LAPORAN PENDAHULUAN COLIC ABDOMEN A. Definisi Kolik abdomen merupakan salah satu keadaan darurat non trauma, dimana seorang penderita oleh karena keadaan kesehatannya memerlukan pertolongan secepatnya untuk dapat mencegah memburuknya keadaan penderita (Nettina, 2012). Kolik abdomen adalah suatu keadaan yang sangat membutuhkan pertolongan secepatnya tetapi tidak begitu berbahaya, karena kondisi penderita yang sangat lemah jadi penderita sangat memerlukan pertolongan dengan segera (Bare, 2011). Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltik normal (Reeves, 2011) B. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu 1. Secara mekanis a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena radang). b. Karsinoma. c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam usus). d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati). e. Polip (perubahan pada mukosa hidung). f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran). 2. Fungsional (non mekanik) a. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak dapat bergerak). b. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas). c. Enteritis regional. d. Ketidak seimbangan elektrolit. e. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif) (Reeves, 2011).
C. PATOFISIOLOGI/PATHWAYS Colic abdome adalah gangguan pada aliran normal usus seoanjang traktus intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen. Hal yang mendasari adalah infeksi dalam organ perut (diare, radang kandung empedu, radang kandung kemih). Sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu
ginjal). Akut abdomen yaitu suatu kegawatan abdomen yang dapat terjadi karena masalah nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung kurang daari 24 jam. Colic abdomen terkait pada nyeri perut serta gejala seperti muntah, konstipasi, diare, dan gejala gastrointestinal yang spesifik. Pada kolik abdomen nyeri dapat berasal dari organ dalam abdomen, termasuk nyeri viseral. Dari otot lapisan dinding perut. Lokasi nyeri perut abdomen biasanya mengarah pada lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan perjalanan dari tempat lain. Oleh karena itu, nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder dari tempat lain.
D. Manifestasi klinis
1. Mekanika sederhana – usus halus atas Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal. 2. Mekanika sederhana – usus halus bawah Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal. 3. Mekanika sederhana – kolon Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal. 4. Obstruksi mekanik parsial Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram, nyeri abdomen, distensi ringan dan diare. 5. Strangulasi Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar (Reeves, 2011). E. Klasifikasi 1. Kolik abdomen visceral adalah berasal dari organ dalam, visceral di mana intervasi berasal dari saraf memiliki respon terutama terhadap distensi dan kontraksi otot, bukan karena iritasi lokal, robekan atau luka karakteristik nyeri visceral diantaranya sulit terlokalisir, tumpul, samar, dan cenderung beralih ke area dengan struktur embrional yang sama. 2. Kolik abdomen alih adalah nyeri yang dirasakan jauh dari sumber nyeri akibat penjalaran serabut saraf(Reeves, 2011). F. Komplikasi 1. Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus ). 2. Kolik biliaris. 3. Kolik intestinal ( obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang ) (Reeves, 2011). G. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan fisik : Tanda - tanda vital. 2. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri. 3. Pemeriksaan rectal. 4. Laboratorium : leukosit, HB. 5. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus. 6. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.
7. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pannkreas oleh lipatan khusus. 8. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik (Reeves, 2011). H. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu : a. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit. b. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis. c. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi. d. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung. e. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko. f. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus yang di lakukan sebagai prosedur kedua. 2. Penatalaksanaan secara farmakologi yaitu : a. Terapi Na + K + komponen darah. b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan. c. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler. d. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan. e. Antasid ( obat yang melawan keasaman ). f. Antihistamine (adalah obat yang berlawanan kerja terhadap efek histamine) (Reeves, 2011). I. Pengkajian Primer a. Airway Terdapat sputum/lendir pada jalan nafas. b. Breathing Kaji adanya dispneu, kaji pola pernapasan yang tidak teratur, kedalaman napas, frekuensi pernapasan, ekspansi paru, pengembangan dada. Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, irama pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan. c. Circulation Tekanan Darah meningkat, denyut nadi bervariasi. Pengkajian volume darah dan kardiac output serta perdarahan. Pengkajian ini meliputi tingkat kesadaran, warna kulit, nadi, dan adanya perdarahan. d. Disability
Nilai tingkat kesadaran pasien serta ukuran dan reaksi pupil. Pasien mengalami penurunan kesadaran. e. Exposure Tidak terdapat pendarahan J. Pengkajian Sekunder a. Riwayat Kesehatan Sekarang Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga di bawa ke rumah sakit b. Riwayat Kesehatan Dahulu Mengkaji apakah pasien pernah sakit yang dirasakan sekarang, dan apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi kesembuhan pasien. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Gambaran mengenai kesehatan keluarga, dan adakah penyakit keturunan atan menular. d. Anamnesa Singkat (AMPLE: Allergis, Medikasi, Nyeri, Diit yang dimakan terakhir, Event of Injury) e. Pemeriksaan Head to Toe 1. Kepala
: pasien berambut lurus dan pendek, dan tidak mudah lepas saat di
cabut. Rambut : umumnya tidak ada kelainan. bentuk normocephalik 2. Mata
: isokor, besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya (+), sklera
tidak ikterik. 3. Telinga
: bersih tak terdapat serumen dan tidak mengalami gangguan
pendengaran 4. Hidung
: tidak terdapat polip pada hidung. Bentuk simetris
5. Wajah
: kulit wajah kering, muka umumnya tidak simetris yaitu miring ke
salah satu sisi 6. Mulut
: terlihat kurang bersih, mukosa mulut kering, bibir kering.
7. Leher
: Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, kaku kuduk jarang terjadi.
8. Dada
: Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan. Pasien umumnya mengalami sesak nafas.
9. Abdomen : Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung. 10. Ekstremitas : Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. 11. Genetalica : Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine. K. Diagnosa Keperawatan 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau diforesis. 2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan. 3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan atau kekakuan. L. Intervensi 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau diforesis. Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi. Kriteria hasil : 1. Tanda vital normal. 2. Masukan dan haluaran seimbang. Intervensi : 1. Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala syok. 2. Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin. 3. Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan intermitten. Ukur haluaran drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna dan konsistensi. 4. Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk memudahkan pasasse ke dalam usus; jangan memplester selang ke hidung sampai selang pada posisi yang benar. 5. Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam. 6. Kateter uretral indwelling dapat dipasang; laporkan haluaran kurang dari 50 ml/jam. 7. Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam. 8. Pantau elektrolit, Hb dan Ht. 9. Observasi feses pertama terhadap warna, konsistensi dan jumlah; hindari konstipasi. 2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan. Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol. Kriteria hasil : pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks. Intervensi : 1. Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan menyangga lutut. 2. Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri. 3. Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping anlgesik; hindari morfin. 4. Berikan periode istirahat terencana.
5. Kaji dan anjurkan melakukan lathan rentang gerak aktif atau pasif setiap 4 jam. 6. Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan perawatan kulit. 7. Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau nyeri; berikan enema perlahan bila dipesankan. 8. Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri. 3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan atau kekakuan. Tujuan : pola nafas menjadi efektif. Kriteria hasil : pasien menunjukkan kemampuan melakukan latihan pernafasan, pernafasan yang dalam dan perlahan. Intervensi : 1. Kaji status pernafasan; observasi terhadap menelan, “pernafasan cepat”. 2. Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat. 3. Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif. 4. Kaji dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan napas dalam setiap jam. 5. Auskultasi dada terhadap bunyi nafas setiap 4 jam.
DAFTAR PUSTAKA Bare BG., Smeltzer SC. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Hal : 45-47. Reeves, Charlene J, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika, Jakarta, 2011. H. Syaifuddin Drs. B.Ac, Anatomi Fisiologi, EGC Jakarta, 2007. Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan Makanan, Surabaya, Tidak dipublikasikan. Nettina, Sandra M. 2012 Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setyawan dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2007.
LAPORAN PENDAHULUAN COLIC ABDOMEN PADA PASIEN Tn J Di Ruang IGD RSUD K.R.M.T Wongsonegoro
Disusun Oleh : 1.
Itsnaini Nur Laila
: 1601027
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG 2018