DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Kerja Praktek 1.3 Rumusan Masalah 1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek 1.5 Metode Penilitian Kerja Praktek 1.6 Sistematika Laporan Kerja Praktek BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. KRAKATAU STEEL 2.1 Latar Belakang dan Sejarah Singkat PT. Krakatau Steel 2.2 Visi dan Misi Perusahaan 2.3 Struktur Organisasi PT. Krakatau Steel 2.4 Tata Letak Pabrik 2.5 Anak Perusahaan PT. Krakatau Steel 2.6 Unit Produksi PT. Krakatau Steel 2.6.1
Pabrik Besi Spons
2.6.2
Pabrik Slab Baja
2.6.3
Pabrik Billet Baja
2.6.4
Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas
2.6.5
Pabrik Baja Lembaran Dingin
2.6.6
Pabrik Baja Batang Kawat
BAB III PABRIK BAJA LEMBARAN PANAS (HOT STRIP MILL/HSM) 3.1 Profil Pabrik Baja Lembaran Panas 3.2 Penerapan K3LH pada Pabrik Baja Lembaran Panas 3.3 Bahan Baku Pabrik HSM 3.4 Fasilitas dan Proses Produksi HSM 3.4.1
Reheating Furnace
3.4.2
Slab Sizing Press
3.4.3
Proses Pengerolan Awal (Roughing Mill)
3.4.4
Thermopanel
3.4.5
Crop Shear
3.4.6
Proses Pengerolan Akhir (Finishing Mill)
3.4.7
Laminar Cooling
3.4.8
Down Coiler
3.4.9
Shearing Line
3.4.10 Hot Skin Pass Mill 3.5 Hasil Produksi HSM BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Hot Rolled Coil 4.1.1 Macam – Macam Wavy pada Coil dan Penyebab 4.1.2 Mekanisme Terjadinya Wavy 4.1.3 Penggunaan PCFC Untuk Menangani Wavy 4.2 Utilisasi Aliran Material di WIP (Work In Process) 4.2.1 MPL 4.2.2 NPC 4.2.3 PTN 4.2.4 Cut Sample BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG Ilmu teori dalam ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu dasaran
atau suatu pembekalan yang cukup penting untuk menambah wawasan dan pengetahuan secara teoritis ,namun di era globalisasi dan perkembangan iptek yang begitu pesat ini ilmu teori saja tidaklah cukup tanpa adanya ini ilmu teori saja tidaklah cukup namun harus dimbangin dengan praktik kerja langsung dengan kemampuan mengaplikasikannya secara nyata melalui teknologi yang ada yang relevan dengan kompetensi keahlian yang dimilikinya masing masing, dalam upaya meningkatkan Ilmu pengetahuan dan juga menambah bekal untuk masa masa mendatang guna memasuki dunia kerja yang semakin banyak serta ketat dalam persaingannya seperti saat ini, sehingga tenaga kerja dituntut bukan hanya memiliki kemampuan teoritis saja, tetapi juga harus lebih fleksibel dan berwawasan lebih luas, inovatif serta didukung dengan keterampilan yang kompeten,salah satu cara yang
dilakukan
sebuah
universitas/institut
agar
mahasiswa
mampu
mengaplikasikan kemampuan teoritisnya ialah dengan diadakan kerja praktek maka dengan adanya kegiatan prakerin mahasiswa dapat mengasah dan juga megimplementasikan materi yang didapatkannya di sekolah langsung ke dunia usaha atau dunia industry yang relevan dengan kemampuannya masing masing. Di Departemen Teknik Mesin Industri, Fakultas Vokasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopeber sendiri Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib yang merupakan sarana untuk mengaplikasikan teori yang dibekali oleh institusi ke dalam suatu bidang industri secara nyata. Indonesia sebagai negara berkembang yang ingin maju terus berusaha memajukan sektor industrinya untuk dapat bersaing dengan negara lain terutama industri logam, seperti industri baja yang saat ini berkembang pesat. Salah satunya adalah PT. Krakatau Steel yang merupakan industri baja terpadu yang pertama berkembang dan berkualitas di Indonesia. PT. Krakatau Steel merupakan badan usaha milik Negara dan merupakan salah satu pabrik pengolahan baja penghasil baja terbesar di kawasan Asia Tenggara.
PT. Krakatau Steel dalam produksinya secara global terbagi menjadi beberapa urutan proses yang dilakukan secara bertahap, yaitu: 1. proses produksi baja sponges (Iron Melting) 2. proses produksi baja (Steel Melting) yang terdiri dari:
produksi baja billet( Billet Steel)
baja slab (Slab Steel)
3. proses pengerolan yang merupakan proses pengolahan hasil baja billet dan slab terdiri dari
produksi baja lembaran panas(Hot Strip Mil)
produksi baja lembaran dingin(Cold Strip Mill)
produksi baja batang kawat.(Wire Rod Mill)
Pada pelaksanakan kerja praktek ini, para penulis ditempatkan pada Divisi Pabrik Pengerolan Baja Lembaran panas (Hot Strip Mill), lebih khusus dalam divisi Produksi pada Hot Strip Mill dimana kami membahas tentang bagaimana sistem produksi pengerolan baja dari slab hingga menjadi coil yang mana kami mengambil topik “Utilisasi Aliran Material di WIP dan Studi Kasus Coil Cacat Wavy pada Finishing Mill” yang biasa terjadi pada divisi HSM. diharapkan pada penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan membuat pembaca memahami alur produksi yang ada di Pabrik Baja Lembaran Panas PT. Krakatau Steel.
1.2
TUJUAN KERJA PRAKTEK Adapun tujuan yang ingin kami capai dalam melakukan kerja praktek di PT.
Krakatau Steel, khususnya di divisi Produksi Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas ini adalah: 1. Melaksanakan mata kuliah wajib Kerja Praktek 2. Meningkatkan,
mengdaftaembangkan,
dan
memantapkan
serta
mengaplikasikan ilmu dan keterampilan mahasiswa yang didapat di bangku kuliah. 3. Memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang dunia industri. 4. Melatih kepekaan mahasiswa untuk mencari solusi masalah yang dihadapi dalam dunia industri.
5. Mengetahui proses produksi di Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas.
1.3
RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dalam laporan ini: 1. Bagaimana alur produksi baja lembaran panas di PT. Krakatau Steel? 2. Bagaimana penerapan K3LH divisi Hot Strip Mill PT. Krakatau Steel? 3. Apa saja alur dan bagaimana proses produksi pada divisi Hot Strip Mill dari slab hingga menjadi coil? 4. Apa saja fasilitas pada pabrik Hot Strip Mill beserta produk pabriknya? 5. Apa saja macam – macam wavy? 6. Bagaimana penanganan wavy edge pada coil?
1.4
WAKTU
DAN
TEMPAT
PELAKSANAAN
KERJA
PRAKTEK Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek yang dilaksanakan: Waktu : 10 Juli – 10 Agustus 2017 Tempat: Divisi Produksi Hot Strip Mill (HSM) PT. KRAKATAU STEEL Jl. Industri no. 5 PO Box 14 Cilegon 42435 – Indonesia Telp. (62-254) 391993 / 371111, Fax (62-254) 371118
1.5
METODE PENELITIAN KERJA PRAKTEK Metode penelitian data dalam pelaksanaan kerja praktek ini antara lain : 1. Studi lapangan (observasi), dilakukan dengan penelusuran langsung ke lapangan dimana studi kasus yang diangkat akan dibahas 2. Wawancara, dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait dalam pemecahan masalah tersebut 3. Studi literatur dari buku teks kuliah mahasiswa dan sumber-sumber tertulis lainnya.
1.6
SISTEMATIKA
PENULISAN
LAPORAN
KERJA
PRAKTEK Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan Bab ini berkaitan dengan dasar dilakukannya kerja praktek pada bab ini diuraikan :
Latar belakang merupakan penjelasan tentang masalah atau studi kasus yang diangkat dipandang menarik, penting, dan perlu diteliti untuk dicari pemecahan masalahnya.
Tujuan kerja praktek, yaitu menguraikan yang menjadi maksud kerja praktek, agar penulis mendapatkan manfaat dari kerja praktek tersebut.
Rumusan masalah, selain point - point diatas dituliskan juga batasan dari masalah yang sedang diteliti.
Waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek, adalah waktu dan lokasi dimana penulis melakukan kerja praktek.
Metode penelitian kerja praktek, yaitu metode-metode yang digunakan selama pengumpulan data di tempat kerja praktek.
Sistematika laporan kerja praktek, berisi susunan bab - bab dalam pelaporan hasil penelitian.
Bab II Profil Perusahaan PT. Krakatau Steel Bab ini berisi tentang segala hal yang berkaitan dengan perusahaan tempat dilaksanakannya kerja praktek. Informasi yang disampaikan meliputi sejarah perusahaan, visi dan misi, lokasi perusahaan, tata letak perusahaan, struktur organisasi, dan unit-unit produksinya. Bab III Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill) Bab ini menceritakan tentang divisi perusahaan tempat penulis melaksanakan kerja praktek. Bab IV Analisa Data dan Pembahasan Bab ini berkaitan dengan analisa yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dan pembahasannya. Bab V Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran perbaikan yang telah disampaikan oleh peserta kerja praktek untuk perusahaan.
BAB III PABRIK BAJA LEMBARAN PANAS (HOT STRIP MILL) 3.1
PROFIL PABRIK BAJA LEMBARAN PANAS Pada pabrik lembaran baja panas ini terdapat dua buah Furnace yang bekerja bersamaan, antara lain: a. Buatan OFU – Jerman (Double Pusher Type) Furnace jenis ini menerima slab dari cold roll table dengan bantuan dari double pusher yang akan mendorong slab ke dalamnya. b. Buatan Stein Heurtey – Perancis (Walking Beam Type) Furnace jenis ini menggunakan mekanisme walking beam, yaitu suatu mekanisme di dalam furnace yang dapat menggeser dan mengangkat slab di dalam furnace dengan walking beam. Komponen – komponen pendukung Reheating Furnace terdiri dari:
Cold Descaling Device Untuk menghilangkan kerak yang terbentuk di permukaan slab sebelum memasuki furnace dengan cara menyemprotkan air ke kedua permukaan (atas dan bawah slab).
Cold Roll Table Merupakan media transfer setelah dilakukan cold descaler sebelum slab dimasukkan ke dalam furnace.
Double Pusher Berupa dua buah lengan yang digerakkan oleh motor untuk mendorong slab yang berada di cold roll table untuk masuk ke dalam furnace.
Slab Removing Device/Extractor Berupa 6 buah lengan yang digerakkan untuk mengeluarkan slab yang ada di dalam furnace untuk diletakkan di atas hot roll table.
Hot Roll Table
Sebagai media transfer slab setelah dikeluarkan dari furnace untuk menuju water descaler.
Refractory Merupakan lapisan berbahan silika untuk menjaga agar panas di dalam furnace tidak mengenai lingkungan luar.
Water Descaler
Gambar 3.3 Water Descaler
Berfungsi untuk menghilangkan kerak yang terbentuk di permukaan slab setelah keluar dari furnace dengan cara menyemprotkan air dengan tekanan sebesar 200 bar ke kedua permukaan (atas dan bawah slab).
Bahan Bakar Bahan bakar yang digunakan adalah gas alam, solar dan atau residu. Bisa memakai salah satu atau kombinasi dari bahan bakar tersebut.
Gambaran proses:
Gambar 3.4 Gambaran proses Reheating Furnace
Penjelasan gambar : Produksi dimulai dengan pembersihan slab terlebih dahulu dari scale yang terbentuk menggunakan cold descaling device. Kemudian slab ditransferkan melalui cold roll table. Selanjutnya slab masuk dalam furnace untuk dipanaskan sampai dengan suhu 1200 ℃ . Selanjutnya slab dikeluarkan dengan Extractor dari furnace untuk diletakkan di hot roll table.
3.4.2 SLAB SIZING PRESS
Gambar 3.5 Slab Sizing Press
Slab Sizing Press berfungsi untuk mereduksi lebar slab yang akan dirolling di Roughing Mill dan Finishing Mill agar lebar slab setelah proses di SSP memiliki selisih lebar yang tidak terlalu besar dengan lebar HRCnya.
Gambaran proses:
Gambar 3.6 Gambaran Proses Slab Sizing Press
Penjelasan gambar:
Setelah slab mencapai panas yang dibutuhkan, slab keluar di atas hot roll table menuju mesin sizing press. Sebelum memasuki sizing press, slab yang baru keluar dari Reheating Furnace tersebut melewati water descaler untuk dibersihkan dari scale dan terak. Pada sizing press ini lebar slab di reduksi sesuai pesanan. Alat yang dibeli dari Jepang ini juga berfungsi meringankan kerja vertical edger dalam mempertahankan lebar slab akibat deviasi setelah reduksi. Suhu pengerjaan pada tahap ini adalah 1160℃.
3.4.3 PENGEROLAN AWAL (ROUGHING MILL)
Gambar 3.7 Roughing Mill
Bagian ini digunakan untuk proses pengerolan slab baja secara bolak – balik beberapa kali (pass per pass} sehingga terjadi penipisan ketebalan slab yang semula kurang lebih 200 mm menjadi sekitar 30 mm, sesuai kebutuhannya. Tipe roughing mill yang digunakan adalah four high mill karena mesin ini terdiri dari empat buah roll yang disusun secara vertikal yaitu dua buah work roll dan dua buah back up roll. Hasil slab dari roughing mill disebut transfer bar atau disebut juga vorband (Jerman).
Gambaran proses:
Gambar 3.8 Gambaran proses Roughing Mill
Penjelasan gambar: Selanjutnya slab yang telah di reduksi pada tahap dua melalui roller table menuju mesin berikutnya yaitu di proses dalam roughing mill sebelum masuk kedalam roughing mill slab dibersihkan dari scale yang masih tersisa dengan cara disemprot menggunakan water descaler untuk kedua kalinya, pada roughing mill, slab dibersihkan dari scale pada pengerollan maju yang pertama dan terakhir, lalu setelah melewati water descaler masuk ke Vertical edger roll untuk menjaga deviasi lebar akibat reduksi yang setelah itu baru memasuki roughing mill, pada tahap ini slab dibentuk menjadi Vorband atau Transfer Bar(baja lembaran yang lebih tipis dan panjang). Pada roughing mill ini slab diroll 5 hingga 9 kali guna mendapatkan ketebalan yang diinginkan.
Gambar 3.9 Perubahan ketebalan slab menjadi transfer bar/strip melalui proses roughing mill
3.4.4 THERMOPANEL
Gambar 3.10 Thermopanel
Merupakan suatu peralatan berupa cover isolasi panas penutup roller antara roughing mill dengan finishing mill yang berfungsi mengurangi kehilangan panas slab ke lingkungan sekitar, dengan demikian temperatur sepanjang slab relatif konstan sebelum memasuki finishing mill.
3.4.5 CROP SHEAR Berfungsi untuk memotong kepala dan ekor strip yang akan diproses rolling di finishing mill sehingga bentuknya menjadi beraturan dan mengurangi kemungkinan gagal proses karena kepala strip melipat dan double.
Bagian utama dari Crop Shear yaitu:
Gambaran proses:
Gambar 3.11 Gambaran Proses pada Thermopanel dan Crop Shear
Penjelasan gambar:
Pada proses keempat vorband/Transfer Bar melewati termophanel yang mana terletak diantara roughing mill dan finishing mill alat ini berfungsi untuk mengurangi kalor yang terbuang sebelum Vorband masuk crop shear. Karena ketidaksesuaian suhu akan menyebabkan pengerjaan kurang sempurna bahkan cacat, crop shear adalah alat yang berfungsi untuk memtong kepala dan ekor vorband/strip yang baisanya melengkung keatas ataupun kebawah atau bengkok ke kiri maupun kanan,agar mudah saat memasuki finishing mill.
3.4.6 PROSES
PENGEROLAN
AKHIR
(FINISHING
MILL)
Gambar 3.12 Finishing Mill
Merupakan peralatan yang berfungsi untuk mengeroll slab sehingga di akhir finishing mill didapatkan tebal strip yang diinginkan sesuai dengan keinginan konsumen. Stand finishing mill yang terdapat di HSM berjumlah 6 stand (F1 – F6). Selama proses pengerolan di finishing stand, transfer bar akan mengalami reduksi ketebalan yang berbeda di setiap stand karena pengaturan gap antara kedua work roll yang berbeda di setiap stand.
Bagian-bagian utama dari finishing mill antara lain:
Penggerak Utama
Merupakan komponen yang meliputi motor, kopling, poros utama, gearbox untuk menggerakkan kedua roll.
Work Roll Setiap stand finishing terdiri dari sepasang work roll yang terpasang secara vertikal. Fungsi utama work roll adalah mereduksi tebal transfer bar sesuai dengan lebar celah dari work roll tersebut. Khusus untuk work roll yang berada pada F4, F5, dan F6 mempunyai kemampuan shifting yang berfungsi untuk menggeser work roll ke kiri dan kanan, tujuannya untuk menjaga keuasan yang terjadi pada roll merata.
Back Up Roll Pada dasarnya fungsi dari back up roll ini sama seperti yang terpasang pada roughing mill, letaknya berada di atas upper work roll dan di bawah lower work roll.
Looper Systemack Up Fungsi dari looper system ini adalah untuk menjaga keseimbangan tegangan strip di antara 2 stand yang berurutan. Looper bekerja sesuai dengan tebal strip, lebar strip dan kecepatan work roll stand sebelum dan sesudah looper. Selain itu sebagai holder juga guider agar transfer bar dapat masuk pada stand berikutnya.
Screw Down Semua stand pada finishing mill ini dilengkapi dengan system screw down yang berfungsi untuk mengatur lebar celah atau gap work roll. Letaknya berada di atas finishing stand.
Side Guide Alat ini berfungsi untuk menempatkan transfer bar pada posisi tengah dari roll table sebelum masuk ke finishing mill, dan terletak di depan crop shear.
Water Descaler Untuk membersihkan sisa kerak yang terdapat pada permukaan transfer bar sehingga mencapai kehalusan yang diinginkan
dengan cara menyemprotkan air melalui nozzle dengan tekanan sebesar 200 bar.
Gambaran proses:
Gambar 3.13 Gambaran Proses pada Finishing Mill
Penjelasan Gambar: Strip memasuki finishing stands yang merupakan 6 roll kontinyu dimana fungsinya adalah untuk menghaluskan permukaan strip (F1-F6). Pada akhir pengerolan strip melewati electric recorder yang berfungsi merekam segala kondisi dari strip meliputi dimensi tebal-lebar, suhu, dan kondisi permukaan untuk selanjutnya tercatat pada system computer sebagai status produk dari awal proses sampai dengan proses ini.
3.4.7 LAMINAR COOLING
Gambar 3.14 Laminar Cooling
Setelah proses melalui finishing mill maka tahapan untuk pengerolan sudah selesai dan memasuki pendinginan. Pendinginan ini bertujuan untuk mendapatkan temperatur yang sesuai demgan temperatur penggulungan strip pada down coiler. Tujuan utamanya adalah agar strip mencapai temperatur kristalisasi yang sesuai untuk membentuk struktur mikro yang diinginkan sesuai dengan standar mutu (steel grade) yang diinginkan konsumen. Pendinginan dilakukan dengan menyemprotkan air di atas dan di bawah strip dengan tekanan 1 – 2 bar.
Gambaran proses:
Gambar 3.15 Gambaran Proses pada Laminar Cooling
Penjelasan gambar: Setelah melewati finishing mill selanjutnya strip ini melewati laminar cooling untuk mendinginkan suhunya hingga 600 ℃ . Proses pendinginan ini menggunakan media air yang disemprotkan dari atas dan bawah dengan tekanan tertentu.
3.4.8 DOWN COILER
Gambar 3.16 Down Coiler
Proses berikutnya adalah penggulungan strip menjadi coil di down coiler. Jadi, fungsi dari down coiler adalah menggulung strip menjadi coil. Bagian – bagian utama dari down coiler:
Gambaran proses:
Gambar 3.17 Gambaran Proses pada Down Coiler
Penjelasan gambar: Selanjutnya strip sampai kepada down coiler yang nantinya akan digulung menjadi coil. Di PT. Krakatau Steel terdapat dua down coiler yang berkerja secara bergantian, setelah selesai proses pengerolan HRC tersebut di inspeksi dimensi dan visual inspeksi yang mana selanjutnya HRC dipindahkan ke gudang dengan transporter untuk didinginkan. Setelah dingin, baru kemudian coil ini mengalami penanganan hasil produksi, coil yang telah dingin mempunyai empat alternatif perlakuan tergantung permintaan konsumen dan tergantung pada kondisi/status coil.
1. Dikirim langsung ke divisi CRM 2. Diproses pada HSPM( Hot Skin Pass Mill ) 3. Masukke shearing line 1 untuk dijadikan plat/sheet 4. Masuk ke shearing line 2 untuk dibuat slitting, trimming atau dibuat sheet.
3.4.9 SHEARING LINE Fungsi dari Shearing Line adalah untuk membuat plat dan merevisi coil – coil yang kurang baik hasil pengerolan. Shearing Line di HSM ada dua buah, antara lain: 1. Shearing Line I Digunakan untuk memotong baja lembaran (plat) yang mempunyai ketebalan 4 sampai 25 mm. 2. Shearing Line II Digunakan untuk memotong plat yang mempunyai ketebalan 1,8 – 10 mm, untuk pembelahan (slitting), untuk pemotongan sisi/tepi strip (trimming), untuk penggulungan ulang (recoiling). Penggulungan ulang ini dilakukan untuk mengubah diameter dalam gulungan, memperbaiki gulungan, dan membagi berat.
3.4.10
HSPM (HOT SKIN PASS MILL)
Hot Skin Pass Mill berfungsi untuk memperbaiki sifat mekanik dan tekstur permukaan, dan memperbaiki kerataan atau digunakan untuk meratakan permukaan coil dan repair coil. Kapasitas kecepatan HSPM antara lain: Threading Speed
: 30 m/min
Rolling Speed
: ≥ 1.2 mm ~≤ 3.2 mm = 400 m/min; > 3.5 mm ~ ≤ 7 mm = 200 m/min
Kapasitas
: 650.000 ton
Beberapa fungsi penting HSPM ialah:
1. Untuk mendapatkan bentuk yang baik (kerataan) 2. Untuk mencegah coil break 3. Untuk mendapatkan permukaan halus 4. Untuk menyesuaikan tonase coil sesuai permintaan pelanggan 5. Untuk membuang scrap dan secondary part 6. Untuk memeriksa permukaan coil
3.4
HASIL PRODUKSI Divisi HSM memiliki 4 jenis hasil produksi, yaitu: -
Coil
Merupakan gulungan baja yang sebelumnya telah ditipiskan hingga menjadi strip dengan ketebalan antara 1,6 – 25 mm. -
Strip
Merupakan slab yang telah direduksi ketebalannya, dipotong sesuai dengan permintaan pasar. Jadi, strip masih berbentuk lembaran baja dengan ketebalan tertentu -
Plat
Merupakan potongan coil dengan ketebalan lebih dari 6 mm. Proses pemotongan coil menjadi plat melalui Shearing Line 1. -
Sheet
Merupakan potongan coil dengan ketebalan kurang dari 6 mm. Proses pemotongan coil menjadi sheet melalui Shearing Line 1.
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 ANALISA WAVY PADA COIL
Gambar 4.1 Wavy pada coil
Dalam rolling panas, jika suhu benda kerja tidak seragam arus material akan terjadi lebih banyak di bagian yang lebih hangat dan kurang di bagian yang dingin. Jika perbedaan suhu cukup banyak retak dan robek bisa terjadi. Cacat wavy pada hot rolled steel merupakan cacat yang umum terjadi baik edge wavy maupun center buckle (middle wave). Kualitas lembaran(strip), termasuk kerataan dan distorsi lembaran, bergantung pada tegangan sisa dari proses rolling panas. Tegangan sisa membuat lembaran baja bergelombang di bagian ujungnya. Asumsi edge wavy adalah perubahan struktur mikro baja dalam suhu bergulir panas atau hangat. Tingkat pendinginan di tengah lembaran lebih cepat dari pada di tepi. Pendinginan yang tidak stabil atau tidak seimbang pada baja secara langsung mempengaruhi struktur mikro baja. Untuk mengendalikan sifat baja, komposisi dan perlakuan panas yang diterapkan sangat penting. Selama proses
rolling
panas,
proses
pendinginan
sangat
penting
untuk
mengendalikan sifat baja. Efek pendinginan berlaku setelah penggulungan panas yang biasanya dijelaskan dengan diagram CCT karena ini menggambarkan perilaku transformasi baja pada kondisi pendinginan yang terus menerus.
4.3.2 Penanganan/Proses Kontrol yang Dilakukan Terhadap Cacat Wavy/Unflatness 4.3.2.1 Penangan pada Finishing Mill (Strip) Cara untuk mengatasi masalah kerataan adalah dengan menurunkan beban pada rolling, yang bisa dilakukan dengan menerapkan gaya longitudinal. Pada dasarnya ini menggambar metode lain untuk menurunkan defleksi gulungan termasuk meningkatkan
modulus
elastis
dari
bahan
gulungan
dan
menambahkan pendukung cadangan ke gulungan. Misal terlihat ketidakseragaman reduksi saat strip memasuki finishing mill maka operator akan mengurangi reduksi force pada salah satu stand finishing misal di F4 dikurangi 7% maka di stand finishing lainnya ditambahnya sebanyak yang dikurangkan. Contoh pada tabel di halaman berikut. Tabel 4.1 Tabel Reduksi pada Finishing Mill
F1
F2
F3
F4
F5
F6
....%
....%
....%
....%
....%
....%
+1%
+1%
+2%
Mereduksi
1%
1%
7% Flatness sulit diukur secara akurat pada hot rolling mill, tepatnya keluar dari finishing mill baru terlihat terjadinya cacat wavy pada strip. Selain dengan mereduksi force pada proses rolling di finishing mill, wavy bisa ditangani juga dengan cara kerja kontrol swiveling / roll bending dan pendinginan selektif dapat mengendalikan cacat wavy yang terjadi pada strip.
\
Gambar 4.6 Kerataan dengan Work Roll berbeda
Crown dapat digunakan untuk memperbaiki defleksi gulungan. Penggunaan rolling mill yang dilengkapi dengan hidrolik memungkinkan distorsi elastis dari gulungan untuk memperbaiki defleksi. Gap roll harus sejajar dengan sempurna untuk menghasilkan lembaran / pelat dengan ketebalan yang sama pada kedua ujung. Mempertahankan celah seragam antara gulungan merupakan hal yang sulit karena gulungan membelok di bawah beban yang dibutuhkan untuk merusak benda kerja. Lendutan menyebabkan benda kerja menjadi lebih tipis di tepinya dan lebih tebal di bagian tengahnya. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan roller parabolically crown, namun roller crown hanya akan mengkompensasi satu set kondisi, khususnya material, suhu, dan jumlah deformasi. Metode lain untuk mengkompensasi deformasi roll ialah dengan Continual Varying Crown (CVC), pengguliran silang pasangan, dan roll bending kerja. CVC dikembangkan oleh SMSSiemag AG dan melibatkan penggilingan kurva polinomial urutan ketiga ke gulungan kerja dan kemudian menggeser gulungan kerja secara lateral, sama, dan berlawanan satu sama lain. Efeknya adalah gulungan itu akan memiliki celah di antara keduanya yang berbentuk parabola, dan akan bervariasi dengan pergeseran lateral, sehingga memungkinkan untuk mengendalikan mahkota gulungan secara
dinamis. Penggandaan silang pasangan menggunakan gulungan datar atau parabolically crowned, tetapi menggeser ujungnya pada sudut sehingga celah antara tepi gulungan akan meningkat atau menurun, sehingga memungkinkan kontrol crown yang dinamis. Pekerjaan roll bending melibatkan penggunaan silinder hidrolik di ujung gulungan untuk melawan defleksi gulungan.
Bender Sistem Sistim bender adalah sistim hidrolik yang berupa silinder hidrolik dan terpasang di 4posisi yaitu Operator side: Entry dan delivery sertadrive side: entry dan delivery.Berfungsi untuk menjaga gap work roll top dan bottom agar memiliki contour yangdikehendaki. Secara prinsip untuk menjaga work roll agar tidak mengalami pelengkungan ( defleksi )yang tidak dikehendaki.Sistim bender hanya terdapat di 3Stand terakhir yaitu srand ke-4 sampai ke Dimana ini terkait denganKetelitian produk yang dihasilkan. Shifting Sistem Sistim shifting berupa sistim hidrolik yang terdapat di stand ke sampai ke-6saja yang berfungsi untuk menggeser work roll agar mengalami keausan yang lebihmerata dan sehingga umur work roll menjadi lebih panjang ( lama) atau work roll menghasilkan tonage rollingyang lebih banyak. Prinsipnya work roll yang dipakai untuk mereduksistrip pastiakan mengalami aus atau pengurangan diameter dan sampaibatasan tertentu work roll harus diganti karena permukaannya telahcekung dan sehingga strip yang dihasilkan akan berbentuk cembung bagian tengahnya. Jadi dengan menggeser work roll luasan permukaan yang bias dipakai untuk rollingmenjadi lebihbesar dan keausan bias menjadi lebih sedikit.
Gambar 4.7 cvc control system
4.3.2.2 Penanganan setelah melewati finishing mill (coil) Masalah bentuk ringan dapat dikoreksi dengan peregangan meratakan lembaran dalam ketegangan atau dengan membungkuk meregangkan lembaran itu dalam sebuah gulungan dapat menyembuhkan 1. Temper rolling atau skin pass Baja ringan, saat diregangkan selama operasi pembentuk lembaran, mengalami titik leleh hasil, sebuah fenomena yang menyebabkan penyimpangan permukaan yang disebut strain stretcher. Untuk memperbaiki masalah ini, logam lembaran mengalami kelulusan akhir dari penurunan 0,5% sampai 1,5%. Proses ini dikenal sebagai temper rolling atau skin pass.
2. Leveling Lembaran digulung mungkin tidak cukup rata karena meninggalkan celah gulung, karena variasi material atau parameter pemrosesan saat rolling. Untuk memperbaiki kerataan ,menurut buku The Complete Technology Book on Hot Rolling Of Steel 20l0 salah satu metode untuk meluruskan strip adalah dengan rolled
leveling cacat tepi juga dapat dihilangkan dengan sistem
BAB V KESIMPULAN 1.1
KESIMPULAN Cacat pada coil dapat disebabkan karena tidak terpenuhinya standar
kualitas. Berikut ini adalah gambaran penyebab kualitas yang tidak terpenuhi.
KUALITAS
BAHAN BAKU
ALAT
PROSES
Saat pengecoran di SSP tidak bagus akan menyebabkan sifat mekanik yang berbeda.
Temperatur di furnace tidak homogen karena terjadi error pada alat dan ketebalan tidak merata karena alat pereduksi.
Humanerror. Operator salah memasukkan setting.
Dengan tujuan untuk memproduksi material yang datar, material harus tereduksi oleh persentase yang sama melewati lebarnya. Ini merupakan hal penting karena aliran massa dari material harus diawetkan, dan semakin material direduksi maka material tersebut semakin terelongasi. Jika material telah terelongasi dengan perlakuan yang sama melewati lebarnya, maka kedataran pada mill akan diawetkan pada akhir mill.
1.2
SARAN
1. Menjaga kondisi dasar peralatan agar input error tidak terjadi dalam proses input measurement. 2. Temperatur yang memasuki finishing mill harus stabil agar tidak terjadi defect pada coil.
17 DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.researchgate.net/publication/274995013_Thermomechanical_modeling_of_thin_slab_direct_rolling_of_Nb_steels 2. NIIR Board of Consultants & Engineers,Niir Project Consultancy Services, Jan 1, 2010 “The Complete Technology Book on Hot Rolling Of
Steel” 3. Sunthorn S., Kittiphat, R. World Academy of Science, Engineering and Technology International Journal of Mechanical, Aerospace, Industrial, Mechatronic and Manufacturing Engineering Vol:8, No:12, 2014“The Effect on Rolling Mill of Waviness in Hot Rolled Steel”
4. https://www.thefabricator.com/article/rollforming/how-important-issheet-and-plate-steel-flatnessr 5. https://id.pdfcoke.com/doc/45920321/Defects-in-Hot-Rolled-Products1