Laporan Kp Bayu.docx

  • Uploaded by: Fauzan Mustofa
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kp Bayu.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,228
  • Pages: 22
PENGOLAHAN DATA SINGLEBEAM ECHOSOUNDER MENJADI GAMBAR LUKIS TELITI PERAIRAN SAMBU KEPULAUAN RIAU

(LAPORAN KERJA PRAKTIK)

Oleh Firmansyah Bayu Pamungkas 1515013021

JURUSAN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2019

ABSTRAK” PENGOLAHAN DATA BATRIMETRI SINGLE BEAM ECHOSOUNDER MENJADI GAMBAR LUKIS TELITI DI PERAIRAN KEPULAUAN RIAU

Oleh FIRMANSYAH BAYU PAMUNGKAS

Survey dan pemetaan Hidrografi merupakan suatu rangkaian pengumpulan, pengolahan dan penggambaran data. Informasi data hasil survey pemetaan selanjutnya dimanfaatkan pleh banyak pengguna sesuai dengan kebutuhan masingmasing. Salah satu contoh Dalam kerja praktek ini pengolahan data singlebeam perairan Sambu Kep. Riau menjadi lembar luis teliti ini pengolahan dilakukan dari Hasil akhir dari kegiatan ini adalah Lembar Lukis teliti yang memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penentuan pelayaran.

Lembar pengasahan

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan kegiatan kerja praktik yang dilaksanakan di pusat Hidrografi dan Oseonografi TNI-AL (Pushidrosal). Atas izin-Nya juga kami

mendapat pengalaman dan pembelajaran berharga yang menambah wawasan kami mengenai dunia kerja terutama pada bidang survey hidrografi serta bidang militer. Selain itu, ucapan syukur juga kami panjatkan karena seluruh rangkaian egiatan kerja praktik di Pushidrosal yang di mulai dari persiapan , studi literature , perizinan pengolahan data , pemaparan hasil kepada pihak Pushidrosal , hingga laporan kerja praktik dapat berjalan dengan lancar. Laporan ini merupakan hasil dari kerja praktik yang kami laksanakan selama satu bulan di pushidrosal. Laporan yang berjudul …. Ini menjelaskan tentang tahapan yang dilakukan dalam mengolah data single beam echosounder hingga menjadi peta batrimetri yang nantinya dingunakan untuk keperluan ,…. Dalam keberjalanan kerja praktik ini kami mendapat banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak , maka dari itu kami mengucapkan terimakasih yang sebebsar-besarnya kepada kedua orang tua serta keluarga ,dosen pembimbing, semua pihak Pushidrosal ,teman dan sahabat seperjuanaga , serta pihak lainnya yang tidak dapat diucapkan satu per satu. Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambahhh wawasan dan menjadi refrensi untuk kegiatan kerja praktik selanjutnya. Akhir kata kami mohon maaf apabila dalam penuliasan laporan ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan.

Jakarta, Januari 2019

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud Adapun maksudnya adalah pembuatan laporan ini pengolahan data single beam menjadi lembar lukis teliti Dapat menganalisi kegunaan peta batrimetri yang telah dibuat 1.2.2 Tujuan Mengetahi proses pengolahan data survey batrimetri hasil dari perolehan data Singlebeam Echosounder di Pushidrosal Mengetahui dan memahami proses pengolahan data single beam menjadi lembar lukis teliti

1.3 Manfaat Kegiatan kerja praktek di PUSHIDROS TNI AL tidak luput manfaat bagi kedua belah pihak, secara garis besar maanfaat tersebut yaitu Mahasiswa a. memenuhi beban Satuan Kredit Semester (SKS) b. Mendapatkan pengalaman kerja guna menjadi lulusan yang professional pada bidangnya c. Mengasah dan menuangkan hasil studi yang didapat di bangku kuliah dengan ikut serta dalam persoalan dunia kerja PUSHIDROSAL a. Mendapat solusi dan gagasan mahasiswa terkait permasalahan yang terjadi PUSHIDROSAL b.Sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas mahasiswa Teknik Geodesi guna ketenagakerjaan di masa mendatang 1.4 Jadwal kegiatan kerja praktik

Kerja Praktik di PUSHIDROS TNI AL di laksanakan pada tanggal 7 januari 2019 sampai 7 Februari 2019 1.5 Metode Metode yang diterapkan selama kerja praktik di Pushidrosal adalah : a. Studi literature terhadap buku, jurnal, laporan, dan artikel yang dimiliki Pushidrosal b. Diskusi antara peserta kerja praktik dengan pekerja yang ada di Dishidro Pushidrosal c. Diskusi antara peserta kerja praktik yang berasal dari Perguruan Tinggi yang berbeda 1.6 Batasan masalah batasan masalah yang terdapat dalam laporan ini : a. Tahapan dan langkah-langkah pengolahan data single beam echosounder hingga menjadi peta lukis teliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Survey Batrimetri

2.2 Pemeruman 2.3 Akustik Bawah Air untuk Pemeruman Indonesia merupakan Negara maritim, dengan luas perairan 5.193.000 km2 dan memiliki banyak potensi potensi seperti kekayan alam baah air contohnya minyak, keanekaragaman hayati dan ikan. Untuk mengetahui keadaan bawah air Indonesia diperlukan deteksi kondisi bawah air. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi akustik bawah air. Banyak aspek yang dapat memanfaatkan teknologi bawah air ini, termasuk militer, penelitian oseonografi, dan lain-lain (Pristanly et al.2013) Akustik bawah air merupakan teknologi akustik bawah air, dikenal juga sebagai hidro akustik. Hidro-akustik merupakan suatu teknologi pendeteksi bawah air yang mengunakan suara atau bunyi untuk melakukan pendeteksian. Percobaan ini dilakukan oleh Da Vinci adalah memasukan salah satu ujung pipa kedalam air dan ujung lainya ditempelkan ketelinga, dan akhinya ia dapat mendengarkan suara kapal dariarah kejauhan (Pristanty et al,2013). Kemampuan gelombang akustik untuk bergerak pada jarak yang jauh memberikan pengindraan jarak jauh pada sebuah lingkungan air. Gelombang akustik merambat dalam air dengan sederetan tekanan yang dikenal sebagai compresional wave.bila sebuah gelombang akustik bertemu dengan sebuah medium yang mempunyai local spead of sound berbeda, makan akan terjadi perubahan panjang gelombang tetapi frekuensinya tetap (Kautsar et al.2013).

Akustik bawah air membahas tentang deteksi lokasi lokasi sumber suara berupa speaker di bawah air dalam keadaan near-field dan far-field mengunakan sensor hidrofon. Proses untuk mendeteksi keadaan bawah air secara umum adalah speaker memancarkan sinyal suara. Sinyal suara mengenai objek yang diteliti dan dipantulkan oleh objek tersebut, sinyal pantulan akan diterima oleh hidrofon. Hasil rekam sinyal yang diterima hidrofon ini digunakan untuk menganalisis hasil pendeteksian. Karena teknologi ini mampu digunakan uintuk mengukur dan menganalisis hampi semua kolom di dasar laut(Pristanty et al, 2013).

2.2.1 Singlebeam Echosounder Singlebeam echosounder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran suara tunggal. Sistem singlebeam secara umum mempunyai susunan: transceiver (tranducer/receiver) yang terpasang pada lambung kapal atau sisi bantalan pada kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal penyelidikan. Transceiver yang terpasang pada lambung kapal mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (sorot/pancaran) secara langsung menyusuri bawah kolom air. Energi akustik memancarkan gelombang suara sampai dasar laut dan pantulan diterima kembali oleh transceiver (Simmonds & Maclennan 2005 dalam Febrinto et al. 2015)

Energi akustik memantul sampai dasar laut dari kapal dan diterima kembali oleh transceiver. Transceiver terdiri dari sebuah transmilitter yang mempunyai fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang yang dipancarkan dan menyediakan tenaga elektrik untukfrekuensi yang diberikan Transmilitter ini diterima secara berulangulang dalam kecepatan yang tinggi, sampai pda orde kecepatan milisekon. Perekaman kedalaman air secara berkesinambungan dari bawah kapal yang menghasilkan ukuran kedalamanberesolusi tinggi sepanjang jalur yang di survey.

Informasi tambahan seperti heave(gerak naik turunnya kapal kea rah depandisebabkan oleh gaya pengaruh air laut), picth (gerak kapal kea rah depan) berpusat di titik tengah kapal, dan roll (gerak kapal kearah sisi-sisinya atau lambung kapal) pada sumbu memanjang dari sebuah kapal dapat diukur oleh sebuah alat dengan nama Motion Refrence Unit (MRU), yang juga digunakan untuk koreksi posisi pengukuran kedalaman selama proses berlangsung.

2.2.2 Batimetri

Batimetri merupakan ukuran tinggi rendahnya dasar laut, sehingga peta batimetri memberikan informasi tentang dasar laut, di mana informasi tersebut dapat memberikan manfaat pada beberapa bidang yang berkaitan dengan dasar laut, seperti alur pelayaran untuk kapal rakyat. Pengukuran batimetri dengan metode konvensional menggunakan metode batu duga yaitu sistem pengukuran dasar laut menggunakan kabel yang dilengkapi bandul pemberat yang massanya berkisar 25-75 kg. Namun seiring perkembangan zaman dan teknologi, metode tersebut sudah mulai ditinggalkan khususnya dalam pengukuran perairan yang luas dan dalam. Perkembangan teknologi saat ini pemetaan batimetri bisa dilakukan dengan teknologi akustik yaitu dengan menggunakan gelombang suara sehingga penggunaan teknologi ini lebih baik karena tidak merusak lingkungan sekitar penelitian. Data tentang kedalaman atau batimetri dapat menjadi salah satu data acuan dalam pelayaran. Kapal rakyat yang berlayar di Pulau Tunda, pada umumnya tidak dilengkapi alat yang memberi informasi tentang alur pelayaran yang sesuai dan pemetaan perairan di sekitar pulau tersebut yang tidak begitu detail atau rinci dapat mengakibatkan kesalahan dalam berlayar dan dapat menimbulkan kejadian seperti kandasnya kapal karena perairan yang dangkal untuk dilewati kapal. Informasi yang rinci mengenai batimetri ini sangatlah diperlukan untuk alur pelayaran rakyat atau alur yang dilewati oleh kapal transportasi di daerah tersebut ( Febrianto, 2011)

Batimetri menjelaskan tentang pengukuran kedalaman dasar perairan, seperti danau, sungai, dan laut. Pengetahuan mengenai batimetri berawal dari pemetaan topografi dasar laut yang telah lama dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti Biertwith, Lyzenga, dan masih banyak lagi yang melakukan pemetaan 5 batimetri dengan tujuan tertentu. Peta batimetri biasanya menyajikan tentang relief suatu dasar perairan dengan garis-garis kontur yang disebut dengan kontur kedalaman (depth contour atau isobath) dan informasi tambahan berupa informasi navigasi permukaan. Batimetri perairan dangkal sangat penting untuk studi morfologi dasar laut, pengelolaan dan manajemen sumber daya zona pesisir. Selain itu informasi batimetri juga dapat digunakan dalam pembuatan peta lainnya, seperti pemetaan kondisi habitat karang. Pengaruh reflektansi dasar perairan sering sekali menjadi faktor penghambat dalam pemetaan habitat dasar perairan. Oleh karena itu perlu pengetahuan mengenai nilai reflektansi dasar perairan agar memperoleh model elevasi digital kedalaman perairan yang memadai, terutama untuk sistem terumbu karang (Mumby et al., 1998 dalam Dianovita , 2011) Peta batrimetri dalam aplikainya memiliki banyak manfaat dalam bidang kelautan dan perikanan, untuk bidang kelautanantara lain penentuan jalur pelayaran yang aman, perncanaan bangunan pinggir pantai, pendeteksian adanya potensibencana tsunami di suatu wilayah, dan pertambangan minytak lepas pantai. Selain itu, peta batimetri diperlukan untuk mengetahui kondisi marfologi suatu daerah perairan(Mustary, 2013)

Profil prusahaan

Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) adalah Kotama Pembinaan TNI Angkatan Laut yang berkedudukan langsung di bawah Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal). Sebelumnya satuan ini bernama Dinas HidroOseanografi TNI Angkatan Laut (Dishidrosal). Pushidrosal mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pembinaan fungsi dan pelaksanaan kegiatan HidroOseanografi (Hidros) yang meliputi survei, penelitian, pemetaan laut, publikasi, penerapan lingkungan laut dan keselamatan navigasi pelayaran baik untuk kepentingan TNI maupun umum, dan menyiapkan data serta informasi wilayah pertahanan di laut dalam rangka mendukung tugas pokok TNI Angkatan Laut. Mako Pushidrosal berada di Jalan Pantai Kuta V/1 Ancol Timur, Jakarta Utara. SEJARAH PUSAT HIDROGRAFI DAN OSEANOGRAFI TNI ANGKATAN LAUT Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) adalah Komando Utama Pembinaan TNI Angkatan Laut yang berkedudukan langsung di bawah Kasal, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 62 tahun 2016 tentang perubahan Atas Perpres Nomor 10 tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia. Pushidrosal bertugas menyelenggarakan pembinaan hidro-oseanografi (hidros), meliputi survei, penelitian, pemetaan laut, publikasi, penerapan lingkungan laut dan keselamatan navigasi pelayaran, baik untuk kepentingan TNI maupun untuk kepentingan umum, dan menyiapkan data dan informasi wilayah pertahanan di laut dalam rangka mendukung tugas pokok TNI Angkatan Laut. Sesuai dengan tugas pokoknya, Pushidrosal berkewajiban menyiapkan, menyediakan data dan informasi hidro-oseanografi untuk kepentingan TNI maupun untuk kepentingan umum. Untuk kepentingan keselamatan navigasi pelayaran, Pushidrosal mempunyai kewenangan dan legalitas tunggal dalam bidang hidrografi dalam menyediakan data dan informasi hidro-oseanografi berupa peta laut baik peta kertas maupun peta navigasi elektronik dan publikasi nautika. Pushidrosal ditetapkan sebagai lembaga hidrografi nasional dengan dasar hukum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1951 tanggal 31 Maret 1951 (PP RI No. 23/1951) dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 164 tahun 1960 tanggal 14 Juli 1960 (Keppres RI No. 164/1960), mengemban fungsi sebagai Lembaga Hidrografi Militer dan Lembaga Hidrografi Nasional Indonesia Guna memenuhi tuntutan tugas dan seiring dengan kebijakan pemerintah untuk menjadikan sektor maritim sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional,

kontribusi sektor hidro-oseanografi yang dilaksanakan oleh Dishidros TNI AL dituntut untuk semakin ditingkatkan. Melalui Peraturan Presiden Nomor 62 tahun 2016 tentang perubahan Atas Perpres Nomor 10 tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia, dilaksanakan validasi organisasi Dishidros menjadi Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal), yang pengukuhannya dilakukan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P. pada hari ini, Selasa tanggal 13 September 2016 dengan upacara militer bertempat di Dishidros, Jalan Pantai Kuta V/1 Ancol Timur Jakarta Utara. Sejak berdirinya hingga saat ini, Pushidrosal telah dipimpin sebanyak 22 perwira tinggi TNI AL. Laksamana Pertama TNI Drs. Wardiman tercatat sebagai pemimpin Dishidros pertama saat masih bernama Kajanhidral yang menjabat dari tahun 1960 sampai dengan 1968. Saat ini Pushidrosal dipimpin oleh Laksamana Muda TNI Harjo Susmoro.

KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSIKEDUDUKAN Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut disebut Pushidrosal adalah Kotama Pembinaan TNI Angkatan Laut yang berkedudukan langsung di bawah Kasal.

TUGAS Pushidrosal bertugas membantu Kasal dalam menyelenggarakan pembinaan hidrooseanografi (hidros), meliputi survei, penelitian, pemetaan laut, publikasi, penerapan lingkungan laut dan keselamatan navigasi pelayaran, baik untuk kepentingan TNI maupun untuk kepentingan umum dan menyiapkan data dan informasi wilayah pertahanan di laut dalam rangka mendukung tugas pokok TNI Angkatan Laut. FUNGSI a. Menjalankan fungsi militer, sebagai penyedia data hidro-oseanografi dalam pembuatan peta militer aspek laut untuk mendukung operasi dan latihan serta pembangunan fasilitas pangkalan; b. Melaksanakan fungsi pelayanan umum, sebagai penyedia resmi (official) Peta Laut Indonesia dan Publikasi Nautika untuk mendukung keselamatan dan keamanan

pelayaran sesuai Konvensi SOLAS tahun 1974 di Wilayah Perairan dan Yurisdiksi Indonesia;

c. Melaksanakan fungsi penerapan lingkungan laut, sebagai penyedia data hidros untuk mendukung pembangunan nasional bidang maritim; dan d. Menjalankan fungsi diplomasi internasional, sebagai wakil pemerintah Republik Indonesia dibidang hidrografi dan sebagai anggota Tim Teknis Delegasi Republik Indonesia pada diplomasi batas maritim. VISI DAN MISI PUSHIDROS TNI AL VISI PUSHIDROSAL "Mewujudkan Pushidrosal sebagai Lembaga Hidrografi Nasional dan Pusat Informasi Geospasial Kelautan Indonesia (I-MAGIC) Terbaik di Dunia"

MISI PUSHIDROSAL 1. Membangun reputasi dan eksistensi melalui peningkatan kapasitas sebagai Lembaga Hidrografi Nasional terbaik di dunia.

2. Membangun reputasi dan eksistensi melalui peningkatan kapasitas Pushidrosal sebagai Pusat Informasi Geospasial Kelautan (MSDI- Marine Spatial Data Infrastructure) terbaik di Dunia ; dan

3. Membangun jejaring kerja (networking) melalui peran aktif/partisipasi dan kontribusi di bidang maritim pada tataran nasional, regional maupun internasional dalam mendukung kebijakan pemerintah mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Kerja praktek telah dilaksanakan pada 7 januari hingga 7 februari 2019 di Pusat Hidrografi dan Oseonografi TNI Angkatan Laut (PUSHIDROSAL), Jalan Pantai

Kuta V/I Ancol Timur, Jakarta Utara. Data batrimetri yang digunakan yaitu data sekunder hasil survey Hidrografi yang telah dilaksanakan pada tanggal 12 September sam pai 20 September 2009 di pulau Sambu Kep. Riau. 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan Kerja Praaktik ini dapat dilihat pada teble 1. Dan table 2. Table 1. Alat yang digunakan No 1.

Alat Komputer / Leptop

Fungsi Media untuk mengolah data 2. Sistem Opeasi Windows Sistem operasi yang XP digunakan computer 3. Software AutoCAD 2007 Digunakan untuk menggabungkan semuadata dan membuat garis kontur 4. Software Global Mapper Digunakan untuk 19 pembuatan garis pantai 5. Software Hydropro Digunakan untuk koreksi kedalaman 6. Software Terramodel Untuk export data 10.13 kedalaman agar dapat diolah pada AutoCad,setting skala 7. Software ArcGIS 10.1 Untuk membuat layout peta 8. Google Eart Pro Untuk mendapatkan peta citra 9. Microsoft Excel 2010 Untuk mengubahformat data dan pengolahan data 10. NotePad Untuk penyimpanan data koordinat atau mengenai cakupan wilayh 11. Alat Tulis Kantor Mencatat dan mempelajari 12. Printer Mencetak hasil pengolahan Table 2. Bahan yang digunakan

No 1. 2.

3.3 Prosedur Kerja Praktik

Bahan Data Batimetri singlebeam echosounder Citra satelit Global Mapper

Fungsi Data yangt akan diolah sebagai data kedalaman Sebagai peta dasar

Alur kerja pengolahan data untuk pembuatan peta batrimetri disajikan pada gambar

Pengumpulan Data

Data Sekunder

Data Batrimetri

Data Surutan Terendah

HYDROpro NavEdit

Terramodel 10.3

CAD 2007

Global Mapper 19

Kontur Kedalaman

Garis pantai

AutoCAD 2007

Lembar Lukis Teliti

Prosedur kerja praktek dengan mengguakan data sekunder yang diperoleh dari hasil pemeruman survey lapangan yang dilakukan oleh Pusat Hiidrografi dan Oseonografi TNI Angkatan Laut, yakni data akustik Singlebeam Echosounder yang berasal dari proses perekaman yang dilakukan. Unuk pasang surut yang dimasukan sebagai koreksi merupakan data pasang surut dihitung dari surutan terendah yang telah dihitung sebelumnya. Data batrimetri yang diperoleh dalam bentuk HYDROpro Project dan data pasang surut yang telah diakumulasi menjadi data surutan terendah pada daerah yang akan dikaji. 3.5 Merode Kerja Praktek Metode pada kerja praktek ini menggunakan metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka. Metode kuantitatif menghasilkan nilai yang tertera pada peta batrimetri atau kedalaman. Metode kuantitatif mendeskripsikan gambaran secara sistematis menghasilkan nilai yang tertera pada peta kedalaman atau batrimetri yang kemudian dimodelkan. Koreksi anter kedalaman dan pasang surut menggunakan HYDROpro dan dimodelkan dengan Terramodel 10.13 kemudian pembuatan peta kontur dasar menggunakan Autocad 2007 dan layouting dilakukan pada software Argis ArcMap.

3.6 Pengolahan Data Penjelasan mengenai pengolahan data dan software yang digunakan sebagai berikut : 3.6.1 NavEdit NavEdit digunkan untuk memberikan koreksi pasut pada data kedalaman yang sudah dikoreksi geometrinya horizontalnya. Memberikan koreksi pasut dilakukan agar data kedalaman tidak terpengaruh nilainya dengan pasut laut. Tahapan lain yang dilakukan pada NavEdit adalah pengecekan data kedalaman sehingga tidak ada noise didalamnya. Apabila terdapat noise pada data kedalaman maka dapat dilakukan edit data mengacu pada kertas echogram. 3.6.2 Terramodel Tahapan yang dilakukan pada software HDMS Terramodel adalah pemberian lable pada data kedalaman agar sesuai dengan font dan ukuran lable yang ditetapkan IHO. Tahapan selanjutnya adalah pengaturan ukuran dan radius lable agar sesuai dengan skala peta yang akan dibuat 3.6.3 Global Mapper

Global Mapper digunakan untuk mendownload citra satelit dan digittasi garis pantai serta objek-objek yang berapad pada daerah pantai yang akan kita digitasi untuk melengkapi lembar lukis teliti nantinya. 3.6.4 AutoCAD 2007 AutoCAD digunakan untuk overlaying, pembuatan kontur, pemberian grid dan layoting. Overlaying adalah penggabungan hasil digitasi dengan data kedalaman. Pembuatan kontur dilaksanakan secara manual sesuai dengan data IHO yaitu pada kedalaman 0, 2, 5, 10, 20, dst. Pemberian grid menggunakan datum WGS 84 dan sistem Proyeksi UTM zone 48 S. proses layoting peta perlu mengikuti kaidah kartografi serta beracuan pada peta laut no. 1 Indonesia.

3.7 Analisis Berdasarkan pada pengolahan data yang telah dilakukan dan percakapan dengan pembimbing terdapat beberapa hal yang dapat dianalisis. Hal yang pertama adalah nilai kedalaman yang masih terdapat noise, noise tersebut dapat muncul akibat lonjakan elektromakgnetik saat penyimpanan data digital. Selanjutnya proses digitasi garis pantai tidak sesuai yang dimana seharusnya garis pantai di ukur saat pasang tertinggi, sedangkan digitasi yang dilakukan mengacu garis pantai saat citra diakusisi. Hal lainnya adalah proses pembuatan kontur yang tidak akurat, hal ini dikarenakan angka kedalaman yang muncul tidak memiliki angka diblakang koma sehingga sangat mengandalkan instuisi dari pembuat kontur. Berdasarkan pengolahan data juga dapat dianalisis bahwa daerah perairan Sambu Kepulauan Riau telah mengalami perubahan. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan citra satelit dengan data survey batrimetri yang digunakan dimana data batrimetri tersebut hasil survei bulan September pada tahun 2011 dan citra satelit merupakan citra terbaru saat ini. Terbukti setelah adana nilai kedalaman yang berada di daratan setelah di overlay dengan citra terbaru yang berate bahwa sebelum survey pinggiran pesisir pantai belum banyak rumah-rumah terapung dan dermaga-dermaga untuk kapal nelayan setempat.

Kesimpulan Secara garis besar data single beam echosounder meliputi pemberian koresi pasang surut , pemberian lable angka kedalaman , digitasi garis pantai dan konture , overlaying, pembuata kontur dan layoting. Proses pembuatan lembar lukis perlu mengikuti peta laut no 1 Indonesia serta standar yang ditetapkan oleh Intenational Hydrograpic. Peta batrimetri yang telah dibuat oleh kami dapat digunakan untuk berbagai hal tergantung dari kelas survey yang telah dilaksanakan pushidros AL. salah satu kegunaannya adalah reklamasi , pembagunan pelabuhan , penentuan jalur pelayaran Saran Saat mengurus Kerja Praktik di Pushidro AL baiknya mahasiswa mengikuti Security Clearence sesaat sebelum melaksanakan kerja praktik dikarenakan pengarsipan di Pushidroal masih kurang baik. Pelaksanaan Kerja Praktik di Pushidrosal pun lebih baik dilaksanakan dari bulan mei /juni karena bulan juli agustus banyak universitas lain yang hendak melaksanakan Kerja Peraktik di Pushidrosal sehingga membuat quota terbatas. Sedangkan dalam pealaksanaannya diperlukan keaktifan mahsiswa dalam bertanya untuk mendapat seluruh informasi yang dibutuhkan.

Mulai

Data Sekunder Pemeruman

Data Sekunder Pasut

DAFTAR PUSTAKA

Djunarsjh, E. 2005. Survey hidrografi PT. Refika Aditama. Bandung. Dianovita C. 2011. Pemetaan Batrimetri Perairan dangkal Fachrurrozi M.Widada S, Helmi M. 2013 Studi Pemetaan Batrimetri Jurnal oseono Febrianto T, Hestirianto T ,Agus SB. 2015. Pemetaan Batrimetri Di Perairan Dandkal Pulau Tunda Hidayat Ahmad, Sudarsono B, Sasmito B 2014. Survey Batrimetri Pengecekan Kedalaman Wilayah Kendal

Untuk

Melina FR, Napitupulu, sugianto DN, Hariyadi. 2015 Pemetaan Batimetri Sbagai pertimbangan

Related Documents


More Documents from "Ibrahim"