Keperawatan Medikal Bedah
LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM PENCERNAAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS ULKUS DUODENUM DI RUANG LONTARA I BAWAH BELAKANG (INTERNA) RSUP. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
ANDI JUSMAN HASANUDDIN, S.Kep NIM :70900118027
PRESEPTOR KLINIK
PRESEPTOR INSTITUSI
(...................................)
(....................................)
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XVI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2018
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
BAB I KONSEP MEDIS A. DEFENISI Istilah Ulkus Peptikum (peptic ulcer) digunakan untuk erosi lapisan mukosa di bagian mana saja di saluran pencernaan, tetapi biasanya di lambung atau duodenum. Ulkus gaster atau tukak lambung adalah istilah untuk ulkus di lambung (Corwin, 2009). Ulkus duodenum merupakan diskontinuitas lambung yang meluas sampai bawah epitel (jaringan mukosa, sub mukosa, dan lapisan otot sub mukosa dan lapisan otot saluran pencernaan terjadi di duodenum) yang disebabkan oleh asam lambung dan pepsin. Ulkus duodenum terletak di dinding anterior san posterior dari bulbus dan post bulber atau pars desenden duodeni disebelah proksimal dari ppilla vateri (Suratun, 2010) Ulkus duodenum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai di duodenum. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut erosi, walaupun seringkali dianggap juga sebagai tukak atau ulkus. (Muttaqin, 2011) Dikategorikan ulkus bila terjadi robekan mukosa lambung dengan diameter > 5 mm hingga lapisan submukosa. Robekan mukosa < 5 mm dan nekrosis hanya mengenai muskularis mukosa disebut dengan erosi. Bila nekrosis yang terjadi lebih dalam dari muskularis mukosa maka dikategorikan sebagai ulkus, lapisan mukosa pada ulkus tidak utuh sehinggah jaringan nya terbuka. Jaringan yang tidak utuh ini kontak dengan asam lambung sehingga mengalami nyeri seperti terbakar pada uluh hati dan muntah, keluhan paling sering muncul pada saat lambung kosong. (Suratun, 2010)
B. ETIOLOGI Penyebab terjadi nya belum jelas namun ada beberapa teori yang menerangkankan terjadinya ulkus (Suratun, 2010), diantaranya: 1.
Resistensi mukosa terhadap asam getah lambung
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
2.
Kerusakan pada susunan saraf pusat seperti neoplasma dan hipertensi maligna menyebabkan chusing, erosi akut dan ulkus lambung (duodenum)
3.
Kondisi fisiologis seseorang berpengaruh pada muncunya ulkus lambung, pada beberapa orang yang ambisius dan beban stress yang tinggi serta hidup tidak teratur berisiko menderita peptic ulcer
4.
Infark pada dinding lambung karena asam lambung
5.
Obat-obatan yang menyebabkan terjadinya ulkus lambung, obat golongan NSAIDS seperti aspirin, ibuprofen, napromex dan diklofenak. Etiologi ulkus duodenum kurang dipahami, meskipun bakteri gram negatif H.
Pylori telah sangat diyakini sebagai factor penyebab. Diketahui bahwa ulkus peptik terjadi hanya pada area saluran GI yang terpajan pada asam hidrochlorida dan pepsin. (Smeltzer, 2009). Beberapa penyebab utama ulkus (tukak) : 1. Produksi mukus yang terlalu sedikit (penurunan produksi mukus) 2. Produksi asam yang berlebihan di lambung atau yang disalurkan ke usus (Corwin, 2009) Sedangkan menurut Arif Mutaqqin (2011) penyebab terdiri dari penyebab umum dan penyebab khusus. 1. Penyebab umum Penyebab umum adalah ketidakseimbangan antara kecepatan sekresi cairan lambung dan derajat perlindungan yang diberikan sawar mukosa gastroduodenal dan netralisasi asam lambung oleh cairan deudenum 2. Penyebab khusus a. Infeksi bakteri H. pylori Dalam lima tahun terakhir, ditemukan paling sedikit 75% pasien ulkus menderita infeksi kronis pada bagian akhir mukosa lambung, dan bagian mukosa duodenum oleh bakteri H. pylori. Sekali pasien terinfeksi, maka infeksi dapat berlangsung seumur hidup kecuali bila kuman diberantas dengan pengobatan antibacterial. Lebih lanjut lagi, bakteri mampu melakukan penetrasi sawar Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
mukosa, baik dengan kemampuan fisiknya sendiri untuk menembus sawar maupun dengan melepaskan enzim-enzim pencernaan yang mencairkan sawar. Akibatnya, cairan asam kuat pencernaan yang disekresi oleh lambung dapat berpenetrasi ke dalam jaringan epithelium dan mencernakan epitel, bahkan juga jaringan- jaringan di sekitarnya. Keadaai ini menuju kepada kondisi ulkus peptikum. b. Peningkatan sekresi asam Pada kebanyakan pasien yang menderita ulkus peptikum di bagian awal duodenum, jumlah sekresi asam lambungnya lebih besar dari normal, bahkan sering dua kali lipat dari normal. Walaupun setengah dari peningkatan asam ini mungkin disebabkan oleh infeksi bakteri, percobaan pada hewan ditambah bukti adanya perangsangan berlebihan sekresi asam lambung oleh saraf pada manusia yang menderita ulkus peptikum mengarah kepada sekresi cairan lambung yang berlebihan. Predisposisi peningkatan sekresi asam diantaranya adalah factor psikogenik seperti pada saat mengalami depresi atau kecemasan dan merokok. c. Konsumsi obat-obatan Obat-obat seperti obat anti-inflamasi nonsteroid seperti indometasin, ibuprofen, asam salisilat mempunyai efek penghambatan siklo-oksigenase sehingga menghambat sintesis prostaglandin dari asam arakhidonat secara sistemik termasuk pada epitel lambung dan duodenum. Pada sisi lain, hal ini juga menurunkan sekresi HCO3- sehingga memperlemah perlindungan mukosa. d. Stres fisik Stres fisik yang disebabkan oleh syok, luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, dan kerusakan susunan saraf pusat. Bila kondisi stress fisik ini berlanjut, maka kerusakan epitel akan meluas dan kondisi ulkus peptikum menjadi lebih parah. e. Refluks usus lambung
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
Refluks usus lambung dengan materi garam empedu dan enzim pancreas yang berlimpah dan memenuhi permukaan mukosa dapat menjadi predisposisi kerusakan epitel mukosa.
C. PATOFISIOLOGI Ulkus peptikum timbul akibat gangguan keseimbangan antara asam lambung pepsin dan daya tahan mukosa. peptic dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu tukak duodenum dan ulkus lambung. 1. Tukak duodenum: umumnya terdapat hipersekresi asam lambung dan pepsin karena jumlah sel parietal lebih banyak. Tukak lambung : biasanya sekresi asam lambung normal atau hipokhlor-hidria, faktor utama turunnya daya tahan mukosa. 2. Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa (Priyanto, 2010). Semua daerah yang secara normal terpapar oleh cairan lambung dan derajat perlindungan yang diberikan oleh sawar Semua daerah yang secara normal terpapar oleh cairan lambung dipasok dengan baik oleh kelenjar mukus, antara lain kelenjar ulkus campuran pada esophagus bawah dan meliputi sel mukus penutup pada mukosa lambung: sel mukus pada leher kelenjar lambung; kelenjar pilorik profunda (menyekresi sebagian besar mukus): dan akhirnya kelenjar Brunner pada duodenum bagian atas yang menyekresi mukus yang sangat alkali. Sebagian tambahan terhadap perlindungan mukus dari mukosa, duodenum dilindungi oleh sifat alkali dari sekresi usus halus, terutama adalah sekresi pancreas yang mengandung sebagian besar natrium bikarbonat, berfungsi menetralisir asam klorida cairan lambung sehingga menginaktifkan pepsin untuk mencegah pencernaan mukosa. Sebagai tambahan, ion-ion bikarbonat disediakan dalam jumlah besar oleh sekresi kelenjar Brunner yang terletak pada beberapa inci pertama dinding duodenum Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
dan didalam empedu yang berasal dari hati. Akhirnya, dua mekanisme kontrol umpan balik memastikan bahwa netralisasi cairan lambung ini sudah sempurna, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Jika asam yang berlebihan memasuki duodenum, secara refleks mekanisme ini menghambat sekresi dan peristaltik lambung baik secara persarafan maupun secara hormonal sehingga menurunkan kecepatan pengosongan lambung. b. Adanya asam pada usus halus memicu pelepasan sekretin pada mukosa usus, kemudian melalui darah menuju pancreas untuk menimbulkan sekresi yang cepat dari cairan pancreas yang mengandung natrium bikarbonat berkonsentrasi tinggi sehingga tersedia natrium bikarbonat untuk menetralisir asam. (Muttaqin, 2011).
D. MANIFESTASI KLINIS 1. Perubahan nafsu makan dan perubahan berat badan, pada pasien dengan ulkus lambung cenderung mengalami penurunan berat badan karena mereka takut untuk makan, sebaliknya pasien ulkus duodenum mengalami penambahan berat badan, karena pasien makan untuk menghilangkan nyeri, mual dan muntah dan anorksia sering terjadi pada ulkus lambung (Suratun, 2010) 2. Nyeri abdomen seperti terbakar (dispepsia) sering terjadi di malam hari. Nyeri biasanya terletak di area tengah epigastrium dan sering bersifat ritmik. 3. Nyeri yang terjadi ketika lambung kosong sering menjadi tanda ulkus duodenum, dan kondisi ini adalah yang paling sering terjadi. 4. Nyeri yang terjadi segera setelah atau selama makan adalah ulkus gaster. Kadang, nyeri dapat menyebar ke punggung atau bahu. 5. Nyeri sering hilang timbul, nyeri sering terjadi setiap hari selama beberapa minggu kemudian menghilang sampai periode perburukan selanjutnya. 6. Peurunan berat badan juga biasanya menyertai ulkus gaster. Penambahan berat badan dapat terjadi bersamaan dengan ulkus duodenum akibat makan dapat meredakan rasa tidak nyaman. (Corwin, 2009) Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
E. KOMPLIKASI 1. Intraktibilitas. Komplikasi Ulkus Peptikum yang paling sering adalah “intraktibilitas”, yang berarti bahwa terapi medis telah gagal mengatasi gejala-gejala secaa adekuat. Pasien dapat tergangu tidurnya oleh nyeri, kehilangan waktu untuk bekerja, memerlukan perawatan di rumahsakit, atau hanya tidak mampu mengikuti program terapi, intraktibilitas merupakan alasan tersering untuk anjuran pembedahan. Perubahan menjadi ganas tidak perlu terlalu dipertimbangkan baik untuk ulkus lambung maupun untuk ulkus duodenum. Ulkus ganas sejak semula sudah bersifat ganas, paling tidak menurut pengetahuan mutakhir. Ulkus yang memulai perjalanan dengan jinak akan tanpa mengalami degenerasi ganas. (Muttaqin, 2011) 2. Perdarahan Perdarahan merupakan komplikasi ulkus peptikum yang sangat sering terjadi, sedikitnya ditemukan pada 25% kasus selama perjalanan penyakit. Walaupun ulkus pada setiap tempat dapat mengalami perdarahan, namun yang tersering adalah di dinding posterior bulbus duodenum, karena pada tempat ini dapat terjadi erosi arteria pankretiduodenalis atau arteria gastroduodenalis. Gejala-gejala yang dihubungkan dengan perdarhan ulkus tergantung pada kecepatan kehilangan darah. Kehilangan darah yang ringan dan kronik dapat mengakibatkan anemia defisiensi besi. Feses dapat positif dengan darah samara tau mungkin hitam dan seperti ter (melena). Perdarahan massif dapat mengakibatkan hematemesis (muntah darah), menimbulkan syok, dan memerlukan transfuse darah serta pembedahan darurat. (Muttaqin, 2011) 3. Perporasi Kira-kira 5% dari semua ulkus akan mengalaminperporasi, dan komplikasi ini bertanggung jawab atas sekitar 65% kematian akibat Ulkus Peptikum. Ulkus biasanya Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
terjadi pada dinding anterior duodenum atau lambung karena daerah ini hanya diliputi oleh peritoneum. Pada kondisi klinik, pasien dengan komplikasi perporasi datang dengan keluhan nyerimendadak yang parah pada abdomen bagian atas. Dalam beberapa menit, timbul peritonitis kimia akibat keluarnya asam lambung, pepsin, dan makanan yang menyebabkan nyeri hebat. Kondisi nyeri tersebut yang menyebabkan pasien takut bergerak atau bernafas. Auskultasi abdomen menjadi senyap dan pada saat palpasi, abdomen mengeras seperti papan. Perporasi akut biasanya dapat didiagnosis berdasarkan gejala-gejala saja diagnosis dipastika melalui adanya udar bebas dalam rongga peritoneal, dinyatakan sebagai bulan sabit translusen anatara bayangan hati dan diafragma. Udara tentu saja masuk rongga peritoneal melalui ulkus yang mengalami perporasi. 4. Obstruksi Obstruksi pintu keluar lambng akibat peradangan dan edema, pilospasme, atau jaringan parut terjadi pada sekitar 5% pasien ulkus peptikum. Obstruksi timbul lebih sering pada pasien ulkus duodenum, tetapi kadang terjadi pada ulkus lambung terletak dekat dengan sfingter pylorus. Anoreksia mual dan kembung setelah makan merupakan gejala-gejala yang sering timbul kehilangan berat badan juga sering terjadi. Bila obstruksi bertambah berat, dapat timbul nyeri dan muntah. (Muttaqin, 2011)
F. PENATALAKSANAAN 1. Penurunan stress dan Istirahat Pasien memerlukan bantuan dalam mengidentifikasi situasi yang penuh stres atau melelahkan. Gaya hidup terburu-buru dan jadwal tidak teratur dapat memperberat gejala dan mempengaruhi keteraturan pola makan dan pemberian obat dalam lingkungan yang rileks. Selain itu dalam upaya mengurangi stres, pasien juga mendapat keuntungan dari periode istirahat teratur selama sehari, sedikitnya selama fase akut penyakit. (Muttaqin, 2011) 2. Penghentian Merokok Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
Penelitian menunjukkan bahwa merokok terus menerus dapat menghambat secara bermakna perbaikan ulkus. Oleh karena itu pasien sangat dianjurkan untuk berhenti merokok.
3. Diet Tujuan diet untuk pasien ulkus peptikum adalah untuk menghindari sekresi asam yang berlebihan dan hipermotilitas saluran Gl.hal ini dapat diminimalkan dengan menghindari suhu ekstrim dan stimulasi berlebihan makan ekstrak, alkohol, dan kopi. Selain itu, upaya dibuat untuk menetralisasi asam dengan makan tiga kali sehari makanan biasa. (Muttaqin, 2011) 4. Obat-obatan Saat ini, obat-obatan yang paling sering digunakan dalam pengobatan ulkus mencakup antagonis reseptor histamin, yang mnurunkan sekresi asam dalam lambung; inhibator pompa proton, yang juga menurunkan sekresi asam; agen sitoprotektif, yang melindungi sel mukosa dari asam atau NSAID; antasida; antikolinergis, yang menghambat sekresi asam; atau kombinasi antibiotik dengan garam bismutyang menekan bakteri H. Pylori. untuk menjamin penyembuhan ulkus dengan sempurna. (Dian Al Mira, 2013) 5. Pembedahan bila terjadi komplikasi antara lain gastretomi sub-totsl, fagotomi (Suratun, 2010)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Tes helicobacter pylori, dilakukan pada pengujian feses, darah, pasien diberikan cairan untuk ditelan dan akan dipecahkan oleh H.Pylori menjadi gas. Gas yang terkadnung oada nafaspasien tersebut di tes dengan menggunakan alat, bila terdeteksi adanya gas pada udara pernfasan menunjukkan bahwa helibacter pylori terdapat pada lambung (Suratun, 2010) 2. Endoskopi adalah suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukkan melalui mulut dan bisa melihat langsung ke dalam lambung Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
3. Rontgen dengan kontras barium dari lambung dan duodenum (juga disebut barium swallow atau seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika ulkus tidak dapat ditemukan dengan endoskopi. 4. Analisa lambung merupakan suatu prosedur dimana cairan lambung dihisap secara langsung dari lambung dan duodenum sehingga jumlah asam bisa diukur. 5. Pemeriksaan darah tidak dapat menentukan adanya ulkus, tetapi hitung jenis darah bisa menentukan adanya anemia akibat perdarahan ulkus. Pemerisaan darah lainnya bisa menemukan adanya Helicobacter pylori.(Dian Al Mira, 2013)
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
PATHWAY
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
BAB II Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN 1. Identitas : a. Nama, alamat, umur, status, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, tempat/tanggal lahir, No. CM, diagnose medis. 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama b. Riwayat kesehatan terdahulu c. Riwayat kesehatan keluarga d. Aktifitas/Istrahat: tanda gejala yang mungkin ditemui kelemahan, kelelahan, takikardi, takipneu e. Sirkulasi: gejala dan tanda yang sering ditemui adalah takikardi,distritmia, pengisisan kapiler lambat, warna kulit pucat, sianosis, dan berkeringat. f. Integritas ego: gejala dan tanda yang mungkin ditemui stress akut dan kronis, perasaan tidak berdaya, gelisah pucat, berkeringat, rentang perhatian menyempit, gemetar. g. Eliminasi: gejala dan tanda meliputi riwayat perdarahan, perubahan pola defekasi, perubahan karakteristik feses, nyeri tekan abdomen, distensi busung usus meningkat, karakteristik feses (terdapat darah, berbusa, bau busuk), konstipasi (peruahan diet dan penggunaan antasida) h. Makanan dan cairan: gejala dan tanda yaitu: anoreksi, mual, muntah (warna kopi gelap atau merah, nyeri uu hati, sendaw, intoleransi terhadap makanan, berat badan menurun) (Suratun, 2010)
3. Pemeriksaan Fisik Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
a. Keadaan umum 4. Pemeriksaam TTV a. TD b. Nadi c. Pernapasan d. Suhu Pemeriksaan Head to To Kepala 1) Rambut 2) Wajah 3) Mata 4) Hidung 5) Mulut Thorak 1) Inspeksi 2) Palpasi 3) Perkusi 4) Auskultasi Abdomen 1) Inspeks 2) Auskultasi 3) Palpasi 4) Perkusi Ekstremitas Integument
5. Pemeriksaan penunjang Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
a. Endoskopi b. Rongtsen c. Analisa lambung d. Pemeriksaan darah
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) menjadi panduan dalam penegakan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau.proses kehidupan yang di alaminya baik yang berlangsung
actual
maupun
potensial,
diagnosis
keperawatan
bertujuan
untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017) 1. Nyeri Akut (0022) Kategori
:Psikologis
Subkategori a. Nyeri akut
:Nyeri dan Kenyamanan
Defenisi: Pengelaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat. b. Penyebab 1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma) 2) Agen pencedera kimiawi ( mis. Terbakar, bahan kimia iritan) 3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, trauma, latihan fisik berlebihan) c. Gejala dan Tanda Mayor 1) Subjektif, pasien mengeluh nyeri 2) Objektif a) Tampak meringis Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
b) bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri) c) gelisah d) frekuensi nadi meningkat e) Sulit tidur. d. Gejala dan Tanda Minor 1) Subjektif (tidak tersedia) 2) Objektif (1) Tekanan darah meningkat (2) pola nafas berubah (3) nafsu makan berubah (4) proses berpikir terganggu (5) menarik diri (6) berfokus pada diri sendiri (7) diaforesis. e. Kondisi klinis terkait 1) Kondisi pembedahan 2) Cedera traumatis 3) Infeksi 4) Sindrom koroner akut 5) Glaukoma
2. Intoleran Aktifitas (0056) Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
Kategori
:Fisiologis
Subkategori
:Aktifitas dan istirahat
a. Definisi: Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari b. Penyebab 1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 2) Tirah baring 3) Kelemahan 4) Imobilitas 5) Gaya hidup monoton c. Gejala dan tanda minor Subjektif 1) Mengeluh lelah Objektif 1) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat d. Gejala dan tanda mayor Subjektif 1) Dispneu setelah aktifitas 2) Merasa tidak nyaman setelah aktifitas 3) Merasa lemah Objektif 1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat 2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah beraktifitas 3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia 4) Sianosis e. Kondisi klinis terkait 1) Anemia 2) Gagal jantung kongestif 3) Penyakit jantung koroner Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
4) Penyakit katup jantung 5) Aritmia 6) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) 7) Gangguan metabolic 8) Gangguan musculoskeletal
3. Defisit perawatan diri (0109) Kategori
:Perilaku
Subkategori
:Kebersihan diri
a. Definisi: Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktifitas perawatan diri b. Penyebab 1) Gangguan muskuloskleretal 2) Gangguan neuromuskukuler 3) Kelemahan 4) Gangguan psikologis atau psikotit 5) Penurunan motipasi/minat c. Gejala dan tanda mayor Subjektif 1. Menolak melakukan perawatan diri Objektif 1. Tidak mampu mandi/meggunakan pakaian/makan/ketoilet/berhias secara mandiri d. Kendisi klinis terkait 1) Stroke 2) Cedera medulla spinalis 3) Depresi 4) Arthritis rheumatoid 5) Retardasi mental 6) Delirium Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
7) Demensia 8) Gangguan amnesia 9) Skizofenia dan gangguan psiotik lainya 10) Fungsi penilaian tergaggu e. Keterangan Diagnosis ini dispesifikkan menjadi salah satu atau lebih dari 1) Mandi 2) Berpakaian 3) Makan 4) Toileting 5) Berhias 4. Gangguan pola tidur (D. 0055) Kategori
:Fisiologi
Subkategori :Aktifitas/istirahat a. Defenisi Gangguan kualitas dan kuantitas akibat faktor eksternal b. Penyebab 1) Hambatan lingkungan 2) Kurang kontrol tidur 3) Kurang privasi 4) Restrain fisik 5) Ketiadaan tempat tidur 6) Tidak familiar dengan peralatan tidur c. Gejala dan tanda tanda mayor Subjektif 1) Mengeluh sulit tidur 2) Mengeluh sering terjaga 3) Mengeluh tidak puas tidur 4) Mengeluh pola tidur berubah 5) Mengeluh istirahat tidak cukup Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
6) Kendisi pasca obrasi d. Gejala dan tanda tanda minor Subjektif 1) Mengeluh kemampuan beraktifitas menurun e. Kondisi klisi terkait 1) Nyeri/kolik 2) Hipertirodisme 3) Kecemasan 4) Penyakit paru obstruktif kronis 5) Kehamilan 6) Periode pasca partum 7) Kondisi pasca operasi C. INTERVENSI Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosis No
Keperawatan
Luaran Intervensi
Rasional
keperawatan 1
Nyeri akut/kronik
Nyeri yang
b.d. agen cedera
dirasakan
(biologis, kimia,
berkurang
fisik), kerusakanjaringan,
1. Lakukan pegkajian 1. menegtahui
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan kualitas
dan disfungsi saraf perifer/neuropati,
tingkatnyeri
yang
dirasakan klien dan untuk
menentukan
intervensi selanjutnya
nonverbal reaksi 2. reaksi nonverbal dari dapat menun jukkan ketidaknyamanan tingkat nyeri yang
2. Observasi
dirasakan klien 3. Ajarkan teknik non 3. teknik
farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri
non-
farmakologi membantu untuk
dapat pasien
mengurangi
nyeri yang dirasakan Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
4. pemberian 4. Berikan
untuk nyeri
analgetik mengurangi
obat
analgetik
dapat
mengurangi nyeri 5. menambah pengetahuan
5. Berikan
2
Intoleran Aktifitas
Aktifitas membaik
informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang 1. Identifikasi keadaan umum pasien
klien
dan keluarga tentang penyakit
yang
dialami 1. Untuk mengetahui keadaan
umum
pasien 2. Anjurkan
klien
2. Meningkatkan
istirahat bila terjadi
aktivitas
secara
kelelahan
bertahap
sampai
dan
kelemahan,anjurkan
normal
pasien
memperbaiki tonus
melakukan
aktivitas
dan
otot.
semampunya 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
3. Meningkatkan kemandirian pasien
yang
mampu dilakukan 4. Aktivitas
yang
aktivitas yang sesuai
terlalu
dan
dengan kondisi
tidak sesuai dengan
4. Bantu klien memilih
berat
kondisi klian dapat memperburuk toleransi
terhadap
latihan 5. Ubah posisi minimal setiap 2 jam
5. Mencegah terjadinya kerusakan kulit
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
3
Defisit perawatan
Perawatan
diri
diri meningkat
1. Identifikasi masalah 1. perawatan 2. 2. Jelaskan pentingnya kebersi-han diri 3. Latih cara menjaga 3. kebersihan diri
4. Masukan pada 4. jadwal kegiatan
4
Gangguan
pola
Pola
tidur
1. Identifikasi
1. Mengetahu keadaan
keadaan umum tidur
membaik
Mengetahui permasalahan yang terjadi pada diri klien Agar klien tahu pentingnya kebersihan diri Memberitahu klien bagaimana cara perawatan diri dan alat yang digunakannya Agar klien bisa melakukan kebersihan diri secara mandiri / dibantu secara teratur
umum pasien
2. Identifikasi
2. Mengkaji dan
rutinitas tidur yang
mengidentifikasi
biasa
kebiasaan tidur klien
dilakukan
klien 3. Identifikas
faktor
3. Untuk mengetahui
yang menyebabkan
penyebab aktual
gangguan tidur
gangguan tidur
4. Mengajarkan
4. Untuk menenangkan
relaksasi distraksi 5. Ciptakan
suasana
nyaman,
kurangi
atau
hilangkan
pikiran dari kegelisahan 5. Untuk membantu relaksasi saat tidur
distrakis lingkungan
dan
gangguan tidur 6. Diberikan untuk 6. Kolaborasi pemberian obat
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
membantu pasien tidur/istirahat
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan tindakan untuk mencapai tujuan antara perawat dan pasien. Perawat bertindak dan membuat strategi untuk meningkatkan kemampuan self care pasien. Pelaksanaan tindakan keperawatan diberikan berdasarkan tiga tingkat kemampuan pasien (wholly compensatory system, partial compensatory system, dan supportif educative). Sasaran tindakan keperawataan dapat dilakukan secara langsung kepada individu atau kepada keluarga untuk tujuan menyiapkan sistem pendukung bagi individu dalam meningkatkan kemampuan self care terutama pada pasca rawat. Disamping itu tindakan keperawatan yang sifatnya kolaboratif dan dependent dapat dilakukan secara berdampingan dengan tindakan independent perawat. Seperti terkait dengan manajemen medikasi, evaluasi efektivitas pemberian dosis obat, modifikasi dan variasi menu makanan sesuai komposisi dan kebutuhan pasien, dan monitoring hasil laboratorium. Pendekatan multidisiplin dalam penatalaksanaan pasien DKD dengan HD kronik akan meningkatkan efektivitas tercapainya outcome.
E. EVALUASI Pada tahap ini, perawat akan menilai efektifitas asuhan keperawatan yang telah dilakukan, dengan mengevaluasi tercapainya outcome yang diharapkan. Penilaian yang dilakukan adalah mengevaluasi efektivitas tindakan keperawatan baik yang sifatnya independen, kolaboratif, dependen, dan pendidikan kesehatan. Pada kasus DKD dengan HD kronik yang menjalani hospitalisasi outcome yang menjadi parameter evaluasi keefektivan asuhan keperawatan merujuk pada outcome DMT2 dan DKD dengan HD kronik (gagal ginjal tahap akhir). Berdasarkan hasil evaluasi ini, perawat dapat membuat keputusan tentang kebutuhan perawatan selanjutnya.
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Dian Al Mira, 2013. Askep Ulkus Peptikum. (online) http://dianalmira.blogspot.com Diunggah 28-10-2018.
Muttaqin, 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : Salemba medika
Priyanto, 2010. EndoskopiGastrointestinal. Jakarta:Salemba Medika.
Smeltzer, 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Ed. 8.Vol. 3. Jakarta : EGC
Suratun,
Lusiana,
2010.
Asuhan
Keperawatan
Klien
Dengan
Gangguan
Sistem
Gastrointestinasl
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indsikator Diagnostik. Edisi 1. PPNI : Jakarta Selatan
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV Andi Jusman Hasanuddin, S.Kep (70900118027)