. Teori Tentang Sampah Teori tentang sampah salah satunya adalah teori jendela pecah yang di kemukakan oleh Wilson dan Kelling. Dinyatakan bahwa satu jendela yang pecah dan diperbaiki menunjukkan bahwa suatu perilaku tidak dapat diberikan toleransi lagi. Kemudian banyak kaca yang pecah akan mengartikan bahwa semakin banyak yang tidak peduli sehingga memecahkan kaca yang lain juga tidak akan merugikan siapapun. Hal ini juga berlaku untuk sampah yang di subtitusi dengan jendela pecah. Ketika seseorang berada di lingkungan yang banyak sampahnya, maka orang tersebut akan

42

http://blhd.tanjabbarkab.go.id/kategori/rehli/dampaksampah.html diakses tanggal 10 Nopember 2015

40

berfikir bahwa tidak apa-apa apabila ia juga membuang sampah di sana. Apalagi daerah tersebut jarang ia kunjungi. Melihat basis teori jendela pecah dan realita masyarakat sekarang, bukan tidak mungkin tempat dengan banyak sampah akan menghasilkan perilaku menyimpang yang lebih parah. Tempat dengan banyak sampah, dinding yang dicoret-coret dengan nama geng yang dibiarkan, atau fasilitas rusak akan mengundang aktivitas sekumpulan pelaku penyimpangan dan berujung pada tindakan-tindakan immoral. Beberapa contoh yang dapat disebutkan adalah perusakan dan vandalisme lebih lanjut, tawuran, membuang lebih banyak sampah di tempat tersebut, dan lain-lain. Dari sini dapat dikatakan bahwa lingkungan dapat memengaruhi perilaku masyarakat sehingga sudah selayaknya dijaga. Lingkungan harus dijaga demi membentuk masyarakat yang lebih baik. Ketidakpedulian masyarakat dalam menjaga lingkungan, yang bisa diambil dari contoh sampah ini, lebih banyak disebabkan oleh ketidaktahuan dan ketidakmengertian masyarakat. Karena itu, usaha edukasi, tidak hanya sosialisasi, harus dilakukan dengan benar dan tidak boleh hanya sekali. Pembelajaran membutuhkan pengulangan untuk memperkuat melekatnya konsep-konsep penting yang menjadi inti dari masalah, bahkan kebohongan yang diulang-ulang bisa menjadi kebenaran. Edukasi masyarakat penting karena kita harus memasukkan elemen masyarakat ketika memanajemen lingkungan. Memberitahu masyarakat bahwa sesuatu adalah masalah merupakan usaha yang cukup sulit. Apalagi jika masyarakat merasa bahwa hal yang sebenarnya merupakan masalah bukan suatu masalah. Daya tahan tubuh masyarakat Indonesia kebanyakan terhadap penyakit lebih tinggi dari masyarakat negara lain yang memang lingkungan hidupnya lebih bersih. Otomatis, orang-orang Indonesia tidak akan merasa terganggu hanya dengan beberapa sampah plastik saja di sekitarnya. Dapat juga dikatakan bahwa usaha membersihkan daerah sekitarnya tidak terjaga sebagai suatu

41

kebiasaan yang dianggap perlu. Hal ini juga yang sering dibiarkan tertanam di anak-anak kita: nanti kan juga kotor lagi? Standar kenyamanan sebagian besar masyarakat Indonesia yang tidak terlalu tinggi merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang membuat negara kita tercinta menomorsekiankan masalah lingkungan. Edukasi masyarakat memang tidak mudah, namun bukan tidak mungkin. Satu hal yang harus disadari oleh semua orang bahwa ini adalah tanggung jawab seluruh elemen dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita semua sedang berada di sebuah perahu yang sama, perahu Indonesia. Jika salah seorang penumpang melubangi perahu, seluruh penumpang akan ikut tenggelam. Apa yang dapat kita lakukan adalah memberitahu penumpang yang sedang berusaha melubangi perahu tersebut dampak perbuatannya, dan membujuknya untuk tidak melakukannya. Ini jelas membutuhkan pengetahuan tentang kondisi kapal. Kondisi lingkungan Indonesia. Dari analogi kapal tersebut, dapat dikatakan bahwa orang yang mengedukasi masyarakat tentang lingkungan haruslah orang yang tepat, dan pemberitahuan dilakukan dengan cara yang tepat. Kaum cendekia yang mendalami tentang isu-isu lingkungan tersebut memiliki tanggung jawab untuk memberitahu masyarakat di sekitarnya mengenai apa yang harus dilakukan dengan lingkungan sekitar kita. Dosen teknik lingkungan perlu membagi dan memfasilitasi penyebaran ilmu tentang pengolahan limbah air agar rumah-rumah tidak boros air. Mahasiswa-mahasiswi ilmu alam dapat memberi tahu para pedagang kaki lima ketika mereka membeli dagangannya betapa pentingnya menjaga daerah berjualannya tetap bersih dari sampah. Siswa-siswi sekolah dapat mengajak orang tuanya memisah sampah di rumah dan mengatur agar kompleks rumah mereka tidak menjadi kontributor terbesar Tempat Pembuangan Akhir. Hal-hal ini hal-hal sederhana yang jika dilakukan oleh semua orang, dampaknya akan besar. Tak lupa pula

42

bahwa cara mengedukasi masyarakat harus tepat. Kita tidak dapat menjelaskan pemanasan global kepada tukang mie tek-tek jika kita menggunakan istilah-istilah semacam metana dan penipisan ozon. Mereka akan lebih mengerti jika kita memakai analogi terkait kehidupan sehari-hari mereka. Mungkin “efek rumah kaca” bisa diganti “efek panci mie kuah”. Hal ini hanya bisa kita lakukan dengan benar jika kita mengerti kehidupan sosial mereka dan tingkat edukasi mereka. Masalah lingkungan berikatan erat dengan masalah sosial sehingga sudah selayaknya memerhatikan aspek masyarakat. Mereka yang mempelajari sains tidak seharusnya membatasi diri terhadap ilmu-ilmu sosial dan kemasyarakatan agar apa yang mereka pelajari dapat berguna langsung bagi masyarakat. Di sinilah saat ketika tugas para cendekia menjadi nyata: mempelajari bidang mereka secara mendalam dan memahami cara mengajarkannya atau mengaplikasikannya kepada masyarakat. Sistem pendidikan di negara kita tercinta masih mengotakkan kedua aspek tersebut dengan kurang memerhatikan kedalaman ilmu sekolah pendidikan maupun mengabaikan aspek sosial pembelajaran ilmu alam. Namun, memberi pemahaman kepada masyarakat dan pemerintah adalah tugas semua elemen negara. Semua harus menyadari bahwa dengan kekuatan yang besar, timbul pula tanggung jawab yang besar. Dengan ilmu yang tinggi, timbul tanggung jawab untuk untuk menyebarkan dan meresapkannya ke setiap bagian masyarakat untuk kebaikan bangsa. Edukasi masyarakat bisa dimulai dari diri sendiri; jangan serta merta melempar tanggung jawab itu kepada para cendekiawan. Kita bisa memperkaya diri dengan ilmu yang tepat dan terpercaya mengenai isu-isu lingkungan, juga memberikan contoh yang baik; satu tauladan lebih baik dari seribu arahan. Usaha mengedukasi masyarakat penting dimulai ketika karakter dan pola pikir baru dibentuk; anak-anak dari kecil perlu diajari untuk mencintai alam sehingga timbul kesadaran untuk

43

merawatnya sampai dewasa. Selain meninggalkan lingkungan yang lebih baik bagi anak cucu kita, kita juga harus meninggalkan generasi muda yang lebih baik bagi lingkungan kita. Masyarakat memiliki kekuatan utama dalam melestarikan lingkungan. Masyarakatlah yang paling dekat dengan lingkungan. Sayangnya, banyak yang termakan pesimisme karena ketidakpedulian pemerintah sehingga banyak yang tidak mau berusaha. Padahal usaha-usaha penting dalam melestarikan lingkungan akan lebih membawa signifikansi jika dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Apakah kita harus selalu menunggu pemerintah untuk peduli baru kita berjalan? Negara adalah pemerintah, wilayah, dan rakyat. Negara adalah gambaran ketiga elemen penyusunnya, tidak hanya pemerintah. Edukasi masyarakat mengenai lingkungan harus terus dilakukan. Terus diulang agar meresap ke setiap kepala yang mendengarnya secara berulang. Sesuatu yang diulang dan selalu dilakukan dapat membantu pengertian semua orang, menjadikan hal tersebut suatu budaya, kunci kekuatan suatu bangsa. Ini adalah ikhtiar yang akan selalu berlangsung tanpa henti, terus dilakukan, sampai Indonesia tidak ada lagi. Mungkin saya akan terus membeli sekardus gelas plastik setiap lebaran menjelang. Terus menerus, sampai saya bisa membawa pulang ke rumah alat yang bisa mengubah air keran menjadi air layak minum, atau membantu memperbaiki sistem PDAM. Namun, hari itu, hari ketika ibu saya tidak akan mendebat saya tentang sekardus gelas plastik, pasti akan datang. Sudah cukup banyak solusi untuk segala masalah lingkungan, baik dari hasil inovasi generasi muda maupun percontohan dari berbagai etnis atau golongan masyarakat. Di media massa ada berita mengenai tentang alat pengubah asap rokok menjadi oksigen dan pasta gigi ramah lingkungan berbahan cangkang kerang. Banyak ulasan mengenai etnis-etnis yang memanajemen hutan tempat tinggalnya melalui kearifan lokalnya,

44

salah satunya suku Baduy. Warga lokal yang terlambat menyadari pentingnya menjaga lingkungannya juga belajar. Banyak kisah mengenai kiprah aktivis-aktivis lingkungan yang tak kenal menyerah mencari solusi memertahankan jasa ekologis yang kita pakai. Semua itu memerlukan implementasi tindakan dan peraturan yang didasari pemahaman, atau tinggal wacana. Semua elemen negara harus memahami bahwa dalam mengelola lingkungan, aspek keterpaduan harus dipahami. Lingkungan merupakan kumpulan interaksi sehingga harus dikelola secara holistik, dan ini membutuhkan pengertian semua pihak yang terlibat. Kepedulian dan pengetahuan seluruh elemen masyarakat menjadi kunci di sini.43 Sidik et al mengemukaan bahwa dua proses pembuangan akhir, yakni: open dumping (penimbunan secara terbuka) dan sanitary landfill(pembuangan secara sehat). Pada sistem open dumping, sampah ditimbun di areal tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup, sedangkan pada cara sanitary landfill, sampah ditimbun secara berselang-seling antara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai penutup. Dalam Draf Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Sampah oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) disebut bahwa proses sanitary landfill (pembuangan secara sehat) adalah pembuangan sampah yang didesain, dibangun, dioperasikan dan dipelihara dengan cara menggunakan pengendalian teknis terhadap potensi dampak lingkungan yang timbul dari pengembangan dan operasional fasilitas pengelolaan sampah (JICA 2005). Metode sanitary landfillini merupakan salah satu metoda pengolahan sampah terkontrol dengan sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuanagan Akhir). Kemudian sampah dipadatkan dengan traktor dan selanjutnya di tutup tanah. Cara ini akan menghilangkan polusi udara. Pada bagian dasar tempat tersebut dilengkapi sistem saluran leachate yang berfungsi 43

http://tempo-institute.org/teori-sampah-indonesia/

45

sebagai saluran limbah cair sampah atau ke lingkungan. Pada metode sanitary landfill tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas hasil aktivitas penguraian sampah. Memberitahukan kepada masyarakat tentang bahanyanya sampah merupakan hal yang sangat sulit. Ketidaktahuan dan ketidakmengertian masyarakat tentang hal ini akan dapat menimbulkan tindakan-tindakan immoral, seperti dicoretnya dinding-dinding, tawuran, pembuangan lebih banyak sampah, dll. Diperlukan orang atau instansi yang tepat untuk mengedukasi masyarakat tentang sampah. Bukan sebatas hanya sosialisasi. Edukasi masyarakat penting karena masyarakat adalah elemen utama dalam menjaga lingkungan. Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat juga salah satu elemen yang ikut bertanggung jawab atas kebersihan lingkungannnya. Sampah yang dihasilkan oleh mahasiswa memang berbeda dengan keluarga atau sampah industri. Mahasiswa yang tinggal dalam lingkungan kos-kosan. Berdasarkan hasil observasi, sampah yang paling sering mereka hasilkan adalah sampah kertas, dan sampah pembungkus makanan dan minuman, seperti plastik dan gelas plastik tipis. Gelas-gelas plastik bekas air minum biasanya dibuang sembarangan,yang penting tidak berada di sekitar kamar tempat tinggalnya. Bisa di jalan, di selokan, atau dilempar dilahan kosong. Padahal sampah plastik yang menumpuk tidak akan mudah di uraikan oleh mikro organisme. Paling cepat 10.000 tahun baru dapat terurai. Ketika sampah plastik dibakar, maka akan menghasilkan gas metana yang menambah efek rumah kaca yang dapat meningkatkan suhu pemanasan global. 44 Oleh karena itu, peran beberapa pihak untuk menanggulangi permasalahan ini sangat dibutuhkan selain itu juga harus ada model yang tepat untuk mengatasi masalah sampah.

44

Ibid.

46

Oleh karena itu diperlukan suatu model yang efektif untuk mengelola sampah, salah satunya adalah model pemberdayaan masyarakat melalui bank sampah. Semua kegiatan di dalam bank sampah adalah dari, oleh dan untuk masyarakat. Sebagaimana bank-bank lain bank sampah juga memiliki sistem manajerial yang operasionalnya dilakukan oleh masyarakat. Bank sampah bahkan bisa memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Sitem bank sampah bisa dijadikan sebagai alat untuk melakukan rekayasa sosial. Sehingga terbentuk suatu tatanan atau sistem pengelolaan sampah yang baik di masyarakat. H.

Bank Sampah

1. Hakikat Bank Sampah Bank Sampah, terdiri atas dua kata, yaitu bank dan sampah. Untuk yang berhubungan dengan keuangan bank mempunyai arti luas yaitu, tempat untuk menghimpun dana dari masyarakat. 45 Sedangkan sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses baik dari hewan, manusia, maupun tumbuhan kemudian dilepaskan ke alam dalam bentuk padatan, cair, maupun gas. Karena berhubungan dengan sampah, jadi bank sampah merupakan tempat untuk menghimpun sampah atau material sisa yang sudah tidak diinginkan setelah suatu proses. Bank sampah adalah suatu sistem pengelolaan sampah kering kolektif yang mendorong masyarakat untuk berperan serta aktif di dalamnya. Sistem ini akan menampung, memilah, dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar sehingga masyarakat mendapat keuntungan ekonomi dari menabung sampah.46 Bank sampah adalah suatu tempat dimana terjadi kegiatan pelayanan terhadap penabung (nasabah) sampah yang dilakukan 45

www.pengertianpakar.com/2014/09/pengertian-bank-menurut-parapakar.html di unggah tanggal 17 Maret 2015 46 Eka Utami, Buku Panduan Sistem Bank Sampah & 10 Kisah Suskses, (Jakarta; Penerbit dan Hak Cipta Yayasan unilever Indonesia, 2013), h. 3

47

oleh teller bank sampah. Ruangan bank sampah dibagi dalam tiga ruang/locker tempat menyimpan sampah yang di tabung, sebelum diambil oleh pengepul/pihak ketiga.47 Dalam penelitian ini, tidak semua sampah dapat di kumpulkan di bank sampah. Hanya sampah anorganik yang dapat didaur ulang yang bisa diterima, seperti kertas, logam,alumunium, besi, gelas plastik bekas kemasan minuman dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan karena sampah-sampah tersebut dapat di daur ulang kembali dan mempunyai nilai ekonomis. Seperti operasional bank pada umumnya, bank sampah juga akan memberikan keuntungan lain (bank konvensional), atau bagi hasil (bank syariah). Selain sampah dapat ditukarkan dengan nominal uang, sampah yang terkumpul juga dapat ditukar dengan kebutuhan sehari-hari, seperti kebutuhan membayar pulsa listrik. Apabila sudah mencapai nominal 50.000 selama satu bulan, maka setiap keluarga akan diberikan bonus berupa alat kebutuhan hidup sehari-hari di rumah, tentu saja yang mendukung terciptanya kebersihan lingkungan seperti, sapu, pembersih lantai, sikat kamar mandi, dan sebagainya. Pengelolaan program Bank Sampah yang di maksudkan penulis menelaah dari Fungsi manajemen yang dirumuskan oleh George R Terry ada empat, yaitu perencanaan (Planning), pengorganisasian/lembaga (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controling). Semua proses tersebut di lakukan dalam rangka mengemban tugas pokok organisasi/lembaga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Sutarno NS, perencanaan di artikan sebagai perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan di jalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, dimana ,menyangkut

47

Bambang Suwerda, Bank Sampah (Kajian Teori dan Penerapan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 22

48

tempat, oleh siapa pelaku itu, atau pelaksana dan bagaimana tata cara mencapai suatu tujuan.48 Dalam perencanaan program bank sampah ada aspek aspek perncanaan yang di maksudkan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Intervensi pemerintah dan swasta 2. Partisipasi masyarakat 3. Adanya sosialisasi Dengan adanya aspek aspek sesuai dari analisis perencanaan menurut ahli di atas, diharapkan program bank sampah sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Aspek aspek dalam pengorganisasian antara lain : 1. Struktur organisasi yang jelas 2. Pembagian tugas yang jelas dalam program, 3. Penjadwalan operasional Pelaksanaan di lakukan sebagai berikut : 1. Strategi yang di lakukan melalui persuasi secara makro, yaitu dengan sosialisasi, Pelatihan teknis yang lebih dilakukan dengan pemberian contoh perilaku, pemberian reward 2. Strategi dan pendekatan di lakukan oleh pengelola bank sampah 3. Pemerintah kota menjadi pendukung dalam peningkatan kreatifitas masyarakat melalui penyelenggaraan lomba peduli lingkungan, dan sejenisnya 4. Proses pemberdayaan bank sampah di pengaruhi oleh proses internal dan eksternal (pemkot, Swasta, dan akademis) Dalam pengendalian dilakukan juga evaluasi program dan pemantauan. Pengendalian dalam kaitannya program harus memenuhi aspek-aspek berikut: 48

Sutarno, NS. 2014. Manajmen Perpustakaan, ( Jakarta Sumitra Medika Utama, 2014), h. 109

49

1. Evaluasi dan pemantauan di lakukan oleh kader lingkungan, tokoh masyarakat, pengelolah, petugas pemerintahan dan swasta. 2. Komponen yang di evaluasi adalah proses dan hasil 3. Melakukan pengembangan program. Keterkaitan bank sampah dengan pemberdayaan masyarakat selain peengelolaan lingkungan untuk mengurangi sampah, masyarakat juga mendapatkan pendidikan dalam memilah sampah, mendaur ulang sampah, masyarkat mampu mengidentifikasi masalah, dan memecahkan masalah sampah dengan program bank sampah. proses inilah bagian dari pemberdayaan masyarakat.49 Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepul sampah. Bank sampah dikelola menggunakan sistem seperti perbankkan yang dilakukan oleh petugas sukarelawan. Penyetor adalah warga yang tinggal di sekitar lokasi bank serta mendapat buku tabungan seperti menabung di bank.50 Bank sampah berdiri karena adanya keprihatinan masyarakat akan lingkungan hidup yang semakin lama semakin dipenuhi dengan sampah baik organik maupun anorganik. Sampah yang semakin banyak tentu akan menimbulkan banyak masalah, sehingga memerlukan pengolahan seperti membuat sampah menjadi bahan yang berguna. Pengelolaan sampah dengan sistem bank sampah ini diharapkan mampu membantuk pemerintah dalam menangani sampah dan meningkatkan ekonomi masyarakat. 51 49 Sofiyatul Muntazah, Pengeloaan Program Bank Sampah Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat Di Bank Sampah Bintang Mangrove Gunung Anyar Tambak Kecamatan Gunung Anyar Surabaya. (Surabaya: UNS, 2015), h. 6-7 50 https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_sampah diakses tanggal 02 September 2015 51 Ibid.,

50

Tujuan utama pendirian bank sampah adalah untuk membantu menangani pengolahan sampah di Indonesia. Tujuan bank sampah selanjutnya adalah untuk menyadarkan masyarakat akan lingkungan yang sehat, rapi, dan bersih. Bank sampah juga didirikan untuk mengubah sampah menjadi sesuatu yang lebih berguna dalam masyarakat, misalnya untuk kerajinan dan pupuk yang memiliki nilai ekonomis. 52 Bank sampah memiliki beberapa manfaat bagi manusia dan lingkungan hidup, seperti membuat lingkungan lebih bersih, menyadarkan masyarakat akan pentingnya kebersihan, dan membuat sampah menjadi barang ekonomis. Manfaat bank sampah untuk masyarakat adalah dapat menambah penghasilan masyarakat karena saat mereka menukarkan sampah mereka akan mendapatkan imbalan berupa uang yang dikumpulkan dalam rekening yang mereka miliki. Masyarakat dapat sewaktu-waktu mengambil uang pada tabungannya saat tabungannya sudah terkumpul banyak. Imbalan yang diberikan kepada penabung tidak hanya berupa uang, tetapi ada pula yang berupa bahan makanan pokok seperti gula, sabun, minyak dan beras. Bank sampah juga bermanfaat bagi siswa yang kurang beruntung dalam hal finansial, beberapa sekolah telah menerapkan pembayaran uang sekolah menggunakan sampah. [5] Seorang dokter bernama Gamal Albinsaid menggagas sebuah asuransi kesehatan yang membayarnya dengan sampah. Asuransai kesehatan "sampah" ini dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan tanpa harus membayar dengan uang melainkan dengan sampah. Dokter Gamal bersama dengan rekannya juga membuat sebuah klinik kesehatan. Masyarakat akan mendapatkan layanan kesehatan di klinik yang sudah tersedia dengan biaya dari asuransi kesehatan "sampah" yang mereka miliki. Setiap satu bulan sekali 52

Ibid.,

51

masyarakat akan menyetorkan sampah berupa botol plastik, kardus, dan sampah organik senilai sepuluh ribu rupiah sebagai premi asuransi. Layanan kesehatan yang di peroleh oleh masyarakat adalah layanan kesehatan dasar termasuk cek gula darah dan cek kolesterol. Klinik asuransi "sampah" sudah berkembang menjadi lima klinik yang berada di Kota Malang. 53 Sungguh luar biasa dan mulia apa yang dilakukan oleh Dokter Gamal, kita berharap ini akan menjadi motivasi untuk para dokter dan masyarakat pada umumnya. 2. Mekanisme Sistem Bank Sampah Pengelolaan sampah berbasis bank memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Keuntungan berupa kebersihan lingkungan, kesehatan hingga ekonomi. Berikut mekanisme kerja bank sampah: a. Pemilihan sampah rumah tangga Nasabah harus memilah sampah sebelum disetorkan ke Bank Sampah. Pemilahan sampah tergantung kepada kesepakatan saat pembentukan bank sampah. Misalnya berdasarkan kategori sampah organik dan anorganik. Biasanya, sampah anorganik kemudian dipisahkan lagi berdasarkan jenis bahan; plastik, kertas, kaca, dan lain-lain. Pengelompokkan sampah akan memudahkan proses penyaluran sampah. Apakah akan disampaikan ke tempat pembuatan kompos, pabrik plastik atau industri rumah tangga. Dengan sistem bank sampah, masyarakat secara tidak langsung telah membantu mengurangi timbunan sampah di tempat pembuangan akhir. Sebab, sebagian besar sampah yang telah dipilah dan dikirimkan ke bank akan dimanfaatkan kembali, sehingga yang tersisa dan dibuang menuju TPA, hanya sampah yang tidak dapat bernilai ekonomi dan sampah B3. b. Penyetoran sampah ke bank

53

Ibid.,

52

Waktu penyetoran sampah biasanya telah disepakati sebelumnya. Misalnya, dua hari dalam sepekan setiap Rabu dan Sabtu. Penjadwalan ini maksudnya untuk menyamakan waktu nasabah menyetor dan pengangkutan ke pengepul. Hal ini agar sampah tidak tertumpuk di lokasi bank sampah. c. Penimbangan Sampah yang sudah disetor ke bank kemudian ditimbang. Berat sampah yang bisa disetorkan sudah ditentukan pada kesepakatan sebelumnya, misalnya minimal harus satu kilogram. Gambar 2.1. Penimbangan dan Pencatatan Sampah

d. Pencatatan Petugas akan mencatat jenis dan bobot sampah setelah penimbangan. Hasil pengukuran tersebut lalu dikonversi ke dalam nilai rupiah yang kemudian ditulis di buku tabungan. Pada sistem bank sampah, tabungan biasanya bisa diambil tiap tiga bulan sekali. Tabungan bank sampah bisa dimodifikasi menjadi beberapa jenis; tabungan hari raya, tabungan

53

pendidikan dan tabungan bersifat sosial untuk disalurkan melalui lembaga kemasyarakatan. Pada tahapan ini, nasabah akan merasakan keuntungan sistem bank sampah. Dengan menyisihkan sedikit tenaga untuk memilah sampah, masyarakat akan mendapatkan keuntungan berupa uang tabungan. Dengan sistem pengelolaan sampah yang “konvensional”, masyarakat justru harus mengeluarkan uang, membayar petugas kebersihan untuk mengelola sampahnya. e. Pengangkutan Bank sampah sudah bekerjasama dengan pengepul yang sudah ditunjuk dan disepakati. Sehingga setelah sampah terkumpul, ditimbang dan dicatat langsung diangkut ke tempat pengolahan sampah berikutnya. Jadi, sampah tidak menumpuk dilokasi bank sampah. Bank sampah bisa berkembang menjadi sumber bahan baku untuk industri rumah tangga disekitar lokasi bank. Jadi, pengolahan sampah bisa dilakukan oleh masyarakat yang juga menjadi nasabah bank. Sehingga, masyarakat bisa mendapat keuntungan ganda dari sistem bank sampah yaitu tabungan dan laba dari hasil penjualan produk dan bahan daur ulang.54 Gambar 2.2. Pengangkutan Sampah

54

Eka Utami, Buku Panduan Sistem Bank Sampah dan 10 Kisah Sukses, (Jakarta: Penerbit dan Hak Cipta Yayasan Unilever Indonesia, 2013), h. 20

54

Adapun mekanisme bank sampah dapat digambarkan sebagai berikut:

pengangkutan pencatatan penimbangan

Penyetoran sampah ke bank sampah Pemilahan sampah rumah tangga

BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk, Sifat dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menenkankan pada suatu quality atau hal yang terpenting dari suatu barang/jasa. Hal terpenting dari suatu barang/jasa berupa kejadian/fenomena/gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi pengembangan konsep teori. Penelitian kualitatif dapt didesain

55

untuk memberikan sumbangannya terhadap teori, praktis, kebijakan, masalah-masalah sosial dan tindakan.55 Suatu penelitian kualitatif dieksplorasi dan diperdalam dari suatu fenomena sosial atau suatu lingkungan sosial yang terdiri atas perilaku, kejadian, tempat dan waktu. Setting sosial ini dapat digambarkan sebagai berikut:56 waktu

pelaku

fenomena sosial

tempat

kejadian

Gambar 3.1. Social Setting Gambar tersebut di atas, secara sederhana dapat dinyatakan bahwa melakukan penelitian kualitatif adalah mengembangkan pertanyaan dasar tentang apa dan bagimana kejadian itu terjadi, siapa yang terlibat dalam kejadian tersebut, kapan terjadinya dan dimana tempat kejadiannya. Untuk mendapatkan hasil penelitian kualitatif yang terpercaya masih dibutuhkan beberapa persyaratan yang harus diikuti sebagai suatu pendekatan kualitatif, mulai dari syarat data, cara/teknik pencarian, pengolahan dan analisisnya. Lokasi penelitian merupakan tempat yang dipergunakan untuk lokasi penelitian atau pengumpulan data. Lokasi penelitian ini bertempat di Bank Sampah Cangkir Hijau Kota Metro. Alasan 55

Djaman Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, cetakan ke-4, (Bandung: Penerbit Afabeta, 2011), h. 22 56 Ibid., h. 23

56

peneliti menjadikan tempat ini sebagai lokasi penelitian adalah dikarenakan Bank Sampah Cangkir Hijau merupakan lembaga yang termasuk sukses dibidang pemberdayaan masyarakat dan lingkungan di masyarakat sekitar, Bank Sampah Cangkir Hijau merupakan wadah pemberdayaan yang berhasil memberdayakan ekonomi warga belajar melalui menabung sampah dan mendaur ulang. Subjek penelitian disini adalah mereka yang menjadi nasabah. Berjumlah 26 orang, dan sedangkan informan yang dapat memberikan informasi terkait dengan masalah yang akan di teliti adalah 26 orang pengelola dan Nasabah Bank Sampah Cangkir Hijau. Sesuai jenis penelitiannya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena penelitian ini mengutamakan kualitas analisis dan bukan pada data-data yang bersifat statistik. Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dengan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya sendiri.57 Dalam penelitian kualitatif, juda dalam kehidupan seharihari, kesalahan dalam mempersepsi, menilai dan memberlakukan orang lain sering kali berakar dalam diri kita sendiri. Kesalahan itu terjadi karena kita tidak berempati, memaksakan persepsi, penilaian, indikator, pemahaman bahkan kebiasaan kita menilai orang lain. Kesalahan bisa juga terjadi karena kita tidak mengetahui atau mengabaikan konteks atau situasi. 58 Penelitian kualitatif permasalahan selalu mengalami perubahan, oleh karena itu tidak bisa dipaksanakan untuk mendapat analisis yang baik. 57

Jerome Kirk, Mac L Miller, Reliebility and validity research, yang dikutip oleh Lexi J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1989. Halm. 80. 58 Nusa Putra, Penelitian IPS, cetakan pertama, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2013), h. 61

57

Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.59 Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.60 Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan interviewer atau moderator group periset menjelajah dengan tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan menentukan persepsi, pendapat dan perasaan tentang gagasan atau topik yang dibahas dan untuk menentukan derajat kesepakatan yang ada dalam grup. Kualitas hasil temuan dari penelitian kualitatif secara langsung tergantung pada kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari interviewer atau moderator group. 61

59

http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif, diakses tanggal 24 Maret 2014 60 Ibid. 61 Ibid.

58

Jenis penelitian yang sering kurang dilakukan dari survei karena mahal dan sangat efektif dalam memperoleh informasi tentang kebutuhan komunikasi dan tanggapan dan pandangan tentang komunikasi tertentu. Dalam hal ini sering metode pilihan dalam kasus di mana pengukuran atau survei kuantitatif tidak diperlukan. 62 Memilih penelitian dengan metode kualitatif, menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data seperti transkrip wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta analisis dokumen dan artefak lainnya. Data tersebut dianalisis dengan tetap mempertahankan keaslian teks yang memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan institusional. Sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifat induktif.

Selanjutnya menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong mendefinisikan metodelogi kualitatif sebagai suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati 63 . Pendekatan kualitas diarahkan pada latar dan individu secara holistik. Individu atau organisasi ke dalam hipotesis atau variabel, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari keutuhan. Lebih lanjut Kirk dan Miller dalam Moleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergan-tung pada pengamatan pada fisik manusia dalam kawasannya maupun peristilahannya 64. Guba dan Wolf dalam Moleong menjelaskan bahwa, penelitian kualitatif dapat dikatakan penelitian naturalistik, karena penelitian tertarik

62

Ibid. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), h. 4 64 Ibid., h 4 63

59

untuk menyelidiki peristiwa yang terjadi secara alamiyah dan natural65. Pendapat Creswell diperkuat oleh Nana dan Ibrahim bahwa Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri adalah: 1) menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber langsung, 2) bersifat deskriptif analisistik, 3) berpusat pada proses dan bukan hasil, 4) menggunakan makna. 66 Mengemukakan ciri-ciri penelitian naturalistik, adalah: (1) sumber data ialah situasi yang wajar atau “natural setting”, (2) penelitian sebagai instrumen penelitian, (3) sangat deskriptif, (4) mementingkan proses maupun produk, (5) mencari makna, (6) mengutamakan data langsung (first hand), (7) triangualsi, (8) menonjolkan rincian kontekstual, (9) subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan pene-litian, (10) mengutamakan perpektif emic, (11) verifikasi, (12) sampling yang purposif, (13) menggunakan “audit trail” (14) partisipasi tanpa menganggu, (15) mengadakan analisis sejak awal penelitian, (16) disain penelitian tampil dalam proses penelitian67. B. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan tekhnik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terusmenerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terusmnerus tersebut menyebabkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya dalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik pengolahan data belum ada polannya yang jelas.68

65

Ibid., h 5 Nana, Sujana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algencindo, 2001), h. 197-200 67 Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 2003) h 9-12 68 Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung, Alfabeta, 2012), h..243 66

60

Pengumpulan data dan fakta dalam tulisan penelitian ini adalah menggunakan studi pustaka dengan penjelasan lanjut menggunakan metode kualitatif sehingga data yang diperoleh merupakan data sekunder yang didapatkan dari buku-buku literatur, makalah ilmiah, jurnal, dan situs-situs internet dan sumber lainnya yang dianggap relevan dengan permasalahan penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah dengan cara observasi, wawancara, angket, studi pustaka dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data menunjuk pada cara atau langkah pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi langka-langkah, berikut ini: 1) Observasi, yakni: kegiatan penelitian yang mendatangi secara langsung atau datang ke lapangan dalam rangka pengumpulan data terutama data dokumentasi. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai cirri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner. Karena observasi tidak selalu dengan obyek manusia tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno Hadi, dalam Sugiyono mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.69 Observasi adalah : “Studi yang di sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan atau pencatatan.”70 Pendapat lain mengatakan bahwa observasi adalah “pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomenafenomena yang di selidiki di mana orang yang akan melakukan

69

Ibid., h. 145 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Social, (Bandung: CV Mandar Maju,, 1990), h. 20. 70

61

observasi (observer) langsung mengamati kejadian-kejadian atau kenyataan-kenyataan langsung di lapangan.”71 Dari segi proses pelaksanaannya, observasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu observasi berperan serta (participant observation) dan observasi non partisipan (non participant observation). 2) Wawancara, yakni: teknik wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data yang terarah dan terfokus pada permasalahan penelitian. Jenis wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara terbuka dan pendekatannya menngunakan pendekatan umum wawancara, petunjuk tentang garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok permasalahan yang ditanyakan tercakup semuannya. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data digunakan pada studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus diteliti dan ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur (peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh) maupun tidak terstruktur (peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap sebagai pengumpul datanya) dan dapat dilakukan secara langsung (tatap muka) maupun secara tidak langsung (melalui media seperti telepon). 3) Studi pustaka, yakni: kegiatan penelitian yang dilakukan dengan melakukan telaah terhadap referensi atau pustaka yang berkaitan dengan kajian penelitian ini. Teknik studi pustaka 4) Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. 71

hal. 69

Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1998),

62

Serta merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Kuesioner juga cocok digunakan jika jumlah responden cukup besar dan terssebar diwilayah yang luas. Digunakan untuk mendapatkan data tentang pemberdayaan ekonomi dan bank sampah. 5) Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi adalah “Peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, legger, agenda dan lain sebagainya”.72 Menurut pendapat lain bahwa "Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu".73 Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara menyelidiki benda-benda yang menjadi dokumen seperti photo-photo kegiatan yang berkaitan dengan penelitian ini dan lain sebagainya. Metode ini digunakan sebagai metode penunjang untuk memperoleh data tentang pemberdayaan ekonomi, sampah, bank sampah dan lain-lain. C. Teknik Validasi Data Dalam teknik validasi data subyektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi yang mendukung, dibutuhkan kredibilitas atau tingkat kepercayaan untuk keabsahan data. Teknik pemeriksaan yang dilakukan penelitian ini memanfaatkan sumber, metode, dan teori dapat dicapai melalui beberapa kegiatan berikut ini: 72

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Cetakan Ketigabelas, (Jakarta: Rineka Cipta,, 2006), h. 188 73 W. Gulo, Metodologi Penelitian, Cet Ke 4, (Jakarta: PT. Gramedia, 2005), h. 112

63

1. Membandingkan hasil wawancara dengan data hasil pengamatan 2. Membandingkan perkataan seseorang yang dikatakan di depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi 3. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang sudah ada atau yang tesedia 4. Membandingkan hasil wawancara dengan teori dan penelitian yang sejenis.74 Teknik validitas data sangat bermanfaat untuk menguji kebenaran dari penelitian yang dilakukan. D. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis adalah penelaahan untuk mencari pola (paterns). Pola disini lebih mengacu pada pola budaya (cultural patterns) bukan semata-mata situasi sosial suatu domain cultural (cultural domain) adalah katagori makna cultural yang menyangkut katagori-katagori yang lebih kecil.75 Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan mudah. Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis 74

Lexy J. Moelang, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), h. 331 75 https://bersukacitalah.wordpress.com/tag/tahap-tahap-analisiskualitatif/, diakses tanggal 24 Maret 2014

64

transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola, pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang dilaporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan teknik-teknik misalnya analisis domain, analisis taksonomis, analisis komponensial, dan analisis tema. Dalam hal ini peneliti dapat menggunakan statistik nonparametrik, logika, etika, atau estetika. Dalam uraian tentang analisis data ini supaya diberikan contoh yang operasional, misalnya matriks dan logika. 76 Miles dan Huberman menyebutkan bahwa analisis data selama pengumpulan data membawa peneliti mondar-mandir antara berpikir tentang data yang ada dan mengembangkan strategi untuk mengumpulkan data baru. Melakukan koreksi terhadap informasi yang kurang jelas dan mengarahkan analisis yang sedang berjalan berkaitan dengan dampak pembangkitan kerja lapangan. Langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data yaitu penyusunan lembar rangkuman kontak (contact summary sheet), pembuatan kode-kode, pengkodean pola (pattern codding) dan pemberian memo.77 Analisis data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan logika induktif, yaitu analisis yang diperoleh dari liletatur akan disimpulkan ke arah suatu temuan yang bersifat umum ke arah generalisasi khusus, yang kemudian data tersebut dianalisis berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Cressey merumuskan langkah-langkah induksi analitik, sebagai berikut: 1. Suatu definisi kasar fenomena yang harus dijelaskan dirumuskan 2. Penjelasan hipotesis fenomena tersebut dikembangkan 3. Suatu kasus diteliti dengan tujuan menentukan apakah hipotesis tersebut ssuai dengan fakta yang diamati. 76 77

Ibid. Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D., h..246

65

4.

Bila hipotesis tersebut tidak sesuai dengan fakta, hipotesis tersebut harus dirumuskan ulang, atau fenomena yang harus dijelaskan dedefinisikan ulang sehingga kasus tersebut tercakup. 5. Prosedur memeriksa kasus, dan menyingkirkan setiap kasus negatif dengan prumusan ulang hipotesis atau redefinisi fenomena, dilanjutkan hingga suatu hubungan universal yang sesuai dengan fakta yang diamati.78 Kegiatan induksi analitik dilakukan semata-mata untuk mendapatkan kesempurnaan hasil penelitian, hal disebabka oleh dinamika masyarakat yang selalu mengalami perkembangan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan a. Reduksi data, berarti adalah merupakan proses pemilahan pemusatan data yang bersifat umum dan penting yang diperoleh dilapangan. dengan data yang an menjaga telah direduksi dapat memberikan gambaran yang jelas tentang data itu. Dalam penelitian kali ini reduksi data dilaksanakan dengan cara : pengkodean kategori, membuat catatan refleksi, dan pemilihan data. b. Display data, data yang merupakan hasil dari reduksi data dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang kemudian di paparkan yaitu dengan membuat uraian secara terperinici atau hasil temuan peneliti sehingga dapat dibaca dan dipahami. c. Verifikasi data, sejak awal pengumpulan data, peneliti harus membuat simpulan-simpulan sementara mengenai pemberdayaan masyarakat dan peningkatan pendapatan keluarga yang menjadi nasabah di bank sampah bintang mangrove yang kemudian harus dicek kembali pada catatan yang telah dibuat simpulan yang sesungguhnya.

78

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya), cetakan ketujuh, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), h. 157

66

Teknik analisa data di atas sejalan dengan pendapat Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisisi data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul: 1. Reduksi Data, reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data. 2. Penyajian Data, penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan. 3. Penarikan Kesimpulan, penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.79 Pengertian analisis data kualitatif adalah proses analisis kualitatif yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis antar bariabel yang sedang diteliti. Tujuan analisis data kualitatif yaitu agar peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Hubungan antar semantis sangat penting karena dalam analisis kualitatif, peneliti tidak menggunakan angka-angka seperti pada analisis kuantitatif. Prinsip pokok teknik analisis data 79

Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief, Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan NVIVO. (Jakarta: Penerbit Prenada Media Group, 2010), h. 221

67

kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1. Profil Kota Metro a. Sejarah Kota Metro 1) Zaman Penjajahan Belanda Wilayah Kota Metro sekarang pada waktu zaman pemerintahan Belanda merupakan Onder Distrik Sukadana pada tahun 1937 masuk Marga Nuban. Masing-masing Onder Distrik dikepalai oleh seorang Asisten Demang, sedangkan Distrik dikepalai oleh seorang Demang. Sedangkan atasan dari pada

68

Distrik adalah Onder Afdeling yang dikepalai oleh seorang Controleur berkebangsaan Belanda. Tugas dari Asisten Demang mengkoordinir Marga yang dikepalai oleh Pesirah dan di dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh seorang Pembarap (Wakil Pesirah), seorang Juru Tulis dan seorang Pesuruh (Opas). Pesirah selain berkedudukan sebagai Kepala Marga juga sebagai Ketua Dewan Marga. Pesirah dipilih oleh Penyimbang-penyimbang Kampung dalam Marganya masingmasing. Marga terdiri dari beberapa Kampung yaitu dikepalai oleh Kepala Kampung dan dibantu oleh beberapa Kepala Suku. Kepala Suku diangkat dari tiap-tiap Suku di kampung itu. Kepala Kampung dipilih oleh Penyimbang-penyimbang dalam kampung. Pada waktu itu Kepala Kampung harus seorang Penyimbang Kampung, jikalau bukan Penyimbang Kampung tidak bisa diangkat dan Kepala Kampung adalah anggota Dewan Marga.

2) Zaman Penjajahan Jepang Pada zaman Jepang, Residente Lampoengsche Districten diubah namanya oleh Jepang menjadi Lampung Syu. Lampung Syu dibagi dalam 3 (tiga) Ken, yaitu: a) Teluk Betung Ken b) Metro Ken c) Kotabumi Ken Wilayah Kota Metro sekarang, pada waktu itu termasuk Metro Ken yang terbagi dalam beberapa Gun, Son, Marga-marga dan Kampung-kampung. Ken dikepalai oleh Kenco, Gun dikepalai oleh Gunco, Son dikepalai oleh Sonco, Marga dikepalai oleh

69

seorang Margaco, sedangkan Kampung dikepalai oleh Kepala Kampung. 3) Zaman Indonesia Merdeka Setelah Indonesia merdeka dan dengan berlakunya pasal 2 Peraturan Peralihan UUD 1945, maka Metro Ken menjadi Kabupaten Lampung Tengah termasuk Kota Metro didalamnya. Berdasarkan Ketetapan Residen Lampung No. 153/ D/1952 tanggal 3 September 1952 yang kemudian diperbaiki pada tanggal 20 Juli 1956 ditetapkan: a) Menghapuskan daerah marga-marga dalam Keresidenan Lampung.

b) Masjid Taqwa di Alun Alun kota Metro sebelum direnovasi yang merupakan Peninggalan Penjajahan Belanda c) Menetapkan kesatuan-kesatuan daerah dalam Keresidenen Lampung dengan nama "Negeri" sebanyak 36 Negeri. d) Hak milik marga yang dihapuskan menjadi milik negeri yang bersangkutan. Dengan dihapuskannya Pemerintahan Marga maka sekaligus sebagai nantinya dibentuk Pemerintahan Negeri. Pemerintahan Negeri terdiri dari seorang Kepala Negeri dan Dewan Negeri, Kepala Negeri dipilih oleh anggota Dewan Negeri dan para

70

Kepala Kampung. Negeri Metro dengan pusat pemerintahan di Metro (dalam Kecamatan Metro). Dalam praktek, dirasakan kurangnya keserasian antara pemerintahan, keadaan ini menyulitkan pelaksanaan tugas penierintahan oleh sebab itu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung pada tahun 1972 mengambil kebijaksanaan untuk secara bertahap Pemerintahan Negeri dihapus, sedangkan hak dan kewajiban Pemerintahan Negeri beralih kepada kecamatan setempat. Pada zaman Pemerintahan Belanda Kota Metro masih merupakan hutan belantara yang merupakan bagian dari wilayah Marga Nuban, yang kemudian dibuka oleh para kolonisasi pada tahun 1936. Pada tahun 1937 resmi diserahkan oleh Marga Nuban dan sekaligus diresmikan sebagai Pusat Pemerintahan Onder Distrik (setingkat kecamatan). Pada zaman pemerintahan Jepang onder distrik tersebut tetap diakui dengan nama Sonco (caniat). Pada zaman pelaksanaan kolonisasi selain Metro juga terbentuk onder distrik yaitu Pekalongan, Batanghari, Sekampung dan Trimurjo. Kelima onder distrik ini mendapat rencana pengairan teknis yang bersumber dari Way sekampung yang pelaksanaannya dilaksanakan oleh para kolonisasi-kolonisasi yang sudah bermukim di bedeng-bedeng dimulai dari Bedeng 1 bertempat di Trimurjo dan Bedeng 67 di Sekampung, yang kemudian nama bedeng tersebut diberi nama, contohnya Bedeng 21, Yosodadi. Istilah bedeng-bedeng itu masih dijumpai sampai sekarang. Jika dateng ke kota ini lebih mudah menemukan daerah dengan istilah angka-angka/bedeng. Misal di Trimurjo ada bedeng 1, 2, 3, 4, 5, 6c, 6 polos, 6b, 6d, 7a, 7c, 8, 10, 11a, 11b, 11c, 12a, 12b, 12c, 13 dst sampai 67 di Sekampung (sekarang masuk Lampung Timur). Bedeng yang termasuk kota Metro yaitu 14-1 (Ganjar Agung), 142, 15, 16a, 16c, dst. Di Kota Metro lebih mudah menemukan daerah dengan sebutan 16c dibanding Mulyo jati. Lebih enak bicara

71

daerah 22 dibanding Hadimulyo. Lebih populer di masyarakat nama 21c dibanding Yosomulyo. Kota Metro Pada zaman Jepang pengairan teknis masih terus dilanjutkan karena pada waktu pemerintahan Belanda belum juga terselesaikan. Dan pada zaman kemerdekaan pengairan teknis tersebut masih terus dilanjutkan sesuai dengan pengembangan teknis yang direncanakan hingga sekarang. Dan menurut bahasa Belanda "Meterm" yang berarti pusat (centrum) dengan demikian diartikan sebagai suatu tempat yang diletakkan strategis Mitro yang berarti sahabat, hal tersebut dilatarbelakangi dari kolonisasi yang datang dari berbagai daerah di luar wilayah Sumatera. Pada zaman kemerdekaan nama Kota Metro tetap Metro. Dengan berlakunya pasal 2 Peraturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945 maka Metro menjadi Kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati pada tahun 1945, yang pada waktu itu Bupati yang pertama menjabat adalah Burhanuddin (1945-1948) Saat ini Metro sedang meletakkan dasar bagi perkembangan sebuah kota masa depan. Ruang publik dan hutan kota dirawat dan ditambah untuk paru-paru kota dan tempat komunikasi warga. Jalan protokol dan jalan utama dihijaukan. Ruas jalan masuk dan keluar Metro mulai dilebarkan. Pelebaran, Perbaikan dan pengaspalan sedang dilakukan, akibat jalan di Kota Metro rusak parah akibat pengalihan jalur sehingga kendaraan raksasa yang melebihi Tonase masuk ke jalur dua (Alun Alun) Kota Metro dan menyebabkan rusaknya jalan utama akbat kendaraan berat . Sarana jalan bagi kelancaran arus lalu lintas sangat penting artinya bagi kota yang dikenal sebagai kota penting kedua di Provinsi Lampung ini. Metro tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah penduduknya. Penduduk kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah ini, Seperti Lampung Tengah dan Lampung Timur, mencari nafkah dengan berdagang dan menjual jasa. Karena itu, di

72

siang hari penduduk Metro lebih banyak dibanding jumlah penduduk resminya. Pusat perdagangan Metro tersebar di beberapa tempat. Perdagangan barang jadi, pakaian, tekstil, elektronik, dan barang kebutuhan sekunder lainnya, bisa ditemukan di Shopping Center,Pertokoan Metro Mega Mall, Pasar Modern Metro dan Pasar Cendrawasih. Bagi penggemar otomotif kompleks pertokoan Sumur Bandung merupakan tempat berburu onderdil otomotif dan aksesorinya yang cukup lengkap . Pusat niaga juga ada ketika pagipagi di Ganjar Agung, Tejosari (24) dan 16c tempat jualan sayurmayur dan komoditas pertanian lainnya. Di kompleks pertokoan Sumur Bandung berdiri bangunan Chandra Supermarket dan Swalayan. Walau Metro sebuah kota kecil, tempo dulu sekitar tahun 1990-an telah bediri 3 bioskop yaitu Nuban Ria, Metropole Chandra, dan Shopping. Namun sekarang sudah ditutup semua Terletak 46 kilometer dari Bandar Lampung, Ibu Kota Provinsi Lampung, Metro juga dikenal sebagai Kota Pendidikan. Setiap pagi angkutan umum dari Lampung Tengah dan Lampung Timur penuh dengan pelajar yang menimba ilmu di kota ini. Demikian sebaliknya di siang hari saat pulang sekolah. Angkutan kota tersebar ke segala penjuru wilayah yang mempermudah mobilitas penduduk Metro. Untuk mendukung Metro sebagai kota pendidikan dibangun sebuah gedung perpustakaan di jantung kota. Bangunan ini dilengkapi sumber pustaka, Wifi Kecepatan Tinggi dan air conditioning. Dibangun sejak tahun 2002 dan sekarang sudah beroperasi. Perpustakaan yang dibiayai anggaran pemerintah daerah ini merupakan langkah awal jangka panjang menyediakan jasa pendidikan bagi kabupaten sekitarnya. Bagi yang berminat kuliah di perguruan tinggi di kota ini , terdapat beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta, di antaranya Universitas Muhammadiyah Metro, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah

73

Agus Salim, Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo, Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif, Sekolah Tinggi Pertanian, Akademi Pertanian, IAIM NU, Perguruan Tinggi Dharma Wacana, Akademi Dian Cipta Cendikia (DCC) dan PGSD Unila. Pemerintah Kota Metro telah mengupayakan agar Universitas Lampung membuka Fakultas Hukum di Metro (tidak lagi difungsikan dan menjadi Universitas Terbuka) namun belum ada tanggapan Sejarah panjang Kota Metro telah mengantarkan wilayah yang dulunya Bedeng bermetamorfosis menjadi sebuah kota yang sebenarnya. Sebuah wilayah dengan pusat konsentrasi penduduk dengan segala aspek kehidupannya mulai dari bidang pemerintahan, sosial politik, ekonomi dan budaya. Ciri kota yang sangat menonjol adalah fisik wilayah yang telah terbangun, tersedianya fasilitas sosial dan public utilities, serta mobilitas penduduk yang tinggi. Seluruh media yang ada di Kota Metro merupakan penunjang kemajuan Kota Metro sendiri, ada banyak sekali mediamedia yang turut menyumbang dan mendukung visi misi kota metro salah satunya adalah Berita Kota Metro. 2. Gambaran Umum Tentang Bank Sampah Menurut World Heatlh Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Pemahaman masyarakat Indonesia akan pentingnya pengelolaan sampah perlu ditingkatkan. Barang rusak, produk tidak terpakai, kemasan sebuah produk di buang begitu saja. Sebagian ada yang masuk ke dalam kotak sampah, dan sebagian yang lain berserak ditempat pembuangan akhir, pinggir sungai atau di aliran air akan menimbulkan banyak masalah. Keberadaan sampah di masyarakat menjadi permasalahan klasik yang t i d a k mendapatkan perhatian, baik dari masyarakat

74

maupun pemerintah. Kesadaran kelompok kecil masyarakat (minory creative) yang peduli terhadap kebersihan lingkungan, kelestarian alam, menjadi kunci untuk menjaga keberlangsungan lingkungan yang asri. Dari data Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2012 tercatat rata-rata setiap orang menghasilkan sampah dua kilo gram perhari. Artinya, jika saat ini penduduk Indonesia berjumlah 250 juta jiwa, maka sampah yang a k a n dihasilkan adalah 500 ton sampah dalam hari. Bayangkan berapa banyak sampah yang terus diproduksi selama sebulan, setahun atau beberapa tahun mendatang jika tidak diimbangi dengan rasa peduli terhadap lingkungan dalam pengelolaan sampah. Melihat permasalahan tersebut maka kami berinisiatif untuk membuat bank sampah yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Bank sampah yang didirikan sebagai ikhtiar menjaga kebersihan lingkungan sebagaimana diperintahkan oleh Islam. Islam juga memerintahkan kepada penganutnya untuk senantiasa menjaga keseimbangan alam dan tidak membuat kerusakan di bumi. Fikih pertama juga memerintahkan tentang kebersihan atau athThaharah, artinya manusia memang diperintahkan untuk menjaga kebersihan dan kesucian karena sesuai dengan fitrahnya. Dalam pengelolaannya, bank sampah akan melibatkan masyarakat sebagai upaya transformasi nilai dan ilmu pengetahuan sehingga akan membangun kesadaran masyarakat atas pentingnya menjaga lingkungan. Pelibatan masyarakat adalah upaya untuk melakukan proses edukasi secara langsung sehingga apa yang akan disampaikan bisa berjalan secara optimal. Selain masyarakat, kami juga melibatkan berbagai stake holders untuk mendukung gerakan bank sampah. Pelibatan multistakeholders diantaranya melibatkan pihak pemerintah, swasta, Baitul mal Wat Tamwil, Akademisi, komunitas, dan media. Dengan adanya kerjasama multistake holders diharapkan akan mempercepat gerakan bank sampah sehingga target dalam

75

satu tahun akan muncul satu bank sampah baru yang dikelola langsung oleh masyarakat di daerah masing-masing. Dengan menjamurnya bank sampah yang dikelola secara profesional, akan menjaga kebersihan lingkungan dan menekan pencemaran yang disebabkan oleh sampah. Visi dari bank sampah yang kami dirikan adalah membangun usaha berbasis pemberdayaan. Sedangkan misi bank sampah adalah menjaga dan melestarikan lingkungan dengan memanfaatkan sampah, membangun kesadaran masyarakat dalam memilih, memilah sampah sehingga sampah memiliki nilai ekonomis dan tidak mencemari lingkungan. Bank sampah ini dijalankan dengan prinsip social enterpreneurship yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan pribadi. Namun gerakan social enterpreneurship mempunyai misi pemberdayaan yang bersifat voluntary atau carhity (kedermawanan dan sukarela). Jika dilihat dari keberadaan bank sampah di Kota Metro maka prospek untuk mengembangkan bank sampah masih memiliki peluang yang cukup menjanjikan. Di Kota Metro hanya ada satu bank sampah yang merupakan program dari pemerintah yang dikelola oleh kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan hanya beroperasi sekali dalam seminggu. Selain itu, ada beberapa pengepul sampah yang hanya malakukan kegiatan jual beli sampah. 3. Bank Sampah Cangkir Hijau Kota Metro Bank sampah Cangkir hijau di resmikan oleh Wali kota Metro, Lukman Hakim, SH.,MM pada minggu 22 maret 2015. Acara peresmian juga dihadiri oleh beberapa pembina bank sampah antara lain Prof. Dr. Muhammad Akib (guru besar Universitas Lampung), Dr. FX Sumardja (Dosen FH Unila), Dr. Bambang Suhada (Dekan FE UMM), Oki Hajiansyah Wahab (Peneliti), Yeri Noer Kartiko (Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota Metro), dr Wahdi Sirajudin SPOG (Pemilik RSIA AMC) dan Sidik Purnomo,

76

MSI (Tokoh Pemuda Rejomulyo, Dosen IAIN Raden Intan Lampung). Sebagai komitmen untuk melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan , Rumah Sakit Ibu Anak (RSIA) Anugerah Medica Centre Metro berniat untuk memberikan dukungan terhadap rencana pembangunan Bank Sampah CangKir hijau di Kelurahan Rejomulyo, Metro Selatan. Kepada pojoksamber.com Perwakilan RSIA AMC , Efril Hadi mengatakan pihaknya akan mendukung rencana pengembangan bank sampah yang inisiasi komunitas CangKir hijau. “Bentuk dukungan yang kami berikan adalah satu unit motor bak yang harapannya dapat mendukung kegiatan bank sampah,” kata Efril. Motor tersebut rencananya akan diserahkan bersamaan dengan pelucuran Bank Sampah CangKir Hijau, awal Maret mendatang. RSIA AMC sendiri menyadari bahwa kedepan programprogram CSR yang digulirkan hendaknya mengandung unsur pemberdayaan masyarakat. Terpisah, Pegiat Bank Sampah CangKir Hijau, Lukman Hakim mengatakan pihaknya menyambut baik inisiatif dan dukungan dari berbagai pihak. “Bank Sampah ini dikembangkan dengan konsep kolaborasi multistakeholders”, kami menyadari bahwa upaya mengelola sampah ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak,”ungkap Lukman. Sebelumnya, Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota Metro, Yerri Noer Kartiko juga menyatakan komitmen dan dukungannya. “Saya mendukung pendirian bank sampah berbasis masyarakat, harapannya bisa semakin banyak bank sampah berbasis warga yang berdiri di Kota Metro,” kata Yeri. Sejumlah akademisi dan tokoh masyarakat juga bergabung sebagai pembina bank sampah CangKir Hijau ini. Diantaranya Prof.Dr.M.Akib ( Guru Besar Hukum Lingkungan Unila), Dr. HS Tisnanta (Dosen FH Unila), Dr. FX Sumardja (Dosen FH Unila),

77

Dr. Bambang Suhada ( Dekan FE UMM), Oki Hajiansyah Wahab ( Peneliti), Fritz Akhmad Nuzir ( Dosen Arsitektur FT UBL), Yeri Noer Kartiko ( Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota Metro), Budisantoso Budiman (Jurnalis Senior), dr Wahdi Sirajudin SPOG ( Pemilik RSIA AMC), Chusnunia Chalim (Anggota DPR RI) dan Sidik Purnomo (Tokoh Pemuda Rejomulyo, Dosen IAIN Raden Intan Lampung). Relawan sampah mari bersihkan (samber) juga turut hadir dalam peremsian bank sampah CangKir hijau. Beberapa tokoh masyarakat juga mendukung acara tersebut. Kehadiran bank sampah CangKir hijau harapannya akan dapat mendorong perubahan perilaku masyarakat sendiri dalam mengelola sampah. Hal tersebut disampaikan pegiat bank sampah CangKir hijau, Lukman Hakim kepada pojoksamber.com, Senin (2/3/15). Lebih lanjut Lukman menjelaskan, Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 mengamanatkan perlunya perubahan paradigma yang mendasar dalam pengelolaan sampah yaitu dari paradigma kumpul – angkut – buang menjadi pengolahan yang bertumpu pada pengurangan sampah dan penanganan sampah. Dengan demikian kegiatan pengurangan sampah bermakna agar seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat luas melaksanakan kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang dan pemanfaatan kembali sampah melalui upaya-upaya cerdas, efisien dan terprogram. Pengembangan Bank Sampah merupakan kegiatan yang berupaya menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memilah sampah serta mdan mengolah sampah secara bijak. Terlebih sejak keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

78

“Pembangunan bank sampah CangKir hijau di Metro Selatan ini harapannya menjadi momentum awal membina kesadaran kolektif masyarakat untuk memulai memilah, mendaurulang, dan memanfaatkan sampah,karena sampah mempunyai nilai jual yang cukup baik, sehingga pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan menjadi budaya baru.80 4. Produk Bank Sampah Cangkir Hijau Usaha yang kami bangun bernama “Bank Sampah CangKir Hijau” yang bergerak dalam bidang pengelolaan sampah yaitu tabungan dan jual beli sampah. Kantor Bank Sampah CangKir HijAu beralamat di Kelurahan Rejo Mulyo kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, Lampung. Produk yang ada di Bank Sampah Cangkir Hijau yaitu tabungan dan jual beli sampah. Tabungan yang kami tawarkan kepada masyarakat berupa tabungan pendidikan, tabungan kesehatan, tabungan hari raya dan tabungan kurban. Selain tabungan, kami juga menawarkan produk jual beli/bayar diantaranya beli pulsa dengan sampah, beli pupuk dengan sampah, dan bayar listrik dengan sampah. 5. Struktur Organisasi Bank Sampah CangKir Hijau Struktur organisasi yang menghimpun dan mengelola hubungan antara jabatan-jabatan dapat digambarkan sebagai berikut: STRUKTUR ORGANISASI

PENASEHAT Prof.Dr.M.Akib ( Guru Besar Hukum Lingkungan Unila), Dr. HS Tisnanta (Dosen FH Unila), Dr. FX Sumardja (Dosen FH Unila), Dr. Bambang Suhada ( Dekan FE UMM), Oki Hajiansyah Wahab ( Peneliti), Fritz Akhmad Nuzir ( Dosen Arsitektur FT UBL), Yeri Noer Kartiko ( Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota 80 Metro), Budisantoso Budiman (Jurnalis Senior), dr http://bscangkirhijau.blogspot.co.id/2015/03/tidak-sekedar-menabungtapi-mengubah.html Wahdi Sirajudin SPOG ( Pemilik RSIA AMC) dan Sidik Purnomo (Tokoh Pemuda Rejomulyo, Dosen IAIN Raden Intan Lampung), Chusnunia Chalim (Anggota DPR RI)

79

KETUA LUKMAN HAKIM

SEKRETARIS

BIDANG OPERASIONAL

RENALDI

ABDURRAHMAN WAHID

SIE PILIH PILAH ELVAN

PENIMBANGAN ELMAN

BENDAHARA ERIK PUJIANTO

PEMBUKUAN MUHAMAD RIDHO

6. Target Pasar Pemasaran yang tepat akan menentukan prospek dari produk yang ditawarkan kepada masyarakat. Sebagus apapun produk yang ditawarkan, tapi jika pemasaran produk tersebut kurang maksimal maka produk kurang dikenal oleh calon nasabah. Dibutuhkan target dan strategi pasar yang tepat agar produk yang ditawarkan oleh Bank Sampah CangKir Hijau sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Target utama Bank Sampah CangKir Hijau adalah masyarakat yang berada di Kelurahan Rejo Mulyo, tetapi tidak

80

menutup kemungkinan akan meluas ke berbagai pihak di luar kelurahan tersebut. Perluasan target pasar ini bisa menjangkau rumah sakit yang ada di Kota Metro, Rumah sakit ibu dan ank misalnya, mereka siap bekerjasama dengan bank sampah CangKir hijau agar sampah kesehatan seperti bekas infus, kardus atau sampah lain bisa masuk pengelolaan bank sampah. Pihak kampus STAIN Metro juga siap bekerjasama dengan memberikan sampah kertas atau sampah lain agar masuk ke pengelolaan bank sampah CangKir hijau. Tabungan sampah bisa dibelikan buku untuk menambah koleksi perpustakaan sebagai upaya meningkatkan atmosfer intelektual di kampus STAIN Jurai Siwo Metro Lampung. B.

Pembahasan

1. Pengelolaan Bank Sampah Cangkir Hijau sebagai model pemberdayaan ekonomi di Kota Metro Usaha yang kami bangun bernama “Bank Sampah CangKir Hijau” yang bergerak dalam bidang pengelolaan sampah yaitu tabungan dan jual beli sampah. Kantor Bank Sampah CangKir HijAu beralamat di Kelurahan Rejo Mulyo kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, Lampung. Produk yang ada di Bank Sampah Cangkir Hijau yaitu tabungan dan jual beli sampah. Tabungan yang kami tawarkan kepada masyarakat berupa tabungan pendidikan, tabungan kesehatan, tabungan hari raya dan tabungan kurban. Selain tabungan, kami juga menawarkan produk jual beli/bayar diantaranya beli pulsa dengan sampah, beli pupuk dengan sampah, dan bayar listrik dengan sampah. Para nasabah atau masyarakat dapat bisa menabungkan sampah-sampah olahan rumah tangga yang telah dipilah terlebih dahulu untuk disetorkan ke Bank Sampah yang

81

kemudian sampah tersebut dapat ditukar dengan sejumlah uang rupiah sesuai dengan nilai sampah tersebut. Sebagaimana telah di bahas dalam bab sebelumnya, bahwasanya pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendominasi potensi-potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain menjadikan masyarakat mampu dan mandiri dengan menciptkan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Bank sampah cangkir hijau telah menciptakan iklim untuk mengembangkan potensi masyarakat dengan membangun pola pikir dan prilaku masyakat dalam mengelola sampah sebagai barang yang memiliki nilai ekonomis. Bank sampah cangkir hijau juga mengembangkan potensi ekonomis sampah ini melalui pusat industri kreatif yang berkontribusi nyata dalam mengurangi sampah secara praktis, murah kreatif dan produktif. Bank sampah cangkir hijau juga membantu masyarakat dalam mengembangkan potensi diri para nasabahnya untuk berkarya secara praktis, murah, kreatif. Hal ini dibuktikan dengan kerajinan tangan yang telah dihasilkan oleh bank sampah cangkir hijau, untuk dijual dan hasilnya dapat dirasakan oleh para nasabah. Gambar 4.1. Hasil Kerajinan Karya Nasabah Bank Sampah

82

2. Strategi pengelolaan Bank Sampah Cangkir Hijau untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat di Kota Metro

83

Bank sampah cangkir hijau memberikan pelatihan yang diberikan kepada masyarakat, diantaranya pelatihan pemilahan sampah dan hidrophonik. Berikut ini photo-photo kegiatan pelatihan pemilahan sampah dan hidrophonik tanggal 9 Agustus 2015, sebagai berikut: Gambar 4.2. Pelatihan Pemilahan Sampah dan Hidrophonik

Pemasaran yang tepat akan menentukan prospek dari produk yang ditawarkan kepada masyarakat. Sebagus apapun produk yang ditawarkan, tapi jika pemasaran produk tersebut

84

kurang maksimal maka produk kurang dikenal oleh calon nasabah. Dibutuhkan target dan strategi pasar yang tepat agar produk yang ditawarkan oleh Bank Sampah CangKir Hijau sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Target utama Bank Sampah CangKir Hijau adalah masyarakat yang berada di Kelurahan Rejo Mulyo, tetapi tidak menutup kemungkinan akan meluas ke berbagai pihak di luar kelurahan tersebut. Perluasan target pasar ini bisa menjangkau rumah sakit yang ada di Kota Metro, Rumah sakit ibu dan ank misalnya, mereka siap bekerjasama dengan bank sampah CangKir hijau agar sampah kesehatan seperti bekas infus, kardus atau sampah lain bisa masuk pengelolaan bank sampah. Pihak kampus STAIN Metro juga siap bekerjasama dengan memberikan sampah kertas atau sampah lain agar masuk ke pengelolaan bank sampah CangKir hijau. Tabungan sampah bisa dibelikan buku untuk menambah koleksi perpustakaan sebagai upaya meningkatkan atmosfer intelektual di kampus STAIN Jurai Siwo Metro Lampung. Agar strategi bank sampah berhasil dengan baik dalam memberdayakan ekonomi masyarakat dalam pelaksanaannya harus menerapkan beberapa prinsip berikut ini: a. Transparan Bank smpah cankir hijau harus melibatkan seluruh nasabah dalam pelaporan keuangan yang berjalan. Masyarakat diajak dalam pengumpulan sampah dan hasil dari sampah tersebut dicatat dibuku tabungan milik nasabah dan juga buku besar milik bank sampah. Bank sampah mendapatkan penghasilan dari selisih penjualan karya kerajinan tangan dari sampah dan juga dari selisih penjualan sampah ke pengepul ataupun pabrik-pabrik plastik. b. Bertanggung Jawab

85

Dalam pengeloaan bank sampah baik pengelolaan bank keuangan ataupun lainnya, dilakukan oleh orang-orang yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab. c. Menguntungkan Semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan bank sampah mendapatkan keuntungan, baik secara materi maupun imateri. Masyarakat mendapatkan nilai rupiah dari sampah yang dipilah. Kemudian bank sampah mendapatkan keuntungan dari hasil pengolahan sampah yang dijual. Selain keuntungn materi, keuntungan lain dari pengelolaan bank sampah adalah terciptanya lingkungan yang bersih, asri, dan nyaman untuk tempat tinggal. d. Keberlanjutan Apabila pengelolan bank sampah mampu meningkatkan kemampuan SDMnya mencari terobosan-terobosan dan inovasi-inovasi yang baru, maka peluang untuk berkembang menjadi lebih besar akan terbuka lebar. e. Dapat diperluas Jika pola bank sampah ini menarik dalam arti bisa membantu perekonomian masyarakat sekaligus mengurangi volume sampah yang ada. Sudah bisa dipastikan bank sampah cangkir hijau akan menjadi contoh dan motivasi bagi masyarkat khususnya Kota Metro untuk mendirikan bank sampah di masing-masing kecamatan. Lebih luas lagi akan dijadikan sebagai contoh bagi kabupaten yang lain. Kunjungan balasan Perangkat Desa Siraman, Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur ke Bank Sampah CangKir 2. Kunjungan ini dilakukan setelah sebelumnya para pegiat bank sampah bersama mahasiswa KKN memberikan sosialisasi mengenai bank sampah. Gambar 4.3. Kunjungan balasan Perangkat Desa Siraman, Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur ke Bank Sampah CangKir Hijau

86

3. Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui bank sampah Cangkir Hijau di Kota Metro Yang menjadi faktor pendukung pengelolaan bank sampah cangkir hijau adalah dukungan dari beberapa pihak, antara lain Prof.Dr.M.Akib (Guru Besar Hukum Lingkungan Unila), Dr. HS Tisnanta (Dosen FH Unila), Dr. FX Sumardja (Dosen FH Unila), Dr. Bambang Suhada ( Dekan FE UMM), Oki Hajiansyah Wahab ( Peneliti), Fritz Akhmad Nuzir ( Dosen Arsitektur FT UBL), Yeri Noer Kartiko ( Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota Metro), Budisantoso Budiman (Jurnalis Senior), dr Wahdi Sirajudin SPOG ( Pemilik RSIA AMC) dan Sidik Purnomo (Tokoh Pemuda Rejomulyo, Dosen IAIN Raden Intan Lampung), Chusnunia Chalim (Anggota DPR RI). Gambar 4.4. Wali Kota Metro Lukman Hakim Membuka Secara Resmi Bank Sampah Cangkir Hijau Kota Metro

87

Gambar 4.5. Kunjungan Konsultan Kementerian PU

88

Gambar 4.6. Kunjungan Menteri Kesehatan

89

Selanjutnya salah satu faktor penghambatnya adalah masih belum dipublikasikannya kepada seluruh lapisan masyarakat, terutama agar semua kelurahan di Metro dapat mendirikan Bank Sampah.81 Untuk mengatasi hal tersebut tentang belum di publikasikasinya saat ini profil bank sampah cangkir hijau dapat dilihat di alamat : http://bscangkirhijau.blogspot.co.id/ . 4. Hasil Angket tentang Pemberdayaan Ekonomi dan Bank Sampah Berdasarkan hasil yang angket dilakukan kepada masyarakat dan pelaksana bank sampah untuk mengetahui halhal yang lebih detail dan yang tidak dapat ditanyakan melalui angket, diperoleh hasil sebagai berikut: a. Kebijakan Bank Sampah Berdasarkan hasil angket tentang kebijakan bank sampah, diperoleh data rata-rata 80% masyarakat ataupun pengelola bank sampah memahami bahwa bank merupakan program pemerintah sebagai upaya untuk mengatasi masalah kebersihan lingkungan. b. Berakar dari pada potensi dan kekuatan masyarakat Berdasarkan data hasil angket diperoleh data rata-rata 50% masyarakat menganggap penting sampah bagi kehidupan mereka. c. Perubahan dari ketergantungan menjadi mandiri Berdasarkan data hasil angket diperoleh data rata-rata 70% bank sampah dapat meningkatkan pendapatan mereka. d. Pemberdayaan SDM Berdasarkan data hasil angket diperoleh data rata-rata 60% bank sampah dapat meningkatkan pendapatan dan wawasan berwirausaha.

81

Hasil wawancara dengan bapak Lukman Hakim selaku Direktur Bank Sampah Cangkir Hijau, Alamat: Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan. Tanggal 26 Agustus 2015

90

e.

Bank Sampah Berdasarkan data hasil angket diperoleh data rata-rata 60% masyarakat yang memahami jenis sampah, nilai ekonomis sampah dan pengelolaan bank sampah.

Rata-rata keseluruhan data hasil angket sekitar 64% masyarakat dan pengelola bank sampah yang memahami bahwasanya sampah dapat memberdayakan ekonomi serta bagi pengelola harus meningkatkan kemampuan mengelola bank sampah. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan nasabah dan pengelola bank sampah, bahwasanya tanggapan nasabah mengenai bank sampah cukup baik. Sebagian besar responden pendiirian bank sampah cangkir hijau merupakan suatu ide yang kreatif. Selanjutnya mengenai kelebihan bank sampah berdasarkan hasil wawancara, bahwasanya bank sampah merupakan ide baru yang dapat membantu pemerintah mengatasi masalah asampah yang sangat kompleks. Selajutnya bank sanpah dapat merubah cara berpikir masyarakat tentang sampah yang dapat dimanfaatkan lebih baik daripada dibuang sembarangan. Selanjutnya tentang kekurangan dan kendala dalam pelaksanaan bank sampah adalah sulitnya pembelajaran atau masih terbatasnya pengetahuan tentang bank sampah dan butuh sosialisasi yang lebih baik. Kegiatan pengeloaan bank sampah cangkir hijau masih terkesan belum optimal. Selain itu, perlu diperbanyak pelatihan-pelatihan menganai bank sampah serta bagaimana pengeloaan sampah yang baik. Masyarakat juga mengeluhkan belum teraturnya pengambilan sampah kerumah warga karena keterbatasan alat pengangkutnya. Berdasarkan penuturan dari Lukman Hakim selaku Direktur Bank sampah kendala-kendala yang dihadapai pengelola diantaranya masyarakat belum menyadari pentingnya pengelolaan sampah. Untuk mengatasi permasalah tersebut menurutnya perlu mempublikasikan bank sampah kepada seluruh lapisan masyarakat,

91

dengan harapan semua kelurahan di Kota Metro memiliki bank sampah sendiri-sendiri. Berdasarkan data hasil penelitian tersebut di atas, jelaslah bahwa pemahaman masyarakat tentang bank sampah masih kurang oleh karena itu harus ditingkatkan melalui kegiatan sosialisasi maupun pelatihan-pelatihan mengenai bank sampah. Selain itu, pengelola bank sampah harus lebih serius lagi dalam menjalankan aksinya harus jempus bola kewarga masyarakat, dan harus rutin. Mengenai manajemen pengelolaan bank sampah cangkir hijau juga harus ditingkatkan, melalui kegiatan studi banding ke bank sampah-bank sampah yang telah berhasil mengembangkan usahanya. Mislanya di Bandung yang telah memiliki ATM Bank sampah serta bank sampah lain yang lebih baik.

92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Rata-rata keseluruhan data hasil angket sekitar 64% masyarakat dan pengelola bank sampah yang memahami bahwasanya sampah dapat memberdayakan ekonomi serta bagi pengelola harus meningkatkan kemampuan mengelola bank sampah. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan nasabah dan pengelola bank sampah, bahwasanya tanggapan nasabah mengenai bank sampah cukup baik. Sebagian besar responden pendiirian bank sampah cangkir hijau merupakan suatu ide yang kreatif. Selanjutnya mengenai kelebihan bank sampah berdasarkan hasil wawancara, bahwasanya bank sampah merupakan ide baru yang dapat membantu pemerintah mengatasi masalah asampah yang sangat kompleks. Selajutnya bank sanpah dapat merubah cara berpikir masyarakat tentang sampah yang dapat dimanfaatkan lebih baik daripada dibuang sembarangan. Selanjutnya tentang kekurangan dan kendala dalam pelaksanaan bank sampah adalah sulitnya pembelajaran atau masih terbatasnya pengetahuan tentang bank sampah dan butuh sosialisasi yang lebih baik. Kegiatan pengeloaan bank sampah cangkir hijau masih terkesan belum optimal. Selain itu, perlu diperbanyak pelatihan-pelatihan menganai bank sampah serta bagaimana pengeloaan sampah yang baik. Masyarakat juga mengeluhkan belum teraturnya pengambilan sampah kerumah warga karena keterbatasan alat pengangkutnya. Berdasarkan penuturan dari Lukman Hakim selaku Direktur Bank sampah kendala-kendala yang dihadapai pengelola diantaranya masyarakat belum menyadari pentingnya pengelolaan sampah. Untuk mengatasi permasalah tersebut menurutnya perlu mempublikasikan bank sampah kepada seluruh lapisan masyarakat,

93

dengan harapan semua kelurahan di Kota Metro memiliki bank sampah sendiri-sendiri B. Saran P e m a h a m a n m a s ya r a k a t K o t a M e t r o k h u s u s n ya a k a n p e n t i n g n ya p e n g e l o l a a n s a m p a h h a r u s t e r u s d i t i n g k a t k a n . Keberadaan sampah di masyarakat menjadi permasalahan klasik yang t i d a k mendapatkan perhatian, baik dari masyarakat maupun pemerintah. Kesadaran kelompok kecil masyarakat (minory creative) yang peduli terhadap kebersihan lingkungan, kelestarian alam, menjadi kunci untuk menjaga keberlangsungan lingkungan yang asri. Jika dilihat dari keberadaan bank sampah di Kota Metro maka prospek untuk mengembangkan bank sampah masih memiliki peluang yang cukup menjanjikan. Di Kota Metro hanya ada satu bank sampah yang merupakan program dari pemerintah yang dikelola oleh kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan hanya beroperasi sekali dalam seminggu. Selain itu, ada beberapa pengepul sampah yang hanya malakukan kegiatan jual beli sampah. Produk yang ada di Bank Sampah Cangkir Hijau yaitu tabungan dan jual beli sampah. Tabungan yang kami tawarkan kepada masyarakat berupa tabungan pendidikan, tabungan kesehatan, tabungan hari raya dan tabungan kurban. Selain tabungan, kami juga menawarkan produk jual beli/bayar diantaranya beli pulsa dengan sampah, beli pupuk dengan sampah, dan bayar listrik dengan sampah. Pemasaran yang tepat akan menentukan prospek dari produk yang ditawarkan kepada masyarakat. Sebagus apapun produk yang ditawarkan, tapi jika pemasaran produk tersebut kurang maksimal maka produk kurang dikenal oleh calon nasabah. Dibutuhkan target dan strategi pasar yang tepat agar produk yang ditawarkan oleh Bank Sampah CangKir Hijau sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.

94

Target utama Bank Sampah CangKir Hijau adalah masyarakat yang berada di Kelurahan Rejo Mulyo, tetapi tidak menutup kemungkinan akan meluas ke berbagai pihak di luar kelurahan tersebut. Perluasan target pasar ini bisa menjangkau rumah sakit yang ada di Kota Metro, Rumah sakit ibu dan ank misalnya, mereka siap bekerjasama dengan bank sampah CangKir hijau agar sampah kesehatan seperti bekas infus, kardus atau sampah lain bisa masuk pengelolaan bank sampah. Pihak kampus STAIN Metro juga siap bekerjasama dengan memberikan sampah kertas atau sampah lain agar masuk ke pengelolaan bank sampah CangKir hijau. Tabungan sampah bisa dibelikan buku untuk menambah koleksi perpustakaan sebagai upaya meningkatkan atmosfer intelektual di kampus STAIN Jurai Siwo Metro Lampung. Selanjutnya salah satu faktor penghambatnya adalah masih belum dipublikasikannya kepada seluruh lapisan masyarakat, terutama agar semua kelurahan di Metro dapat mendirikan Bank Sampah. Rata-rata keseluruhan data hasil angket sekitar 64% masyarakat dan pengelola bank sampah yang memahami bahwasanya sampah dapat memberdayakan ekonomi serta bagi pengelola harus meningkatkan kemampuan mengelola bank sampah. Artinya masih perlu sosialisasi yang lebih intensif tentang keberadaan bank sampah kepada masyarakat. Selain peningkatan kualitas pengelola bank sampah masih harus terus ditingkatkan melalui kegiatan seminar, lokakarya, study banding dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

95

A. Aboejoewono, Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan Permasalahannya, Jakarta: Wilayah DKI Jakarta Sebagai Suatu Kasus, 1985 A. Guruh Permadi, Menyulap Sampah Jadi Rupiah, Surabaya: Mumtaz Media, 2011. Alex S, Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik. 2015. Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan, Bandung : alfabeta, 2007. Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan, Bandung : alfabeta, 2007. Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief, Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan NVIVO. Jakarta: Penerbit Prenada Media Group, 2010. Arif Zulkifli, Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan, Jakarta: Salemba Teknika, 2014. Arwandi Wagola. Laporan Hasil Penelitian Tentang Sampah Di Kota Ambon. Alamat: Arwandiwagola.student.Unidar. diunggah tanggal 17 Maret 2015. Bambang Suwerda, Bank Sampah (Kajian Teori dan Penerapan), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. Bambang Wintoko, Panduan Praktis Mendirikan Bank Sampah (Keuntungan Ganda Lingkungan Bersih dan Kemapanan Finansial, Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014. Bernhard Limbong. Ekonomi Kerakyatan dan Nasionalisme Ekonomi, 2013. Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya), cetakan ketujuh, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010.

96

Djaman Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, cetakan ke-4, Bandung: Penerbit Afabeta, 2011. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Mamberdayakan Rakyat, Bandung: PT. Refika Aditama, 2005. Eka Utami, Buku Panduan Sistem Bank Sampah & 10 Kisah Suskses, Jakarta; Penerbit dan Hak Cipta Yayasan unilever Indonesia, 2013. Erna Erawati Cholitin dan Juni Thamrin, Pemberdayaan Dan Refleksi Finansial Usaha Kecil Di Indonesia, Bandung : Yayasan Akita, 1997. Hasil wawancara dengan bapak Lukman Hakim selaku Direktur Bank Sampah Cangkir Hijau, Alamat: Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan. Tanggal 26 Agustus 2015. http://alfinlatife.blogspot.co.id/2013/11/sinergi-dalampemberdayaan- ekonomi-umat.html http://blhd.tanjabbarkab.go.id/kategori/rehli/dampaksampah.html diakses tanggal 10 Nopember 2015 http://bscangkirhijau.blogspot.co.id/2015/04/gerakan-mahasiswasampah.html diakses tanggal 2 Nopember 2015 http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif, diakses tanggal 24 Maret 2014 http://tempo-institute.org/teori-sampah-indonesia/

http://www.lampost.co/berita/dprd-desak-wali-kota-metro-seriustangani-sampah, diakses tanggal 08 Nopember 2015

97

http://www.menlh.go.id/peresmian-bank-sampah-pengelolaansampah-dengan-sistem-3r-di-kantor-klh/, di akses tanggal 24 April 2015 http://www.pendidikanekonomi.com/2012/12/pemberdayaanekonomi-masyarakat.html diakses tanggal 16 Nopember 2015 https://bersukacitalah.wordpress.com/tag/tahap-tahap-analisiskualitatif/, diakses tanggal 24 Maret 2014 https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_sampah diakses tanggal 02 September 2015 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002. Jerome Kirk, Mac L Miller, Reliebility and validity research, yang dikutip oleh Lexi J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1989. Jusuf Suit, Almasdi,Yudefri, Pemberdayaan Potensi Ekonomi Pedesaan Dalam Pembangunan Nasional, Bogor, IPB Press, 2012. Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Social, Bandung: CV Mandar Maju,, 1990. Lexy J. Moelang, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007. Manchendarwaty Nanih dkk, Pengembagan Masyarakat Islam, Bandung : Remaja Rosdakarya 2001.

Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007.

98

Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, cet 1, Yogyakarta : BPFE, 2000. Nana, Sujana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algencindo, 2001. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 2003. Nurul Purbasari, Pemberdayaan Masyarakan Melalui Kegiatan daur Ulang Plastik (Study Kasus Pada Komunitas Bank Sampah Poklili Perumahan Griya Lembah Depok Kecamatan Sukmajaya Depok, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014. Nusa Putra, Penelitian IPS, cetakan pertama, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2013. Randy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwidjowijoto, Manajemen Pemberdayaan, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2007. Sabhrina Gita Aninta. institute.org., 2014.

Teori

Sampah

Indonesia.Tempo-

Sofiyatul Muntazah, Pengeloaan Program Bank Sampah Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat Di Bank Sampah Bintang Mangrove Gunung Anyar Tambak Kecamatan Gunung Anyar Surabaya. Surabaya: UNS, 2015 Sofiyatul Muntazah, Pengeloaan Program Bank Sampah Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat Di Bank Sampah Bintang Mangrove Gunung Anyar Tambak Kecamatan Gunung Anyar Surabaya. Surabaya: UNS, 2015. Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung, Alfabeta, 2012. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Cetakan Ketigabelas, Jakarta: Rineka Cipta,, 2006.

99

Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali, 1998. Sumudiningrat, G., Visi dan Misi pembangunan Pertanian Berbasis Pemberdayaan, Yogyakarta : IDEA, 2000. Sutarno, NS. 2014. Manajmen Perpustakaan, Jakarta Sumitra Medika Utama, 2014. Sutarno, NS., Manajmen Perpustakaan, Jakarta Sumitra Medika Utama, 2014. Trim Sutidja, Daur Ulang Sampah, Jakarta: Bumi Aksara, 2001. W. Gulo, Metodologi Penelitian, Cet Ke 4,(Jakarta: PT. Gramedia, 2005 www.metrokota.go.id.2015.Situs Pemerinta Kota Metro, diakses tanggal 15 Maret 2015 www.pengertianpakar.com/2014/09/pengertian-bank-menurutpara-pakar.html di unggah tanggal 17 Maret 2015 Yayasan SPES, Pengembangan Berkelanjutan, Jakarta : PT Pustaka, Pustaka Utama, 1992. Yudhi Kartikawan, Pengelolaan Persampahan, Yogyakarta: Jurnal Lingkungan Hidup, 2000.

Related Documents


More Documents from "Julyani Margareth Kezia"