Tugas-agent-transmisi-penyakit.docx

  • Uploaded by: okta
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas-agent-transmisi-penyakit.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,678
  • Pages: 17
AGENT

MAKALAH

oleh 1. Miftahuddin (142310101035) 2. Nita Ratna Dewi (142310101099) 3. Zahra Marseliya Khusnah (142310101143)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2015

AGENT

MAKALAH Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan IIB dengan dosen pengampu Ns. Latifa Aini,S.Kep., M.Kep.,Sp.Kom

oleh 1. Miftahuddin (142310101035) 2. Nita Ratna Dewi (142310101099) 3. Zahra Marseliya Khusnah (142310101143)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2015

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Manusia tidak pernah terlepas dari adanya penyakit, dari penyakit yang tidak menular hingga menular. Penyakit-penyakit tersebut pastinya datang dengan suatu sebab, pada negara-negara berkembang seperti halnya indonesia, infeksi penyakit menular tetap menjadi penyebab utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality). Hal ini dapat dilihat dari kasus-kasus yang terjadi di indonesia seperti kasus demam berdarah, diare, tuberkulosis, dan masih banyak lagi yang saat ini bahkan merebak di beberapa daerah indonesia, misalnya di daerah DKI jakarta, yang notabene berada/tidak jauh dengan pusat pemerintahan. Kasus-kasus tersebut banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti manusia, faktor lingkungan serta faktor penyebab penyakit itu sendiri yang sering disebut dengan agen (agent). Agen merupakan faktor penyebab penyakit infeksi yang sangat berperan besar dalam terjadinya penyakit atau infeksi, misalnya virus, riketsia, bakteri, helminthes, arthropoda dan masih banyak lagi. Sebagai contoh kasus Trypanosomiasis atau Surra merupakan penyakit yang disebabkan oleh agen Trypanosoma evansi dan agen tersebut telah tersebar luar di kawasan Asia Tenggara, Afrika dan Amerika Selatan (Jones TW et al.,1996 ; Powar RM et al.,2006). Dilihat dari kasus tersebut, agen penyakit menjadi sebuah hal yang harus diperhatikan, oleh karena itu penulis mengulas bagaimana transmisi penyakit menular atau menginfeksi manusia, konsep agen mulai dari agen hidup, agen tak hidup dan apa saja yang menjadi klasifikasi dari agen, dan juga karakteristik dari agen, yaitu reservoir, spesifitas, selektivitas, patogenesis, infektivitas dan virulensi sehingga dapat meningkatkan pemahaman tentang agen, cara agen mentransmisikan penyakit, dan sebagainya, sehingga diharapkan dapat mengantisipasi atau mencegah agen menginfeksi tubuh kita. 1.2

1.3

1.4

Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana konsep dasar tentang transmisi penyakit? 1.2.2 Bagaimana konsep agen? 1.2.3 Apa yang merupakan agen hidup dan agen tak hidup? 1.2.4 Apa saja yang menjadi karakteristik agen penyakit? Tujuan 1.3.1 Untuk dapat mengetahui konsep dasar tentang transmisi penyakit; 1.3.2 Untuk dapat mengetahui konsep agen; 1.3.3 Untuk dapat mengetahui apa saja yang termasuk agen hidup dan agen tak hidup; 1.3.4 Untuk dapat mengatahui karakteristik dari agen penyakit. Manfaat 1.2.5 Dapat mengetahui memahami konsep transmisi penyakit; 1.2.6 Dapat mengetahui konsep agen;

1.2.7 Dapat mengetahui apa saja yang termasuk ke dalam klasifikasi agen hidup atau agen tak hidup; 1.2.8 Dapat mengetahui karakteristik dari agen penyakit.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Transmisi Penyakit Dalam pandangan Epidemiologi Klasik dikenal “segitiga epidemiologi” (epidemiologic triangle) yang digunakan untuk menganalisis terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara “agen” atau faktor penyebab penyakit, manusia sebagai “pejamu” atau host, dan faktor lingkungan yang mendukung. Interaksi tersebut meliputi enam komponen, yaitu adanya penyebab penyakit (agen), reservoir penyebab penyakit, tempat keluarnya bibit penyakit (portal of exit), transmisi, tempat masuknya bibit penyakit (portal of entry), dan dipengaruhi adanya perentanan penjamu (imunity). Proses interaksi ini disebabkan adanya “agen” penyebab penyakit kontak dengan manusia sebagai pejamu yang rentan dan didukung oleh keadaan lingkungan. Proses interaksi ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Konsep ini bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit menular dengan unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai agen, namun selanjutnya dapat pula digunakan untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit tidak menular dengan memperluas pengertian agen. Ruang tengah pada gambar tersebut menunjukkan akibat dari terjadinya interaksi antara ketiga faktor tersebut. Proses interaksi ini dapat terjadi secara individu atau kelompok, misalnya proses terjadinya penyakit TBC karena adanya mikrobakterium tuberkulosa yang kontak dengan manusia sebagai pejamu yang rentan, daya tahan tubuh yang rendah dan perumahan yang tidak sehat sebagai faktor lingkungan yang menunjang. Proses terjadinya penyakit di atas sebenarnya telah dikenal sejak zaman Romawi yaitu pada masa Galenus (205-130 SM) yang mengungkapkan bahwa penyakit dapat terjadi karena adanya faktor predisposisi, faktor penyebab, dan faktor lingkungan.

Mekanisme Transmisi Telah diuraikan bahwa terjadinya suatu penyakit karena adanya agen penyebab penyakit yang masuk ke dalam tubuh manusia sebagai pejamu. Bagaimana mikroorganisme patogen dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan mengadakan interaksi serta berkembang biak memiliki suatu mekanisme yang dikenal dengan mekanisme transmisi. Mekanisme transmisi terdiri dari keluarnya mikroorganisme dari reservoir dan mencapai serta mikroorganisme ke dalam tubuh manusia sebagai pejamu yang rentan. Setelah mikroorganisme masuk kedalam tubuh manusia, terjadi berbagai rangkaian interaksi sampai menimbulkan gejala klinis. Rangkaian interaksi tersebut adalah : 2.1.1 Kolonisasi, tempat mikroorganisme berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pada pejamu. Misalnya, staphylococcus aureus yang terdapat di mukosa hidung; 2.1.2 Infeksi subklinis, tempat mikroorganisme selain berkembang biak juga menimbulkan reaksi, tetapi belum menimbulkan gejala hingga secara klinis belum tampak; 2.1.3 Infeksi klinis, hal ini terjadi bila mikroorganisme berkembang biak, menimbulkan reaksi, dan menimbulkan gejala. Dalam garis besarnya mekanisme transmisi mikroba patogen ke pejamu yang rentan melalui dua cara : 1. Transmisi Langsung Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari pejamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau adanya droplet nuclei saat bersin, batuk, berbicara atau saat transfusi darah dengan darah yang terkontaminasi mikroba patogen. 2. Transmisi Tidak Langsung Penularan mikroba patogen yang memerlukan media perantara baik berupa barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vektor. 2.2 Agen Agen merupakan faktor penyebab penyakit. Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati, agen bisa disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, jamur, atau kapang yang merupakan agen yang ditemukan sebagai penyebab penyakit infeksius. Pada penyakit, kondisi, ketidakmampuan, cedera, atau situasi kematian lain, agen dapat berupa zat kimia, faktor fisik seperti radiasi atau panas, defisiensi gizi, atau beberapa substansi lain seperti racun ular berbisa. Satu atau beberapa agen dapat berkontribusi pada satu penyakit. Faktor agen juga dapat digantikan dengan faktor penyebab, yang menyiratkan perlunya dilakukan identifikasi terhadap faktor penyebab atau faktor etiologi penyakit, ketidakmampuan, cedera, dan kematian. Pada kejadian kecelakaan faktor agen dapat berupa mekanisme kecelakaan, kendaraan yang dipakai. Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu: 2.2.1 Agen Biologis Agen biologis bersifat menular (infeksius). Agen biologis antaranya Virus, Bakteri, Fungi, Riketsia, Protozoa, Metazoa

2.2.2

Agen nutrisi Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan lainnya. 2.2.3 Agen fisik Panas, radiasi, dingin, kelembapan, tekanan, cahaya dan kebisingan. 2.2.4 Agen kimiawi Dapat bersifat endogen seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia), uremia dan bersifat eksogen seperti zat kimia, alergen, gas, debu dan lainnya. 2.2.5 Agen mekanis Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan pada tubuh host (pejamu). 2.3 Agen Hidup dan Agen Tidak Hidup “Agen” sebagai faktor penyebab penyakit dapat berupa unsur hidup atau mati yang terdapat dalam jumlah yang berlebih atau kekurangan. Agen berupa unsur hidup terdiri dari : 2.3.1 Virus Virus adalah penyebab penyakit yang berukuran sangat kecil. Penyakit yang disebabkan oleh virus umumnya ditularkan secara langsung. 2.3.2 Bakteri Bakteria adalah tumbuhan bersel satu yang dapat menyababkan berbagai penyakit. Bakteri berkembang biak di lingkungan sekitar manusia, dapat ditularkan dari orang ke orang atau mendapatkanya dari lingkungan tersebut. 2.3.3 Jamur Fungi/jamur adalah tumbuhan yang bersifat uniselular maupun multiselular yang dapat menimbulkan penyakit. 2.3.4 Riketsia Riketsia adalah parasit yang sifatnya intraselular dengan ukuran sebesar antara ukuran bakteri dan virus, sifatnya sama dengan virus, yakni membutuhkan sel hidup untuk pertumbuhan dan perkembanganya. 2.3.5 Protozoa Protozoa adalah hewan bersel satu yang memerlukan perkembangan diluar tubuh manusia. 2.3.6 Metazoa Metazoa adalah parasit multiselular yang memerlukan perkembangan di luar tubuh manusia, sehingga penularanya terjadi secara tidak langsung. Agen berupa unsur mati: 2.4.1 Fisika: sinar radioaktif; 2.4.2 Kimia : karbon monoksida, obat-obatan, pestisida, Hg, Cadmium, arsen; 2.4.3 Fisik : benturan atau tekanan.

Tabel 4.1 Jenis agen dan penyakit spesifiknya Jenis Agen Protozoa

Metazoa

Bakteri

Virus

Fungi/jamur

Riketsia

Spesies Ages Entamoeba histolytica Plasmodium falsiparum Plasmodium vivax Ascaris lumbricoides Necator americanus Schistosoma japonicum Mycobacterium tuberculosis Vibrio cholera Salmonella typhi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Virus Influenza Virus morbili Virus Hepatitis A Virus poliomielitis H.capsulatum P.Orbiculare Candida Albicans R.tsutsugamushi

Nama penyakit Amebiasis Malaria Tropikana Malaria Kuartana Askariasis Ancylostamiasis Skistosomiasis Tuberkulosis Kolera Tifus abdominalis HIV –AIDS Influenza Hepatitis A Poliomielitis Morbili Histoplamosis Tinea vesicolor Kandidiasis scrubtyphus

2.5 Karakteristik Agen Penyakit Reservoir Reservoir merupakan habitat normal tempat suatu agen infeksi hidup, berkembang biak, dan tumbuh didalamnya. Reservoir untuk agen infeksius banyak terdapat pada manusia, binatang, dan lingkungan. Beberapa reservoir dapat bertindak sebagai sumber infeksi terhadap pejamu yang rentan. Virus membutuhkan suatu teservoir hidup (manusia, tanaman, dan hewan) untuk tumbuh dan berkembang biak. Bakteri gram-positif seperti Staphylococcus dan Streptococcus akan berkembang dengan baik dalam reservoir manusia, tetapi bakteri tersebut berkembang dengan baik jika berada dalam lingkungan. Bakteri gram-negatif dapat mempunyai reservoir manusia, binatang, atau lingkungan. Istilah “reservoir” dan “sumber (source)” sering disalahartikan. Suatu reservoir adalah tempat suatu organisme hidup dan bereproduksi secara normal, sedangkan sumber adalah tempat datangnya suatu organisme yang ditransmisikan pada pejamu melalui beberapa jalan transmisi. Kadangkala reservoir dan sumber

merupakan suatu objek yang sama (contoh : reservoir dan sumber wabah pada suatu wabah cacar air mungkin adalah orang yang sama) dan kadang-kadang reservoir dan sumber adalah objek yang berbeda (contohnya : air adalah reservoir bagi Pseudomonas aeruginosa yang dapat mengontaminasi pemutar pusaran air kamar mandi. Alat tersebut yang kemudian menjadi sumber suatu wabah infeksi luka). Perbedaan ini sangatlah penting dalam mengidentifikasi suatu sumber wabah sehingga tindakan pengendalian dapat dilakukan. Benda mati, khususnya zat cair, dapat terkontaminasi oleh suatu reservoir dan dapat bertindak sebagai suatu sumber wabah dalam tatanan pelayanan kesehatan (contohnya, larutan intravena dapat terkontaminasi Enterobacter, lotion tangan dapat terkontaminasi Serratia, pembuatan eggnog (sejenis minuman) dengan telur yang tidak dipasteurisasi dapat mengandung Salmonella). Reservoir manusia. Berikut tiga tipe reservoir manusia : 2.5.1 Carrier merupakan seseorang yang telah terkena infeksi, namun belum memiliki tanda-tanda atau gejala yang jelas dan dapat menularkan infeksinya kepada orang lain atau menurunkannya kepada keturunannya. Seseorang carrier adalah sumber infeksi yang potensial bagi orang lain, terutama karena para carrier tersebut tidak mengetahui jika dirinya terinfeksi dan tidak melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari penyebaran infeksi tersebut. Mikroorganisme patogen membutuhkan tempat bersarang dan berkembang biak untuk dapat menularkan penyakit. Pada pejamu, tempat tersebut dinamakan reservoir. Jadi, reservoir adalah tempat hidup dan berkembang biaknya agen penyebab penyakit. 2.5.2 Orang yang terkolonisasi adalah orang yang “menyimpan” suatu agens infeksius namun orang tersebut tidak terinfeksi. Orang yang terkolonialisasi dengan suatu agens infeksius merupakan reservoir dan juga bertindak sebagai sumber infeksi bagi organisme tersebut dengan menularkan infeksinya kepada orang lain, baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung dengan objek atau permukaan benda mati, atau bisa juga mentransfer organisme tersebut ke bagian tubuh mereka yang lain. Sebagai contoh, kira-kira 20-30% orang yang sehat membawa Staphylococcus aureus (staphylokoki positif koagulase) dalam nares anterior (hidung bagian depan) mereka. Organisme ini dapat disebarkan kepada orang lain atau dapat masuk dalam kulit orang yang terkolonisasi. 2.5.3 Orang yang sakit maksudnya adalah orang yang terinfeksi dan mempunyai tanda serta gejala penyakit yang terlihat dan tindakan pencegahan dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya penularan penyakit. Sebagai contoh jika seorang penghuni fasilitas perawatan jangka panjang terjangkit penyakit diare yang disebabkan oleh Clostridium difficile, tindakan pencegahan seperti mencuci tangan dan disinfektan lingkungan dapat dilakukan untuk menghindari penularan organisme ke penghuni yang lain. Reservoir binatang. Binatang dapat bertindak sebagai reservoir untuk beberapa agen yang menginfeksi manusia. Seekor binatang mungkin dapat bertindak sebagai carrier (seperti seekor ayam yang membawa salmonella) atau bisa juga terinfeksi secara klinis (seperti seekor kucing yang terinfeksi penyakit kurap). Beberapa wabah penyakit yang yang ditularkan melalui makanan dalam tatanan

pelayanan kesehatan dihubungkan dengan reservoir binatang terutama, wabah yang disebabkan oleh spesies salmonella pada telur, unggas, dan daging hewan lainnya. Agens infeksius dapat ditularkan secara langsung dari seekor hewan ke manusia (seperti pasteurella multocida yang ditransfer dari mulut seekor kucing ke manusia melalui gigitan kucing) atau dapat juga dibawa oleh seekor vektor serangga (seperti Borrelia burgdorferi, agens penyebab penyakit Lyme, yang ditularkan melalui gigitan kutu). Reservoir lingkungan. Air dan tanah merupakan reservoir lingkungan utama untuk beberapa agens yang patogenik bagi manusia. Pseudomonas, Legionellae, Cryptosporidium, dan beberapa spesies Mycobacterium hidup dan berkembangbiak di air. Oleh karena itu, sumber atau reservoir berupa cairan seharusnya juga perlu diperhatikan pada saat menginvestigasi wabah atau kluster infeksi yang disebabkan oleh salah satu organisme tersebut. Spesifitas Spesifitas adalah kemampuan suatu uji untuk memberikan hasil negative pada mereka yang sehat (tidak sakit). Spesifitas juga ditampilkan sebagai suatu presentase : 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑢𝑗𝑖 𝑠𝑘𝑟𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔𝑛𝑦𝑎 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑢𝑡𝑖 𝑢𝑗𝑖 𝑠𝑘𝑟𝑖𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔

𝑥 100

Spesifitas uji skrinning dapat lebih mudah dimengerti dengan menggunakan sebuah contoh, misalnya, dalam pencegahan skunder kebutaan melalui deteksi dan pengobatan dini penyakit glaucoma, suatu penyakit akibat peningkatan tekanan intraocular. Spesifitas mengacu pada kenyataan bahwa sistem imun spesifik tersebut hanya efektif melawan patogen atau bahan-bahan yang pernah dijumpai sebelumnya. Untuk memperkuat respons agar menjadi efektif membutuhkan waktu beberapa hari dari awal kontaknya dengan patogen tersebut. Memori dari pertemuan sebelumnya memungkinkan mekanisme pertahanan spesifik untuk bekerja jauh lebih cepat pada kesempatan kedua dan berikutnya. Efisiensi sitem ini, dan daya tahan hospes terhadap infeksi, menurun dengan bertambahnya usia, serta pada orang-orang dengan gangguan imun atau adanya infeksi kronis, rumus spesifitas yaitu : Spesifitas =

𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 (𝑁𝐵) 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑝𝑎𝑙𝑠𝑢(𝑃𝑃)+𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟(𝑁𝐵)

𝑥 100%

Contoh soal : Dilakukan tes Criatinine Kinase untuk membantu diagnosis infark otot jantung pada Rumah Sakit X, hasil diperoleh sebagai berikut : Hasil CK Tes Infark Otot Jantung Ya Tidak Total Positif (>=80IU) 230 16 246 Negatif (<80IU) 15 116 131

Total 245 122 377 Hitunglah spesifitas dari skrining infark oto jantung ? 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 (𝑁𝐵) Jawab : Spesifitas = 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑝𝑎𝑙𝑠𝑢(𝑃𝑃)+𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟(𝑁𝐵) 𝑥 100% 116

Spesifitas = 16+116 𝑥 100% = 87, 88% Kesimpulan, dari hasil tes diatas, diketahui bahwa spesifitas tes kreatinine Kinase adalah 87,88%. Selektivitas Kemampuan agen mempunyai selektivitas atas dasar waktu organ target, sehingga penyakit timbul pada waktu tertentu lebih banyak daripada biasanya atas terjadi siklus dan juga menyerang organ tertentu saja. Patogenesis Patogenesitas merupakan kapasitas suatu agen untuk dapat menyebabkan penyakit pada pejamu yang rentan. Patogenesis adalah asal mula dan perkembangan keadaan patologis atau penyakit. Jadi, patogenesis suatu penyakit menjelaskan tentang perkembangan atau evolusi penyakit. Sebagai contoh, virus campak adalah virus yang memiliki derajat patogenesitas tinggi karena hampir semua orang yang terinfeksi virus ini akan timbul ruam, padahal Enterococcus faecalis, yang secara umum ditemukan pada sistem intestinal manusia, sangat jarang menyebabkan penyakit pada pejamu yang normal dan dapat dikatakan virus ini mempunyai derajat patogenesis yang rendah. Patogenesis ini mencakup etiologi, proses masuknya penyakit ke dalam tubuh, perkembangan penyakit, hingga manifestasi klinis yang ditunjukkan. Proses perjalanan penyakit umumnya dapat dibagi ke dalam lima fase, yaitu prapatogenesis, inkubasi, penyakit dini, penyakit lanjut, dan akhir penyakit (Azrul Azwar, 1988). 1.8.1 Fase prapatogenesis. Pada fase ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara pejamu (manusia) dengan agens. Seperti kita ketahui, agens/bibit penyakit berada dekat dengan manusia. Tanpa disadari, setiap saat manusia berinteraksi dengan agens tersebut. Akan tetapi, jika daya tahan tubuh manusia pada fase ini masih kuat, penyakit tidak akan muncul. 1.8.2 Fase inkubasi. Jika agens telah masuk kedalam tubuh manusia, tetapi belum terlihat adanya gejala, keadaan ini disebut dengan fase inkubasi. Setiap bibit penyakit memiliki karakteristik, sifat, dan kemampuan yang berbeda dalam proses patologis. Selain dipengaruhi oleh bibit penyakit, masa inkubasi juga dipengaruhi oleh daya tahan tubuh 1.8.3 Fase penyakit dini. Fase ini dimulai sejak munculnya gejala penyakit. Umumnya, gejala yang muncul pada fase ini masih relatif ringan sehingga manusia sering kali tidak menghiraukannya. Pada fase ini, daya tahan tubuh masih ada, namun cenderung lemah. 1.8.4 Fase penyakit lanjut. Fase ini merupakan kelanjutan dari fase penyakit dini; terjadi akibat melemahnya kondisi tubuh seseorang

1.8.5

akibat bertambah parahnya penyakit. Pada fase ini, individu pada umumnya tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari sehingga datang ke tempat layanan kesehatan untuk mendapatkan perawatan. Fase akhir penyakit. Secara umum, ada empat klasifikasi akhir perjalanan penyakit, yakni sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, sembuh sebagai pembawa (carrier), dan meninggal dunia. Pada sembuh sempurna, terjadi pemulihan bentuk maupun fungsi tubuh ke keadaan semula. Dengan kata lain, kondisi individu sama seperti ketika ia belum terkena penyakit. Pada kasus tertentu, kesembuhan ini dapat pula berlangsung tidak sempurna sehingga mengakibatkan kecacatan pada individu (sembuh dengan cacat). Selain kedua hal diatas, individu dapat pula sembuh sebagai pembawa (carrier). Ini terjadi jika di dalam tubuh individu masih terdapat bibit penyakit meskipun ia sudah merasa sembuh sepenuhnya. Bibit penyakit tersebut suatu saat dapat bangkit dan kembali menyerang jika kondisi lingkungan memungkinkan. Keadaan carrier ini bukan hanya membahayakan individu, tetapi juga orang lain karena individu telah bertindak sebagai sumber penyebaran penyakit. Klasifikasi terakhir adalah meninggal dunia. Pada hakikatnya, meninggal dunia juga merupakan akhir dari perjalanan penyakit. Dengan meninggalnya si penderita, perkembangan penyakit juga ikut terhenti. Akan tetapi, ini tentu bukan merupakan tujuan utama dari penanggulangan penyakit.

Dalam rumus dituliskan sebagai berikut: Patogenesis =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖

Infektivitas Infektivitas merupakan kemampuan suatu agen untuk memulai dan membuat terjadinya infeksi dan terus berkembang biak. Infektivitas dipengaruhi oleh sifat penyebab, cara penularan, sumber penularan, serta faktor pejamu seperti umur, seks, dan lain-lain. Bakteri tertentu pada kondisi yang ideal dapat membelah menjadi dua dalam waktu 20 menit. Dengan kemampuan demikian, satu bakteri dapat tumbuh dalam waktu tujuh jam menjadi 2.000.000 lebih. Contohnya dalam hal ini termasuk keterpajanan pada virus cacar air, yang secara umum dapat menyebabkan infeksi pada pejamu yang rentan. Sebagai perbandingan, untuk Treponema pallidum, agen penyebab sifilis, hanya kira-kira 30% dari keterpajanan pada agen ini dapat menyebabkan infeksi. Virulensi Virulensi merupakan derajat patogenesis suatu agen infeksius yaitu kemampuan untuk dapat menyebabkan penyakit yang berat atau bahkan kematian.

Virulensi adalah suatu sifat kompleks yang mengombinasikan infektivitas, kemampuan untuk menginvasi, dan patogenesitas. Makin besar derajat kerusakan yang diakibatkan oleh bibit penyakit, bibit penyakit tersebut memiliki virulensi yang tinggi. Virulensi bergantung pada dosis, cara masuknya faktor penyebab atau cara penularan, serta faktor pejamu seperti, usia, jenis kelamin, dan ras. Misalnya, poliomielitis lebih berat mengenai pada orang dewasa dibanding infeksi pada anak, sedangkan tetanus dipengaruhi oleh cara masuknya kedalam tubuh serta usia penderita, dan tetanus pada bayi baru lahir (Tetanus neonatorum) lebih fatal dibanding kejadian tetanus pada orang dewasa. Sebagai contoh, meskipun penyakit campak sangat patogenik (hal ini dapat menyebabkan dengan mudah penyakit pada orang yang rentan) penyakit ini tidak begitu virulen karena jarang menyebabkan penyakit berat. Virus rabies merupakan virus yang sangat patogenik (virus ini dapat menyebabkan penyakit pada semua orang yang terinfeksi) dan sangat mematikan atau virulen. Rumus virulensi dituliskan sebagai berikut : Virulensi =

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑡𝑎𝑙 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢

BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN

1.1

Kesimpulan Transmisi penyakit merupakan proses terjadinya penyakit yang masuk ke dalam tubuh manusia disebabkan oleh agen. Agen merupakan faktor penyebab penyakit. Agen memiliki dua unsur yaitu agen hidup dan agen tak hidup, ada beberapa klasifikasi agen hidup antara lain Virus, Bakteri, Jamur, Parasit, Protozoa, Metazoa. Sedangkan agen berupa unsur mati yaitu, Fisika yang berupa sinar radioaktif, kimia yang berupa karbon monoksida, obat-obatan, pestisida, Hg, Cadmium, Arsen, serta fisik yang berupa benturan atau tekanan. Agen hidup pada sebuah reservoir. Reservoir merupakan habitat normal tempat suatu agen infeksi hidup, berkembang biak, dan tumbuh didalamnya. Reservoir untuk agen infeksius banyak terdapat pada manusia, binatang, dan lingkungan mati, misalnya : air dan tanah. 1.2 Saran Kesehatan merupakan hal yang paling penting bagi manusia. Oleh karenanya menjaga kebersihan individu dan sanitasi lingkungan dengan baik akan mencegah agent penyakit masuk ke dalam tubuh manusia sehingga angka kesakitan di Indonesia bisa berkurang. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga imunitas tubuh agar mampu melawan agen menginfeksi, selain itu pengendalian juga dapat dilakukan dengan memberikan penanganan yang baik sesuai dengan jenis agen yang menginfeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:EGC Budiarto, Eko&Anggraeni, Dewi.2003.Pengantar Epidemiologi Edisi 2.Jakarta:EGC Chandra, Budiman.2009.Ilmu Kedokteran Pencegahan&Komunitas.Jakarta:EGC Arias, Kathleen Meehan.2010.Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.Jakarta:EGC Morison, Moya J.2004.Managemen Luka.Jakarta:EGC Darmadi.2008.Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.Jakarta:Penerbit Salemba Medika http://eprints.undip.ac.id/44749/3/IGOR_RIZKIA_SYAHPUTRA_220101101100 94_Bab2KTI.pdf http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125891-S-5384-Pola%20cidera-Literatur.pdf

SOAL 1. Agen memiliki beberapa klasifikasi diantaranya agen biologis, nutrisi, fisik, kimiawi, dan mekanis. Dibawah ini yang termasuk ke dalam agen biologis, yaitu... a. Mineral b. Karbohidrat c. Kelembapan d. Protozoa e. Gas 2. Agen sebagai faktor penyebab penyakit dapat berupa unsur hidup atau mati yang terdapat dalam jumlah yang berlebih atau kekurangan. Berikut yang merupakan agen tak hidup, yaitu... a. Virus b. Hg c. Metazoa d. Tanaman e. parasit 3. Kasus : Perawat N bekerja di sebuah rumah sakit x, dia memiliki seorang pasien yang menderita penyakit AIDS yang disebabkan oleh virus HIV. Dari kasus tersebut, yang disebut sebagai reservoir yaitu... a. Perawat b. Pasien c. Penyakit AIDS d. Virus e. Lingkungan 4. Dalam trias epidemiologi begitu terjadi gangguan keseimbangan, maka akan muncul.. a. Penyakit b. Imunitas c. Resistensi d. Infektifnes e. Reservoir 5. Sebutkan salah satu interaksi mikoroorganisme yang masuk kedalam tubuh manusia yang terdapat dalam mukosa hidung.. a. Kolonisasi b. Infeksi subklinis c. Transmisi langsung d. Transmisi tidak langsung e. Subklinis 6. Kasus Ny.N bekerja pada sebuah pabrik didekat rumahnya. Pabrik tersebut pabrik pengolahan udang untuk dikirim keluar negeri dan suhu ruangan Ny.N bekerja sangat dingin sekali. Ny.N sering kali mengalami gatal-gatal dikulitnya, Ny N juga sudah memeriksakan bahwa Ny.N tidak mempunyai kronologi alergi

terhadap makanan. Agent apa yang menyebabkan Ny N sering kali mengalami gatal-gatal tanpa sebab tersebut.. a. Agen biologis b. Agen fisik c. Agen Nutrisi d. Agen Kimiawi e. Agen mekanis 7. Derajat pathogenesis yang menyebabkan penyakit berat atau kematin pada manusia yang berasal dari agen infeksius adalah… a. Selektivitas b. Pathogenesis c. Virulensi d. Spesifitas e. Infektivitas 8. Agen adalah faktor penyebab penyakit pada manusia. Agen memiliki dua unsur dalam menyerang tubuh manusia, yaitu unsur hidup dan unsur tak hidup atau mati yang jumlahnya bisa berlebih dan berkurang. Manakah pasangan agen berupa unsur hidup… a. Virus, riketsia, cadmium b. Bakteri, jamur, Hg c. Protozoa, metazoan, Radioaktif d. Metazoan, Radiokatif, Hg e. Bakteri, riketsia, Virus 9. Bakteri gram-positif seperti Staphylococcus dan Streptococcus akan

berkembang dengan baik dalam tubuh manusia merupakan salah satu contoh dari katekteristik agen manusia apakah.. a. Selektivitas b. Penjamu c. Infeksivitas d. Reservoir e. Virulensi 10. Hari minggu adalah hari tempat mahasiswa bisa bertravelling. Sebut saja Mifta bertravelling berkeliling tempat wisata di Jember.Sebelum berangkat Mifta sudah merasa bahwa tubuhnya merasa tidak enak, meriang namun Miftah tetap saja melanjutakan travelling. Setelah pulang dari travelling dan tiba di kosan, miftah merasa bahwa tubuhnya angat lemas sekali tidak kuat untuk melakukan aktivitas apa-apa lagi. Teman sekamar Miftah membawa Miftah ke rumah Sakit Soebandi Jember. Di Rumah Sakit Mifta mendapatkan perawatan beberapa hari untuk penyembuhan. Dalam proses perjalanan penyakit Mifta tersebut masuk kedalam fase manakah dalam pathogenesis… a. Fase inkubasi b. Fase prepatogenesis c. Fase penyakit dini d. Fase Penyakit lanjut e. Fase akhir penyakit

More Documents from "okta"