Laporan Pendahuluan Pemindhan.docx

  • Uploaded by: Aerdia
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Pemindhan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,382
  • Pages: 16
LAPORAN PRAKTIKUM PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PEMINDAHAN PENDERITA, TRIAGE, DAN PERTOLONGAN KORBAN BANYAK

Oleh : Nama

: Nanda Dwi Prasetyo Putra

Kelas

: K3-5B

NRP

: 0516040052

Kelompok

:1

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai penolong mungkin kita akan melakukan pertolongan pada suatu kejadian yang berskala besar, seperti pada bencana atau kejadian luar biasa. Pada keadaan ini pada penolong yang turun tidak hanya akan berasal dari satu institusi saja. Walau berasal dari beraneka institusi, namun harus ada satu kerjasama yang baik antar semua penolong. Dalam menghadapi keadaan ini diperlukan adanya suatu sistem pelaporan. Pada suatu kejadian yang berskala besar, perencanaan ini sudah maju selangkah dikenal sebagai komando terpadu yang lebih sering disebut sebagai incident command system.Untuk itu diperlukan penguasaan ilmu pertolongan pertama dilapangan oleh semua masyarakat khususnya tenaga kesehatan. Selain itu diperlukan penguasaan ilmu untuk pertolongan pada korban banyak atau triage, karena akan mempengaruhi keberhasilan pertolongan selanjutnya. Pemindahan penderita, triage dan pertolongan korban banyak dalam menangani kecelakaan kerja nantinya akan sangat kita jumpai di industri dan sudah menjadi tanggung jawab seorang ahli K3 dalam melakukan pertolongan pertama agar tidak sampai berdampak yang lebih serius. Oleh karena itu, pada praktikum kali ini dilakukan bagaimana cara pemindahan penderita, triage dan pertolongan korban banyak dengan prosedur yang baik, tepat dan benar. Sistem triase merupakan salah satu penerapan sistem manajemen risiko di Instalasi Gawat Darurat sehingga pasien yang datang mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat sesuai kebutuhannya dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. Pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat IGD sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan klinis agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pemilahan saat triage sehingga dalam penanganan pasien bisa lebih optimal dan terarah (Oman 2008).

1.2. Rumusan Masalah Berikut ini adalah rumusan masalah dari praktikum pemindahan penderita, triage dan pertolongan korban banyak : 1. Bagaimana mengaplikasikan teori Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) ? 2. Bagaimana cara melakukan tanggap darurat kesehatan ? 3. Bagaimana cara melakukan prioritas pertolongan kepada korban sesuai dengan karakteristik korban? 1.3. Tujuan Berikut ini adalah tujuan dari praktikum pemindahan penderita, triage dan pertolongan korban banyak : 1. Dapat mengaplikasikan teori Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). 2. Dapat melakukan tanggap darurat kesehatan. 3. Mampu melakukan prioritas pertolongan kepada korban sesuai dengan karakteristik korban.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemindahan Penderita Berdasarkan masalah keselamatan, pengangkatan dan pemindahan penderita dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu pemindahan darurat dan pemindahan biasa (tidak darurat). Yang dimaksud dengan darurat di sini bukan pada masalah peralatan, namun pada masalah keadaan dan situasi di tempat kejadian.

Pemindahan Darurat Lakukan pemindahan darurat hanya jika ada bahaya segera terhadap penderita ataupun penolong dan juga jika penderita menghalangi akses ke penderita lainnya. Tindakan ini dapat dilakukan tanpa dimulai dengan penilaian dini (respon, nafas dan nadi) mengingat faktor bahaya dan resiko di tempat kejadian. Pemindahan ini juga dapat menimbulkan resiko bertambah parahnya cedera penderita terutama penderita yang mengalami cedera spinal (tulang belakang mulai dari tulang leher sampai tulang ekor). Contoh pemindahan darurat antara lain : 1. Tarikan Lengan Posisikan tubuh penolong di atas kepala penderita. Kemudian masukkan lengan di bawah ketiak penderita dan pegang lengan bawah penderita. Selanjutnya silangkan kedua lengan penderita di depan dada dan tarik penderita menuju tempat aman. Hat-hati terhadap kaki penderita yang mungkin akan membentur benda di sekitar lokasi kejadian. 2. Tarikan Bahu Cara ini berbahaya bagi penderita cedera spinal (tulang belakang dari tulang leher sampai tulang ekor). Posisikan penolong

berlutut di atas kepala penderita. Masukkan kedua lengan di bawah ketiak penderita kemudian tarik ke belakang. 3. Tarikan Baju Pertama ikat kedua tangan penderita di atas dada menggunakan kain (pembalut). Kemudian cengkram baju penderita di daerah baju dan tarik di bawah kepala penderita untuk penyokong dan pegangan untuk menarik penderita ke tempat aman. 4. Tarikan Selimut

Apabila penderita telah berbaring di atas selimut atau sejenisnya, maka lipat bagian selimut yang berada di bagian kepala penderita lalu tarik penderita ke tempat yang aman. Supaya penderita tidak bergeser dari atas selimut, maka dapat dibuat simpul di ujung selimut bagian kaki penderita.

5. Tarikan Menjulang Pemindahan Biasa (Tidak Darurat) Pemindahan biasa (tidak darurat) dapat dilakukan ketika : 1.

Penilaian awal (penilaian dini dan penilaian fisik) sudah dilakukan.

2.

Denyut nadi dan pernafasan stabil.

3.

Perdarahan sudah dikendalikan.

4.

Tidak ada cedera leher.

5.

Semua patah tulang sudah diimobilisasi. Contoh pemindahan biasa (tidak darurat) :

1. Teknik Angkat Langsung

Teknik ini dilakukan oleh 3 (tiga) orang terutama pada penderita yang memiliki berat badan tinggi dan atau jika tandu tidak di dapat di lokasi kejadian. o

Ketiga penolong berlutut di sisi penderita yang paling sedikit mengalami cedera.

o

Penolong pertama menyisipkan satu lengan di bawah leher dan bahu lengan penderita, kemudian lengan satunya disisipkan di bawah punggung penderita.

o

Penolong ke dua menyisipkan lengannya di bawah punggung dan bokong penderita.

o

Penolong ke tiga satu lengan disisipkan di bawah bokong penderita dan lengan satunya di bawah lutut penderita.

o

Penderita siap diangkat dengan satu aba-aba.

o

Angkat penderita di atas lutut ketiga penolong secara bersamaan. Jika terdapat tandu, maka penolong lain menyiapkan tandu di bawah penderita kemudian meletakkan penderita di atas tandu dengan satu aba-aba.

o

Jika tidak terdapat tandu untuk pemindahan penderita, maka miringkan penderita di atas dada ketiga penolong kemudian ketiga penolong berdiri bersama-sama dengan satu aba-aba.

o

Ketiga penolong memindahkan penderita dengan melangkah bertahap dengan satu aba-aba.

2. Pemindahan Dengan Tandu Dilakukan oleh 2 (dua) penolong. o

Kedua penolong berjongkok di masing-masing ujung tandu menghadap ke arah yang sama (ujung kaki penderita sebagai arah depan).

o

Penolong memposisikan kaki pada jarak yang tepat kemudian menggenggam pegangan tandu dengan erat.

o

Punggung lurus, kepala menghadap ke depan dengan posisi netral.

o

Kencangkan otot punggung dan perut penolong dan angkat tandu dengan satu aba-aba.

o

Pindahkan penderita ke tempat yang aman dengan satu abaaba.

o

Turunkan penderita secara hati-hati dengan mengulang langkah-langkah di atas secara mundur (berkebalikan).

3. Teknik Angkat Anggota Gerak Dilakukan oleh 2 (dua) orang penolong. o

Masing-masing penolong berjongkok berhadap-hadapan, penolong pertama di ujung kepala penderita, penolong kedua di antara kaki penderita.

o

Penolong pertama mengangkat kedua lengan penderita dengan kedua tangannya.

o

Penolong ke dua mengangkat kedua lutut penderita.

o

Kedua penolong berdiri secara bersamaan dengan satu abaaba dan mulai memindahkan penderita ke tempat aman.

2.2 Triage Triage berasal dari bahasa prancis yang bearti mengambil, menyaring, memilih. Jadi dapat didefinisikan bahwa triage adalah proses pengelompokkan pasien-pasien sakit (cedera) pada kejadian massal.Tujuan dilakukan triage adalah untuk membantu menolong korban sebanyak mungkin agar dapat terselamatkan & tetap hidup. Prinsip seleksi. Prinsip memilih & memindah korban berdasarkan atas ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.Pàda korban bencana alam kebanyakan pasien mengalami gangguan pernafasan, gangguan jalan nafas, serta gangguan peredaran darah maupun aliran darah yang mencakup seluruh sistem pembuluh darah.

Sistem START. Dalam metode start, pertama kali sampaikan kepada korban adalah meminta korban yang dapat berjalan untuk pindah ke tempat yang sudah dipersiapkan, lalu alihkan kepada korban yang tidak mampu berjalan dengan penilaian awal.

Jalan Nafas. 

Lihat pernafasannya.



Apabila tidak bernafas, buka jalan nafas, jika dapat bernafas berikan

label MERAH, tetapi jika korban tidak bernafas (meninggal) maka berikan label HITAM. 

Apabila pernafasan kurang dari 30 × peemenit, maka lakukan perfusi.

Perfusi. 

Menilai pengisian kembali kapiler (capillary refill), jika lebih dari 3

detik maka prioritaskan MERAH, kemudian periksa semua sumber perdarahan besar. 

Tetapi, apabila pengisian kembali kapiler kurang dari 2 detik, maka

lakukan penilaian kesadaran. 

Setelah itu, cek nadi radialis, teraba ataukah tidak. Jika tidak teraba,

segera kontrol perdarahan & berikan label MERAH. 

Tetapi jika nadi teraba, maka lanjutkan pemeriksaan status kesadaran.

Status Kesadaran. 

Jika korban tidak mampu mengikuti perintah, maka berikan label

MERAH. 

Tetapi, jika dapat mengikuti perintah, maka berikan label KUNING.

Kategori Triage. Dalam Metode Triage Start terdapat empat kategori. 1. Warna Merah (Prioritas I) Korban yang diberikan label merah dengan keadaan kritis, seperti: 

Bermasalah pada jalan nafas (airway & breathing).



Cedera kepala.



Cedera leher.



Perdarahan yang tidak terkontrol.



Luka bakar berat.



Hipertermia.



Hipotermia.



Keracunan.

2. Warna Kuning (Prioritas II) Kuning diberikan pada korban dengan keadaan mendesak, seperti: 

Kejang.



Cedera mata.



Luka bakar tanpa adanya masalah pada jalan nafas.



Merasakan sakit yang sangat sakit terdapat pada beberapa bagian.



Terdapat bengkak dengan perubahan bentuk terutama pada tangan &

kaki.

3. Warna Hijau (Prioritas III) Hijau diberikan kepada korban yang tidak mengalami cedera serius, tetapi hanya memerlukan perawatan sedikit & dapat menunggu perawatan tanpa bertambah parah. Seperti: 

Bengkak.



Rasa sakit yang ringan.



Luka bakar yang ringan.



Cedera jaringan lunak.

4. Warna Hitam (Prioritas 0 ). Hitam diberikan pada pasien yang sudah meninggal dunia.

2.3. Pertolongan Korban Banyak Sebagai penolong mungkin kita akan melakukan pertolongan pada suatu kejadian yang berskala besar, seperti pada kejadian ledakan besar atau kebakaran besar yang menghancurkan sebagian besar pabrik, dsb. Pada keadaan seperti ini para penolong tidak hanya berasal dari satu departemen, atau satu institusi saja. Walaupun berasal dari beberapa institusi diperlukan adanya suatu sistem yang mengukur apa berperan sebagai apa dan bagaimana pelaporannya. Bila suatu accident terjadi berskala besar atau kompleks maka perlu dibentuk sektor-sektor fungsional yang masingmasing dipegang oleh satu penanggung jawab. Korban dinyatakan banyak jika jumlah sekurang-kurangnnya 3 atau jumlah korban melebihi jumlah penolong yang datang pertama kali. Secara umum dalam sistem tanggap darurat medis biasanya ada sektor-sektor sebagai berikut : 1. Pos pengandali Merupakan pemegang kendali semua sektor.

2. Ekstrikasi Bertanggung jawab untuk membebaskan para korban yang terjebak dalam tempat kejadian. Sektor ini juga meliputi upaya untuk pertolongan teknis, penilaian dini, dan triage penderita untuk dikirim ke sektor perawatan dan transportasi. 3. Perawatan Sektor ini bertugas untuk memberikan perawatan lanjutan bagi para korban setelah mereka diserahterimakan dari sektor ekstrikasi kepada sektor perawatan. 4. Transportasi

Bersama-sama dengan pos komando mengatur pengiriman penderita ke rumah sakit. Kegiatannya cukup kompleks karena harus memperhatikan fasilitas rumah sakit, daya tampung, ambulans dan sarana transportasi lain yang tersedia. Sektor ini mencatat data transportasi dan kemana korban dibawa. 5. Staging Sektor yang sangat diperlukan pada kejadian yang berskala besar. Koordinasi pergerakan kendaraan, intirusi yang melakukan pertolongan termasuk media diatur oleh sektor ini. Sektor ini yqng memasok bantuan lain lain yang bila diperlukan. 6. Pendukung (termasuk pemasok) Sektor ini bertanggung jawab untuk menyediakan tenaga, sarana dan bahan-bahan tambahan yang diperlukan untuk sector-sektor lainnya. Sektor ini juga mengkoordinasi sarana dan prasarana medis serta mengatur tim bantuan medis yang datang. 7. Triage Sektor ini sifatnya opsional, pada beberapa kejadian mungkin diperlukan sektor triage yang letaknya berdekatan dengan sektor ekstrikasi dan perawatan. Tugas penolong yang tiba pertama kali adalah : 1. Mendirikan posko atau tempat berkumpul 2. Menilai keadaan 3. Meminta bantuan 4. Mulai melakukan triage

PENILAIAN KEADAAN Beberapa hal yang harus dilakukan untuk menilai keadaan adalah: a. Keamanan tempat kejadian b. Jumlah penderita c. Perlu tidaknya ekstrikasi atau peralatan khusus d. Perkirakan jumlah ambulans yang diperlukan

e. Tempat staging seandainya diperlukan. Setelah posko didirikan, maka tugas berikutnya adalah melakukan penilaian penderita secara cepat dan menentukan prioritas pertolongan. Sistem triage sangat banyak, namun semuanya memiliki prioritas yang sama yaitu mengutamakan penanganan korban walaupun keaadannya kritis namun harapan hidupnya baik. Pelaksanaan triage di lapangan dengan cara memberikan tanda kepada korban dengan warna tertentu. Triage dilakukan dengan cara memilih korban secara cepat dan menggolongkannya ke dalam salah satu dari empat kelompok yang ada : i.

Prioritas 1 = prioritas tertinggi Diberikan kepada korban yang berada dalam keadaan kritis, misal dengan gangguan pernafasan, perdarahan yang belum terkendali atau perdarahan besar. Kelompok ini digolongkan sebagai cedera atau penyakit yang mengancam nyawa namun masih bisa diatasi.

ii.

Prioritas 2  prioritas kedua Beberapa keadaan ini misalnya luka bakar tanpa mengalami gangguan pernafasan, nyeri hebat setempat atau nyeri pada bebrapa lokasi alat geral, termasuk bengkak atau perubahan bentuk dan cedera punggung.

iii.

Prioritas 3  prioritas terendah Kelompok ini adalah cedera yang ringan, tidak perlu banyak dibantu, dapat menunggu pertolongan tanpa menjadi lebih parah. Misal : mereka yang mengalami nyeri biasa pada alat gerak, sedikit bengkak dan perubahan bentuk, cedera jaringan lunak ringan. Dengan kata lain kelompok ini masih mampu berjalan.

iv.

Prioritas 0  prioritas 4 Mereka mengalami cedera yang mematikan atau sudah meninggal, misal kepala terpisah dan tubuh atau cedera lainnya yang secara manusia sudah tidak mungkin hidup.

TANDA/LABEL TRIAGE

Setelah para korban dinilai dan dipilah, mereka harus ditandai agar dapat dikenali dengan cepat. Tanda triage sangat beragam baik ukuran, bentuk, model dan warna. Tanda dapat terbuat dari berbagai naham dan bentuk, mulai dari sebuah kartu berwarna saja, kartu dengan berbagai warna, pita khusus, tali berwarna dan lainnya. Bila nahan berwarna ini tidak ditemukan maka dapat dipakai bahan apa saja yang warnanya seperti warna-warna triage misalnya pakaian, pembungkus dan lainnya.

PEMBERIAN TANDA / LABEL TRIAGE a. Kelompok korban yang dapat ditunda, korban yang masih mampu berjalan.  Warna HIJAU b. Bila korban tidak bernafas, buka jalan nafasnya. Bila tetap tidak bernafas maka beri warna hitam  HITAM. Jika ia bernafas hitung berapa pernafasannya, bila mencapai 30 kali atau lebih dalam 1 menit maka beri warna  MERAH c. Bila korban tidak ada respon, beri warna  MERAH, jika diperiksa tidak ada nadi maka beri warna MERAH Bila sudah ada bantuan tim dari tenaga ahli, maka dapat dilakukan pemilahan tahap 2. Evakuasi penderita dilakukan sesuai dengan warna terakhir yang diberikan, sesuai prioritasnya yaitu mulai dari MERAH

HIJAU

HITAM.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN - Dalam melakukan triange jangan melompat dari satu korban ke korban yang lain. - Jangan menghabiskan waktu terlalu lama pada satu korban. - Korban yang masih mampu berjalan, dapat dimanfaatkan untuk membantu pertolongan.

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan adalah : 1. Jam tanga dengan penunjuk detik yang jelas atau stopwatch. 2. Senter kecil 3. Stetoskop 4. tensimeter/stigmomanometer (pengukur tekanan darah) 5. Alat tulis untuk mencatat 6. Pembuka jalan nafas 7. Termometer badan 8. Bidai 9. Kasa steril 10. Pembalut gulung 11. Cairan antiseptik 12. Plastik 13. Kartu/pita triage 14. Tandu

3.2 Langkah Percobaan 1. Melakukan pendirian posko tempat berkumpul 2. Melakukan penilaian keadaan 3. Membentuk sektor-sektor. Melakukan permintaan bantuan kepada instansi yang terkait, misal rumah sakit, dsb(oleh sektor terkait) 4. Melakukan triage (oleh sektor terkait) 5. Melakukan pemindahan penderita ke sektor perawatan (oleh sektor terkait) 6. Mengirim ke fasilitas kesehatan (oleh sektor terkait)

DAFTAR PUSTAKA

Santiasih, Indri S.KM., MT . Modul Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya : Surabaya

http://www.perbidkes.com/2016/02/triage-pengertian-prinsip-seleksidan.html , diakses pada tanggal 12 November 2018 pada pukul 09:46 WIB Oman, dkk, 2008. Keperawatan Emergensi, EGC, Jakarta.

Related Documents


More Documents from "Dwi suci rhamdanita"

Smk3 Multi Artha.docx
November 2019 17
Hujan, Rindu, Dan Sendu.docx
November 2019 31
Pengantar Hadits.pptx
November 2019 19
Havs English Version.docx
November 2019 22
Al-qur'an.pptx
November 2019 19