LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. “F” DENGAN DIAGNOSA MEDIS ATRESIA ILEUM DI RUANG CENDANA 4 RSUP DR SARDJITO
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak II
Disusun oleh:
Ade Nurhalimah
P07120112041
Agus Hardi Nata
P07120112042
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKKES KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2014
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. “F” DENGAN DIAGNOSA MEDIS ATRESIA ILEUM DI RUANG CENDANA 4 RSUP DR SARDJITO
Diajukan untuk disetujui pada : Hari
:
Tanggal
:
Tempat
:
Pembimbing Lapangan
Pembimbing Pendidikan
Anna Maria, AMK.
Agus Sarwo Prayogi, S.Kep. Ns., M.H.Kes.
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Atresia berarti obstruksi kongenital yang disebabkan oklusi total dari lumen usus dan mencakup 95% dari seluruh kasus obstruksi neonatus yang terjadi. Dalam dua dekade terakhir, pemahaman yang lebih baik pada faktor-faktor etiologi, kemajuan
di
bidang
anestesi
pediatrik,
dan
perawatan
praoperasi
dan
pascaoperasi yang lebih baik menyebabkan peningkatan tingkat survival dari penderita kelainan ini. Atresia ileum bersama atresia jejenum adalah penyebab utama dari obstruksi intestinal pada neonatus, kedua terbanyak setelah malformasi anorektal. Insidens terjadinya atresia jejunoileal dilaporkan 1 dalam 330 kelahiran di Amerika Serikat, sedangkan di Denmark adalah 1 dalam 400 sampai 1 dalam 1500 kelahiran hidup. Penyebab terjadinya atresia ileum pada awalnya diperkirakan berkaitan dengan tidak sempurnanya proses revakuolisasi pada tahap pembentukan usus. Terdapat banyak teori mengenai penyebab terjadinya atresia ileum. Akan tetapi, teori yang banyak digunakan adalah terjadinya kondisi iskemik sampai dengan nekrosis pada pembuluh darah usus yang berakibat terjadinya proses reasorbsi dari bagian usus yang mengalami kondisi nekrosis tersebut.
Pendapat lain
mengatakan bahwa atresia ileum terjadi karena ketidaksempurnaan pembentukan pembuluh darah mesenterika selama intrauterin. Ketidaksempurnaan ini dapat diakibatkan karena terjadinya volvulus, intususepsi, hernia interna, dan konstriksi dari arteri mesenterika pada gastroschisis dan omphalokel. Pada sebuah penelitian dari 250 neonatus dengan atresia ileum, 110 diantaranya terbukti terdapat gangguan vaskuler intrauterin pada ususnya, seperti terjadi malrotasi atau volvulus pada 84 kasus, eksompalokel pada 5 kasus, gastroschisis pada 3 kasus, ileus mekoneum pada 5 kasus, peritonitis mekoneum pada 7 kasus, Hirschsprung pada 5 kasus, dan hernia internal pada 1 kasus. Kelainan ini biasanya tidak berkaitan dengan faktor genetik, meskipun pada satu laporan kasus terjadi pada kembar monozygot dimana pada kedua kembar memiliki atresia multipel yang sama. Pada suatu penelitian dilaporkan terjadinya atresia ileum karena intususepsi intra uterin. Tidak terdapat kaitan antara kejadian atresia ileum dan usia orang tua saat mengandung atau pun usia ibu saat melahirkan. Pada sebuah penelitian pada 3
hewan, dimana janin anjing yang mengalami gangguan suplai pembuluh darah usus akan mengalami berbagai gangguan obstruksi intralumen usus pada saat lahir, seperti terjadinya stenosis sampai atresia usus. Kelainan bawaan lain yang terjadi bersama dengan atresia ileum dilaporkan lebih jarang bila dibandingkan pada atresia jejenum. B. Tujuan 1. Tujuan umum Mengetahui teori tentang Atresia Ileum, serta dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan Atresia Ileum. 2. Tujuan khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan Atresia Ileum. b. Mampu menganalisa data yang diperoleh dari anak dengan Atresia Ileum.), keluarga, tim medis yang lain serta dokumen perawatannya. c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada anak dengan Atresia Ileum. d. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada anak dengan Atresia Ileum. e. Mampu melaksanakan implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan pada pada anak dengan Atresia Ileum.
4
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Atresia ileum adalah kelainan posisi pada ileum, bagian terbawah dari usus kecil. Atresia ileum adalah kelainan bawaan di mana ada stenosis yang signifikan atau bersaing tidak adanya sebagian dari ileum . Ada peningkatan kejadian pada mereka dengan kelainan kromosom . Atresia ileum adalah penyebab umum dari obstruksi usus rendah pada neonatus, dengan kejadian diperkirakan 1 dalam 5000 kelahiran hidup. Penyebabnya diduga terkait dengan iskemia intrauterin, mirip dengan atresia usus kecil yang lebih proksimal. Bagian distal ileum yang paling sering terlibat. Neonatus dengan atresia ileum memiliki anomali kongenital terkait yang lebih sedikit dibandingkan dengan atresia duodenum. Pasien yang terkena biasanya hadir dengan muntah empedu dan distensi abdomen. Seperti dalam penyebab lain dari obstruksi usus rendah pada neonatus, radiografi perut biasanya menunjukkan banyak loop usus melebar. B. Klasifikasi Terdapat 4 tipe dari atresia ileum, yaitu :1,3,4 a. Atresia ileum tipe I Pada atresia ileum tipe I ditandai dengan terdapatnya membran atau jaringan yang dibentuk dari lapisan mukosa dan submukosa. Bagian proksimal dari usus mengalami dilatasi dan bagian distalnya kolaps. Kondisi usus tersambung utuh tanpa defek dari bagian mesenterium. b. Atresia ileum tipe II Pada atresia ileum tipe II bagian proksimal dari usus berakhir pada bagian yang buntu, dan berhubungan dengan bagian distalnya dengan jaringan ikat pendek di atas dari mesenterium yang utuh. Bagian proksimal dari usus akan dilatasi dan mengalami hipertrofi sepanjang beberapa centimeter dan dapat menjadi sianosis diakibatkan proses iskemia akibat peningkatan tekanan intraluminal. c. Atresia ileum tipe IIIa Pada atresia ileum tipe IIIa bagian akhir dari ileum yang mengalami atresia memiliki gambaran seperti pada tipe II baik pada bagian proksimal dan distalnya, akan tetapi tidak terdapat jaringan ikat pendek dan terdapat defek 5
dari mesenterium yang berbentuk huruf V. Bagian yang dilatasi yaitu proksimal sering kali tidak memiliki peristaltik dan sering terjadi torsi atau distensi dengan nekrosis dan perforasi sebagai kejadian sekunder. Panjang keseluruhan dari usus biasanya kurang sedikit dari normal. d. Atresia ileum tipe IV Pada atresia ileum tipe IV terdapat atresia yang multipel, dengan kombinasi dari tipe I sampai dengan tipe III, memiliki gambaran seperti sosis. Terdapat hubungan dengan faktor genetik, dan tingkat mortalitas yang lebih tinggi. Multipel atresia dapat terjadi karena iskemia dan infark yang terjadi pada banyak tempat, proses inflamasi intrauterin, dan malformasi dari saluran cerna yang terjadi pada tahap awal proses embriogenesis. C. Etiologi Penyebab obstruksi pada infant dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu : 1. obstruksi mekanik 2. obstruksi didapat 3. obstruksi fungsional Penyebab terjadinya atresia ileum pada awalnya diperkirakan berkaitan dengan tidak sempurnanya proses revakuolisasi pada tahap pembentukan usus. Terdapat banyak teori mengenai penyebab terjadinya atresia ileum. Akan tetapi, teori yang banyak digunakan adalah terjadinya kondisi iskemik sampai dengan nekrosis pada pembuluh darah usus yang berakibat terjadinya proses reasorbsi dari bagian usus yang mengalami kondisi nekrosis tersebut.
Pendapat lain mengatakan bahwa
atresia ileum terjadi karena ketidaksempurnaan pembentukan pembuluh darah mesenterika selama intrauterin. Ketidaksempurnaan ini dapat diakibatkan karena terjadinya volvulus, intususepsi, hernia interna, dan konstriksi dari arteri mesenterika pada gastroschisis dan omphalokel. D. Patofisiologi Angka kejadian atresia ileum lebihkurang 50% dari atresia usus halus dansering bersamaan denganatresia.jejunum. Insiden atresia ileum dan jejunum sebanyak 1:300-5000 kelahiran. Hilangnya kontinuitas sebagian usus halus padapenderita atresia ileum menyebabkan tidakadanya pasase mekonium ke distal dari atresiausus halus, sehingga kolon manjadi sangat kecilmemberi gambaran mikrokolon. Atresia yangletaknya lebih proksmal dimana timbul padaakhir gestasi menyebabkan succus entericus
ataumekonium dapat memasuki kolon sehingga kolonini 6
walaupun
ukurannya
lebih
kecil
daripadaukuran
normal,
tidak
dapat
diklasifikasikansebagai mikrokolon. E. Manifestasi Klinis Gejala klinis dari atresia ileum adalah polihidramnion pada kehamilan (15%), muntah hijau (81%), distensi abdomen (98%), kuning (20%), dan tidak keluarnya mekoneum dalam 24 jam pertama setelah lahir (71%).1 USG pada ibu hamil dengan polihidramnion dapat menentukan adanya sumbatan pada usus halus, baik berupa atresia, volvulus, dan peritonitis mekoneum. Seluruh bayi dengan atresia usus halus mengalami distensi abdomen denganderajat yang bervariasi, muntah biliousdan terdapat kegagalan pengeluaran mekonium. 1.
Plain abdominal foto Terlihat dilatasi usus halus multipel dengan gambaran air fluid level didalamnya makin distal letak atresia, makamakin tampak pula distensinya
2.
Kontras enema Jenis kontras yang dipakai adalah isoosmolal water soluble Disini didapatkan gambaran mikrokolon, dimana kontrasyang dimasukkan tidak akan mengalami refluks ke ususyang mengalami distensi dan letaknya lebih proksimal. Pada literatur yang lain dikatakan bahwa terdapat gambaran mikrokolon,
tetapi data terjadi refluks dari kontras melalui katub ileovalvula menuju ke ileum,sehingga akan tampak lokasi distal atresia. Perlu diketahuibahwa tidak didapatkan filling defek baik dalam mikrokolonmaupun pada usus halus sisi distal F. Penatalaksanaan Dilakukan perawatan sebelum operasi sampai dengan keadaan pasien optimal.Hal ini disebabkan bahaya timbulnyaperforasi. Jenis operasi yang dilakukan berupa end to end anastomosis.. Jika didapatkan atresia multipel, maka dibuat reseksi pada area atresia kemudian dibuatan astomosis. Mengingat sering kali terdapat
anomali
yang
menyertainya,
jaringan
yang
telah
direseksi
perludipelajari sel ganglion di dalamnya. Diagnosis yang terlambat akan berakibat bertambah jeleknya prognosis dari pasien, terjadi nekrosis sampai perforasi dari sistema usus, abnormalitas cairan dan elektrolit, serta peningkatan kejadian sepsis. Pemberian elektrolit dan resusitasi cairan harus segera dilakukan. Pipa nasogastrik atau orogastrik dapat memperbaiki fungsi diafragma dan mencegah mutah serta terjadinya aspirasi. 7
Tindakan operatif bergantung dari penemuan patologi. Reseksi dari bagian proksimal yang dilatasi dan berlanjut anastomose langsung dengan ujung distalnya sering dilakukan. Akan tetapi apabila tidak dimungkinkan dilakukan reseksi anastomose akan dilakukan ileostomi. Ileostomi yang dilakukan dapat berupa Santulli, Mikulicz, dan Bishoop Koop. Pada prosedur Santulli, ileum proksimal dikeluarkan dan yang distalnya dianastomose ke ileum proksimal di bagian samping dari ileum proksimal. Penderita atresia ileum dirawat di ruangan dengan kelembaban yang cukup dan hangat, untuk mencegah hipotermia, kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang
seperti
pemeriksaan
laboratorium
darah.
Bila
kondisi
sudah
memungkinkan untuk dilakukan operasi, operasi segera dilakukan. Pada perawatan pascaoperasi pada pasien dengan atresia ileum harus segera diberikan nutrisi parenteral secepat mungkin. Nutrisi parenteral diberikan segera bila kondisi pascaoperasi telah stabil. Sebagaimana diketahui bahwa semakin proksimal atresianya, semakin lama juga terjadi disfungsi dari sistem ususnya. Secara umum pemberian nutrisi secara oral dimulai setelah bayi sadar penuh, menelan dengan baik, residu gaster kurang dari 5 cc/jam, perabaan soepel pada abdomen, atau telah flatus dan buang air besar. Nutrisi oral yang cukup harus diberikan pada bayi pascaoperasi dengan komposisi karbohidrat 62%, lemak 18%, dan protein 12%.2 Lemak intraluminal merupakan rangsangan utama terhadap pertumbuhan mukosa usus, sedikitnya 20% total kebutuhan kalori harian diperlukan sebagai pembentukan trigilserida rantai panjang untuk mempertahankan struktur dan fungsi dari usus halus. Disfungsi sementara dari sistema usus halus terutama pada pasien atresia ileum pascaoperasi seringkali terjadi karena banyak sebab, diantaranya adalah intolerans terhadap laktosa, malabsorbsi terutama karena pertumbuhan bakteri yang banyak, dan diare. Hal ini terjadi terutama karena berhubungan dengan short bowel syndrome. Keadaan ini membutuhkan perubahan bertahap dari pola total parenteral nutrisi ke nutrisi oral.
8
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Hari, tanggal
:Senin, 29 September 2014
Jam
: 09.00 WIB
Sumber Data
: Pasien, keluarga, rekam medis, tenaga kesehatan lain,buku status pasien
Metode
: Wawancara, observasi, studi dokumen, pemeriksaan fisik
Oleh
: Ade Nurhalimah Agus Hardi Nata
1. Identitas a.
Identitas Pasien No. RM
: 01. 64. xx. xx
Nama
: An. “F”
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, tanggal lahir
: Gunung Kidul, 24 Agustus 2013
Umur
: 13 bulan
Alamat
: Gunung Kidul
Diagnosa Medis
: Atresia Ileum tipe III A
Tanggal masuk RS
: 23 September 2014
b. Identitas Penanggung jawab : Nama
: Bp. “N”
Umur
: 35 tahun
Alamat
: Gunung Kidul
Pendidikan
: SLTA
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Hubungan dengan pasien
: Ayah kandung
2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Ibu klien mengatakan anaknya akan menjalani operasi penutupan stoma. b. Riwayat Kesehatan Sekarang 9
Ibu klien mengatakan anaknya akan menjalani operasi lanjutan, yaitu operasi penutupan stoma post colostomy yang di buat sejak umur 5 hari. Saat usia 1 hari klien belum BAB dan muntah berwarna hijau. Kemudian pada hari kedua dilakukan pemeriksaan dan ternyata klien mengalami atresia ileum. Maka pada hari ke 5 klien menjalani operasi pembuatan colostomy. Saat ini terjadi iritasi pada stoma dan paha sebelah kanan yang membuat anaknya jadi agak rewel. Iritasi terjadi karena sering terkena BAK dan keadaan stoma sering lembab. c. Riwayat Kesehatan yang Lalu 1) Prenatal Ibu rutin memeriksakan kehamilan di dokter Kunjungan selama hamil Trimester I
:3
Trimester II
:3
Trimester III
:8
Jumlah kunjungan
: 14
Selama hamil ibu tidak minum jamu, tidak mengalami hiperemesis, hipertensi dan perdarahan. 2) Natal Kelahiran anak ke dua dengan cara spontan. Melahirkan di bidan dengan usia kehamilan aterm. Tidak ada kesulitan saat melahirkan. Berat badan lahir 3500 gram panjang bayi 60 cm 3) Postnatal Tidak ada aspirasi, tidak ada Ikterik, tidak ada sepsis, tidak ada kejang, mekonium tidak keluar dalam 24 jam, muntah berwarna hijau, klien menerima asi eksklusif 4) Penyakit yang pernah diderita Atresia Ileum 5) Hospitalisasi/ tindakan operasi Setelah lahir klien dirawat di RSUD Wonosari karena muntah-muntah terus berwarna hijau dan belum keluar mekonium pada 24 jam pertama, kemudian dilakukan pemeriksaan dengan hasil adanya Atresia Ileum. Klien dirujuk ke RSUP dr Sardjito untuk menjalani operasi Colostomy pada umur 5 hari. 6) Injuri/ kecelakaan 10
Tidak ada 7) Alergi Tidak ada 8) Imunisasi Klien mendapat imunisasi dasar lengkap, yaitu : BCG, Hepatitis B, Polio, DPT, dan Campak. 3. Riwayat Pertumbuhan a. Umur saat tengkurap
: klien tidak tengkurap
b. Umur saat duduk
: 7 bulan dengan bantuan
c. Umur saat mengoceh
: 9 bulan
d. Umur saat berbicara
: 12 bulan
e. Umur saat berjalan
: saat ini klien belum dapat berjalan
4. Riwayat Sosial a. Yang mengasuh Orang tua. b. Hubungan dengan anggota keluarga Baik, klien tidak ada masalah dengan keluarga di rumah maupun keluarga besar. c. Hubungan dengan teman sebaya Baik, klien sering diajak bermain dengan teman-temannya di rumah. 5. Riwayat Keluarga a. Sosial ekonomi Menengah keatas. b. Lingkungan rumah Tidak ada tetangga yang menderita penyakit menular. c. Penyakit Keluarga Ibu klien mengatakan tidak ada riwayat keturunan penyakit serupa di keluarganya. Tidak ada riwayat penyakit menurun seperti hipertensi, diabetes militus dan penyakit menurun lainnya.
6. Genogram 11
KETERANGAN : : Perempuan
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Klien
: Meninggal
: Menikah
7. Pengkajian Tingkat Perkembangan saat Ini a. Personal sosial Klien mampu menggunakan sendok dan garpu, minum dengan cangkir, daag-daag dengan tangan, menirukan kegiatan sederhana. b. Adaptif - motorik halus Klien mampu memegang dengan ibu jari dan jari c. Bahasa Klien mampu mengucapkan 1 kata. d. Motorik kasar Klien belum mampu berdiri sendiri dan berjalan. Klien baru bisa duduk dengan bantuan. 8. Pola Kebiasaan Pasien a. Pola Nutrisi 1) Sebelum Sakit Sebelum di rawat di rumah sakit klien biasa makan 3 kali sehari dan dapat menghabiskan 1 porsi makanan. Klien minum susu formula dan air putih setiap hari ± 800 ml. 2) Saat Sakit Tidak ada perubahan pola makan dan minum sebelum dan sesudah di rawat di RS. b. Pola Eliminasi 12
1) Sebelum sakit Klien BAK lancar tanpa gangguan. Dalam sehari klien BAK ± 5 kali, warna kuning jernih bau khas urin. Klien BAB melalui stoma dengan konsistensi cair berwarna kuning dan bau khas feces.. 2) Saat sakit Selama di RS pola eliminasi klien tidak mengalami perubahan. c. Pola Aktivitas Istirahat dan Tidur 1) Sebelum Sakit Klien biasa tidur malam dari pukul 20.00 sampai pukul 05.00 selama ± 9 jam.Klien jarang terbangun pada malam hari. Klien biasa tidur siang ± 2 jam dalam sehari. 2) Saat Sakit Saat di RS istirahat dan tidur klien tidak ada perubahan. d. Pola hubungan Sebelum dan sesudah sakit pola hubungan klien dengan keluarga tidak ada perubahan. Saat di rumah sakit hubungan klien dengan perawat dan tenaga medis baik, tetapi klien seringkali menangis saat akan dilakukan pemeriksaan. e. Kognitif dan persepsi Orangtua klien mengetahui dan mengerti cara merawat stoma anaknya karena selama di rumah, orang tua klien merawat anaknya sendiri, dan dulu juga pernah diajari oleh perawat tentang cara perawatan stoma. f.
Konsep diri Ibu klien mengatakan ingin anaknya segera sembuh dan dapat tumbuh normal seperti anak-anak yang lainnya.
g. Nilai/ keyakinan Orang tua dan keluarga menganggap bahwa penyakit klien hanyalah cobaan dari Tuhan dan orang tua klien yakin bahwa Tuhan akan memberikan kesembuhan pada klien. 9. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum
: Baik
b. Tingkat kesadaran
: Composmentis
c. Tanda-tanda vital -
Nadi
: 98 x/ menit
-
Suhu
: 36,1 ˚C 13
-
RR
: 24 x/ menit
d. Status Gizi BB
: 6,3 kg
TB
: 72 cm
Tabel Z-Score Kategori Status Gizi Gizi Buruk Berat Badan menurut Gizi Kurang Umur (BB/U) Gizi Baik Anak Umur 0-60 Bulan Gizi Lebih Indeks
Ambang Batas Z-Score < -3 SD -3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD >2 SD
Standar BB menurut umur (BB/U)
Z-Score =
BeratBdan−NilaiMedian NilaiMedian−(−1SD)
=
6,3−9,2 9,2−8,1
=
−2,9 1,1
= - 2,63 SD
Status gizi An. F tergolong dalam Gizi kurang. e. Kulit Tidak pucat, tidak ada sianosis, lembab, tidak ada hematom, tidak ada edema, turgor kulit baik,terdapat iritasi di paha sebelah kanan dalam pasien. f.
Kepala Tidak sianosis, bentuk mesocepal, tidak ada luka, kulit kepala bersih, rambut hitam, ubun-ubun tidak cekung, sudah menutup.
g. Mata Konjungtiva tidak anemis, kornea bening, pupil isokor, ada reflek cahaya, tidak ada secret. h. Telinga 14
Simetris, bersih, tidak ada serumen, fungsi normal. i.
Hidung Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada epistaksis.
j.
Mulut Tidak bernafas melalui mulut, gigi masih tumbuh 2 di bagian bawah, gigi bersih, lidah agak kotor, tonsil normal, tenggorokan normal, kemampuan menelan baik.
k. Leher Bersih, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. l.
Thorak Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada sianosis. retraksi abdominal, suara nafas vesikuler, tidak terdengar suara nafas tambahan, tidak ada krepitasi, tidak ada stridor, tidak ada ketinggalan gerak.
m. Abdomen Terdapat lubang stoma di perut bagian kanan, membantu klien untuk BAB. Didaerah sekitar stoma terjadi iritasi dan kemerahan, sudah dibersihkan tapi tetap ada iritasi.Tidak ada asites, tidak kembung, suara perut tympani, peristaltik ada 10 kali per menit. n. Ekstermitas Akral hangat, tidak ada clubbing finger, CRT < 2 detik, pada paha kanan dalam terdapat iritasi kemerahan di kulit dengan diameter ± 5 cm, iritasi karena terkena BAK dan terasa nyeri ketika dibersihkan. o. Genetalia Tidak ada kelainan. p. Nyeri Terdapat luka iritasi pada stoma dan kemerahan pada paha bagian kanan dalam. P
: Klien merasa kesakitan dan menangis setiap kali stoma dan luka
iritasi dibersihkan. Q
: terasa perih
R
: di paha dan daerah stoma, tidak menjalar ke bagian tubuh lain
S
: skala nyeri 9
15
T
: hanya saat dibersihkan dan saat pipis
10. Pemeriksaan Penunjang Tanggal : 24 September 2014 Pemeriksaan HEMATOLOGI Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit Eritrosit MPV PDW PCT INDEX MCV MCH MCHC HITUNG JENIS Neutrofil % Limfosit % Monosit % Eosinofil % Basofil % Neutrofil # Limfosit # Monosit # Eosinofil # Basofil # FAALHATI Albumin FAAL GINJAL BUN Creatinin ELEKTROLIT Natrium
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
14.5 43.8 15.79 480 6.00 9.2 9.50 0.44
11.00 – 16.00 32.00 – 44.00 4.0 – 10.5 150 - 450 4.00 – 5.50 6.5 – 12.00 9.0 – 17.00 0.108 – 0.282
g/dl % 10^3/uL 10^3/uL 10^3/uL fL
73.0 24.2 33.1
80.0 – 97.0 27.0 – 32.0 32.0 – 38.0
fL pg g/dL
24.3 66.0 6.1 3.1 0.5 3.83 10.42 0.97 0.49 0.08
50.0 – 70.0 25.0 – 40.0 3.0 – 9.0 0.5 – 5.0 0.0 - 1.0 2.00 – 7.00 1.25 – 4.0 0.30 – 1.00 0.02 – 0.50 0.0 – 10.0
% % % % % 10^3/uL 10^3/uL 10^3/uL 10^3/uL 10^3/uL
5.24
3.97 – 4.9
g/dL
11.70 0.37
6.00 – 20.00 0.50 -0.90
mg/dL mg/dL
133
136 – 145
mmol/L
%
16
Kalium Clorida
5.60 98
3.50 – 5.10 98 - 107
mmol/L mmol/L
11. Terapi Selasa, 23 September 2014 a. Irigasi NaCl 0,9% 10cc/kg BB/ Pagi dan Siang b. Cefodroxyl 2x ½ cth c. Metronidazole 2x ½ cth
B. Analisa Data Nama
: An. F
No. RM
Umur
: 13 bulan
Dx Medis : Atresia ileum tipe III A
No
Data
: 01. 64. xx. xx
Masalah
Penyebab
Senin, 29 September 2014 Pukul 09.15 WIB 1.
DS : Ibu klien mengatakan anaknya mengalami iritasi di paha Kerusakan
Kelembapan
kanan dan daerah sekitar stoma pertama muncul setelah Integritas Kulit di buatkan stoma dan terkena cairan BAK DO : - Paha bagian kanan pasien terlihat kemerahan dengan diameter 5 cm. - Klien menangis saat luka dibersihkan Senin, 29 September 2014 Pukul 09.20 WIB 2
DS : Orang tua pasien mengatakan terdapat stoma diagian Resiko infeksi
Pertahanan
perut kanan pasien
imunologis
DO :
tidak adekuat,
- Terlihat stoma di bagian perut kanan pasien
tindakan
- Terdapat luka iritasi di daerah stoma
pembedahan
- Status gizi kurang - Leukosit : 15, 79 10^3 /uL - Suhu tubuh 36,5 0C
17
3
Senin, 29 September 2014 Pukul 09.25 WIB DS : - Orang tua pasien mengatakan terdapat stoma diagian Nyeri akut
Agen fisik
perut kanan pasien - Terdapat luka iritasi pada stoma dan kemerahan pada
cidera :
Luka
iritasi
paha bagian kanan dalam. - P :
Klien merasa kesakitan dan menangis
setiap kali stoma dan luka iritasi dibersihkan. - Q : terasa perih - R : di paha dan daerah stoma, tidak menjalar ke bagian tubuh lain - S : skala nyeri 9 - T : hanya saat dibersihkan dan saat pipis DO : - Pasien
terlihat
menangis
saat
luka
dibersih
dibersihkan - Kulit tampak kemerahan karena iritasi - Nadi
: 98 x/ menit
- RR
: 24 x/ menit
C. Diagnosa Keperawatan 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban, ditandai dengan : Ibu klien mengatakan anaknya mengalami iritasi di paha kanan dan daerah sekitar stoma dan sering lembab, Paha bagian kanan pasien terlihat kemerahan dengan diameter 5 cm, Klien menangis saat luka dibersihkan 2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis tidak adekuat, tindakan pembedahan, ditandai dengan : Orang tua pasien mengatakan terdapat stoma diagian perut kanan pasien, Terlihat stoma di bagian perut kanan pasien, Terdapat luka iritasi di daerah stoma, Status gizi kurang, Leukosit : 15, 79 10^3 /uL, Suhu tubuh 36,5 0C 3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : luka iritasi, ditandai dengan : Orang tua pasien mengatakan terdapat stoma diagian perut kanan pasien, Terdapat luka iritasi pada stoma dan kemerahan pada paha bagian kanan 18
dalam, P : Klien merasa kesakitan dan menangis setiap kali stoma dan luka iritasi dibersihkan, Q : terasa perih, R : di paha dan daerah stoma, tidak menjalar ke bagian tubuh lain, S
: skala nyeri 9. T : hanya saat dibersihkan
dan saat pipis, Pasien terlihat menangis saat luka dibersih dibersihkan, Kulit tampak kemerahan karena iritasi, Nadi
: 98 x/ menit, RR : 24 x/ menit
19
D.
No 1
Perencanaan Nama : An. F Umur : 13 bulan Dx Keperawatan Senin, 29 September 2014
Senin,
Pukul 10.00 WIB
2014
Tujuan Intervensi 29 September Senin, 29 September 2014
Rasional Senin, 29 September 2014
Pukul 10.00 WIB
Pukul 10.00 WIB
Pukul 10.00 WIB Kerusakan
inegritas
berhubungan
kulit Setelah dengan asuhan
dilakukan 1. Kaji keadaan luka
1. Mengetahui kondisi dan keadaan
keperawatan
kelembaban, ditandai dengan :
selama
DS :
kerusakan integritas kulit 2. Monitor adanya kemerahan
-
Ibu
klien
mengalami hasil :
iritasi dip aha kanan dan daerah sekitar stoma
Paha
selanjutnya 2. Mengetahui ada dan tidaknya
bagian
pasien kemerahan
kanan
1. Tidak
terjadi
perluasan luka
terlihat dengan
3. Luka
perluasaan luka. 3. Monitor tanda dan gejala infeksi 3. Deteksi
2. Infeksi terkontrol
DO :
-
jam,
mengatakan teratasi dengan kriteria
anaknya
-
3x24
luka untuk menentukan tindakan
bersih
terkontaminasi
(rubor, kalor, dolor, tumor, dan
mencegah
fungsio laesa)
baru.
4. Anjurkan tidak
pakaian
untuk yang
infeksi
timbulnya
memakaikan 4. Meminimalisir longgar
dan
untuk masalah
bertambah
parahnya luka.
berbahan halus 5. Anjurkan
untuk
menjaga 5. Mencegah infeksi pada daerah
diameter 5 cm
kebersihan kulit agar tetap bersih
Klien menangis saat luka
dan kering
dibersihkan
dini
luka dan agar luka cepat kering
6. Bersihkan luka dengan air hangat 6. Melancarkan
peredaran darah
pada luka dan mengurangi rasa sakit saat dibersihkan 7. Cegah kontaminasi fases dan 7. Mencegahterkontaminasi 20
urine
mikroorganisme
dan
bakteri
dalam fases dan urine 8. Kolaborasi pemberian salep kulit 8. Mecegah infeksi mikroorganime untuk mengatasi iritasi 2
Senin, 29 September 2014 Pukul 10.05 WIB Resiko
infeksi
tidak
Senin, 29 September Senin, 29 September 2014 2014 Pukul 10.05 WIB Pukul 10.05 WIB
berhubungan
dengan pertahanan imunologis adekuat,
tindakan
pembedahan, ditandai dengan : DS : Orang tua pasien mengatakan terdapat stoma diagian perut kanan pasien DO : - Terlihat stoma di bagian perut kanan pasien - Terdapat luka iritasi di daerah stoma - Status gizi kurang - Leukosit : 15, 79 10^3 /uL - Suhu tubuh 36,50 C
secara efektif Senin, 29 September 2014 Pukul 10.05 WIB
1. Kaji keadaan umum anak Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 3 x 24 jam tidak terjadi
infeksi
dengan
kriteria hasil : 1. Tidak
ada
1. Memberikan
tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor, dan fungsio laesa)
2. Observasi tanda-tanda vital klien 2. Abnormalitas setiap 8 jam 3. Observasi
10.5) 3. Hemoglobin
tanda-tanda
4. Tidak peningkatan
terdapat suhu
infeksi lebih dini
fungsio laesa) 4. Lakukan perawatan dan semua 4. Mencegah maupun mengurangi tindakan
dengan
prosedur
aseptic
terjadinya infeksi yang dimulai karena
tindakan
yang
tidak
aseptik 5. Lakukan penkes tentang cuci 5. Menambah pengetahuan keluarga tangan
11.00 – 16.00 g/dL)
vital
infeksi 3. Mengetahui ada dan tidaknya
dalam
batas normal (normal
tanda-tanda
dapat menjadi penanda infeksi
2. Nilai leukosit dalam batas normal (4.0 –
untuk
melakukan intervensi selanjutnya
(rubor, kalor, dolor, tumor, dan tanda-
gambaran
serta
meminimalisir
penularan
virus dan bakteri. 6. Beri informasi tentang tanda- 6. Keluarga tanda infeksi (rubor, kalor, dolor,
dapat
memantau
keadaan bayi
tumor, maupun fungsio laesa) pada keluarga pasien 21
tubuh di atas normal
7. Kelola
pemberian
antibiotik 7. Mencegah
bahkan
Cefadroxil syrup 2 x ½ cth per
menghilangkan risiko bayi tertular
oral dan Metronidazole syrup 3 x
ataupun terinfeksi.
½ cth per oral 3
Senin, 29 September 2014 Pukul 10.09 WIB
Senin, 29 September Senin, 29 September 2014 2014 Pukul 10.09 WIB Pukul 10.09 WIB
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : luka iritasi,
dilakukan
tindakan
ditandai dengan :
keperawatan
1. Kaji tingkat nyeri, presipitasi, tipe 1. Untuk dan sumber nyeri
- Terdapat
luka
iritasi
pada
stoma dan kemerahan pada paha bagian kanan dalam. - Klien merasa kesakitan dan menangis setiap kali stoma dan luka iritasi dibersihkan, terasa perih, di paha dan daerah stoma, tidak menjalar ke bagian tubuh lain, skala 9,
nyeri
hanya saat
dibersihkan dan saat pipis
dapat berkurang dengan
1. Pasien tidak menangis
2. Skala
nyeri
berkurang
2. Observasi reaksi nonverbal dari 2. Mengetahui
pasien dari
9
klien merasa nyeri
4. Bersihkan luka dengan air hangat 4. Melancarkan dan kain yang halus
peredaran darah
pada luka dan mengurangi rasa sakit saat dibersihkan
mampu
mempraktekkan teknik distraksi
mana
3. Monitoring tanda-tanda vital tiap 3. Tanda-tanda vital meningkat bila
menjadi 4 3. Keluarga
sejauh
ketidaknyamanan klien
8 jam
saat luka dibersihkan
intervensi
untuk mengurangi nyeri
ketidaknyamanan
kriteria hasil :
menentukan
selanjutnya yang akan dilakukan
selama 3 x 24 jam, nyeri
DS :
nyeri
Setelah
Senin, 29 September 2014 Pukul 10.09 WIB
5. Ajarkan
teknik
distraksi
pada 5. Mengalihkan perhatian klien pada
keluarga klien 6. Kolaborasi analgesic
nyeri saat luka dibersihkan pemberian
k/p
bila
obat 6. Mengelola nyeri
nyeri
secara
farmakologis.
bertambah parah
DO : - Pasien terlihat menangis saat luka dibersih dibersihkan
22
- Kulit
tampak
kemerahan
karena iritasi
CATATAN PERKEMBANGAN DX 1
WAKTU 08:00 29/9/2014
IMPLEMENTASI 1. mengkaji keadaan luka
EVALUASI S:
2. Memonitor tanda dan gejala infeksi (rubor, kalor, dolor,
-
tumor, dan fungsio laesa) 3. menganjurkan
untuk
memakaikan
PARAF
ibu pasien mengatakan pasien tidak demam, namun masih terdapat kemerahan pada are
pakaian
yang
longgar dan berbahan halus
stoma. -
4. menganjurkan untuk menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
pasien
mengatakan
pasien
mengalami
kemerahan sejak beberapa hari yang lalu -
5. membersihkan luka dengan air hangat 6. mencegah kontaminasi fases dan urine
Ibu
Pasien sering menangis jika dilakukan perawatan luka stoma oleh ibu pasien
-
Ibu pasien berusaha mengaluhkan sensasi nyeri pasien dengan mainan
2
08:00 29/9/2014
1. Mengkaji keadaan umum anak
O:
2. mengobservasi tanda-tanda vital klien setiap 8 jam
-
Suhu : 36,6 O C ; Nadi : 112 x/menit
3. melakukan perawatan dan semua tindakan dengan
-
terdapat tenda infeksi kemerahan pada stoma,
prosedur aseptic
pasien terindikasi mudah alergi terhadap plastik
4. melakukan penkes tentang cuci tangan 5. memberi informasi tentang tanda-tanda infeksi (rubor,
colostomy -
kalor, dolor, tumor, maupun fungsio laesa) pada keluarga pasien
Pasien
selalu
menggunakan
donat
untuk
menampung rembesan -
Ibu pasien sudah mengerti tentang pencegahan
6. mengelola pemberian antibiotik Cefadroxil syrup 2 x ½ 23
cth per oral dan Metronidazole syrup 3 x ½ cth per -
oral 3
08:00 29/9/2014
infeksi, dengan mencuci tangan. Nyeri berkurang menjadi 8
1. mengkaji tingkat nyeri, presipitasi, tipe dan sumber A : nyeri 2. mengobservasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan 3. mengajarkan teknik distraksi pada keluarga klien
-
kerusakan integritas kulit tertatasi sebagian
-
resiko infeksi teratasi sebagian
-
nyeri akut tertasi sebgaian
P: -
bantu keluarga untuk perawatan luka.
-
Kelola terapi cefadroxyl 2x1/2 cth
-
Metronidazole syrup 3x1/2 cth
-
Rencana operasi penutupan colostomy pada kamis 2/10/14
DX 1
WAKTU 16:00 30/9/2014
IMPLEMENTASI 1. mengkaji keadaan luka
S:
EVALUASI
2. Memonitor tanda dan gejala infeksi (rubor, kalor, dolor,
-
tumor, dan fungsio laesa) 3. membersihkan luka dengan air hangat
-
1. Mengkaji keadaan umum anak
masih
terdapat
Pasien masih sering menangis jika dilakukan
Ibu pasien berusaha mengaluhkan sensasi nyeri pasien dengan mainan
2. mengobservasi tanda-tanda vital klien setiap 8 jam
O:
3. melakukan perawatan dan semua tindakan dengan
-
prosedur aseptic
mengatakan
perawatan luka stoma oleh ibu pasien -
16:00 30/9/2014
pasien
kemerahan pada are stoma.
4. mencegah kontaminasi fases dan urine
2
ibu
PARAF
Masih terdapat tenda infeksi kemerahan pada stoma
4. mengelola pemberian antibiotik Cefadroxil syrup 2 x ½
24
3
16:00 30/9/2014
cth per oral dan Metronidazole syrup 3 x ½ cth per
-
Nyeri tetap pada skala 8
oral
-
Pemberian Cefadroxil syrup 2 x ½ cth per oral dan Metronidazole syrup 3 x ½ cth per oral
1. mengkaji tingkat nyeri, presipitasi, tipe dan sumber A:
nyeri 2. mengobservasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
-
kerusakan integritas kulit tertatasi sebagian
-
resiko infeksi teratasi sebagian
-
nyeri akut tertasi sebgaian
P: -
bantu keluarga untuk perawatan luka dan irigasi
-
Kelola terapi cefadroxyl 2x1/2 cth
-
Metronidazole syrup 3x1/2 cth
-
Rencana operasi penutupan colostomy pada kamis 2/10/14
DX 1
WAKTU 16:00 1/10/14
IMPLEMENTASI 1. mengkaji keadaan luka
EVALUASI S:
2. Memonitor tanda dan gejala infeksi (rubor, kalor, dolor,
-
tumor, dan fungsio laesa) 3. membersihkan luka dengan air hangat
16:00 1/10/14
1. Mengkaji keadaan umum anak
pasien
mengatakan
masih
terdapat
kemerahan pada are stoma. -
4. mencegah kontaminasi fases dan urine 2
ibu
PARAF
Pasien masih sering menangis jika dilakukan perawatan luka stoma
-
2. mengobservasi tanda-tanda vital klien setiap 8 jam
Ibu pasien berusaha mengaluhkan sensasi nyeri pasien dengan mainan
3. melakukan perawatan dan semua tindakan dengan O : prosedur aseptic
-
S : 36,8 O C
4. mengelola pemberian antibiotik Cefadroxil syrup 2 x ½
25
cth per oral dan Metronidazole syrup 3 x ½ cth per
-
oral 3
16:00 1/10/14
stoma dan kaki kanan
1. mengkaji tingkat nyeri, presipitasi, tipe dan sumber nyeri 2. mengobservasi ketidaknyamanan
Masih terdapat tenda infeksi kemerahan pada
reaksi
nonverbal
-
Nyeri tetap pada skala 8
-
Pemberian Cefadroxil syrup 2 x ½ cth per oral dan
dari
Metronidazole syrup 3 x ½ cth per oral -
A:
-
kerusakan integritas kulit tertatasi sebagian
-
resiko infeksi teratasi sebagian
-
nyeri akut tertasi sebgaian
P: -
Kelola terapi cefadroxyl 2x1/2 cth
-
Metronidazole syrup 3x1/2 cth
-
Rencana operasi penutupan colostomy pada kamis 2/10/14; kelola kecemasan jika muncul
26