Laporan Pendahulua Osteoarthritis.docx

  • Uploaded by: henry ardanasta
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahulua Osteoarthritis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,928
  • Pages: 14
LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOARTHRITIS

A.

KONSEP MEDIS

1.

Definisi Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087) Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian. Osteoarthritis disebut juga penyakit sendi degeneratif, merupakan gangguan sendi tersering. Kelainan ini sering, jika tidak dapat dikatakan pasti menjadi bagian dari proses penuaan dan merupakan penyebab penting cacat fisik pada orang berusia diatas 65 tahun. Osteoartritis (OA) yang dalam bahasa awam masyarakat kita sering dinamakan pekapuran sendi, adalah proses degenerasi atau penuaan sendi (Ahmad Aby, 2014) Osteoartritis (OA) berarti radang sendi, walaupun lebih dikenali sebagai penyakit degeneratif yang karena disebabkan oleh peradangan sendi dengan penipisan tulang rawan yang berkaitan. Tulang rawan pada persendian kita memungkinkan pergerakan sendi yang mulus. Ketika tulang rawan ini rusak karena cedera, infeksi, atau efek penuaan, pergerakan sendi menjadi terganggu. Akibatnya, jaringan di dalam sendi mengalami iritasi serta menyebabkan rasa nyeri dan pembengkakan.

Osteoarthritis (OA) atau penyakit degenerasi sendi ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat yang tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat beberapa factor resiko yang berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang mananggung beban dan secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak. Osteoartritis diklasifikasikan menjadi : a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan osteoartritis b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur.

2.

Etiologi Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah : a. Umur. Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning. b. Jenis Kelamin. Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada pathogenesis osteoartritis.

c.

Genetic Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.

d.

Kegemukan (obesitas) Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

e.

Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (trauma) Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.

f.

Kepadatan tulang dan pengausan (wear and tear) Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.

g.

Akibat penyakit radang sendi lain Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang.

h.

Penyakit endokrin Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

3.

Patofisiologi Tulang rawan sendi merupakan sasaran utama perubahan degeneratif pada osteoarthritis. Tulang rawan sendi memiliki letak strategis yaitu diujung –ujung tulang untuk melaksanakan 2 fungsi, yaitu 1) menjamin gerakan yang hampir tanpa gesekan didalam sendi, berkat adanya cairan sinovium, dan 2) disendi sebagai penerima beban, menebarkan beban keseluruh permukaan sendi sedemikian sehingga tulang dibawahnya dapat menerima benturan dan berat tanpa mengalami kerusakan. Kedua fungsi ini mengharuskan tulang rawan elastis (yaitu memperoleh kembali arsitektur normalnya setelah tertekan) dan memiliki daya regang (tensile streghth) yang tinggi. Seperti pada tulang orang dewasa, tulang rawan sendi tidak statis, tulang ini mengalami pertukaran, komponen matriks tulang tersebut yang aus diuraikan dan diganti. Keseimbangan ini dipertahankan oleh kondrosit, yang tidak hanya menyintesis matriks tetapi juga mengeluarkan enzim yang menguraikan matriks. Pada osteoarthritis, proses ini terganggu oleh beragam sebab. Osteoarthritis ditandai dengan perubahan signifiikan baik dalam komposisi maupun sifat mekanis tulang rawan. Pada awal perjalanan penyakit, tulang rawan yang mengalami degenerasi memperlihatkan peningkatan kandungan air dan penurunan konsentrasi proteoglikan dibandingkan dengan tulang rawan sehat. Selain itu, tampaknya terjadi perlemahan jaringan kolagen, mungkin karena penurunan sintesis lokal kolagen tipe II, dan peningkatan pemecahan kolagen yang sudah ada. Kadar molekul perantara tertentu, termasuk IL-1, TNF, nitrat oksida meningkat pada tulang rawan osteoarthritis dan tampaknya berperan dalam perubahan komposisi tulang rawan. Apoptosis juga meningkat, yang mungkin menyebabkan penurunan jumlah kondrosit fungsional. Secara keseluruhan, perubahan ini cenderung menurunkan daya regang dan kelenturan tulang rawan sendi. Sebagai respons terhadap perubahan regresif ini, kondrosit pada lapisan yang lebih dalam berproliferasi dan berupaya memperbaiki kerusakan dengan menghasilkan kolagen dan proteoglikan baru. Meskipun perbaikan ini pada mulanya mampu mengimbangi kemerosotan tulang rawan, sinyal molekular yang menyebabkan kondrosit lenyap dan matriks ekstrasel

berubah akhirnya menjadi predominan. Faktor yang menyebabkan pergeseran dari gambaran reparatif menjadi generatif ini masih belum diketahui. Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995). Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.

4.

Manifestasi Klinik a.

Nyeri dan kekakuan pada satu atau lebih sendi, biasanya pada tangan, pergelangan tangan, kaki, lutut, spina bagian atas dan bawah, panggul, dan bahu. Nyeri dapat berkaitan dengan rasa kesemutan atau kebas, terutama pada malam hari

b.

Pembengkakan sendi yang terkena, dan penurunan rentang gerak. Sendi tampak mengalami deformitas

c.

Nodus Heberden, pertumbuhan tulang di sendi interfalangeal distal pada jari tangan, dapat terbentuk

d.

Pemeriksaan menunjukkan adanya daerah nyeri tekan krepitus, dan tanda-tanda inflamasi pada saat-saat tertentu.

5.

Pemeriksaan Penunjang

a. Untuk OA tidak ada pemeriksaan laboratorium yang diagnostik, tetapi pemeriksan laboratorium yang spesifik dapat membantu mengetahui penyakit yang mendasari pada OA sekunder. b. Dengan uji serologik dengan pendeteksian di dalam cairan sinovium dan/ serum adanya makromolekul (mis, glikosaminoglikan) yang dilepas oleh tulang rawan / tulang yang mengalami degenerasi. c. Sinar-X. Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada tulang seperti pecahnya tulang rawan. d. Tes darah. Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik. e. Analisa cairan engsel Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi. f. Artroskopi Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi. g. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi

6.

Komplikasi Komplikasi yang umum adalah kekakuan sendi dan nyeri tumpul yang dalam, terutama pada pagi hari. Pemakaian sendi berulang-ulang cenderung menambah nyeri. Krepitus, suara berderak akibat permukaan yang terpajan saling bergesekan, sering terdengar pada kasus yang berat. Biasanya sendi agak bengkak, dan mungkin terjadi efusi ringan.

7.

Prognosis Umumnya baik, sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat konservatif. Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan operasi. Progresif lambat. Dubia, tergantung sendi yang terlibat dan tingkat keparahan

8.

Penatalaksanaan

a.

Medikamentosa Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis. 1)

Analgesic yang dapatdipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari atau profoksifen HCL. asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginjal

2)

Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS, seperti fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama adalah ganggauan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.

3)

Injeksi cortisone. Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu mengurangi nyeri/ngilu

4)

Suplementasi-visco. Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika osteoarhtritis pada lutut.

b.

Perlindungan sendi Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat

listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio). c.

Diet Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.

d.

Dukungan psikososial Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.

e.

Persoalan Seksual. Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.

f.

Fisioterapi Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting

terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting. g.

Operasi Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit. 1)

Penggantian engsel (artroplasti). Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis.

2)

Pembersihan sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.

3)

Penataan tulang. Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.

h.

Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan, upaya untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural. Terapi okupasioanl dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi strategi penangan mandiri.

9.

Pencegahan Untuk mencegah osteoarthritis, lakukan hal-hal berikut: a.

Konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayur dan kacang-kacangan

b.

Minum obat yang direkomendasikan dokter.

c.

Pertimbangkan untuk menggunakan alat bantu saat beraktivitas untuk mengurangi bahaya.

d.

Jaga gerakan yang dapat menyebabkan cidera tulang.

e.

Jika mengangkat benda, usahakan beban terbagi merata pada seluruh sambungan tulang.

f.

Pilih sepatu yang tepat.

g.

Ketahui batas kemampuan gerakan dan kemampuan mengangkat beban.

h.

Teknik relaksasi juga dapat membantu, seperti mengambil napas dalam dan hipnosis.

B.

KONSEP KEPERAWATAN

1.

Pengkajian

a.

Riwayat Kesehatan -

Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

-

Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

b.

Pemeriksaan Fisik

1)

Aktivitas/istirahat Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress dengan sendi, kekakuan senda pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris. Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot.

2)

Kardiovaskur Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal

3)

Integritas ego Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factorfaktor hubungan social, keputusan dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh

4)

Makanan / cairan Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan atau cairan adekuat : mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah. Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.

5)

Hygiene Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.

6)

Neurosensory Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan. Tanda : pembengkakan sendi simetri

7)

Nyeri/kenyamanan Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari ).

8)

Keamanan Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.

9)

Interaksi social Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi.

c.

Riwayat Psiko Sosial Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

2.

Diagnosa Keperawatan a.

Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit b/d keterbatasan kognitif, kurang familier dengan sumber-sumber informasi

b.

Gangguan citra tubuh b/d penyakit, ditandai dengan deformitas sendi

c.

Nyeri akut b/d setelah post operasi

d.

Kerusakan Mobilitas Fisik b/d Deformitas skeletal, Penurunan kekuatan otot

3.

Intervensi Keperawatan

a.

Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit b/d keterbatasan kognitif, kurang familier dengan sumber-sumber informasi Kriteria Hasil : ·

Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang proses penyakit

Intervensi : 1)

Kaji tingkat pengetahuan klien saat ini dan pemahaman terhdapa materi

2)

Tetapkan tujuan pembelajaran bersama yang realistis dengan klien

3)

Pilih metode dan strategi penyuluhan yang sesuai

4)

Beri waktu pada klien untuk mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan permasalahannya

c.

Gangguan citra tubuh b/d penyakit, ditandai dengan deformitas sendi Kriteria Hasil :

b.

Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalu menunjukkan adaptasi dengan ketunadayaan fisik · Menunjukkan citra tubuh Intervensi :

1)

Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan nonverbal pasien terhadap tubuh klien

2)

Identifikasi mekanisme koping yang biasa digunakan klien

3)

Tentukan harapan klien tentang citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan

c.

Nyeri kronis b/d penyempitan rongga sendi Kriteria Hasil : ·

Melaporkan nyeri dapat dikendalikan

·

Menunjukkan pengurangan tingkat nyeri

Intevensi : 1)

Kaji tingkat nyeri

2)

Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis pengendalian nyeri setelah atau selama aktivitas yang menimbulkan nyeri

3)

Kolaborasi pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri (berat)

4)

Kendalikan faktor lingkungan yang memengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan

d. Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan : - Deformitas skeletal - Nyeri, ketidaknyamanan - Penurunan kekuatan otot Intervensi: -Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi - Pertahankan tirah baring/duduk jika diperlukan - Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-menerus dan tidur malam hari tidak terganggu. - Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan isometric jika memungkinkan - Dorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan. - Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan pegangan - tinggi dan bak dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda penyelamat - Kolaborasi ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional. Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi - Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktor - Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh - Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Aby, Ahmad. 2014. Osteoarthritis OA atau Pengapuran Sendi. Diakses tanggal 8 Oktober 2014, 18:15 WITA Anonim. 2012. Osteoarthritis Knee-Pain. Diakses tanggal 8 Oktober 2014, 18:27 WITA Cania, Murni. 2014. Askep Osteoarthritis. Diakses tanggal 8 Oktober 2014, 18:17 WITA Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku edisi 3. Jakarta : EGC Idrus, Alwi, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V, jilid III. Jakarta : Internal Publishing Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi Pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta : EGC Nurma, Ningsih lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika Smeltzer C. Suzannne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk. Jakarta : EGC Soeparman, A. 1995. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit FK UI Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC.Edisi 9. Jakarta : EGC Zairin, Noor Helmi. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

Related Documents


More Documents from "Laila munazad"

Soal Kasus Memet.docx
May 2020 10
Pengesahan.docx
May 2020 5
Hepatitis B.docx
April 2020 8
Lp Chf.docx
April 2020 6
Statistik.docx
April 2020 4