LAPORAN PENDAHULUAN “Asuhan Keperawatan dengan klien Harga Diri Rendah Situasional”
Disusun Oleh : Apri Rahma Dewi 1606859260
PROGRAM MAGISTER SPESIALIS KEPERAWATAN JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2017
LAPORAN PENDAHULUAN “Asuhan Keperawatan dengan klien Harga Diri Rendah Situasional”
1. Pengertian Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat dan Akemat, 2007). Harga diri rendah siuasional adalah suatu keadaan ketika individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespons terhadap suatu kejadian kehilangan atau perubahan (Carpenito, 2003). hal yang sama juga diungkapkan oleh Nanda (2015), Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respon terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunya evaluasi diri positif. 2. Tanda dan gejala Menurut Nanda (2014), adapun yang menjadi tanda dan gejala dari harga diri rendah Situasional adalah: Data Subyektif : a. Evaluasi diri bahwa individu tidak sanggup mnghadapi peristiwa tertentu b. Mengungkapkan rasa malu / bersalah c. Mengungkapkan hal-hal yang negative tentang diri (ketidakberdayaan dan ketidakbergunaan) Data Objektif : a. Menyalahkan diri secara periodic terhadap permasalahan hidup yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri yang positif b. Kesulitan dalam membuat keputusan (bimbang/tidak asertif) Selera makan menurun c. Lebih banyak menunduk d. Bicara lambat dan suara lemah
3. Psikodinamika Harga diri rendah situasional berkaitan dengan masalah psikososial. Teori perkembangan psikososial Erickson menjabarkan bahwa perkembangan setiap manusia terdiri dari delapan tahapan perkembangan, dimana di setiap tahapan perkembangan membawa pengaruh terhadap tahapan perkembangan selanjutnya. Salah
satu
tahapan
perkembangan
yang
berpengaruh
adalah
tahapan
perkembangan saat masih anak-anak. Anak yang pada masa perkembangannya mampu mengembangkan kemampuan dan kompetensinya serta adanya hubungan dan dukungan keluarga yang baik, serta teman kelompok yang berarti maka akan menumbukan nilai percaya diri pada anak tersebut sampai dewasa. Namun, begitu juga sebaliknya. Anak yang pada tahapan perkembangannya tidak mampu mengembangkan kemampuan diri, ditambah tidak adanya hubungan yang baik antara keluarga serta teman kelompok akan menumbuhkan perasaan gaal pada anak tersebut (Varcarolis, 2013).
4. Proses Terjadinya Masalah HDR situasional dapat disebabkan karena gangguan pada struktur, fungsi, dan penampilan tubuhnya; penolakan orang lain atau orangtua atas dirinya; kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan atau ideal dirinya (kegagalan); transisi peran sosial; trauma seperti penganiayaan seksual atau psikologis atau melihat kejadian yang mengancam nyawa (Stuart & Sundeen, 1991; Stuart, 2009). Faktor Predisposisi Biologis -
Ada riwayat gangguan status nutrisi (kurus, obesitas) atau anoreksia dan tidak ada perbaikan nutris, BB tidak ideal
-
Paparan terhadap racun, sindrom alkohol saat janin dalam kandungan
-
Riwayat kesehatan secara umum, misalnya kanker, epilepsi, trauma kepala, riwayat gangguan penyakit jantung, penyakit neurologis
-
Menderita penyakit fisik (penyakit kronis, defek kongenital, dan kehamilan)
-
Mengalami perubahan kognitif atau persepsi akibat nyeri kronis
-
Adanya masalah psikososial yang menyebabkan gangguan makan, BB obesitas atau terlalu kurus
-
Penanganan medik jangka panjang (kemoterapi dan radiasi)
-
Maturasi normal : pertumbuhan dan perkembangan masa kecil, anak, dan remaja
-
Perubahan fisiologi pada kehamilan dan penuaan
-
Adanya riwayat prosedur pembedahan elektif : prosedur bedah plastik,
wajah,
bibir,
perbaikan
jaringan
parut,
prosedur
pembedahan transeksual, aborsi -
Riwayat mnderita penyakit kronis dan mengalami nyeri kronis
Psikologi -
Kemampuan melakukan komunikasi verbal gagap atau tidak mampu mengungkapkan apa yang dipikirkan, berinteraksi dengan orang lain
-
Adanya pembatasan kontak sosial akibat perbedaan budaya maupun akibat proses pengobatan yang lama (di ICU, NGT, ETT, trakeostomi)
-
Mengalami gangguan psikologis
-
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : masa kecil sering disalahkan dan tidak diterima, perpisahan traumatik dengan orang yang berarti, penolakan dari keluarga, perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, diturunkan dari jabatan, konflik dengan rekan kerja, penganiayaan seksual, sering kali mengalami kegagalan.
-
Motivasi: kurangnya penghargaan dari orang lain pada masa perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan sosial dan dari diri sendiri
-
Mempunyai konsep diri negatif : gambaran diri negatif, ideal diri tidak realistis, gangguan pelaksanaan peran
-
Self kontrol rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika mengalami kegagalan maupun keberhasilan (terlalu sedih atau terlalu senang yang berlebihan)
-
Kepribadian : menghindar, tergantung, menutup diri dan mudah cemas
-
Riwayat
kesulitan
mengambil
keputusan,
tidak
mudah
berkonsentrasi Sosial Budaya -
Usia : jika pada usia tersebut individu tidak dapat mencapai tugas perkembangannya yang seharusnya maka pemikiran negatif tentang dirinya akan muncul. Erikson (1963) dalam Stuart (2013) mengungkapkan bahwa jika tugas perkembangan sebelumnya tidak terpenuhi maka dapat menjadi predisposisi terhadap gangguan ansietas.
-
Gender/jenis kelamin: pelaksanaan peran individu sesuai dengan jenis kelamin yang tidak optimal akan mempermudah munculnya harga diri yang negatif secara situasional dan perempuan lebih banyak mengalami harga diri rendah situasional
-
Kurangnya
pendapatan/penghasilan
yang
dapat
mengancam
pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari -
Mengalami perubahan status atau prestise
-
Pengalaman berpisah dari orang terdekat, misalnya karena perceraian, kematian, tekanan budaya, perpindahan dan perpisahan sementara atau permanen
-
Perubahan status sosial dan ekonomi akibat pensiun
-
Tinggal di lingkungan yang terdapat bahaya keamanan maupun polusi lingkungan
-
Kondisi klien yang tidak memiliki pekerjaan, pengangguran, ada pekerjaan baru maupun promosi
-
Peran sosial : kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi di lingkungan teman tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal dengan orang lain
-
Agama dan keyakinan : kurang menjalankan kegiatan keagamaan sesuai dengan agama dan kepercayaan atau ada nilai budaya atau
norma yang mengharuskan melakukan pembatasan kontak sosial dengan orang lain Faktor Presipitasi Nature a. Biologi -
Adanya kehilangan bagian tubuh, struktur tubuh, fungsi tubuh
-
Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh
-
Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi
-
Status gizi, misalnya obesitas atau terlalu kurus. (BB tidak ideal)
-
Adanya kelainan kongenital
-
Sensitifitas biologio: ketidakseimbangan elektrolit, gangguan pada sistem limbik, thalamus, kortek frontal, GABA, norefrinefrin dan serotonin
b. Psikologis -
Mempunyai pemahaman yang baik terhadap stimulus yang ada, Kemampuan komunikasi verbal terganggu akibat adanya gangguan sensori penglihatan dan pendengaran serta kerusakan area motorik bicara (gagap, pelo dan bisu)
-
Adanya gangguan gambaran diri akibat terapi penyakit: misalnya pemasangan infus, NGT, Trakheostomi, infus
-
Gangguan konsep diri karena perubahan peran akibat sakit yang mendadak akut
-
Adanya harapan yang tidak terpenuhi (misalnya: terhadap anak, kelahiran anak, kehamilan)
-
Kepribadian: mudah cemas dan introvet atau menutup diri
-
Moral: tidak menerima reward dari masyarakat, penilaian diri yang rendah (self defrifation) dan takut tentang definisi diri sendiiri)
-
Mengalami penganiayaan seksual atau pemerkosaan dalam enam bulan terakhir
-
Motivasi : kurangnya dukungan sosial orang sekitar dan tidak pernah mendapatkan penghargaan dari luar
-
Self kontrol: klien kurang dapat mengendalikan dorongan yang kurang positif
-
Adanya pembatasan kontak sosial dengan keluarga & teman akibat perbedaan budaya, lokasi tempat tinggal yang terisolasi, proses pengobatan yang menyebabkan gangguan bicara
c. Sosial budaya - Krisis maturasi atau individu tidak mampu mencapai tugas perkembangan yang seharusnya - Pembatasan yang dilakukan oleh rumah sakit akibat hospitalisasi - Gender: jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami kegagalan menjalankan peran - Pendapatan rendah atau kurang dari UMR - Pekerjaan: tidak tetap, penggangguran - Status sosial : aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat (pengurus) - Latar belakang budaya: nilai budaya keyakinan yang kuat, misalnya seorang laki-laki harus menjadi tulang punggung keluarga atau pelindung keluarga - Keikutsertaan partai politik dan organisasi: aktif megikuti kegiatan politik dan organisasi - Pengalaman sosial: belum pernah mengalami kehilangan, penolakan hubungan interpersonal, berpisah dengan orang yang dicintai, tidak ada masalah dengan pelaksanaan hubungan intim dan tiba-tiba mengalami pengalaman sosial yang kurang baik akibat penyakitnya/perubahan fisiknya - Peran sosial:
tidak dapat menjalankan peran sosialnya lagi
akibat perubahan fisik yang sebelumnya dapat dilakukan. Origin a. Internal: Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya
b. Eksternal:
Kurangnya
dukungan
keluarga
dan
orang
sekitar/masyarakat Timing Stres dapat terjadi dalam waktu yang berdekatan, stress dapat berlangsung lama atau stres dapat berlangsung secara berulang-ulang Number Sumber stres dapat lebih dari satu dan terjadi selama usia perkembangan dan pertumbuhan dan biasanya stressor dinilai sebagai masalah yang sangat berat
Penilaian Terhadap Stressor a. Kognitif
- Mengungkapkan menjelek-jelekan diri - Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya: ketidakberdayaan dan ketidakbergunaan) - Mengungkapkan penyalahan diri yang episodik sebagai respons terhadap
permasalahan
hidup
seseorang
yang
sebelumnya
mempunyai evaluasi diri yang positif - Mengungkapkan mengevaluasi diri seperti tidak mampu untuk mengatasi permasalahan/situasi - Kesulitan dalam pengambilan keputusan - Mengungkapkan secara verbal melaporkan tantangan situasional saat ini terhadap harga diri b. Afektif
- Perasaan negatif tentang dirinya (ketidakberdayaan, kegunaan) - Merasa malu dan bersalah - Merasa sedih - Perasaan tidak mampu - Perasaan tidak berguna - Mudah tersinggung c. Fisiologis
- Perubahan aktual pada fungsi
- Perubahan aktual pada struktur - Peningkatan tekanan darah - Pusing atau sakit kepala - Kelelahan atau keletihan - Tampak lesu - Kurang nafsu makan - Penurunan berat badan - Makan atau minum secara berlebihan - Konstipasi/diare - Insomnia/gangguan tidur - Mual dan muntah - Perubahan siklus haid d. Perilaku
- Kurangnya kemampuan untuk mengikuti sesuatu - Tidak mau bekerja sama dalam terapi - Perilaku bimbang - Perilaku tidak asertif - Mengkritik diri sendiri - Penurunan produktivitas - Berkurangnya kreativitas - Pengurangan diri - Penyalahgunaan rokok, obat, alkhoho;l - Penolakan terhadap realitas e. Sosial
- Kurangnya kontak mata - Pengabaian diri - Isolasi sosial - Misintepretasi - Kurangnya pratisipasi sosial
Sumber Koping Personal ability -
Kemampuan dalam berkomunikasi secara verbal dan non verbal
-
Kemampuan dalam memecahkan masalah
-
Hubungan interpersonal dengan orang lain
-
Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan, yaitu harga diri rendah situasional
-
Adanya
gangguan
fisik
(kesehatan
secara
umum)
yang
menghambat upaya mengatasi harga diri rendah situasional yang dialami. -
Aspek positif diri yang dimiliki klien (misalnya: olah raga, hobi)
-
Keterampilan seni yang dimiliki
Sosial support -
Hubungan yang baik atau kurang baik antar individu, keluarga kelompok dan masyarakat.
-
keterlibatan dalam organisasi sosial/kelompok sebaya
-
Ada atau tidak ada konflik budaya di lingkungan tempat tinggal klien
Material asset -
Penghasilan sesara individu : cukup atau tidak
-
Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah, rumah, tabungan)
-
Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
-
Pekerjaan/vokasi/posisi : memiliki atau tidak
-
Akses pelayanan kesehatan terdekat
Positive belief -
Kenyakinan dan nilai positif tentang dirinya sendiri
-
Memiliki motivasi atau tidak dalam mengatasi penilaian negatif tentang dirinya sendiri
-
Orientasi klien terhadap kesehatan terutama dalam hal pencegahan terjadinya harga diri rendah situasional
-
Mekanisme Koping Konstruktif - Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri - Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara - Aktivitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu - Membangun kepercayaan diri dan optimis - Memanfaatkan dukungan keluarga/orang terdekat - Komunikasi terbuka - Pemenuhan peran yang signifikan - Mengungkapkan penerimaan diri - Menerima kritikan dari orang lain - Mengidentifikasi alternatif dan kemungkinan yang akan timbul - Mengidentifikasi
sumber-sumber
yang
mendukung setiap alternatif Destruktif - Penggunaan fantasi - Regresi - Proyeksi - Disosiasi - Kompensasi - Rasionalisasi /intelektualisasi - Displacement - Isolasi sosial - Identitas negatif - Amuk - Penyalahgunaan obat - Berbalik marah/benci terhadap diri sendiri
5. Diagnosa Keperawatan Harga diri rendah situasional
diperlukan
untuk
6.
Tindakan keperawatan a. Terapi generalis Ditujukan pada pasien: 1. Tujuan: Tujuan umum: Individu mengekspresikan pandangan positif untuk masa datang dan memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya. Tujuan Khusus: a. Mengidentifikasi sumber ancaman terhadap harga diri dan pekerjaan
melalui masalah tersebut. b. Mengidentifikasi aspek- aspek positif diri. c. Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya. d. Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan mempengaruhi
hasil 2. Tindakan keperawatan: a. Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan. b. Praktikkan bicara pada diri (self talk): tuliskan gambaran singkat tentang perubahan dan konsekuensi yang ditimbulkan (contoh: saya gagal masuk FIK UI) dan tuliskan 3 hal manfaat tentang situasi ini c. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien. Perawat dapat melakukan hal – hal berikut: 1) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. 2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif. d. Membantu klien untuk memilih / menetapkan kemampuan yang akan dilatih. e. Latih kemampuan yang dipilih klien f. Bantu klien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih. 1) Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan. 2) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari. 3) Tingkatkan kegiatan klien sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan.
4) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih. 5) Berikan klien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan. g. Bantu individu menerima perasaan positif dan negatif h. Anjurkan analisis terhadap perilaku terbaru dan konsekuensi yang telah dilatih i. Bantu dalam mengidentifikasi tanggungjawab sendiri dan control terhadap situasi (missal bila terus-menerus menyalahkan orang lain terhadap maslaah).
Ditujukan pada keluarga 1. Tujuan: a. Keluarga dapat membantu klien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki klien. b. Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih
dimiliki klien. c. Keluarga dapat memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan klien. d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan klien
2. Tindakan keperawatan a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien. b. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami klien. c. Diskusi dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki klien
dan puji klien atas kemampuannya. d. Jelaskan cara-cara merawat klien dengan harga diri rendah. e. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat
klien dengan harga diri rendah seperti perawat yang telah didemonstrasikan sebelumnya. f.
Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan klien di rumah.
b. Terapi spesialis -
Terapi Individu : Cognitive Therapy (CT), Cognitive Behaviour Therapy, Logoterapi, REBT
-
Terapi Keluarga : Family Psychoeducation (FPE)
-
Terapi Kelompok : Therapy Supportive, Self Help Grou[p, Reminescene Therapy
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : Penebit Buku Kedokteran EGC
Keliat, B.A, Wiyono, Akemat. P.W dan Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa CMHN (Intermediate Course). Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Keliat dan Akemat. 2007. Model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
NANDA (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC
Townsend, M.C (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana Asuhan & Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC
Doenges,M., Townsend, M., (2008) Nursing Diagnosis Manual ed.2. F.A Davis Company: Philadelphia.
Stuart, Gail W. (2013). Principles & Practice of Psychiatric Nursing
ed10.
Philadelphia: Elsevier Mosby
Townsend, Mary C. (2008). Essentials of psychiatric mental health nursing _4th ed. F. A. Davis Company: Philadelphia
Varcarolis, E.M. (2013). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing : Second Edition. St. Louis: Elsevier
STRATEGI PELAKSANAAN “Asuhan Keperawatan dengan klien Harga Diri Rendah Situasional”
Disusun Oleh : Ida Ayu Putri Wulandari 1506805276
PROGRAM MAGISTER SPESIALIS KEPERAWATAN JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2016
STRATEGI PELAKSANAAN “Asuhan Keperawatan dengan klien Harga Diri Rendah Situasional” A. LAPORAN PENDAHULUAN KASUS Nn.Tina usia 20 tahun dirawat di rumah sakit dengan diagnosis TB paru. Klien Belum menikah, pekerjaan sebelum sakit adalah sekretaris se buah perusahaan swasta. Klien mengatakan malu dengan penyakit yang dideritanya saat ini dan tidak berani menceritakan tentang penyakitnya kepada orang lain karena takut ditolak, dijauhi, dan dicemohkan oleh lingkungan atau teman-temanya.Klien dan keluarga maih menganggap penyakit TBC merupakan penyakit memalukan dan sebagai aib bagi keluarga. Klien terlihat murung dan pasif dan mengatakan sangat sedih karena terpaksa harus berhenti bekerja akibat penyakit ini. Klien merasa kuatir dengan masa depannya kelak. B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) Pertemuan ke 1 Strategi Pelaksanaan Orientasi 1. Salam terapeutik ”Selamat pagi mbak Tina. Perkenalkan saya yanti, saya adalah perawat pendamping dari perawat Tika yang merupakan perawat penanggung jawab mbak Tina hari ini. 2. Evaluasi/validasi ”Bagaimana kondisi mbak saat ini? Apa yang terjadi sehingga mbak dibawa ke rumah sakit? apakah sekarang masih dirasakan? Apa yang sudah mbak lakukan untuk mengatasinya? apa yang mbak rasakan setelah melakukannya? apakah bermanfaat yang bapak lakukan itu? 3. Kontrak waktu dan tempat ”Baiklah mbak, kita akan berbincang-bincang tentang rasa malu yang mbak rasakan tujuannya agar saya dapat membantu menyelesaikan masalah yang mbak rasakan. Bagaimana kalau kita berbincang-bincang 30 menit mbak? Baiklah mbak, apakah mbak mau berbincang-bicang sambil tiduran atau
duduk saja? Saya akan bantu mbak untuk duduk ya. Ada beberapa hal yang perlu saya tanyakan terlebih dahulu untuk menentukan tindakan yang tepat dalam megatasi masalah bapak
Kerja A. Identifikasi faktor predisposisi dan presipitasi 1. Biologi Baiklah mbak saya kita akan melihat kejadian-kejadian yang mbak pernah alami sebelum masuk Rumah Sakit. Masih ingat gak dulu waktu lahir mbak ditolong oleh siapa? Dilahirkan di rumah atau di rumah sakit? Cukup umur gak waktu lahir? Dari kecil sampai sekarang pernah di rawat di rumah sakit gak sebelumnya? Mengalami kecelakaan pernah kah? Apakah pernah menggunakan obat-obatan atau merokok? Perasaan malu dan tidak berguna karena penyakit yang mbak derita ini sudah terjadi berapa lama? Pernah gak sebelumnya mengalami seperti yang mbak rasakan saat ini? Adakah saudara atau keluarga mbak yang pernah mengalami hal yang sama seperti yang mbak rasakan saat ini? Selain dari meberita penyakit TB ada hal lain gak yang mbak rasakan seperti tidak mau makan, malas makan, atau tidak bisa makan? Baiklah mbak dari hasil diskusi kita tadi dapat saya simpulkan bahwa mbak lahirnya normal, pernah dirawat pada usia 16 tahun karena demam tidak turun selama 5 hari, tidak pernah merokok ataupun minum minuman keras, saat ini sedang menderita penyakit TB Paru, mbak sering merasa mual dan muntah semenjak minum obat berat OAT, badan turun dari 50 menjadi 40 kg. 2. Psikologis Apakah mbak memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan yang sampai sekarang mbak masih ingat trus? Apakah dulu waktu kecil mbak sering diberi dukungan dan pujian ketika melakukan sesuatu? Apakah mbak pernah mengalami kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup mbak? Apakah ada konflik dengan keluarga saat ini? Apa yang mbak rasakan saat ini ketika dirawat di rumah sakit? Apakah dipasang infuse membuat mbak tidak
nyaman? Apakah ada peran yang terganggu akibat dirawat ?. ”Bagaimana tanggapan keluarga Mbak Y terhadap penyakit yang mbak derita? Apakah mereka mendukung Mbak dalam mengatasi masalah ini? Siapa saja orang yang selalu mendukung Mbak Y ?” ”berarti dulu waktu kecil mbak jarang diberi pujian oleh keluarga, mbak merasa tidak nyaman karena dipas ang infuse, merasa malu dan sedih akibat penyakit yang sedang diderita, karena penyakit ini menurut mbak dan keluarga adalah penyakit memalukan yang dapat menjadi aib bagi keluarga. Mbk juga merasa kuatir dengan masa depan mbak karena saat ini mbak harus keluar dari pekerjaan mbak.
3. Sosial budaya Mbak dulu pendididkan terakhirnya apa? Apa penyebab mbak tidak melanjukan sekolah kejenjang berikutnya? Setelah lulus sampai sekarang apakah mbak bekerja? Dimana, berapa lama dan jadi apa? Sekarang apakah masih bekerja? Gajinya bulanan kah mbak? Jika saat ini mbak tidak bekerja lagi, siapa yang menanggung biaya hidup mbak? Apakah mbak punya teman dekat atau sahabat? Kegiatan apa yang sering mbak lakukan dengan temanteman atau sahabat mbak?” “Sekarang Mbak tinggal bersama siapa? Apakah mbak sudah menikah?” Apakah mbak aktif dalam suatu organisasi atau kegiatan pengajian atau kegiatan pemuda dilingkungan ruah mbak? Kalau saya boleh tau mbak tinggalnya dengan siapa dirumah ? saudaranya berapa berapa? Mbak anak keberapa? Jadi, usia mba 20 tahun, mbak anak 1 dari 2 bersaudara, mbak tinggal dengan ayak, ibu, dan adik laki-laki mbak yang berusia 17 tahun, sudah tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan setelah sakit, tamat SMA, memiliki sahabat tapi sekarang malu dengan sahabatnya karena penyakit yang diderita, jarang ikut dalam kegiatan sosial, Jarang melakukan ibadah.
B. Penilaian terhadap stressor
Nah Sebelum kita lanjut mbak, terkait dengan apa yang mbak alami bisa saya simpulkan kalau mbak tadi merasa malu, sedih, merasa tidak berguna karena menderita penyakit TB paru, mbak juga takut teman-teman mbak akan menjauhi mbak sehingga mbak tidak mau memberitahu tentang penyait yang mbak derita. Kognitif “Nah dari apa yang sudah saya katakan tadi, Apa yang mba pikirkan dari berbagai masalah tadi?” Afektif “Apa yang mbak rasakan dengan permasalahan tadi?” Fisiologis “karena permasalahan yang dialami mbak sekarang apakah mempengaruhi pola makan mbak sekarang? Kalau dengan tidurnya? Apalagi yang menurut mbak berubah? Ohh jadi mbak jadi kurang nafsu makan, tidurnya masih beum terganggu,,” Perilaku “Apa yang mbak lakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut?” Sosial “Setelah mbak lebih banyak diam dan mengurangi banyak pertemuan dengan teman-teman mbak, apakah mbak lebih merasa tenang? “baiklah mbak, dari pembicaraan kita tadi dapat saya simpulkan bahwa mbak merasa tidak berdaya dan tidak berguna, malu dan merasa sedih dan tindak mampu menghadapi penyakit yang mbak derita yang membuat mbak menjadi malas makan dan lesu. Mbak sekarang lebih suka diam dan tidak bersemangat. Dari semuanya yang sudah kita bicarakan ada 3 masalah yang sedang mbak alami yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan karena mbak sering mual dan muntah, mbak mengalami harga diri rendah situasonal karena perasaan malu, sedih, dan ketidakberdayaan yang mbak alami karena menderita penyakit, mbak juga mengalami kecemasan karena mbak takut akan masa depan mbak. Dari ketiga masalah tersebut kira-kira mana masalah yang paling mbak rasakan?
C. Sumber Koping Baik mbak kita fokusnya ke masalah harga diri rendah situasional yang mba rasakan dulu ya Personal Ability “Apa saja yang sudah Mbak lakukan dalam mengatasi masalah-masalah yang mbak alami seperti sedih, malu, dan merasa tidak berguna? Baik nanti saya akan saya bantu Mbak mencari beberapa cara untuk mengatasi permasalahan tersebut.” Sosial Support “Kemudian, siapa di rumah atau keluarga yang biasa menolong Mba? Oo, jadi yang biasa menolong Mba jika sakit adalah keluarga mba. “Apa yang sudah dilakukannya untuk membantu permasalahan Mbak?” “Apa ada yang mereka lakukan ketika merawat mbak?” “Apakah Mba mempunya teman kelompok?” “Apakah yang mereka katakan melihat kondisi mbak?” “Apaka ada teman-teman di sekeliling mbak yang memiliki permasalahan yang sama dengan mba saat ini?” Finansial Asset dan Pelayanan Kesehatan ”Sekarang untuk dirawat disini mbak menggunakan apa ? bpjs atau yang lain ? Untuk kehidupan sehari-hari siapa yang membiayain mbak? Didekat rumah mbak apakah ada puskesmas atau layanan kesehatan terdekat?
Positive belief “Untuk tentang sakit ini, mbak yakin gak untuk bisa sembuh ? Percaya gak dengan perawat, dokter, dan petugas disini mba ? Bagus sekali mba.. “Apa motivasi Mbak untuk mencapai kesembahan?” “Apakah Mba yakin bahwa mbak bisa melanjutkan aktivitas seperti semula lagi?”
Diagnosa dan tindakan generalis
“Masalah yang sedang mbak alami saat ini adalah harga diri rendah situasional yaitu suatu perasaan rendah diri, tidak berharga, dan tidak berarti yang merupakan respon dari situasi sulit yang mbak alami saat ini. Saya akan mengajarkan bagaimana agar kesedihan dan rasa tidak berharga yang mbak rasakan bisa berkurang secara bertahap. Baiklah mbak, mari kita membuat catatan tentang aspek positif yang masih mbak miliki sampai sekarang (apa saja kegiatankegiatan yang masih bisa bapak kerjakan walaupun mbak sedang di rawat di rumah sakit?). bagus sekali mbak, mbak sudah menyebutkan tiga aspek positif yang saat ini masih mbak miliki, yaitu: membaca buku, menulis, dan menggambar. Bagaimana jika kita mengoptimalkan aspek posif yang mbak miliki?Coba sekarang mbak pilih salah satu kegiatan yang ingin mbak lakukan. Baiklah sekarang coba mbak lakukan, Bagaimana perasaan mbak setelah melakukannya? Apakah lebih baik? Ketika mbak merasakan suatu perasaan tidak berguna atau perasaan sedih lainnya, mbak bisa melakukan kegiatan ini agar mbak tidak berfokus pada masalah mbak, tapi mbak bisa melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat. Bagaimana kalau kita memasukkan kegiatan ini ke daftar kegiatan harian mbak? mbak mau melakukan aktivitas ini jam berapa saja? Jangan lupa dilakukan ya mbak. D. Terminasi 1. Evaluasi respon "Baiklah
mbak,
tidak
terasa
kita
sudah
berbincang-bincang
30
menit.Bagaimaa perasaan mbak setelah berbincang-bincang dengan saya?Coba sebutkan apa saja tadi yang sudah kita lakukan dan diskusikan?Apa saja aspek positif yang mbak miliki? 2. Rencana tindak lanjut dan kontrak yang akan datang “mbak, nanti jangan lupa melakukan kegiatan yang sudah kita masukkan ke dalam daftar aktifitas harian mbak ya.saya tulikan di buku resep ini ya, lalu mbak bisa melakukan latihan tadi sesuai dengan resep yang ditulis, ini disimpan ya mbak buke resepnya. mbak tadi menyebutkan ada tiga kegiatan yang bisa mbak lakukan. Bagaimana kalau bsok kita berlatih kembali mengoptimalkanaspek positif mbak yang lain? Jam berapa dan berapa lama besok kita berbincang-bincang? Jam 10.00 WIB ya mbak,
sekitar 30 menit dan tempatnya di sini juga y mbak. Baiklah, sampai bertemu besok mbak, saya mau pamit dulu.Semoga cepat sembuh ya mbak dan selamat beristirahat.