BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang System saraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan kordinasi kegiatan tubuh. Bagian pertolongan saraf kita dapat mengisap suatu rangsangan dari luar pengendalian pekerja otot. System saraf dibagi menjadi dua yaitu, system saraf pusat (SSP) dan system saraf tepi (SST). System saraf pusat terdiri dari otak dan medulla spinalis. System saraf tepi mempunyai dua cabang, system saraf somatic (SSS) dan system saraf otonom (SSO). System saraf merupakan saraf volunteer karena mensarafi otot rangka yang dapat di kendalikan. Sedangkan system saraf otonom bekerja pada otot polos dan kelenjar yang tidak dapat dikendalikan. Fungsi system saraf otonom adalah mengendalikan dan mengatur organ-organ otonom, seperti jantung, saluran gasfrotatestinal (61), mata, kandung kemih, pembulu darah, kelenjar, paru-paru, dan bronkus. System saraf otonom mempunyai dua neuron, yaitu eferen (sensorik). Neuron feren mengirim impul (informasi) ke siste saraf pusat, untuk diinterpretasikan. Neuron eferen menerima inplus dari otak dan diteruskan melalui modula spinalis ke sel-sel organ efektor, seperti jantung, paru-paru, dan saluran pencernaan. Jalur eferen dari system saraf otonom dibagi menjadi 2, saraf simpatik dan saraf parasimpatik.
Prinsip kegiatan system saraf ditampilkan dalam bentuk kegiatan reflex dimungkinkan terjadinya kerja yang baik dan tepa tantara berbagai organ dari individu dan hbungfan individu dan sekelilingnya. Rfleks merupakan kegitatan organisme terhadap perubahan lingkungan baik dalam mupun diluar ortanisme. Tubu manusia mempunyai brbagai gerak reflex mulai dari yang sederhana sampai dengan yang rumit. Reflex ini dapat melibatkan buah sinaps atau lebih, serta melibatkan neuron pada satu bagian sarraf pusat (monosinaps) atau melibatkan lebih dari satu bagian saraf pasat (polisinaps). Adapun alasan dilakukan percobaan ini adalah agar praktikan dapat membedakan efek yang diberikan dari saraf otonom terhadap hewan coba mencit dan dapat membedakan golongan senyawa obat system saraf otonom. B. Maksud Percobaan Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efek dari saraf otonom terhadap hewan coba mencit. C. Tujuan Percobaan Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk menetukan efek obat system saraf otonom pada hewan coba mencit. D. Prinsip Percobaan Adapun prinsip percobaan pada praktikum ini yaitu penentuan golongan senyawa obat termasuk dalam golongan adrenergik dan kilonergik kemudian berdasarkan efek farmakolgi yang ditunjukkan pada hewan coba mencit setelah pemberian obat atropinsulfat, epinefrin, pilokarpin, secara personal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Umum Sistem saraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Susunan saraf dibagi atas dua bagian bagian penting yaitu susunan saraf pusat atau sistem cerebrospinal dan susunan saraf otonom, yang mencakup susunan saraf simpatik dan susunan saraf parasimpatik (Syaifuddin, 2003). Susunan saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. 1. Susunan saraf pusat Susunan ini terdiri dari otak, sumsum tulang belakang, dan urat-urat saraf atau saraf cabang yang tumbuh dari otak dan sumsum tulang belakang yang disebut dengan saraf perifer (urat saraf tepi). (Anatomi dan fisiologi manusia, 2018) a. Otak Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh. Jaringan otak dibungkus oleh selaput otak dan tulang tengkorak yang kuat yaitu terletak dalam kavum kranil. Berat otak orang dewasa kira-kira 1400 gr (Syaifuddin, 2007) Otak terdiri atas otak besar atau serebrum (cerebrum), otak kecil atau sereberum (cerebellum) dan batang otak (trankus serebri). 1) Otak besar (Cerebrum) Otak besar mempunyai dua belahan yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan yang dihubungkn oleh massa substansi alba yang disebut korpus kalosum.
2) Otak kecil (Cerebellum) Cerebellum atau otak kecil terletak dalam fossa cranial posteriol, di bawah forterium cerebellum bagian posteriol dari pons porolli dan medulla oblongata. Cerebellum berfungsi dalam melakukan tonus otot dan mengkoordinasikan gerakan otot pada sisi tubuh yang sama. Berat cerebellum kurang lebih 150 gr (8% - 9%) dari berat otak seluruhnya. 3) Batang otak (Trankus serebri) Pada permukaan batang otak terdapat medulla oblongata, pons faroli, mesensefalon,
dan
diensefalon.
Talamus
dan
epitlamus
terlihat
dipermukaan posterior batang otak yang terletak diantara serabut kapsula interna. 2. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) Medulla spinalis merupakan trunkus merupakan bagian sistem saraf pusat bagian yang menggambarkan bagian terakhir pada perkembangan embrior. Semula ruangannya besar kemudian mengecil menjdi kanalis sentralis. Medulla spinalis terdiri atas dua belahan yang sama di persatukan oleh struktur intramedia yang terbentuk oleh sel sraf dan didukung oleh jaringan intavsial. Medulla spinalis mimiliki fungs: 1) Medulla spinalis sebagai pusat saraf mengintragesikan sinal sensoris yang dating dan mengaktifkan respon motoric secara langsung tanpa campur tangan otak. Fungsi ini terlihat pada gerak reflex spinal untuk melndungi tubuh dari bahaya dan menjaga pemeliharaan tubuh.
2) Sebagai pusat perantara, susunan saraf tepi dan otak (susunan daraf puat)
semua
komando
motoric
folumtere
dari
otak
dikomunikasikan terlebih dahulu pada pusat motoric spinal lalu kemudian otot-otot tubuh. ( Syaifudiin, 2003). 3. Susunan saraf otonom Susunan saraf otonom yaitu susunan saraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi pekerjaan otot sadar atau saraf lintang. Dengan meembawa informasi ke otak halus atau otot jantung yang dilakukan otomatis (Syaifuddin, 2003). Menurut fungsi susunan saraf otonom terdiri dari dua bagian yang susunan saraf simpatis dan susunan saraf paerasimpatis. (syaifuddin, 2003). Sistem saraf otoom yang mengendalikan organ-organ dalam secara tidak sadar menurut fungsinya sistem saraf otonom dibagi dalam dua cabang, yaitu sistem saraf (orto) simpais dan sistem saraf parasimpatis (SO dan SP). (Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2007). Fungsi saraf otonom mengatur motilitas dan sekresi pada kulit, pembuludarah dan organ visceral, dengan cara merangsang pergerakan otot polos dan kelenjar eksokrin. Regulasi otonom akan dibawa oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis (Syaifuddin, 2003). 1. Saraf simpatis Saraf ini berupa 25 pasang dan li-ion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang belakang dan terletak di tulang belakang sebelah depan, mulai dari ruas tulang leher sampai tulang ekor. Masing-masing simpul saraf dihubungkan dengan sistem saraf spinal yang keluar menuju organ-organ tubuh seperti Jantung,
paru-paru, ginjal, pembuluh darah dan pencernaan.Fungsi dari sistem saraf simpatik sebagai berikut :
Mempercepat denyit jantung
Memperlebar pembulu darah
Memperlebar bronkus
Mempertinggi tekanan darah
Memperlambat gerakan paristaltik
Memperlebar pupil
Menghambat sekresi empedu
Menurunkan sekresi ludah
Meningkatkan sekresi adrenalin
2. Saraf parasimpatik Susunan saraf parasimpatik berupa jaringan-jaringan yang berhubungan dengan simpul saraf yang yang tersebar di seluruh tubuh, saraf parasimpatis menuju organ yang dikendalikan oleh saraf simpatis sehingga bekerja sama pada efektor yang sama. Saraf parasimpatis memiliki fungsi yang berkebalikan dari saraf simpatis. (syaifuddin, 2003). Perbedaan fungsi saraf simpatik dan saraf parasimpatik: Saraf simpatik
Saraf parasimpatik
Memperlebar pembul darah
Memerkecil pembulu darah
Mempercepat denyut jantung
Memperlambat denyut jantung
Memperlebar pupil mata
Memperkecil pupil mata
Mempertinggi tekanan darah
Memperendah tekanan darah
Meningkatkan pernapasan
Mengurangi pernapasan
Meningkatkan kadar gula
Mengurangi kadar gula dalam
dalam darah
darah
Mengerutkan limpa
Mengembangkan limpah
Penggolongan obat sistem saraf otonom yaitu: 1. Agonis adrenergic Obat-obat
adrenergik
berpengatuh
pada
reseptoryang diransang oleh neuropineprin atau epinefrin. Beberapa obat adrenergik bekerja secara langsung pada reseptor adrenergik melalui pengaktifan reseptor tersebut karena itu disebut simpatomimetik. 2. Antagonis adrenergik Antagonis adrenergik berkaitan dengan adrenoseptor tetapi tidak mencetuskan efek intraseluler yang difermentasi oleh reseptor pada umumnya.Obat-obat ini bekerja secara reversible atau ireversible melalui pelekatan pada reseptor sehingga mencegah pengaktifan reseptor oleh kefokolamin endogen. 3. Agonis kilonergik Obat-obat yang mempengaruhi sistem sarag otonom dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan jenis neuron yang terlibat dalam mekanisme kerjanya. Bekerja pada reseptor diaktifkan oleh asetikolin bekerja pada reseptor yang dipicu oleh neuropinefrin.
4. Antagonis kilonergik Antagonis kolinergik berkaitan dengan reseptor tetapi tidak memicu efek intraseluler yang diperantarai oleh reseptor seperti biasanya. Kelainan-kelainan pada sistem saraf yaitu: 1. Migren Migren merupakan kelainan kompleks yang ditandai dengan sakit kepala berulang unilateral dan pada beberapa kasus dikaitkan dengan adanya Aura yang yang timbul sebelum nyeri kepala atau setelahnya. 2. Infeksi sistem saraf pusat Penyakit penyakit infeksi sistem saraf pusat mencakup seluruh struktur yang terdapat di SSP atau sistem saraf pusat seperti meningitis abses otak maupun facilities tanda-tanda infeksi sistem saraf pusat ialah demam nyeri kepala penurunan kesadaran atau terdapat gejala neurologis fokal yang bersifat progresif. 3. Penyakit Parkinson Parkinson adalah penyakit neurodegenaritif progresif yang memiliki karakteristik tanda-tanda klinis parkinsome, seperti tremor saat istirahat, rigiditas, ataksia, dan instablitas pstural. Penyakit parkinsom harus dbedakan dengan parkinsonisme yaitu gejala Parkinson pada gangguan di ganglia basal akibat penyebab non degenarif, seperti stroke, toksisitas, dan lain-lain.
4. Trauma medulla spinalis Trauma pada tulang belakang yang menyebabkan Lesi di medula spinalis sehingga menimbulkan gangguan neurologis yang menyebabkan kecacatan menetap atau kematian trauma medula spinalis merupakan kegawatdaruratan pada bidang neurologi. 5. Epilepsy Epilepsi merupakan kelainan cerebral yang ditandai dengan faktor predisposisi menetap untuk mengalami kejang selanjutnya dan terdapat konsekuensi-konsekuensi neurologis kognitif psikologis dan sosial dari kondisi ini. 6. Trauma kapatis Trauma kapitis atau cedera kepala adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis atau gangguan fisik kognitif fungsi sosial baik temporer maupun permanen. 7. Hernia nucleus pulposus Herniasi nukleus poposus atau HNP adalah penyebab 2% dari total nyeri punggung hewan yang baru. 8. Stroke Stroke didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang memiliki karakteristik tanda dan gejala neurologis klinis vokal atau Global yang berkembang dengan cepat. Adanya gangguan fungsi serebral dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam atau menimbulkan kematian tanpa terdapat penyebab selain yang berasal dari vesikuler.
9. Tumor sistem saraf pusat Tumor sistem saraf pusat terbagi kedalam tumor primer dan sumber sekunder tumor primer berasal dari sel-sel sistem saraf pusat sendiri sedangkan tumor sekunder merupakan metastasis dari tempat lain. Beberapa tumor sistem saraf pusat memiliki predisposisi untuk muncul pada tempat tertentu sehingga timbul karakteristik tersendiri. 10. Nyeri trigeminial Neuralgia trigeminal, dikenal juga sebagai tic dolereux adalah jyeri unilateral yang mengikuti distribusi sendorik saraf krnaial r. E. Uraian Bahan 1. Air suling ( farmakope edisi 3: 96) Nama resmi
: AQUADESTILLATA
Nama lain
: Air suling, Aquadest
Rumus kimia
: H2O
Berat molekul
: 18,02
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup.
2. Alcohol (farmakope edisi 3: 65) Nama resmi Nama lain
: AETHANOLUM : Alkohol ; Etanol
Rumus molekul
: C2H6OH
Berat molekul
: 46,068 g/mol
Rumus struktur
: CH3 – CH2 – OH
Pemerian
: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,
dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap Kelarutan
: sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam eter P
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: sebagai pereaksi
3. Atropin sulfat (farmakope edisi 3:98) Nama resmi
: atropini sulfas
Nama lain
: atropina sulfat
Rm/bm
: C23H46N2O6.H2SO4.H20/694,85
Rumus bangun Pemerian
: Hablur tidak berwarna; serbuk putih; tidak berbau; sangat pahit; sangat beracun.
Kelarutan
: Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam lebih kurang 3 bagian etanol (90%) P; sukar larut dalam kloroform P; praktis tidak larut dalam eter P dan dalam benzene P.
penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
Khasiat
: parampatolitikum
4. Epinefrin (farmakope edisi 3 : 238) Nama Resmi
: EPINEPHIRENUM
Nama Lain
: Epinefrine, Adrenalina
Berat Molekul
: 183,21
Pemerian
: serbuk hablur, renik, putih atau putih kuning gading.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat, berisi nitrogen, terlindung dari cahaya.
Kegunaan
: simpatomimetikum
5. Pilokarpin hidroklorida (Farmakope edisi 3 : 498) Nama Resmi
: PILOCARPINI HYDROCHLORIDU
Nama Lain
: Pilokarpi n ,Hidroklorida
Rumus Molekul
: C11H16N2O2.HCL
Berat Molekul
: 244,72
Pemerian
:
Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak pahit, higroskopik.
Kelarutan
:
Sangat mudah larut dalam air,mudah larut dalam etanol(95%)P,sukar larut dalam kloroform P,praktis tidak ,larut dalam eter P.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, terlinding dari cahaya.
Kegunaan
: parasimpatometikum, miotikum
F. Uraian Obat 1. Atropine sulfat Nama resmi
: atropin sulfas
Nama dagang
: benzenezcetil acid
Nama generic
: ekstrak belladona
Farmakodinamik
: melawan efek muskuranik asetilkolin
Farmakokinetik
: kadar atropin secara bermakna dalam SSP dicapai dalam 30 menit sampai 1 jam cepat menghilang dari darah dengan waktu paruh 2 jam efek parasimpatis cepat menghilang kecuali pada mata efek pada Iris dan otot siliaris dapat bertahan sampai 72 jam atau lebih digunakan sebagai obat utama pada sinus bradikardi simpatomimetik karena organ fosfat hipermotilitas peptikum iritade
Peringatan
: anak lansia penyakit dengan gejala takikardi kehamilan dan menyusui
ESO
: konstipasi penurunan, takikardia, tanda overdosis, fotofobia dan mulut kering
Interaksi obat
: efek meningkat jika diberikan dengan bersama dengan antidepresan trisiklik menurunkan efek levodopa menurunkan efek nitrat sublingual sediaan tablet setara dengan 1 MG atropin sulfat sediaan ekstrak Belladona 10 mg setara dengan 1 Ml dosis ekstrak Belladona 1 tahap diberikan maksimal 3x1 dosis dewasa 2 mg atau 20 mg per bb pada anak
Indikasi
:hipermotilitas
Sediaan
: ekstrak baladona (tablet 10mg)
2. Epinefrin (Tim Medical MIniNotes : 2017) Nama Resm
: EPINEPHIRENUM
Nama Lain
: Epinefrine, Adrenalina
Nama dagang
: Epipen
Nama Generic
: epinefrin
Farmakodinamik
: Onset, Bronkodilatasi. sc : 5-10 menit,inkalasi 1 menit. Metabolisme, Dalam hal ini diambil oleh saraf adresengik dan metabolisme oxidase dan coteekol-o-metil-trans-farase. Obat dalam sirkulasi mengalami metabolisme dhepar. Ekskresi, Urin sebagai metabolit inatif metanesrin 1, sulfat dan derivat hidraksi akun mendekat, jumlah kecil dalam bentuk tidak berubah.
Farmakokinetik
: epinefrin dirusak oleh COMT dan MAO yang banyak terdapat pada dinding usus sehigga obat ini hanya diberikan melalui injeksi (subkutan dan IV). Epinefrin dimetabolisme di dalam hati yang kemudian hati metabolism dikeluarkan melalui urine.
Indikasi
: Untuk pengobatan rutin asma kecuali obat lain tidak tersedia.
Kontra indikasi
: hipertensi, pada pasien penyakit jantung koroner, pada pasien yang menggunakan beta blocker non selektifkarena dapat mempresifikasi suati hipertensi berat. Tidak ada kontra indikasi epinefrin khusus untuk penggunaan pada kasus yang mengancam nyawa.
Peringatan
: pada penggunaan untuk resusitasi perlu diperhatikan:peningkatan tekanan darah dan denyut
jantung
dapat
kebutuhan oksigen miocarel
meningkatkan dan
angina.
Dosis tinggi tidak dapat mengobati syok akibat obat/racun. Eso
: Gelisah, nalpitasi, traemor, sakit kepal,aritmia Sampai stroke hemoragik
Dosis
: Henti jantung / cardiac arrest: 1. IV/ 10= 1mg diberikan tiap 3-5 menit selama resusitasi, setiap pemberian diikuti dengan flush 20ml
Nacl
0,9% dan
dinaikkan lengan selama 10-20 detik setelah bemberian dosis. 2. Dosis
tinggi
(0,2mg/kg
BB)
digunakan untuk indikasi spesifik.
dapat
3. Infus kontinue : dosis inisial 0,1-0,5ug/kg BB/menit (untuk pasien dengan BB 70kg= 7-39hg/menit). 4. Rute endotrakeal : 2x2,5 mg diencerkan dengan 10ml larutan saline Sediaan
: Epinefrin injeksi 1mg/1ml adrenalin dalam larutan 1:1.000
Kegunaan
: simpatomimetikum
BAB III METODE KERJA
A. Alat Alat yabg di gunakan 1. Batang pengaduk 2. Gelas kimia pyrex 100 ml 3. Kanula 4. Spoit 1 ml 5. Timbangan analitik B. Bahan Bahan yang di gunakan pada percobaan ini adalah 1. Aquadest 2. Alkohol 3. Atropin sulfat 0.5 ml 4. Epinefrin 1ml 5. Pilokarpin 1 ml 6. Mencit 3 ekor C. Cara Kerja 1.
Penyiapan hewan coba 1) Dipilih hewan coba yang sehat 2) Ditimbang hewan coba kemudian di catat berat badan mencit masing-masing dan diberi tanda 3) Dihitung dosis dan volume pemerian obat hewan coba
2. Penyiapan bahan 1) Disiapkan alat dan bahan 2) Dihitung dosis obat sesuai dengan berat badan mencit 3) Diambil atropin sulfat, epinefrin, pilokarpin sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan kedalam gelas kimia 100 ml dan dicukupkan dengan aquadest sampai 100 ml 4) Diberi label pada masing-masing obat 3. Perlakuan pada hewan coba 1) Disiapkan alat dan bahan serta hewan coba yang telah ditimbang 2) Diambil hewan coba kemduian diberi makanan 3) Diambil obat yang telah disiapkan masing-masing 1 ml 4) Diberi perlakuan secara oral pada hewan coba 5) Diamati perubahan yang terjadi pada mencit 6) Dicatat dan di foto
BAB IV HASIL PENGAMATAN A. Hasil 1. Perlakuan pada mencit (mus musculus) obat atrofin pengamatan
BB mencit
Volume pemerian
Perlakuan
Piloreksi
20 gram
1 ml
++
Grooming
20 gram
1 ml
+++
Tremor
20 gram
1 ml
+
Straub
20 gram
1 ml
+
Vasokontraksi
20 gram
1 ml
_
Vasodilatasi
20 gram
1 ml
+++
Salvasi
20 gram
1 ml
_
Diare
20 gram
1 ml
+
Urinisai
20 gram
1 ml
_
Ejakulasi
20 gram
1 ml
_
Miosis
20 gram
1 ml
+
Midriasis
20 gram
1 ml
_
2. Perlakuan pada mencit ( Mus Musculus) obat epinefrin pengamatan
BB mencit
Volume pemerian
Perlakuan
Piloreksi
23,4 gram
1 ml
+
Grooming
23,4 gram
1 ml
+++
Tremor
23,4 gram
1 ml
_
Straub
23,4 gram
1 ml
_
Vasokontraksi
23,4 gram
1 ml
_
Vasodilatasi
23,4 gram
1 ml
+++
salivasi
23,4 gram
1 ml
_
Diare
23,4 gram
1 ml
+
Urinisasi
23,4 gram
1 ml
+
Ejakulasi
23,4 gram
1 ml
+++
Miosis
23,4 gram
1 ml
+
Madriasis
23,4 gram
1 ml
_
3. Perlakuan pada mencit (Mus Musculus)obat pilokarpin pengamatan
BB mencit
Volume pemerian
Perlakuan
Piloreksi
24,6 gram
1 ml
+
Grooming
24,6 gram
1 ml
+++
Tremor
24,6 gram
1 ml
_
Straub
24,6 gram
1 ml
_
Vasokontraksi
24,6 gram
1 ml
_
Vasodilatasi
24,6 gram
1 ml
+++
salivasi
24,6 gram
1 ml
_
Diare
24,6 gram
1 ml
+
Urinisasi
24,6 gram
1 ml
-
Ejakulasi
24,6 gram
1 ml
+++
Miosis
24,6 gram
1 ml
+
Madriasis
24,6 gram
1 ml
_
B. Klasifikasi Hewan UJI Kingdom
: animalia
Pylum
: chordata
Sub kingdom
: vertebrata
Class
: mmmalia
Ordo
: rodentia
Family
: maridae
Genus
: mus
Spesies
: mus muscullus
C. Karesteristik Mencit Berat badan betina
: 25-40 g
Berat badan jantan
: 0,5 g-1,5 g
Berat lahir
: 0,5 g-1,5 g
Laus permukaan tubuh
: 20 g ; 36 cm
Temperature tubuh
: 36,5-38,0ºC
Harapan hidup
: 1,5-2,5 tahun
Konsumsi makanan
: 15 ml/100 g/hari
Konsumsi air minum
: 55-95 %
Lomfosit
: 0,4 %
Monosit
: 0,1-3,5 %
Basophil
: 0-0,3 %
Platelet
: 160-420 x 103 /mm
Protein serum
: 3,5-7,2 g/dl
Albumin
: 2,5-4,8 g/dl
Glotum
: 0,6 g/dl
Glukosa dalam darah
: 62-175 mg/dl
Hitungan dalam urea darah
: 17-20 mg/dl
Mulai dikawinkan
: - jantan 50 hari - Betina50-60 hari
Siklus birahi
: 4-5 hari
Lama kebuntingan
: 19-21 hari
Jumlah anak atau kelahiran
: 10-21
Umur sapih
: 21-28 hari
Waktu pemeeliharaan
: 7-9 bulan / 6-106
Produksi anak
: 8/bulan
Jumlah pernapasan
: 94-163/menit
Komposisi air susu
: . lemak 12% . protein 9,0% . lactose 3,2%
Tidal volume
: 0.09-0.23
Penggunaan oksigen
: 1,63-2,17 ml/g
Detak jantung
: 325-780/menit
Volume darah
: 76-80 mg/kg
Tekanan darah
: 113-196 mmHg
Butir darah merah
: 7,0-12,5 x 10-6 mm
Hematoksik
: 39-49%
Total bilurudin
: 0,1-0,9 mg/dl
Kolestrol
: 26-82 mg/dl
Kalsium dalam serum
: 3,2-9,2 mg/dl
Phospat dalam serum
: 2,3-9,2 mg/dl
G. Patofisiologi Hewan Coba Patofisiologi merupakan segala sesuatu ilmu tentang penyakit atau dalam keadaan sakit atau abnormal. Beberapa atofisiologi hewan coba mencit, yaitu: 1. Penyakit bakteri a. Tyzzers disease
: bacillus poliformis
b. Manular murine kolon hiperpiasa : atrobester rodetium c. Sediumonasis
: psediumonas aeruginosa
d. Pasteurellosis
: pasteurella pneumotrapica
e. Saimonollosis
: salmonella typhimurium dan saimonella enteritidis
2. Penyakit pilar a. Sandal virus b. Epizolic diare dari mice c. Mouse hipetitis virus d. Mousepox 3. Parasitic disiases a. Cacing infeksi
Sypacia obvela
Aspicularis tertapera
B. Pembahasan Sistem saraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerjasama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Dengan pertolongan saraf kita dapat mengisap suatu rangsangan dari luar pengendalian pekerjaan otot. Susunan saraf dibagi menjadi dua macam yaitu susunan saraf pusat dan susunan saraf perifer. Susunan saraf pusat terdiri dari medula spinalis dan otak besar otak kecil dan batang otak sedangkan susunan saraf perifer terdiri dari susunan saraf somatik dan sumsum otonom atau susunan saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Adapun tujuan dilakukan percobaan ini yaitu untuk mengetahui efek efek yang ditimbulkan obat atropin sulfat, dan pilokarpin terhadap hewan coba mencit. Pada percobaan kali ini sebelum dilakukan pemberian obat pada mencit terlebih dahulu dilakukan penimbangan berat badannya, untuk menghitung dosis bahan uji obat yang akan diberikan. Pada percobaan ini diamati adalah efek simpatis dan parasimpatis nya yang dihasilkan setelah dilakukan pemberian atropin sulfat epinefrin dan pilokarpin yang yang membandingkan efek yang terjadi pada mencit. Pada percobaan pertama obat atropin sulfat diberikan secara per oral pada mencit dengan berat badan 20 gram dan volume pemberiannya 1 ml. Setelah beberapa menit obat diberikan pada mencit kemudian dilakukan pengamatan dan hasil yang diperoleh yaitu Bahwa obat atropin sulfat memberikan efek yang sering mengalami piloreksi atau bulu berdiri karena rangsangan simpatis menyebabkan otot efektor yang melekatpada foller rambut berkontraksi seringkali mengalami grooming atau mengusap hidung karena obat memperlihatkan efek terapi yaitu euforia amnesia dan kantuk. Jarang mengalami tremor atau kejang karena terjadi depresi dan paralelisme dula oblongata. Jarang mengalami straub atau ekor berdiri. Seringkali mengalami
vasodilatasi atau pelepasan pembuluh darah karena pembuluh darah tidak dipersepsi parasimpatik dan efek toksik obat tersebut sehingga terjadi vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah. Jarang mengalami diare atau peningkatan feses dan jarang mengalami meiosis atau penyempitan Pupil mata. Mekanisme kerja dari obat atropin sulfat yaitu bekerja dengan cara melawan efek muskarinik dan Blok acetilikotin endogen, maupun oksigen tetapi hambatan jauh lebih kuat terhadap eksogen. Percobaan kedua yaitu obat epinefrin diberikan secara oral pada mencit dengan berat badan 23,4 gram dan volumenya pemberiannya 1 ml. Setelah beberapa menit obat diberikan pada mencit dilakukan pengamatan dan hasil yang diperoleh yaitu Bahwa obat epinefrin memberikan Efek jarang mengalami piloereksi atau bulu berdiri kemudian sering mengalami grooming atau mengusap hidung karena obat memperlihatkan efek terapi yaitu amnesia euforia dan kantuk. Seringkali mengalami fase dilatasi atau pelebaran pembuluh darah karena pembuluh darah tidak di saraf parasimpatik dan efek toksik obat tersebut sehingga terjadi vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah. Jarang mengalami diare atau peningkatan feses dan jarang mengalami urinisasi atau peningkatan urine. Mekanisme kerja dari obat epinefrin adalah bekerja pada reseptor adrenergik. Umumnya menimbulkan efek mirip stimulasi saraf adrenergik. Percobaan ketiga yaitu pilokarpin diberikan secara oral pada mencit dengan berat badan 24,6 gram dan volume pemeriannya 1 ml. Setelah beberapa menit obat diberikan pada mencit dilakukan pengamatan yaitu hasil yang diperoleh yaitu Bahwa obat pilokarpin memberikan Efek jarang mengalami piloereksi atau bulu berdiri karena perangsangan reseptor muskurane yang di Ganglion dan medula adrenal akan durasi efek perangsangan nikotinik. Seringkali mengalami grooming mengusap
hidung karena obat ini memperlihatkan efek terapi berkelainan yaitu euforia amnesia dan kantuk. Seringkali mengalami vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah karena pada obat ini terjadi perubahan kardiovaskuler yang nyata jarang mengalami diare atau peningkatan feses karena obat ini berpengaruh pada saluran cerna maka efek perangsangan saluran cerna lebih jelas oleh Ester Collins lainnya dan oleh alkaloid muskarinik jarang terjadi miosis atau penyempitan Pupil mata sering mengalami ejakulasi atau keluarnya air mani karena obat ini memperlihatkan efek yang lebih jelas terhadap obat detrusor dan otot dibandingkan dengan asetilkolin atau perangsang parasimpatik. Mekanisme kerja dari obat pilokarpin yaitu bekerja dengan cara merangsang reseptor asetilkolin muskurank. Atropin sulfat sebagai salah satu obat yang digunakan dalam percobaan ini karena atropin sulfat merupakan salah satu golongan antagonis kolinergik atau parasimpatik memetik yaitu obat yang menghambat efek parasimpatis. Atropin merupakan antagonis kolinergik yang menghambat reseptor muskuranik sehingga efeknya berlawanan dengan obat kolinergik baik yang langsung ataupun tidak langsung. Epinefrin digunakan dalam percobaan ini karena epinefrin merupakan reseptor adrenergik yaitu bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor adrenergik. Pilokarpin digunakan dalam percobaan ini karena pilokarpin merupakan golongan agonis kolinergik yaitu obat yang mendukung efek parasimpatis yang bekerja secara langsung dengan reseptor muskuranik sehingga saraf parasimpatis akan bekerja. Adapun kesalahan-kesalahan yang dilakukan saat praktikum yaitu kurangnya kebersihan dan alat-alat laboratorium pembuatan bahan obat yang kurang tepat dan kesalahan dalam perlakuan hewan coba.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di dapatkan hasil pada obat: a. Atroin sulfat memberikan efek pada mencit adalah piloreksi, grooming, treamor,straub, vasodilatasi, salvias, diare dan miosis. b. Epinefrin memberikan fek pada mencit adalah piloreksi, grooming, vasodilatasi, diare, dan urinisasi c. Pilokarpin memberikan efek pada mencit adalah piloreksi, grooming, vasodilatasi, ejakulasi, dan miosis. B. Saran Kami sebagai praktikan masih membutuhkan arahan dan bimbingan baik dalam proses praktikan dan penyusunan laporan. Jadi kritik dan saran yang bersifat membangun yang sangat kami butuhkan. Kami sangat mengharapkan agar para asisten lebih tegas terhadap para praktikan dan memberikan semangat kepada praktikan dalam menjalankan praktikan.
DAFTAR PUSTAKA Departemen kesehatan repoblik indonesia. 1979. Farmakopindonesi.jakarta:direktorat jendral pengawasan dan makanan. Gunawan,S.G.2009.farmakologi dan terapi.jakarta:departemen farmakologi dan terapi Harfey,R.A. dan champe,D.C.2008.farakologi ulasan bergambar.jakarta:buku kedokteran EGC. Tjay.than hoan dan raharja kirana.2007.obat-obat penting:Jakarta: PT. Ales media Mansjoer Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : fkui Schmifz, G., Lepper, H.,Heidrich, M.2009.farmakolog dan toksitologi.jakarta: penerbit buku kedokteran EGC. Syafuddin. 2003. Anatomi fisiologi. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC. Syafuddin. 2007. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: penerbit salemba medika. Team medical mini notes.2017. basic farmakologidan drug notes.makassar:MMn publishing, Makassar. Priyanto dan biomed., M.2010. farmakologi dasar. Jakarta:leskonofi Malole,M.Um.Dkk. 1989.penggunaan hewan-hewan percobaan di laboratorium. Jakarta.
SKEMA KERJA
1. Atropin Siapkan alat dan bahan
Timbang hewan coba
Cari dosis atropine
Konversi dosis dari manusia ke hewan caba (mencit) Lakukan pemerian obat pada hewan coba (mencit) Amati gejala yang timbul 2. Epinefrin Siapkan alat dan bahan
Timbang hewan coba
Cari dosis epinefrin
Konversi dosis dari manusia ke hewan coba (mencit) Lakukan pemerian obat pada hewan coba (mencit) Amati gejala yang timbul
3. Pilokarpin Siapkan alat dan bahan
Timbang hewan coba
Cari dosis pilokarpin
Konversi dosis dari manusia ke hewan coba (mencit)
Lakukan pemerian obat pada hewan coba (mencit)
Amati gejala yang timbul
Lampiran 1. Atropine sulfat a. Dosis obat Dik: Dosis obat atropine sulfat : 0,5 ml Berat badan mencit
: 20 gram
Berat rata-rata mencit
: 20 gram
Dit: dosis mencit? Jawab: 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡
Dosis mencit = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡 x dosis obat x konversi 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 20 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 0,5 ml x 0,0026
0,001 𝑚𝑙⁄ 0,5 𝑚𝑙⁄ 𝑘𝑔 𝐵𝐵 ≈ 𝑘𝑔 𝐵𝐵 b. Pengenceran Dosis obat atropine sulfat : 0,5 ml / kg.BB Dosis yang harus didapat : 0,001 ml/kg.BB 0,5 ml 30 ml
0,01 ml 10 ml
0,001 ml
100 ml
c. Volume pemerian Dik: berat badan mencit : 20 gram Berat rata-rata mencit
: 20 gram
Volume pemerian
: 1 ml
Jawab: Volume pemerian
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡
: 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡 x volume pemerian
20 𝑔𝑟𝑎𝑚
: 20 𝑔𝑟𝑎𝑚x 1 ml : 1 ml 2. Epinefrin a. Dosis obat