LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CONGESTIVE HEART FAILURE)
1. Definisi Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Smeltzer dan Bare, 2001). Menurut Paul Wood (1958), suatu keadaan patofisiologis dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup disebut gagal jantung.Menurut Society of Cardiology (1995), adanya gejala gagal jantung, yang reversibel dengan terapi, dan bukti objektif adanya disfungsi jantung. Gagal ketidak
mampuan
(Caridiac tubuh.
Output = Apabila
jantung
untuk mempertahankan curah
CO) dalam tekanan
jantung
memenuhi kebutuhan
pengisian
ini
adalah jantung
metabolisme
meningkat sehingga
mengakibatkan edema paru dan bendungan di system vena, maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif (Kabo & Karim, 2002). 2. Etiologi Gagal jantung merupakan hasil dari suatu kondisi yang menyebabkan overload volume, tekanan dan disfungsi miokard, gangguan pengisian, atau peningkatan kebutuhan metabolik. a. Penyakit jantung iskemik disertai disfungsi ventrikel kiri (penyebab tersering) b. Hipertensi c. Kardiomiopati d. Penyakit katup jantung e. Penyakit jantung bawaan (ASD, VSD) f. Penyakit pericardial
g. Pada gagal jantung dengan curah tinggi, beban kerja jantung berlebihan mungkin terjadi akibat anemia, penyakit Paget, dan tirotoksikosis Mungkin ada juga faktor pemicu, misalnya : 1) Anemia 2) Retensi cairan (obat Nonsteroid, penyakit ginjal) 3) Infeksi (khususnya pada paru disertai penurunan PO2, endokarditis) 4) Emboli Paru 5) Obat inotropik negatif (beta-blocker, sebagian besar obat aritmia kecuali digoksin) 3. Patofisiologi Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah
jantung.
Bila
mekanisme
kompensasi
ini
gagal
untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang
harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole). Path way Disfungsi Miokard (AMI) Miokarditis
Beban tekanan berlebihan
Kontraktilitas
Beban sistolik berlebihan
Beban systole
Peningkatan keb.metabolis me
Beban Volume berlebihan
Preload
Kontraktilitas
Hambatan Pengosongan Ventrikel COP Beban jantung meningkat Gagal jantung kanan
GJ
Gagal pompa ventrikel kanan
Gagal pompa ventrikel kiri
Backward Failure
Forward Failure Penurunan Curah jantung
Suplai darah jar.
Suplai O2 otak
Syncope
Tek. Vena pulmonalis
Volume cairan ektrasel ADH
Bendungan atrium kanan Bendungan vena sistemik Penimbunan as. Laktat
Tek. kapiler paru
Aldosteron
Lien
ADH ADH Retensi Na + H2O
Asidosis metabolik
Fatigue
Renal flow RAA
Metab. anaerob
&ATP
LVED
Tekanan Diastole
Edema Paru
Beban Ventrikel Kanan
Hepar
Splenomegali
Hepatomegali
Ronkhi basah Iritasi mukosa paru Reflek Batuk
Intoleransi aktivitas
Hipertropy ventrikel kanan
Mendesak diafragma Sesak Nafas
Penyempitan lumen ventrikel kanan
Pola nafas inefektif Penumpukan secret
Resti Ggn. pertukaran gas
Ket : α Preload : jumlah darah yang mengisi jantung berbanding tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung. α Synkope : pingsan hilangnya kesadaran sementara waktu α LVED : tekanan akhir diastolik ventrikel kiri α RAA : Renin Angiotensin
4. Manifestasi Klinis Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung kanan, dan gagal jantung kongestif. Gejala dan tanda yang timbul pun berbeda, sesuai pembagian tsb. a. Gagal Jantung Kiri 1)
Dispnea d’Effort
8)
Ronchi
2)
Fatigue
9)
Pembesaran jantung
3)
Orthopnea
10) Irama derap
4) Dispnea paroksismal
nokturnal
11) Ventricular heaving
5)
Batuk
12) Bunyi derap dan bunyi jantung S4
6)
Pernafasan Cheynestokes
13) Pulsus alternans
7)
Takikardia
14) Kongesti vena pulmonalis
b. Gagal Jantung Kanan 1)
Fatigue
8)
Murmur
2)
Edema
3)
Liver Engorgement
9) Tanda kronik
4)
Anoreksia dan kembung
10) Peningkatan tekanan Vena jugularis
5)
Asites
11) Hidrotoraks
6)
Hipertrofi jantung kanan
12) Hepatomegali
7)
Irama derap atrium kanan
penyakit
paru
c. Gagal Jantung Kongestif 1) Dispnea nokturnal paroksismal atau orthopnea
2) Peningkatan vena jugularis
tekanan
3) Ronchi nyaring
basah
tidak
4)
Kardiomegali
5)
Edema paru akut
6)
Edema pergelangan kaki
7)
Batuk di malam hari
8)
Hepatomegali
9)
Efusi Pleura
10) Takikardia (>120x/menit) 11) Penurunan BB >4,5kg dalam 5 hari setelah terapi
5. Klasifikasi Ada 4 kategori utama yang diklasifikasikan, yaitu sebagai berikut : a. Backward vs Forward Failure Backward failure dikatakan sebagai akibat ventrikel tidak mampu memompa volume darah keluar, menyebabkan darah terakumulasi dan meningkatkan tekanan dalam ventrikel, atrium, dan sistem vena baik untuk jantung sisi kanan maupun jantung sisi kiri. Efek Backward Failure Kegagalan Ventrikel Kiri
Kegagalan Ventrikel Kanan
1. Peningkatan volume dan 1. Peningkatan tekanan dalam ventrikel kiri dan dalam vena sirkulasi atrium kiri (preload) 2. Peningkatan 2. Edema paru atrium kanan (preload)
volume tekanan
3. Hepatomegali splenomegali 4.
dan
Edema prerifer dependen
Forward failure adalah akibat ketidakmampuan jantung mempertahankan curah jantung, yang kemudian menurunkan perfusi jaringan. Efek Forward Failure Kegagalan Ventrikel Kiri
Kegagalan Ventrikel Kanan
1.
Penurunan curah jantung
2. Penurunan jaringan
1.
Peningkatan volume darah
perfusi 2. Penurunan volume darah ke paru
3. Peningkatan sekresi hormon renin, aldosteron dan ADH 4. Peningkatan retensi garam dan air 5. Peningkatan volume extravaskuler
cairan
b. Low-Output vs High-Output Syndrome Low-output syndrome terjadi bilamana jantung gagal sebagai pompa, yang mengakibatkan gangguan sirkulasi perifer dan vasokontriksi perifer.Bila curah jantung normal atau diatas normal namun kebutuhan metabolik tubuh tidak mencukupi, maka high-output syndrome terjadi. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan kebutuhan metabolik, misalnya pada hipertiroidisme, demam dan kehamilan, atau penyakit lain. c. Kegagalan Akut vs Kronik Gagal jantung akut merupakan merupakan hasil dari kegagalan ventrikel kiri mungkin karena infark miokard, disfungsi katup dan hipertensi. Kejadiannya berlangsung cepat dimana mekanisme kompensasi menjadi tidak efektif.Gagal jantung kronik berkembang dalam waktu yang relatif cukup lama dan biasanya merupakan hasil akhir dari suatu peningkatan ketidakmampuan mekanisme kompensasi yang efektif.
d. Kegagalan Ventrikel Kanan vs Vetrikel Kiri Kegagalan ventrikel kiri secara tipikal disebabkan oleh hipertensi, Arteri Koroner, Katup jantung sisi kiri (mitral dan aorta).Kegagalan ventrikel kanan sering disebabkan oleh gagal jantung kiri, gangguan katup trikuspidalis, atau pulmonal.
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas, yaitu : a.
Kelas 1 : bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan
b.
Kelas 2 : bila pasien dapat melakukan aktivitas lebih berat dari
aktivitas sehari-hari tanpa keluhan c.
Kelas 3 : bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa keluhan d.
Kelas 4 : bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas
apapun dan harus tirah baring 6. Komplikasi Menurut patric davay (2005), komplikasi gagal jantung kongestif adalah sebagai berikut : 1) Efusi pleura: di hasilkan dari peningkatan tekanan kapiler. Transudasi cairan terjadi dari kapiler masuk ke dalam ruang pleura. Efusi pleura biasanya terjadi pada lobus bawah darah. 2) Aritmia: pasien dengan gagal jntung kongestif mempunyai risiko untuk mengalami aritmia, biasanya disebabkan karena tachiaritmias ventrikuler yang akhirnya menyebabkan kematian mendadak 3) Trombus ventrikuler kiri: pada gagal jntung kongestif akut dan kronik, pembesaran ventrikel kiri dan penurunan kardiac output beradaptasi terhadap adanya pembentukan thrombus pada ventrikel kiri. Ketika thrombus terbentuk, maka mengurangi kontraktilitas dari ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen dan lebih jauh gangguan perfusi. Pembentukan emboli dari thrombus dapat terjadi dan dapat disebabkan dari Cerebrivaskular accident (CVA) 4) Hepatomegali: karena lobus hati mengalami kongestif dengan darah vena sehingga menyebabkan perubahan fungsi hati. Kematian sel hati, terjadi fibrosis dan akhirnya sirosis.
7. Penatalaksanaan Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah: a. Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan konsumsi oksigen dengan pembatasan aktivitas. b. Meningkatkan
kontraksi
(kontraktilitas)
otot
jantung
dengan
digitalisasi. c. Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator. Penatalaksanaan Medis a. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2 melalui istirahat/ pembatasan aktifitas. b. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung c. Mengatasi
keadaan
yang
reversible,
termasuk
tirotoksikosis,
miksedema, dan aritmia. d. Digitalisasi 1) dosis digitalis Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari. Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam. Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam. 2) Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan. 3) Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg. 4) Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat: Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan. Cedila 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan. Terapi Lain:
mid
a. Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau intrakrdial, dan keadaanoutput tinggi. b. Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan. c. Posisi setengah duduk. d. Oksigenasi (2-3 liter/menit). e. Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk mencegah, mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan gagal jantung. Rendah garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan dan 1 gr pada gagal jantung berat. Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan. f. Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani dapat berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau sedang. g. Hentikan rokok dan alcohol h. Revaskularisasi coroner i. Transplantasi jantung j. Kardoimioplasti Perawatan secara paliatif Perawatan paliatif atau mendukung untuk mengatasi gejala, psikososial, atau eksistensial kesusahan dan strategi untuk mengelola dan mengatasi gagal jantung harus diberikan bersamaan dengan intervensi dalam memodifikasi penyakit berbasis bukti dalam perawatan gagal jantung secara komprehensif . Pada awal terapi gagal jantung, perawatan paliatif fokus pada pendidikan bagi pasien dan keluarga tentang gagal jantung dan manajemen diri. Diuresis dan terapi berbasis bukti mrupakan tingkat pencapaian tertinggi untuk meningkatkan fungsi. Bahkan ketika peningkatan fungsi tercapai, pasien dan keluarga akan mendapatkan keuntungan dari usaha yang dapat meningkatkan dan membantu pasien dan keluarga dalam mengatasi gejala gagal jantung mereka dan
dampaknya terhadap kehidupan mereka. Transplantasi jantung atau tujuan terapi ventrikel membantu perangkat meningkatkan fungsi bagi pasien untuk jangka waktu dan membawa beban yang berbeda dari penyakit kronis. Pada akhir hidup atau ketika kelemahan fisik yang signifikan atau komorbiditas mendominasi, perawatan paliatif adalah fokus utama, tetapi beberapa terapi gagal jantung tetap penting . Gagal jantung berbeda dari kanker di mana perawatan berpotensi kuratif dihentikan sebagai pasien mencapai tahap akhir. Komunikasi dan pengambilan keputusan antara dokter dan pasien tentang terapi dan perangkat juga harus diintegrasikan ke dalam perawatan gagal jantung komprehensif. Pendidikan dan diskusi idealnya terjadi dari waktu ke waktu terkait dengan apa nilai-nilai pasien, dan mungkin perlu menyegarkan atau revisi pada titik balik dalam pengetahuan pasien. 8. Pengkajian Fokus Fokus Pengkajian: Fokus pengkajian pada pasien dengan gagal jantung. Pengamatan terhadap tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan sistematik dan pulmonal. 1) Pernafasan : Auskultasi pada interval yang sering untuk menentukan ada atau tidaknya krakles dan mengi, catat frekuensi dan kedalaman bernafas. 2) Jantung: Auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi bising jantung S3 dan S4, kemungkinan cara pemompaan sudah mulai gagal. 3) Tingkat kesadaran: Kaji tingkat kesadaran, adakah penurunan kesadaran 4) Perifer: Kaji adakah sianosis perifer 5) Kaji bagian tubuh pasien yang mengalami edema dependen dan hepar untuk mengetahui reflek hepatojugular (RHJ) dan distensi vena jugularis (DVJ).
9. Diagnosa Keperawatan a. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup b. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan volume paru c. Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli 10. Nursing Care Plan No
NOC
NIC
1
Cardiac Pump effectiveness
Cardiac Care
Circulation Status
1. Evaluasi
Vital Sign Status
adanya
nyeri
dada
(
intensitas,lokasi, durasi)
Kriteria Hasil:
2. Catat adanya disritmia jantung
·
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
Tanda Vital dalam rentang
normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi) ·
4. Monitor status kardiovaskuler
Dapat
mentoleransi
aktivitas, tidak ada kelelahan ·
Tidak
ada
edema
Tidak
kesadaran
ada
5. Monitor
status
pernafasan
yang
menandakan gagal jantung paru,
perifer, dan tidak ada asites ·
cardiac putput
penurunan
6. Monitor
abdomen
sebagai
indicator
penurunan perfusi 7. Monitor balance cairan 8. Monitor adanya perubahan tekanan darah 9. Monitor
respon
pasien
terhadap
efek
pengobatan antiaritmia 10. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan 11. Monitor toleransi aktivitas pasien 12. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu 13. Anjurkan untuk menurunkan stress 14. Vital Sign Monitoring
15. Monitor TTV 2
Respiratory status : Ventilation Respiratory
status
:
Airway management
Airway
patency
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Vital sign Status Setelah
2. Pasang mayo bila perlu
dilakukan
keperawatan
selama
jam Pasien
tindakan 3
x
24
menunjukan
keefektifan pola napas, dibuktikan
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu 4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction 5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
dengan :
6. Berikan bronkodilator ……….
Kriteria Hasil :
7. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum,
mampu
Lembab 8. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. 9. Monitor respirasi dan status O2
bernafas dengan mudah, tidak ada
10. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
pursed lips)
11. Pertahankan jalan nafas yang paten
Menunjukkan jalan nafas yang
12. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
paten (klien tidak merasa tercekik,
13. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
irama nafas, frekuensi pernafasan
oksigenasi
dalam rentang normal, tidak ada
14. Monitor vital sign
suara nafas abnormal)
15. Informasikan pada pasien dan keluarga
Tanda Tanda vital dalam rentang
tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki
normal
pola nafas
(tekanan
darah,
pernafasan)
nadi,
16. Ajarkan bagaimana batuk secara efektif 17. Monitor pola nafas
3
Circulation status
Peripheral Sensation Management (Manajemen
Tissue Prefusion : cerebral
sensasi perifer)
Kriteria Hasil :
1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
a.
mendemonstrasikan
sirkulasi
Tekanan
status systole
dandiastole dalam rentang yang diharapkan b.
2. Monitor adanya paretese 3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi
mendemonstrasikan
4. Gunakan sarun tangan untuk proteksi
kemampuan kognitif yang ditandai dengan: berkomunikasi
dengan
jelas
dengan
dan
peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
sesuai
5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung 6. Monitor kemampuan BAB
kemampuan menunjukkan
7. Kolaborasi pemberian analgetik
erhatian, konsentrasi dan orientasi
8. Monitor adanya tromboplebitis
memproses
9. Diskusikan menganai penyebab perubahan
informasi membuat
keputusan dengan benar
sensasi
DAFTAR PUSTAKA Potter, Patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC Price, S. A., & Wilson, L. M. 2006. Pathofsiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit, Alih Bahasa: Editor Caroline Wijaya, Edisi 4. EGC: Jakarta. Arief mansjoer. 2000. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar KeperawatanMedikal bedah. Edisi 8, Vol. 3, jakarta, EGC. Nurarif, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan berdasarkan Nanda,NIC,NOC dalam berbagai kasus. Yogyakarta : Mediaction Jogja.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI RUANG ICU RSUP PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Praktik Klinik Keperawatan Gawat Darurat
Disusun Oleh OKTA RISYA SAFITRI (M18.04.0054)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA 2018/2019
Halaman Pengesahan Laporan pendahuluan dan asuhan Keperawatan dengan diagnosa medis “CHF” di Ruang ICU RSUD Panembahan Senopati Bantul telah diperiksa oleh pembimbing klinik yang disahkan pada : Hari Tanggal
: :
Pembimbing Lapangan
Mahasiswa
(Okta Risya Safitri)
Mengetahui, Dosen Pembimbing
(.................................................................)