OBSERVASI SUHU, KELEMBABAN UDARA, DAN KEBERADAAN LICHENES DI TERMINAL GADANG KOTA MALANG
LAPORAN PRAKTIKUM Ditulis untuk memenuhi matakuliah Pencemaran Lingkungan Yang dibimbing oleh Dr. Sueb, M.Kes Disajikan pada Kamis, 04 Oktober 2018
Oleh : Kelompok 1 Alifa Aulia Ainayya
(160342606292)
Lutfita Fitriana
(160342606284)
Muly Pramesti
(160342606245)
Nina Bunga Anggraini
(160342606206)
Vivi Ary Lindya Putri
(1603426062301)
Offering GHL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PRODI BIOLOGI SEPTEMBER 2018
OBSERVASI SUHU, KELEMBABAN UDARA, DAN KEBERADAAN LICHENES DI TERMINAL GADANG KOTA MALANG
Alifa Aulia Ainayya, Lutfita Fitriana, Muly Pramesti, Nina Bunga Anggraini, Vivi Ary Lindya Putri, dan Dr. Sueb, M.Kes Universitas Negeri Malang e-mail :
[email protected] Abstrak : Udara merupakan faktor yang penting dalam hidup dan kehidupan. Namun pada era modern ini, kualitas udara pun mengalami perubahan yang disebabkan oleh terjadinya pencemaran udara. Semakin padatnya lalu lintas oleh kendaraan bermotor membuat bahan pencemar yang terbuang dalam bentuk partikel dan gas. Partikel pencemar antara lain debu, timbal (Pb), partikel debu karet, dan partikel asbes. Terminal Gadang mempunyai peranan penting dalam pencemaran udara terdapat berbagai macam angkutan kendaraan bermotor yang merupakan sumber dari pengeluaran gas SO2. Oleh karena itu
diadakan penelitian untuk mengetahui kondisi faktor abiotik (Suhu, kelembapan dan intensitas cahaya) dan faktor biotik di Terminal Gadang, Kota Malang. Pengambilan sampel dilakukan di 10 titik. Untuk faktor abiotik digunakan termohigrometer dan lux meter, untuk faktor biotik dengan mengidentifikasi liken. Rerata suhu di Terminal Gadang sebesar 27 0C, Rerata kelembapan udara relatif sebesar 66,5%, rerata intensitas cahaya sebesar 257,9x100 lux, dan spesies liken yang ditemukan yaitu Physcia aipolia dan Parmelia surcata. Udara di Terminal Gadang tidak tercemar, karena ditemukannya spesies Physcia aipoliayang biasa digunakan sebagai bioindicator pencemaran udara. Kata Kunci : Liken, Pencemaran Udara, Terminal Gadang Abstract : Air is an important factor in life and life. But in this modern era, air quality has experienced changes caused by air pollution. The more congested traffic by motorized vehicles makes pollutants wasted in the form of particles and gas. Pollutant particles include dust, lead (Pb), rubber dust particles, and asbestos particles. The Gadang Terminal has a very important role in imaging which consists of various types of vehicle transportation which are part of SO2 gas expenditure. Therefore, a study was conducted to find out the abiotic factors (temperature, humidity and light) and biotic factors at Gadang Terminal, Malang City. Sampling was carried out at 10 points. For abiotic factors used are thermohigrometers and lux meters, for biotic factors with a list of lichens. The average temperature at Gadang Terminal was 27 0C, the relative air humidity was 66.5%, the average nerve was 257.9x100 lux, and the liken species found were Physcia aipolia and Parmelia surcata. The air at the Gadang bus stationl is not polluted, because the discovery of the usual Physcia aipoli species as air pollution bioindicators. Key : Lichen, Air Pollution, Gadang Terminal
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Udara merupakan faktor yang penting dalam hidup dan kehidupan. Namun pada era modern ini, sejalan dengan perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, serta berkembangnya transportasi, maka, kualitas udara pun mengalami perubahan yang disebabkan oleh terjadinya pencemaran udara, atau, sebagai berubahnya salah satu komposisi udara dari keadaan yang normal; yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu yang cukup lama, sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan tanaman (BPLH DKI Jakarta, 2013). Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi makhluk hidup untuk dapat hidup secara optimal. Pencemaran udara umumnya diartikan sebagai udara yang mengandung suatu atau lebih bahan kimia dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk dapat menyebabkan gangguan atau bahaya terhadap manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan harta benda (Sugianto, 2005). Menurut Mukono (1997) dalam Zakaria (2013) Semakin padatnya lalu lintas oleh kendaraan bermotor membuat bahan pencemar yang terbuang dalam bentuk partikel dan gas. Partikel pencemar antara lain debu, timbal (Pb), partikel debu karet, dan partikel asbes. Adapun pencemar gas yang kerap terhirup warga yang banyak beraktivitas di jalan adalah karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2).
Lumut kerak merupakan tumbuhan indikator yang peka terhadap pencemaran udara. Lokasi pengamatan yang berada dekat dengan sumber pencemar (jalan raya) menghasilkan dampak perubahan kualitas udara yang akan berdampak pada keberadaan lichen pada batang pohon. Hasil pengamatan ditemukan beberapa lumut kerak memiliki kecenderungan warna dari thallus adalah hijau kusam. Jumlah lumut kerak pada kawasan yang kurang terpolusi juga memiliki jumlah lumut kerak yang lebih banyak dibandingkan kawasan yang banyak terpolusi kendaran bermotor. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka lumut kerak dapat dijadikan sebagai bioindikator kualitas udara (Rasyidah, 2018). Salah satu tempat yang mempunyai peranan penting dalam pencemaran udara di Kota Malang adalah terminal Gadang. Di dalamnya terdapat berbagai macam angkutan kendaraan bermotor yang merupakan sumber dari pengeluaran gas SO2, belum lagi ditambah dengan keberadaan industriindustri yang juga mengeluarkan gas pencemar udara lainnya dan mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Untuk itu dilakukan pengamatan terhadap kondisi udara di area terminal Gadang.
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimanakah kondisi suhu udara di Terminal Gadang ? 1.2.2 Bagaimanakan Kondisi Kelembaban di Terminal Gadang ? 1.2.3 Bagaimanakah Kondisi udara di Terminal Gadang berdasarkan bioindikator Keberadaan Lichenes ? 1.3 Tujuan penulisan 1.3.1 Mengetahhui kondisi suhu udara di Terminal Gadang Kota Malang 1.3.2 Mengetahui Kondisi Kelembaban di Terminal Gadang Kota Malang 1.3.3 Mengetahui Kondisi udara di Terminal Gadang berdasarkan bioindikator keberadaan lichenes.
2. METODE PENELITIAN 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di 5 titik sepanjang Daerah Aliran Sungai Amprong kota Malang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 September 2018 berlokasi di Daerah Aliran Sungai Amprong kota Malang.
Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel
2.2 Populasi Sampel dan Teknik Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah tingkat kebersihan udara di 10 titik sepanjang Terminal Gadang, Kota Malang. Sampel yang digunakan liken yang menempel pada pohon di Terminal Gadang, Kota Malang.
2.3 Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalan penelitian ini adalah teknik purposive random sampling, yaitu pengambilan sampel secara sengaja dengan menggunakan perrtimbangan-pertimbangan yang dianggap tepat dan sesuai terhadap fenomena yang diteliti.
2.4 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian adalah Termohigrometer, Luxmeter, Cutter, dan Kertas. Bahan yang digunakan adalah liken yang diambil dari 10 titik pengambilan di Terminal Gadang, Kota Malang.
2.5 Prosedur Pengumpulan Data Prosedur yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode observasi langsung dengan membacawa alat pengukuran faktor abiotik dan mengambil sampel liken menggunakan cutter kemudian sampel disimpan pada kertas yang dilipat dan diidentifikasi. Faktor abiotik yang telah diukur dan hasil identifikasi liken dibandingkan dengan literatur sehingga didapatkan kajian lebih lanjut untuk mengetahui kualitas udara di daerah disekitar Terminal Gadang, Kota Malang.
3.
HASIL DAN ANALISIS DATA
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di Terminal Gadang didapatkan hasil nilai suhu dan kelembaban udara serta intensitas cahaya sebagai berikut. a. Parameter Suhu Udara Tabel. 1 Hasil pengukuran suhu udara di Terminal Gadang Titik Obser vasi
Posisi/koordin at
Nama genus/spesies Lichenes
Banyakn ya Individu Lichenes
Frekuensi ditemukan
Suhu Pagi
Siang
Sore
Menurut SK kemenkes No 907/ Menkes /SKVII/20 01
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8°1'19''S 112°37'41''E 8°1'18''S 112°37'42''E 8°1'18''S 112°37'41''E 8°1'18''S 112°37'41''E 8°1'18''S 112°37'42''E 8°1'20''S 112°37'45''E 8°1'20''S 112°37'44''E 8°1'19''S 112°37'38''E 8°1'18''S 112°37'39''E 8°1'18''S 112°37'41''E
, Physcia aipolia , Pamelia suculata , Physcia aipolia , Physcia aipolia , Physcia aipolia , Pamelia suculata , Pamelia suculata , -
71
Ditemukan
25°C
30°C
28°C
54
Ditemukan
25°C
30°C
28°C
23
Ditemukan
25°C
30°C
28°C
17
Ditemukan
25°C
30°C
28°C
53
Ditemukan
25°C
30°C
28°C
31
Ditemukan
25°C
30°C
28°C
14
Ditemukan
25°C
30°C
28°C
-
25°C
30°C
28°C
, Physcia Aipolia , Sp 1 Physcia aipolia Sp Pamelia suculata
17
Tidak ditemukan Ditemukan
25°C
30°C
28°C
Ditemukan
25°C
30°C
28°C
25°C
30°C
28°C
: Sp 1 : 23 Sp 2: 5
Suhu yang dianggap aman untuk bekerja atau beraktivitas sebesar 18-26°C
2:
Rerata
Suhu udara harian di Terminal Gadang dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Handoko, 1993). SuhuUdara (T) =
(𝟐𝑻 𝒑𝒂𝒈𝒊)+𝑻𝒔𝒊𝒂𝒏𝒈+𝑻𝒔𝒐𝒓𝒆 𝟒
Jika data suhu udara diatas dimasukkan dalam rumus tersebut maka akan diperoleh hasil sebagai berikut. SuhuUdara (T) =
(𝟐𝒙𝟐𝟓)+𝟑𝟎+𝟐𝟖 𝟒
= 27°C
Sehingga didapatkan hasil akhir suhu udara harian di Terminal Gadang sebesar 27°C. b. Parameter Kelembaban Tabel. 2 Hasil pengukuran kelembaban udara di Terminal Gadang Titik Obser Vasi 1
Posisi/koordinat
8°1'19''S
Nama genus/spesies Lichenes , Physcia
Banyaknya Individu Lichenes 71
Frekuensi ditemukan
Kelembaban Pagi
Siang
Sore
Ditemukan
67%
68%
64%
112°37'41''E 8°1'18''S 112°37'42''E
2
,
3
8°1'18''S 112°37'41''E
,
4
8°1'18''S 112°37'41''E
,
5
8°1'18''S 112°37'42''E
,
6
8°1'20''S 112°37'45''E
,
7
8°1'20''S 112°37'44''E
,
8
8°1'19''S 112°37'38''E
,
9
8°1'18''S 112°37'39''E
,
10
8°1'18''S 112°37'41''E
,
aipolia Pamelia suculata Physcia aipolia Physcia aipolia Physcia aipolia Pamelia suculata Pamelia suculata Pamelia suculata Physcia aipolia Sp 1 Physcia aipolia Sp Pamelia suculata
54
Ditemukan
67%
68%
64%
23
Ditemukan
67%
68%
64%
17
Ditemukan
67%
68%
64%
53
Ditemukan
67%
68%
64%
31
Ditemukan
67%
68%
64%
14
Ditemukan
67%
68%
64%
-
67%
68%
64%
17
Tidak ditemukan Ditemukan
67%
68%
64%
: 46
Ditemukan
67%
68%
64%
67%
68%
64%
2:
Rerata
Kelembaban relatif udara di Terminal Gadang dapat diukur menggunakan rumus sebagai berikut (Handoko, 1993). KelembabanUdara (%) =
(𝟐𝑹𝑯𝒑𝒂𝒈𝒊)+(𝑹𝑯𝒔𝒊𝒂𝒏𝒈)+(𝑹𝑯𝒔𝒐𝒓𝒆) 𝟒
Jika data kelembaban udara diatas dimasukkan kedalam rumus tersebut maka akan didapatkan hasil sebagai berikut. KelembabanUdara (%) =
(𝟐𝒙𝟔𝟕)+(𝟔𝟖)+(𝟔𝟒) 𝟒
= 66,5%
Sehingga didapatkan hasil akhir kelembaban relatif udara harian di Terminal Gadang sebesar 66,5%. c. Parameter Intensitas Cahaya Tabel.3 Hasil pengukuran intensitas cahaya di Terminal Gadang Titik Obser vasi
Posisi/ koordinat
Nama genus/spesies Lichenes
Banyak nya Individu
Frekuensi ditemukan
Intensitas cahaya Pagi
Siang
Sore
1 2
8°1'19''S , 112°37'41''E 8°1'18''S , 112°37'42''E
3
8°1'18''S , 112°37'41''E
4
8°1'18''S , 112°37'41''E
5
8°1'18''S , 112°37'42''E
6
8°1'20''S , 112°37'45''E
7
8°1'20''S , 112°37'44''E
8
8°1'19''S , 112°37'38''E
9
8°1'18''S , 112°37'39''E
10
8°1'18''S , 112°37'41''E
Physcia aipolia Pamelia suculata Physcia aipolia Physcia aipolia Physcia aipolia Pamelia suculata Pamelia suculata Pamelia suculata Physcia aipolia Sp 1 Physcia aipolia Sp Pamelia suculata
Lichenes 71
Ditemukan
54
Ditemukan
23
Ditemukan
17
Ditemukan
53
Ditemukan
31
Ditemukan
14
Ditemukan
17
Tidak Ditemukan Ditemukan
: 46
Ditemukan
75x100 lux 62x100 lux 76x100 lux 88x100 lux 82x100 lux 75x100 lux 61x100 lux 78x100 lux 85x100 lux 74x100 lux
579x100 lux 760x100 lux 715x100 lux 655x100 lux 624x100 lux 652x100 lux 662x100 lux 704x100 lux 709x100 lux 792x100 lux
28x100 lux 13x100 lux 20x100 lux 8x100 lux 12x100 lux 12x100 lux 10x100 lux 8x100 lux 9x100 lux 9x100 lux
2:
Rerata
75,6x100 685,2 x lux 100 lux
12,9 x 100 lux
Pengukuran intensitas cahaya menggunakan alat lux meter yang dilakukan pda plot ditemukannya lumut kerak. Pengukuran dilakukan dengan menembak tiga titik lokasi lumut kerak lalu diambil rerata nilai dengan rumus sebagai berikut. Intensitas Cahaya =
𝑰𝟏+𝑰𝟐+𝑰𝟑 𝟑
Jika data kelembaban udara diatas dimasukkan kedalam rumus tersebut maka akan didapatkan hasil sebagai berikut. Intensitas Cahaya =
𝟕𝟓,𝟔𝒙𝟏𝟎𝟎+𝟔𝟖𝟓,𝟐𝒙𝟏𝟎𝟎+𝟏𝟐,𝟗𝒙𝟏𝟎𝟎 𝟑
= 257,9x100 lux
Sehingga didapatkan hasil akhir intensitas cahaya harian di Terminal Gadang sebesar 257,9x100 lux. d. Frekuensi Perjumpaan
Frekuensi ditemukannya lichen pada Terminal Gadang dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Frekuensi Perjumpaan =
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒎𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒑𝒆𝒔𝒊𝒆𝒔 𝒙 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒎𝒂𝒕𝒂𝒏
x 100%
Jika data spesies dimasukkan kedalam rumus tersebut maka akan didapatkan hasil sebagai berikut: 18
Frekuensi Perjumpaan Spesies 1( Physcia Aipolia) = 30 x 100% = 60% 12
Frekuensi Perjumpaan Spesies 2 (Parmelia suculata) = 30 x 100% = 40% Sehingga dapat diketahui frekuensi perjumpaan spesies Physcia aipolia sebesar 60% sedangkan frekuensi perjumpaan spesies Parmelia suculata sebesar 40%. Berdasarkan hasil pengamatan di Terminal Gadang, didapatkan data berdasarkan parameter yang diamati yaitu suhu dan kelembaban udara,.intensitas cahaya serta frekuensi perjumpaan spesies. Setelah hasil data yang didapat dirata-rata dalam 3 waktu yaitu pagi (pukul 07.30), siang (pukul 13.30) dan sore (pukul 17.30) maka diperoleh hasil rerata suhu harian di Terminal Gadang sebesar 27°C, rerata kelembaban udara relatif yang didapatkan sebesar 66,5%, rerata intensitas cahaya yang didapatkan sebesar 257,9x100 lux dan frekuensi perjumpaan spesies yang ditemukan yaitu spesies Physcia aipolia sebesar 60% sedangkan spesies Parmelia sulcata sebesar 40%
4.
PEMBAHASAN Polusi udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam
lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia atau yang dapat dihitung dan diukur, serta dapat mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer dan mempunyai efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material (Mukono, 2008). Bahan pencemar udara atau polutan terbagi atas dua bagian, yaitu polutan primer dan polutan sekunder. Polutan Primer ialah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu dan dapat berupa gas yang terdiri dari senyawa karbon, senyawa sulfur, senyawa nitrogen dan senyawa halogen. Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia. Polutan sekunder ini mempunyai sifat kimia dan sifat fisik yang tidak stabil. Yang termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, peroxy acyl nitrat dan formaldehid (Mukono, 2008).
Lichen merupakan organisme yang hidup secara simbiosis antara alga dan jamur. Lichen memiliki kemampuan menyerap udara untuk pertumbuhannya sehingga banyak digunakan sebagai indikator biologis dalam pencemran udara. Menurut Mc Cune, (2006) ada jenis lichen tertentu yang diketahui sangat sensitif terhadap polusi yaitu lichen yang toleran terhadap polutan dan nitrofil. Dari penelitian ini terdapat beberapa pohon yang ditumbuhi oleh Lichen yaitu sebanyak 9 pohon. Spesies lichen yang ditemukan adalah Physcia aipolia dan Parmelia sulcata. Jenis lichen ini sangat sensitive terhadap sulfurdioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2) dan hanya ditemukan 4 pada kawasan dengan tingkat pencemaran yang rendah (Saipunkaew dkk, 2005). Menurut Mokni, dkk (2015) bahwa Physcia aipolia dan Parmelia sulcata merupakan lichen yang sangat sensitif dan ditemukan pada daerah yang tidak tercemar. Beberapa jenis lichen yang dapat dijadikan bioindikator pencemaran udara misalnya Parmelia, Physcia Hypogymnia, Physcia aipolia dan Strigula (Pratiwi, 2006). Physcia aipolia dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran udara melalui maping untuk mendapatkan jenis lichen yang sensitive terhadap pencemaran udara (Pinho dkk, 2003). Spesies lichen Physciaaipolia ini memiliki talus seperti tepung dan menempel pada substrat. Famili Leprariaceae ditandai oleh karakteristik talus menyerupai tepung, menyebar tidak merata, dengan margin yang membentuk lobus kecil dan berwarna hijau pucat hingga kuning keputihan. Menurut Yurnaliza (2002), lichen longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis disebut leprose. Menurut Kansri (2003) dalam Hadiyati (2013), struktur Parmelia terdiri dari korteks atas, daerah alga, medulla, dan korteks bawah beruparhizines. Rhizines berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan bagi lichen, sehingga lichen Parmelia dapat tumbuh dengan baik walaupun berada pada lingkungan yang tercemar. Parmelia merupakan jenis lichen yang toleran namun ada juga yang sensitif, seperti hasil penelitian (Will-Wolf, 2015) di USA ditemukan 2 spesies Parmelia dimana yang satu termasuk jenis lichen yang sensitif dan yang satu termasuk toleran terhadap pencemaran udara. Faktor abiotik lingkungan secara tidak langsung mempengaruhi keberadaan lichen di suatu tempat. Pada hasil pengamatan suhu berkisar antara 25°C - 28°C. Jadi lichen dapat hidup dengan baik. Menurut Bua et al., (2013) lichen memiliki kisaran toleransi yang cukup luas, lichen dapat hidup baik pada suhu yang sangat rendah atau pada suhu yang sangat tinggi berkisar antara 18°C-28°C. Jadi lichen dapat hidup dengan baik. Menurut Murningsih (2016) suhu optimal untuk pertumbuhan lichen dibawah 40°C, sedangkan diatas 45°C dapat merusak
klorofil lichen dan aktifitas fotosinteis dapat terganggu. Intensitas cahaya terendah yang diperlukan lichen untuk berfotosintesis secara efektif adalah 1025 lux, sedangkan kelembaban udara menurut Furi et al., (2016) lichen menyukai tempat yang kering dengan kelembapan 40% - 69%.
5.
SIMPULAN : 1. Kondisi suhu udara di Terminal Gadang Kota Malang yaitu berkisar antara 25% 30%. Lichen dapat hidup dengan baik pada suhu berkisar 18°C-28°C. 2. Konsisi kelembaban di Terminal Gadang Kota Malang yaitu berkisar antara 64% 68%. Lichen menyukai tempat yang kering dengan kelembapan 40% - 69%. 3. Kondisi udara di Terminal Gadang berdasarkan bioindikator keberadaan lichen yaitu tidak tercemar karena spesies Physcia aipolia dan Pamelia suculata merupakan lichen yang sangat sensitif dan ditemukan pada daerah yang tidak tercemar
6.
SARAN Saran dalam penelitian ini yaitu masyarakat harus lebih pandai dalam memilih bahan
bakar yang ramah lingkungan. Kemudian untuk pemerintah seharusnya lebih memiliki ide yangkreatif untuk menciptakan mesin kendaraan yang dapat mengefektifkan pembakaran gas buang. Supaya dapat mengurangi polusi udara.
DAFTAR RUJUKAN
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jakarta, 2013. Zat – zat Pencemar Udara. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jakarta, 2013. Pengertian Pencemaran Udara. Bua, L., W. D. Uno, Y. Retnowati. 2013. Keanekaragaman lichen di sub kawasan Taman Nasional
Bogani
Nani
Wartabone
wilayah
Lombongo.
10
hlm.kim.ung.ac.id/index.php/KIMFMIPA/article/download/3694/3670, diakses pada 3 Oktober 2018 pukul 22.00 Furi, A. R dan E. Roziaty. 2016. Eksplorasi lichen di sepanjang jalan raya solo Tawangmangu dan kawasan hutan sekipan karanganyar jawa tengah. 12 hlm. http://eprints.ums.ac.id/43008/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf, 3 Oktober 2018, pukul 21.30 Hadiyati, M., Setyawati,R.T., Murkalina. 2013. Kandungan Sulfur dan Klorofil thallus lichen Parmelia sp. Dan Graphis sp. Pada Pohon Peneduh Jalan di Kecamatan Pontianak Utara. Universitas Tanjungpura. Pontianak McCune, B. 2010. Key to the Lichen Genera of the Pacific Northwest. Dept. Botany & Plant Pathology, Oregon State University : 1-97 Mokni, R. E., Telailia, L. B., Sebei, H., & Aouni, M. H. (2015). Species Lichens, Distribution, Bioindication and ecology of Lichens in Oak Forest of Kroumiria, North West of Tunisia. Journal of Biodiversity and Environmental Science, 32-60. Mukono.
1997.
Pencemaran
Udara
dan
Pengaruhnya
Terhadap
Gangguan
Saluran
Pernafasan.Surabaya: Airlangga University Press.
Mukono HJ. 2008. Prinsip dasar kesehatan lingkungan. Surabaya: Universitas Airlangga Press. Murningsih, dan Husna Mafazaa. “Jenis-Jenis Lichen di Kampus Undip Semarang”. Jurnal Bioma. Vol 18 (1). Hal : 20-29.
Pinho, P., Agusto, S., & Bio, A. (2003). Mapping Lichen Diversity as a First Step for Air Quality Assessment. International Workshop on Biomonitoring of Atmosperic Pollution (pp. 1-11). Bled: Institute Jožef Stefan. Pratiwi, M.E., (2006), Kajian Limut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara, Skripsi Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rasyidah. 2018. Kelimpahan Lumut Kerak (Lichens) Sebagai Bioindikator Kualitas Udara Di Kawasan Perkotaan Kota Medan. Klorofil. 1(2) : 88-92 Saipunkaew, W. 2005. Lichen Identification. BIOTROP Fifth Regional Training Course on Biodiversity and Conservation of Bryophytes and Lichenes. Bogor Indonesia, July 14 24-2005. Will-Wolf, S. (2015). Lichen-based Indices to Quantify Responses to Climate and Air Pollution Across Northeastern U.S.A. The Bryologist, 59-82. Zakaria. N, Azizah, R. 2013. Analisis Pencemaran Udara (So2), Keluhan Iritasi Tenggorokan Dan Keluhan Kesehatan Iritasi Matapada Pedagang Makanan Di Sekitar Terminal Joyoboyo Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health.2(1) : 75-81 Yurnaliza (2002). Lichen-based Indices to Quantify Responses to Climate and Air Pollution Across Northeastern U.S.A. The Bryologist, 59-82
LAMPIRAN
Pengambilan data pada pagi hari
Pengambilan data pada siang hari
Pengambilan data pada sore hari