Laporan Kegiatan-dikonversi.pdf

  • Uploaded by: cifa maurer
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kegiatan-dikonversi.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 41,652
  • Pages: 290
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Gillies, 1986; Nursalam, 2011). Untuk mewujudkan harapan tersebut dapat dilakukan dengan penataan kembali sistem model keperawatan professional (MAKP), mulai dari ketenagaan, penetapan MAKP dan perbaikan dokumentasi keperawatan. Selain itu sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia maka model sistem asuhan keperawatan harus berubah mengarah pada suatu praktik keperawatan professional sehingga peran dan fungsi perawat sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugatnya. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sistem pelayanan kesehatan mengalami perubahan mendasar mulai memasuki abad ke – 21. Perubahan tersebut sebagai dampak dari perubahan sosial politik, kependudukan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga perubahan tersebut membawa implikasi terhadap perubahan sistem pelayanan keperawatan dan hal ini merupakan tantangan bagi perawat Indonesia untuk menuju proses profesionalisme. Untuk menjawab tantangan tersebut manajemen keperawatan harus diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata sehingga konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pengelolaan bahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategis melalui pendekatan: pengumpulan

data,

analisis

SWOT

dan

penyusunan

langkah-langkah

perencanaan, pelaksanaan secara operasional,. Pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dilakukan pengawasan dan pengendalian (Nursalam, 2011). Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 4 Februari-2 Maret 2019, didapatkan bahwa di ruang Melati menggunakan metode MAKP tim yang terbagi menjadi TIM A dan TIM B. MAKP TIM merupakan suatu metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 1 shift terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien mulai dari pasien masuk sampai dengan keluar rumah sakit. Keuntungan dari MAKP TIM antara lain memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan. Selain itu 1

pembagian tugas yang jelas dan memungkinkan komunikasiantar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan bagi pasien, perawat dan tenaga kesehatan lainnya sehingga tercapai suatu pelayanan yang berkualitas. 10 Kasus terbanyak diruang Melati yaitu Anemia, Dangue High Fever, Diabetes, CHF, CKD, Sepsis, Heart failure, dispepsia sindrom, ADHF, melena. Mengingat pentingnya fungsi menejemen keperawatan perlu diwujudkan secara nyata dalam tatanan praktek guna menjamin efisiensi, efektifitas dan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien.

1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah manajemen atau pengelolaan Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar ?

1.3 Tujuan 1.3.1

Tujuan Umum Mahasiswa dapat menerapkan prinsip manajemen keperawatan dengan menggunakan model asuhan keperawatan professional tim (MAKP tim).

1.3.2

Tujuan Khusus Mahasiswa mampu: 1. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data di Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar. 2. Melakukan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT. 3. Menentukan rumusan masalah berdasarkan analisa yang telah ditetapkan. 4. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian model asuhan keperawatan professional : timbang terima, ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi keperawatan, discharge planning, dokumentasi keperawatan, dan penerimaan pasien baru. 5. Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : timbang terima, ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi keperawatan, discharge planning, dokumentasi keperawatan, dan penerimaan pasien baru. 6. Mengevaluasi rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : timbang terima, 2

ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi keperawatan, discharge planning, dokumentasi keperawatan, dan penerimaan pasien baru.

1.4 Manfaat 1.4.1

Bagi Mahasiswa 1. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat memodifikasi metode penguasaan yang akan dilaksanakan. 2. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan MAKP Tim di Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar. 3. Mahasiswa dapat mengetahui masalah dalam penerapan MAKP di Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar. 4. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan menyusun rencana strategi. 5. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model asuhan keperawatan profesional di Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar.

1.4.2

Bagi Perawat Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar 1. Melalui praktik manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-masalah yang ada di Ruang Melati yang berkaitan dengan pelaksanaan MAKP. 2. Melalui praktik manajemen keperawatan perawat ruangan dapat melaksanakan MAKP Tim dengan optimal. 3. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal. 4. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat denga tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga. 5. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.

1.4.3

Bagi Pasien dan Keluarga Pasien 1. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang optimal. 2. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi.

1.4.4

Bagi Institusi Pendidikan Institusi pendidikan memperoleh bahan masukan dengan bahan tentang pengelolaan ruangan dengan pelaksanaan MAKP Tim.

3

BAB 2 PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MARDI WALUYO BLITAR

2.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Blitar Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Blitar kondisi saat ini dalam kurun lima tahun terakhir mengalami metamorfosis yang hebat. Hal tersebut tidak berlebihan diungkapkan jika diruntut bagaimana sejarah keberadaaannya mulai tahun 1942. Pada zaman revolusi tersebut, pelayanan hanya untuk pasien yang operasi, yang dilayani dua dokter berkebangsaaan belanda yang datangnya tidak menentu, dr.Shinko dan dr. Karl Boom. Pasca kemerdekaaan 1949, baru memiliki dua dokter tetap, dr.Tedjo sebagai Kepala Rumah Sakit dan dr.Trisula sebagai kepala Dinas Kesehatan. Saat TBC mewabah di Blitar tahun 1958, dr. Trisula sebagai dokter spesialis paru mendirikan pusat pendidikan “Ngrukti Nirmala” bagi pasien TBC. Di lembaga ini, pasien TBC dikumpulkan dan diberi penyuluhan tenyang TBC dan gigi. Tahun 1966, ada tambahan satu dokter, dr.AW Soehapto, yang dalam masamasa pengabdiannya melakukan empat pengembangan pelayanan: pertama, kedua, melakukan operasi kecil dan caesar dengan perlatan seadanya, berhasil baik dan dilaporkan ke kantor inspeksi kesehatan di Jakarta. Laporan itu direspon baik dengan mengirimkan peralatan operasi seperti meja dan lampu operasi ke kota Blitar. Ketiga dan keempat, membuka pelayanan poliklinik umum dan poliklinik gigi. Tahun 1975, menjalin hubungan dengan doker spesialis dari Surabaya dan Malang, yang dua kali seminggu datang ke Blitar memberikan bimbingan kepada dokter-dokter umum hingga tahun 1996, berhasil merangkul empat dokter spesialis tetap di RS Mardi Waluyo yaitu sepesialis anak, dr. Ibnu Susanto, Sp.A, spesialis bedah, dr.Andre Mannari, Sp.B, dan spesialis kandungan dr.Syaifullah, Sp.OG. Dekade 2000-an, pembangunan dan pengembangan di RS mardi Waluyo kota Blitar menggeliat cepat. Pada awal periode pertama pemerintahan masa walikota Blitar Djarot Saiful Hidayat, prihatin dengan kondisi RS mardi Waluyo Blitar 4

lama di jalan dokter Soetomo bangunannya sudah rapuh, kumuh, membuat tidak nyaman petugas, apalagi pasien dan pengunjung. Dari proses diskusi panjang anatara walikota dengan para dokter yang memiliki komitmen tinggi, lahir keputusan fenomenal, pemerintah kota Blitar membangungedung baru untuk RS Mardi Waluyo Blitar diaas lahan seluasn 5 hektar di Jalan Kalimantan. Milyaran rupiah dana negara dikucurkan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi warga kota Blitar dan sekitarnya. Proyek multiyears pembangunanRS Mardi Waluyo Blitar, mulai dirasakana warga tahun 2007. Tepatnya setelah pembangunan tahap peratama selesai, sebagai pelayanan per-13 Agustus 2007, boyong dari rumah sakit lama di Jalan dr. Soetomo ke RS baru di Jalan Kalimantan meliputi layanan rawat inap VIP dan VVIP, perkantoran dan administrasi, instalasi gawat darurat (IGD), laboratorium, dan radiologi. Sukses boyongan tahap pertama membuat pemerintah kota Blitar dan RS Mardi Waluyo Blitar semakin commit untuk memberikan pelayanan yang semakin baik kepada masyarakat, sehingga pembangunan tahap kedua pun dikebut. Alhasil per-1 juli 2010 seluruh pelayanan pindah di RS baru di Jalan Kalimantan. Pembangunan fisik menuntut imbangan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. RS Mardi Waluyo Blitar menempatkan pasien atau pengguna layanan sebagai pusat perhatian. Caranya dengan menetapkan Citizen Charter atau CC melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dalam pengambilan kesepakatan tentang pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, yang diselarasakan antara kemaampuan sumber daya yang ada di RS dengan tuntutan masyarakat. Selain CC, juga melakukan berbagai terobosan antara lain DDTK anak yang mendapat

penghargaan

MURI,

pembagunan

instalasi

hemodialisa,

penatalaksanaan keuangan yang profesional dan status RS Mardi Waluyo Blitar sebagai Badan Pelayanaan Umum Daerah (BLUD) hingga menjadikan RS Mardi Waluyo Blitar sebagai rumah sakit sayang ibu dan bayi (RSSIB). Sebagai RSSIB, prestasi yang diraih membanggakan, terpilih sebagai Rumah sakit sayang ibu dan bayi terbaik kedua tingkat nasional tahun 2010, dan mendapatkan penghargaan langsung dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

5

2.2 Fasilitas Dan Pelayanan Rumah Sakit Mardi Waluyo

Pelayanan Medis • • •

Pelayanan Penunjang

Dokter Umum Dokter Gigi Dokter Spesialis / SubSpesialis o Anak o Bedah o Bedah Syaraf o Bedah Orthopedi o Kebidanan & Kandungan o Penyakit Dalam o Syaraf o THT o Mata o Paru o Kulit & Kelamin o Radiologi o Anaesthesi

2.3 Denah Lokasi

6

o

Laboratorium Patologi Klinik o Radiologi o ECG o Phungsi o Konsultasi Gizi o Farmasi o Echocardiografi Fasilitas o UGD 24 Jam o Rawat Inap o Rawat Jalan o Kamar Bedah o ICU o Ruang Jenazah o Ambulance

2.4 Falsafah Keperawatan Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat harus berkeyakinan bahwa: 1. Manusia adalah inividu yang memiliki kebutuhan bio, psiko, sosio, spiritual dan kultural yang unik harus di pertimbangkan dalam setiap pemberian asuhan keperawatan. 2. Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal kepada semua yang membutuhkan dengan tidak membedakan bangsa, suku, agama/kepercayaan dan status sosial disetiap tempat pelayanan kesehatan. 3. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama ari semua anggota tim kesehatan. 4. Dalam memberikan auhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama semua anggota tim kesehatan dan klien/keluarga. 5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki wewenang melakukan asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan standar asuhan keperawatan. 6. Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan secara terus menerus pertumbuhan dan perkembangan taf dalam pelayanan keperawatan. 2.5 Visi Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Mardi Blitar Menuju Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo sebagai Rumah Sakit pilihan utama yang terpercaya melalui semua masyarakat pada Tahun 2021.

2.6 Misi Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Blitar 1. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna, berkualitas, dengan mengutamakan keselamatan ,

membangun citra pelayanan kesehatan

partisipatif serta menyelenggarakan pendidikan pelatihan dan penelitian 2. Mewujudkan tata kelola rumah sakit yang profesional, akuntabel, dan transparan.

2.7 Motto Ruang Melati Kesehatan dan kepuasan adalah kebahagiaan kami

7

2.8 Tujuan Keperawatan 1. Menjamin bahwa semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan klien dan mengurangi/menghilangkan kesenjangan. 2. Mengembangkan standart asuhan keperawatan yang ada. 3. Memberi

kesempatan

kepada

semua

tenaga

keperawatan

untuk

mengembangkan tingkat kemampuan profesionalnya. 4. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan. 5. Melibatkan klien dalam perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan. 6. Menciptakan iklim yang menunjang proses belajar mengajar dalam kegiatan pendidikan bagi perkembangan kerja keperawatan. 7. Menunjang program pendidikan berkelanjutan bagi pertumbuhan dan perkembangan profesi tenaga keperawatan.

2.9 Tujuan Ruang Perawatan Penyakit Dalam (Ruang Melati) 1. Memberikan asuhan keperawatan bagi klien dengan penyakit dalam sesuai dengan standart asuhan keperawatan yang berlaku. 2. Memberikan pelayanan yang optimal. 3. Mencegah terjadinya penularan

8

BAB III HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SERTA SINTESA PERMASALAHAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG MELATI 3.1

Man(M1)

3.1.1 Pengorganisasian Struktur pengergonisasian tugas di ruang Melati menerapkan model asuhan keperawatan Tim Adapun model asuhan keperawatan adalah sebagai berikut : STRUKTUR ORGANISASI RUANG MELATI RSUD MARDI WALUYO BLITAR Kerangka 3.1.1 Struktur Organisasi Ruang Melati

9

3.1.2 JumlahTenaga a. Tenaga keperawatan Tabel 3.1.1 Kualifikasi Tenaga Keperawatan Kualifikasi

Status

Jumlah

Jumlah

Prosentase

Total S1

DIII

PNS

7

Non PNS

0

PNS

7

Non PNS

6

Jumlah

7

35%

13

65%

20

100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat di ruang Melati berpendidikan D3 Keperawatan yaitu 13 orang = 65% sedangkan yang berpendidikan S1 Keperawatan yaitu 7 orang = 35%, sedangkan menurut Waesifer (1999) ideal kebutuhan perawat S1 dan D3 memiliki perbandingan 55% : 45% sehingga didapatkan untuk kebutuhan ideal perawat S1 diruang Melati sebanyak 11 orang dan perawat D3 di Melati sebanyak 9 orang. Sehingga hal tersebut menampakan kesenjangan yang cukup jauh karena diruangan Melati ini hanya memiliki perawat S1 sebanyak 7 orang. Berkaitan dengan program rumah sakit yang memfasilitasi studi lanjutan untuk perawat D3 yang ingin melanjutkan ke jenjang S1 maka sangat diharapkan para perawat dapat menggunakan kesempatan tersebut dengan baik mungkin sehingga kebutuhan tenaga perawat S1 di Ruang Melati bisa terpenuhi

b. Tenaga Non Keperawatan Tabel 3.1.2 Tenaga non keperawatan No

Kualifikasi

Jumlah

Prosentase

1

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

3

23%

2

Dokter Spesialis Jantung Paru

3

23%

3

Dokter Umum

1

8%

10

4

Tenaga Gizi

1

8%

5

Administrasi

2

8%

6

POS

2

30%

Total

13

100%

Berdasarkan tabel di atas diinterprestasikan bahwa sebagian besar tenaga non keperawatan di ruang Melati secara kuantitatif sudah mencukupi.

3.1.3 Pasien a. Jumlah Pasien 3 Hari Terakhir Dengan Tingkat Ketergantungan dan Jumlah Jam Perawatannya. Pada hasil pengkajian diruang Melati dalam 3 hari terakhir mulai dari hari Selasa 5 April sampai dengan hari Kamis 7 Februari 2019 disajikan dalam tabel dibawah ini. Tabel 3.1.3 Hasil Rekapitulasi Pasien di Melati Pada 3 Hari Terakhir.

Rata-Rata Tingkat Ketergantungan No. Hari

Pasien Total

Partial

Minimal

Jumlah

1

Selasa

1

34

1

36

2

Rabu

3

31

2

36

3

Kamis

1

27

7

35

Rata-Rata

1,6

30,6

3,3

35,6

11

3.1.4 Kualitas Tenaga Berdasarkan dari data pola ketenagakerjaan diruang Melati didapatkan kualifikasi tenaga perawat sebagai berikut :

Tabel 3.1.4 kualitas tenaga keperawatan ruang Melati No

Nama

Pendidikan Masa Kerja

Jenis

Jenis Pelatihan

Jenjang

Ketena-

yang diikuti

Karir

• MANAJEMENT

PK III

gaan 1

Eko Sugiono,

SI

PNS

31

BANGSAL

Keperawatan tahun

• BLS

S.Kep,Ns

• PPI • PMKP • K3 • CI • DIKLAT PERAWAT AHLI

2

Sri anah Puji L. S.kep,Ns

S1

PNS

25

• BLS

PK III

• PPI

Keperawatan tahun

• PMKP • K3 • PRESEPTOR SHIP • DIKLAT PERAWAT AHLI

3

Siti Asiyah,

S1

PNS

31

• BLS • PPI

Keperawatan tahun

S.Kep,N

• PMKP

s

• K3 • DIKLAT PERAWAT AHLI

12

PK III

4

Widya

Dwi

Pratiwi,

S1

PNS

16

PK III

• PPI

keperawatan tahun

S.kep,Ns

• BLS • PMKP • K3

5

S1

Mahfud Efendi,

keperawatan

PNS

16

• BLS

PK III

• PPI

Tahun

• PMKP

S.kep,Ns

• K3 • ENDOSCOPY

6

Diyah

Aji

Wulandari,

S1 Keperawatan

PNS

16

Fitri

Yuliani,

Amd,Kep

P II

• PPI

Tahun

• PMKP

S.Kep,Ns 7

• BLS

• K3

D3 Keperawatan

PNS

18

• BLS

PK III

• PPI

Tahun

• PMKP • K3

8

Susanto, S.kep,Ns

S1 Keperawatan

PNS

16

• BLS

PK II

• PPI

Tahun

• PMKP •K 3

9

Devy Adidyasari

D3 Keperawatn

Amd.Kep

PNS

16

• BLS

PK II

• PPI

Tahun

• PMKP •K 3

10

Anita Fitriani.

D3 Keperawatan

Amd.Ke

PNS

9

Suparti Setyowati,

PK II

• PPI

Tahun

• PMKP •K 3

p 11

• BLS

D3 Keperawatan

9

PNS

Tahun

• BLS • PPI • PMKP

Amd.Kep

•K 3

13

PK II

12

Yayuk

Dwi

K.Amd.Kep

D3 Keperawatan

9

PNS

• BLS

PK II

• PPI

Tahun

• PMKP •K 3 • KEMOTERAPI

13

Handra

D3

Setiyawan.

Keperawatan

Amd.kep

PNS

9

• BLS

PK II

• PPI

Tahun

• PMKP •K 3 • BTCLS

14

Sari

wuni,

Amd.Kep

D3 Keperawatan

PNS

9

• BLS

PK II

• PPI

Tahun

• PMKP •K 3 • ETIKA PELAYANAN

15

Ulfa

Farida,

Amd.Kep

D3

Non

-

Keperawatan

PNS

• BLS

Pra-PK

• PPI • PMKP •K 3 • ETIKA PELAYANAN

16

Yuyun Puspita

D3

4

Keperawatan Tahun

Non

• BLS

PNS

• PPI

Sari.Amd.Ke

• PMKP

p

•K 3

Pra-PK

• ETIKA PELAYANAN

17

Riezta Aditya H. Amd.Kep

D3

3 Tahun

Keperawatan

Non

• BLS

PNS

• PPI • PMKP •K 3 • ETIKA PELAYANAN

14

Pra-PK

18

Reny Eko P, Amd.Kep

D3

-

Keperawatan

Non

• BLS

PNS

• PPI

Pra-PK

• PMKP •K 3 • ETIKA PELAYANAN

19

Kartika Arum Sari,

D3

-

Non

Keperawatan

PPGD

Pra-PK

PPGD

Pra-PK

PNS

Amd.Kep 20

Anggit

D3

Aprilia.

Keperawatan

-

Non PNS

Amd.Kep Berdasarkan uraian data di atas, telah dapat di ketahui bahwa kualitas perawat yang ada di Ruangan Melati cukup baik dalam penanganan tangap darurat karena hampir semua tenaga keperawatan pernah mengikuti pelatihan BLS . Jenjang karir PK III 1. Tugas pokok Memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien diruang rawat yang menjadi tanggung jawabnya dari pasien datang sampai dengan pasien pulang dengan sesuai standart keselamatan pasien di rumah sakit. 2. Uraian tugas A. Tugas manajerial B. Tugas umum •

Membina hubungan terapeutik dengan pasien / keluarga, sebagai lanjutan kontrak yang sudah dilakukan DPJP



Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan format orientasi pasien / keluarga jika DPJP tidak ada ditempat



Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan DPJP



Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah mendokumentasikannya pada format yang tersedia 15

dilakukan

dan



Mendampingi visite dokter apabila DPJP tidak ada ditempat



Menerapkan perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan



Melaporkan

kepada

DPJP

bila

menemukan

masalah

yang

perludiselesaikan •

Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan, dantindakan



Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien / keluarga



Memelihara sarana, fasilitas keperawatan dan kebersihanruangan



Mengikuti kegiatan ilmiah (refleksi diskusi kasus, ronde keperawatan, klinik dan lain-lain)

C. Uraian tugas spesifik •

Memahami konsep biomedik medikal bedahlanjutan



Melakukan pengkajian data keperawatan medical bedah dengan resiko / komplikasi pada 12 sistem tubuh secara mandiri



Menganalisa data dan menetapkan diagnosa keperawatan



Menyusun rencana asuhan keperawatan yang menggambarkan intervensi pada klien bedah dengan resiko / komplikasi pada 12 sistem tubuh dengan kegiatan sebagai berikut: 1) Melakukan observasi 2) melakukan pendidikan kesehatan 3) melakukan persiapan pemeriksaan diagnostik 4) mengelola

askep

perioperatif

mencangkup

keperawaran pra bedah, intra bedah, dan pasca bedah sedang 5) melakukan tindakan kolaborasi 6) melakukan rujukan keperawatan 7) memberikan konseling 8) melakukan dokumentasi keperawatan •

menggunakan komunikasi terapeutik



membimbing PK II dan peserta didik 16



mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut

Jenjang karir PK II 1. Tugas pokok Memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien diruang rawat yang menjadi tanggung jawabnya dari pasien datang sampai dengan pasien pulang dengan sesuai standart keselamatan pasien di rumah sakit. 2. Uraian tugas A. Tugas manejerial B. Tugas umum •

Membina hubungan terapeutik dengan pasien / keluarga, sebagai lanjutan kontrak yang sudah dilakukan DPJP



Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan format orientasi pasien / keluarga jika DPJP tidak adaditempat



Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan DPJP



Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan mendokumentasikannya pada format yang tersedia



Mendampingi visite dokter apabila DPJP tidak ada ditempat



Menerapkan perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan



Melaporkan kepada DPJP bila menemukan masalah yang perlu diselesaikan



Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan, dan tindakan



Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien / keluarga



Memelihara sarana, fasilitas keperawatan dan kebersihan ruangan



Mengikuti kegiatan ilmiah (refleksi diskusi kasus, ronde keperawatan, klinik dan lain-lain)



Membimbing PK I

17

C. Uraian tugas spesifik •

Memahami konsep biomedik medikal bedah lanjutan



Melakukan pengkajian data keperawatan medical bedah dengan resiko / komplikasi pada 12 sistem tubuh secara mandiri



Menganalisa data dan menetapkan diagnosakeperawatan



Menyusun rencana asuhan keperawatan yang menggambarkan intervensi pada klien bedah dengan resiko / komplikasi pada 12 sistem tubuh dengan kegiatan sebagai berikut: 1) Melakukan observasi 2) melakukan pendidikan kesehatan 3) melakukan persiapan pemeriksaan diagnostik 4) mengelola askep perioperatif mencangkup keperawaran pra bedah, intra bedah, dan pasca bedah sedang 5) melakukan tindakan kolaborasi 6) melakukan rujukan keperawatan 7) memberikan konseling 8) melakukan dokumentasi keperawatan •

Menggunakan komunikasi terapeutik

Jenjang karir PK I 1. Tugas pokok Memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien diruang rawat yang menjadi tanggung jawabnya dari pasien datang sampai dengan pasien pulang dengan sesuai standart keselamatan pasien di rumah sakit. 2. Uraian tugas A. Tugas manejerial B. Tugas umum •

Membina hubungan terapeutik dengan pasien / keluarga, sebagai lanjutan kontrak yang sudah dilakukan DPJP



Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan format orientasi pasien / keluarga jika DPJP tidak adaditempat 18



Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan DPJP



Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan mendokumentasikannya pada format yang tersedia



Mendampingi visite dokter apabila DPJP tidak ada ditempat



Menerapkan perilaku caring dalam pemberian asuhankeperawatan



Melaporkan kepada DPJP bila menemukan masalah yang perlu diselesaikan



Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan, dantindakan



Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien / keluarga



Memelihara sarana, fasilitas keperawatan dan kebersihan ruangan



Mengikuti kegiatan ilmiah (refleksi diskusi kasus, ronde keperawatan, klinik danlain-lain)

C. Uraian tugas spesifik •

Melakukan pengkajian dasar data keperawatan dasar



Melaksanakan tindakan keperawatan dasar meliputi: 1) Pemenuhan kebutuhan bernafas (oksigendasar) 2) Pemenuhan kebutuhan makan minum seimbang 3) Pemenuhan kebutuhan eliminasi urin 4) Pemenuhan kebutuhan eliminasifecal 5) Melakukan komunikasi terapeutik 6) Pemenuhan kebutuhan spiritual 7) Pemenuhan kebutuhan untuk beraktifitas 8) Pemenuhan kebutuhan rekreasi 9) mmMelkukan pendidikan kesehatan / promosi kesehatan 10) Memberikan obat sederhana 11) Melakukan penanggulangan infeksi

19



Menggunakan komunikasi terapeutik



Melakukan evaluasi tindakan keperawatan



Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan



Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain

3.1.5 Kebutuhan Tenaga Keperawatan Kebutuhan tenaga perawat di suatu unit RS dapat dihitung menggunakan pedoman rumus dari Gillies (1990) dimana dihitung dengan keadaan rata-rata jumlah jam perawatan pasien selama 3 hari terakhir, yaitu : Tabel 3.1.5 Kebutuhan Tenaga Keperawatan tanggal 5 Februari 2019 Kualisifikasi Pasien

Jumlah Kebutuhan Tenaga

Tingkat

Jumlah

ketergantungan

pasien

Minimal

1

Parsial

Total

Jumlah

34

1

Pagi

Sore

Malam

1 x 0,17 =

1 x 0,14 =

1 x 0,07 =

0,17

0,14

0,07

34 x 0,27 =

34 x 0,15 =

34 x 0,10 =

9,18

5,1

3,4

1 x 0,36 =

1 x 0,3 =

1 x 0,20 =

0,36

0,3

0,20

9,71

5,54

3,67

10

6

4

36

Total tenaga perawat : Pagi

: 10 perawat

Sore

: 6 perawat

Malam : 4 perawat

Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja ddalam 1 tahun, sedangkan 279 adalah jumlahhari kerja efektif dalam 1 tahun

20 perawat Jumlah tenaga lepas dinas perhari 86x20 = 6,16 = 6 perawat 279 Jadi perawat yang dibutuhkan untuk tugas perhari di ruang Melati adalah 20 perawat + 6 perawat lepas dinas + 2 perawat ; kepala ruang dan wakil = 28 orang 20

a. Perawatan langsung Mandiri = 1 x 2 jam = 2 jam Sebagian = 34 x 3 jam = 102 jam Total

= 1 x 6 jam =

Total :

6 jam

110 jam

b. Perawatan tidak langsung : 36 orang pasien x 1 jam = 36 jam c. Penyuluhan kesehatan : 36 orang pasien x 0,25 jam = 9 Total jam secara keseluruhan adalah 155 jam d. Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari adalah 155 : 36 = 4 jam e. Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan 4 jam/pasien/hari x 36 pasien/hari x 265 hari = 38160 = 19 orang (365 hari – 76) x 7 jam

2023

20% x 36 = 7 orang Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah 19 + 7 = 26 orang / hari f. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per hari 36 orang x 6 jam = 31 orang 7 jam Di ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar pada hari selasa 5 februari 2019 terdapat perawat shift pagi sebanyak 10 orang, shift sore sebanyk 6 orang, shift malam sebanyak 4 orang.Sedangkan jumlah ideal yang dibutuhkan adalah 20 orang perawat, 6 orang perawat dinas dan kepala ruang beserta wakil kepala ruang. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah perawat di Ruang Melati pada shift pagi, sore dan malam masih belum memenuhi standar. Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan tenaga kerja di ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar masih belum terpenuhi dalam ketenaga kerjaan.

21

Tabel 3.1.6 Kebutuhan Tenaga Keperawatan tanggal 6 Februari 2019 Kualisifikasi Pasien Tingkat

Jumlah

ketergantungan

pasien

Minimal

2

Jumlah Kebutuhan Tenaga Pagi

Sore

Malam

2 x 0,17 =

2 x 0,14 = 0,28

2x

0,34

0,07 = 0,14

Parsial

31

31 x 0,27 =

31 x 0,15 =

31 x

8,37

4,65

0,10 = 3,1

Total

3

3 x 0,36 =

3 x 0,3 = 0,9

1,08

3x 0,20 = 0,6

Jumlah

36

9,79

5,83

3,84

10

6

4

Total tenaga perawat : Pagi : 10 perawat Sore :

Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja ddalam 1 tahun, sedangkan 279 adalah jumlahhari kerja efektif dalam 1 tahun

6 perawat

Malam : 4 perawat 20 perawat

Jumlah tenaga lepas dinas perhari 86x20 = 6,16 = 6 perawat 279 Jadi perawat yang dibutuhkan untuk tugas perhari di ruang Melati adalah 20 perawat + 6 perawat lepas dinas + 2 perawat ; kepala ruang dan wakil = 28 orang a. Perawatan langsung Mandiri = 2 x 2 jam = 4 jam Sebagian = 31 x 3 jam = 93 jam Total Total :

= 3 x 6 jam = 9 jam 106 jam

22

b. Perawatan tidak langsung : 36 orang pasien x 1 jam = 36 jam c. Penyuluhan kesehatan : 36 orang pasien x 0,25 jam = 9 jam d. Total jam secara keseluruhan adalah 151 e. Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari adalah 151 : 36 = 4 jam f. Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan 4 jam/pasien/hari x 36 pasien/hari x 265 hari = 38160 = 19 orang (365 hari – 76) x 7 jam

2023

20% x 36 = 7 orang Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah 19 + 7 = 26 orang / hari g. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per hari 36 orang x 6 jam = 31 orang 7 jam Di ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar pada hari rabu 6 februari 2019 terdapat perawat shift pagi sebanyak 10 orang, shift sore sebanyk 6 orang, shift malam sebanyak 4 orang. sedangkan jumlah kebutuhan perawat yang ideal adalah 26 orang perawat/ hari. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah perawat di Ruang Melati pada shift pagi, sore dan malam masih belum memenuhi standar. Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan tenaga kerja di ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar masih belum terpenuhi dalam ketenaga kerjaan. Tabel 3.1.7 Kebutuhan Tenaga Keperawatan tanggal 7 Februari 2019 Kualisifikasi Pasien Tingkat

Jumlah

ketergantungan

pasien

Minimal

7

Parsial

Jumlah Kebutuhan Tenaga

27

Pagi

Sore

Malam

7 x 0,17 =

7 x 0,14 =

7 x 0,07

1,19

0,14

= 0,49

27 x 0,27 =

27 x 0,15 =

27 x

7,29

5,1

0,10 = 2,7

Total

1

1 x 0,36 = 0,36

23

1 x 0,3 = 0,3

1 x 0,20 = 0,20

Jumlah

35

8,84

5,54

3,39

9

6

3

Total tenaga perawat : Pagi

: 9 perawat

Sore

: 6 perawat

Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja ddalam 1 tahun, sedangkan 279 adalah jumlahhari kerja efektif dalam 1 tahun

Malam : 3 perawat 18 perawat Jumlah tenaga lepas dinas perhari 86x18 = 5,54 = 6 perawat 279 Jadi perawat yang dibutuhkan untuk tugas perhari di ruang Melati adalah 18 perawat + 6 perawat lepas dinas + 2 perawat ; kepala ruang dan wakil = 26 orang a. Perawatan langsung Mandiri = 7 x 2 jam = 14 jam Sebagian = 27 x 3 jam = 81 jam Total

= 1 x 6 jam = 6 jam

Total :

101 jam

b. Perawatan tidak langsung : 35 orang pasien x 1 jam = 35 jam c. Penyuluhan kesehatan : 35 orang pasien x 0,25 jam = 6,25 Total jam secara keseluruhan adalah 142,25 d. Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari adalah 142 : 35 = 4 jam e. Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan 4 jam/pasien/hari x 35 pasien/hari x 265 hari = 37100 = 18 orang (365 hari – 76) x 7 jam

2023

20% x 35 = 7 orang Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah 18 + 7 = 25 orang / hari f. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per hari 35 orang x 6 jam = 30 orang 7 jam Di ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar pada hari kamis 7 februari

24

2019 terdapat perawat shift pagi sebanyak 9 orang, shift sore sebanyak 6 orang, shift malam sebanyak 3 orang.Sedangkan jumlah kebutuhan perawat yang ideal adalah 30 orang perawat/ hari. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah perawat di Ruang Melati pada shift pagi, sore dan malam masih belum memenuhi standar.

3.1.6 Diagnosis Penyakit Terbanyak Data yang didapatkan pada bulan desember 2018, 10 diagnosis terbanyak adalah sebagai berikut : Anemia sebanyak 21 pasien, Dengue Fever (DF) sebanyak 21 pasien, Diabetus Milletus (DM) sebanyak 21 pasien, CHF sebanyak 15 pasien, CKD (Chronic Kidney Disease) sebanyak 15 pasien, sepsis sebanyak 8 pasien, Heart Failure (HF) sebanyak 7 pasien, Dyspepisa Syndrome sebanyak 6 pasien, ADHF sebanyak 5 pasien, dan Melena sebanyak 5 pasien.

3.1.7 Kegiatan Intervensi Bedah Dalam bulan desember 2018 jenis jenis kegiatan keperawatan yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut : Tabel 3.1.8 jenis kegiatan intervensi bedah No

Jenis Kegiatan

Frekuensi

1

Melakukan Cek GDA

1.167

2

Melakukan Pemeriksaan EKG

3

Memberikan Injeksi

4

Memberikan therapy neblizer

156

5

Melakukan pemasangan infus

204

6

Melakukan pemasangan NGT

21

7

Memasang set oksigen

97

8

Melakukan pemasangan shyring pump

223

9

Memberikan perawatan luka

137

10

Melakukan skin test

75

11

Melakukan suction

7

131 6.014

25

3.2 Material & Machine (M2) 3.2.1 Penataan Gedung / Lokasi dan Denah Ruangan Gambar 3.2.1 Denah Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar RUANG MELATI RUANG DISKUSI 3

RUANG SHOLAT

KM

U

GUDANG

SPOEL HOCK KELAS 3

RUANG TINDAKAN KM petugas KM

S

Kamar 3 C KELAS 1

Kamar 1A NURSE STATION

LINEN

KELAS 3

KM Kamar 3 B

KM petugas

KELAS 1 KM Kamar 1B

ADMINISTRASI

R. KARU MELATI

KM KM

KELAS 1

KM

KM

KM KELAS 2

KELAS 2 Kamar 2A

KELAS 3

Kamar 3 A Kamar 2B

Kamar 1C

Ruang perawatan Melati merupakan instalasi rawat inap yang memberikan pelayanan pada pasien dengan kasus penyakit dalam pada pasien kelas I, II, dan III, dengan kapasitas 34 tempat tidur dengan bed extra 2 TT. Lokasi denah Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar berada di lantai 2 gedung rawat inap RS Mardi 26

Waluyo Blitar. Ruang Melati berbentuk huruf “U”. Terdapat tempat petugas jaga, tempat administrasi, dan tempat kepala ruang di Nurse Station. 3.2.2 Peralatan dan Fasilitas a. Fasilitas Untuk Pasien Berdasarkan hasil observasi dan data di ruang Melati tentang inventaris, fasilitas yang tersedia dengan perincian kapasitas ruang Melati ada 34 tempat tidur, terdiri dari: 1. Kamar kelas 1 Kamar kelas 1 terbagi menjadi 1A, 1B dan 1C. Setiap kamar terdiri dari 2 tempat tidur dan 2 almari pasien serta meja yang menjadi satu, 2 kursi sofa penunggu, 1 kamar mandi, terdapat tv yang terletak di tengah ruangan dan AC. Pada masing-masing kamar mandi terdapat pispot urine. 2. Kamar kelas II Kamar kelas II terbagi menjadi 2A dan 2B. Setiap kamar terdiri dari 4 tempat tidur, 4 almari dan meja yang menjadi satu, 4 kursi penunggu, AC, 1 kamar mandi, pada setiap kamar mandi terdapat pispot urine. 3. Kamar kelas III Kamar kelas III terbagi menjadi 3A, 3B dan 3C. Kamar 3A terdiri dari 8 tempat tidur, 8 almari dan meja yang menjadi satu, serta 8 kursi penunggu, 1 kamar mandi, dan pada setiap kamar mandi terdapat pispot urine. Kamar 3B terdiri dari 7 tempat tidur, 7 almari dan meja yang menjadi satu serta 7 kursi penunggu, 1 kamar mandi, pada setiap kamar mandi terdapat pispot urine. Kamar 3C terdiri dari 7 tempat tidur, 7 almari dan meja yang menjadi satu serta 7 kursi penunggu, 1 kamar mandi, pada setiap kamar mandi terdapat pispot urine. b. Fasilitas untuk Perawat (Nurse Station) 1. Ruang Kepala Ruangan menjadi satu dengan Nurse Station 2. Kamar mandi perawat/WC ada 1 di Nurse Station 3. Nurse Station berada dibagian tengah diantara ruangan kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 untuk mempermudah perawat masuk ke ruangan

27

3.2.3 Fasilitas Alat-alat Keperawatan

Tabel 3.2.1 Alat-alat Pencatatan dan Pelaporan Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar Bulan Desember Tahun 2018 No

Nama Alat

Jumlah

Kondisi Baik

Rusak

Rusak

ringan

berat

Keterangan

1.

Buku dokter visit

1

1

-

-

100 %

2.

Buku kematian

1

1

-

-

100 %

3.

Buku laporan

1

1

-

-

100 %

1

1

-

-

100 %

1

1

-

-

100 %

1

1

-

-

100 %

1

1

-

-

100 %

1

1

-

-

100 %

Buku TTV

1

1

-

-

100 %

10.

Pensil

1

1

-

-

100 %

11.

Perforator

3

3

-

-

100%

12.

Spidol permanent

3

3

-

-

100 %

13.

Spidol white

6

6

-

-

100 %

kehilangan 4.

Buku pasien pulang paksa

5.

Buku permintaan laborat

6.

Buku permintaan resep

7.

Buku register pasien

8.

Buku sensus harian

9.

board 14.

Steples

2

2

-

-

100 %

15.

White board

2

2

-

-

100 %

28

16.

Buku sensus

1

1

-

-

100 %

cairan 17.

Pensil blue - red

0

0

-

-

0

18.

Buku catatan

1

1

-

-

100 %

1

1

-

-

100 %

2

2

-

-

100 %

1

1

-

-

100 %

1

1

-

-

100 %

KTD 19.

Buku komplain pasien

20.

Buku pembayaran ke kasir

21.

Buku setoran status

22.

Buku agenda surat

23.

Buku ekspedisi

1

1

-

-

100 %

24.

Buku timbang

1

1

-

-

100 %

terima alat Berdasarkan tabel 3.2.1 didapatkan bahwa hampir seluruhnya alat-alat pencatatan dan pelaporan memenuhi standart (100%).

3.2.4 Fasilitas Alat-alat Rumah Tangga

Tabel 3.2.2 Alat-alat Rumah Tangga Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar Bulan Desember Tahun 2018 No.

Nama Alat

Jumlah

Kondisi Baik

Rusak

Rusak

ringan

berat

Keterangan

1.

Baki/nampan

2

2

-

-

100 %

2.

Lampu senter

2

2

-

-

100 %

3.

Lemari obat

1

1

-

-

100 %

1

1

-

-

100 %

emergency 4.

Light case

29

5.

Meja

35

35

-

-

100 %

8

8

-

-

100 %

11

11

-

-

100 %

0

0

-

-

0%

26

10

16

-

38 %

14

14

-

-

100 %

pasien/bedside cabinet 6.

Tempat sampah pasien

7.

Tempat sampah tertutup

8.

Tempat tidur 1 crank

9.

Tempat tidur 2 crank

10.

Tempat tidur 3 crank

11.

Printer laser jet

1

1

-

-

100%

12.

Waskom mandi

8

8

-

-

100 %

13.

TV

4

4

-

-

100 %

14.

Kursi penunggu

36

31

5

-

86 %

pasien 15.

Keset karet

1

-

1

0%

16.

Keset kain

10

-

10

0%

17.

Kabel oler

3

2

-

1

67 %

18.

Rak pispot

6

6

-

-

100 %

19.

Kain pel

0

0

-

-

0

20.

Plastik gulung

0

-

-

0

21.

Regulator LPG

1

1

-

-

100 %

22.

Rak handuk

8

8

-

-

100 %

23.

Lemar kaca besar

1

1

-

-

100 %

24.

Tempat handrub

22

22

-

-

100 %

30

25.

Almari status

0

0

-

-

0%

26.

Almari linen

1

1

-

-

100 %

27.

Printer

3

3

-

-

100 %

28.

Komputer (CPU

3

3

-

-

100 %

& Monitor) 29.

Kulkas obat

1

1

-

-

100 %

30.

Kulkas rumah

1

1

-

-

100 %

tangga 31.

Meja

4

4

-

-

100 %

32.

Kursi kayu

2

2

-

-

100 %

33.

AC

7

7

-

-

100 %

34.

Hand towel

5

5

-

-

100 %

35.

Kotak Plastik

2

2

-

-

100%

36.

Handuk Cuci

7

7

-

-

100%

Tangan 37.

Kursi beroda

7

-

-

7

0%

38.

Loker kayu

1

1

-

-

100 %

39.

Instrumen kabinet

1

1

-

-

100 %

Berdasarkan tabel 3.2.2 didapatkan bahwa sebagian besar alat-alat rumah tangga sudah memenuhi standart dan hampir seluruhnya yaitu 100%. Namun masih ada beberapa alat yang kurang dari standart seperti: tempat tidur 2 crank (38%), kursi penunggu pasien (86%), kabel olor (67%), dan keset karet, keset kain, kain pel, plastik gulung, almari status, kursi beroda (0%).

31

3.2.5 Fasilitas Alat-alat Tenun

Tabel 3.2.3 Alat-alat Tenun Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar Bulan Desember Tahun 2018 No.

Nama Alat

Jumlah

Kondisi Baik

Rusak

Rusak

ringan

berat

Keterangan

1.

Bantal

39

16

4

19

41 %

2.

Handuk cuci

25

20

-

5

80 %

tangan 3.

Kasur

34

10

14

10

29 %

4.

Manset dewasa

0

0

-

-

0%

5.

Mitella

10

10

-

-

100 %

6.

Perlak

45

45

-

-

100 %

7.

Sarung bantal

173

158

-

15

91 %

8.

Sarung O2

4

4

-

-

100 %

9.

Selimut lorek

82

77

5

-

94 %

10.

Selimut tebal

32

32

-

-

100 %

11.

Sprei

163

138

20

5

85 %

12.

Steak laken

79

79

-

-

100 %

13.

Tututp alat

5

5

-

-

100 %

14.

Lurup

10

10

-

-

100 %

15.

Celemek plastik

12

10

-

2

83 %

22

22

-

-

100 %

3

3

-

-

100 %

tebal 16.

Baju skort petugas

17.

Baju operasi px anak

32

18.

Baju operasi px

10

10

-

-

100 %

dewasa 19.

Tutup kulkas

1

1

-

-

100 %

20.

Handuk gantung

17

11

-

6

65 %

21.

Handuk kecil 20

4

4

-

-

100 %

cm X 20 cm 22.

Restrain Tangan

20

20

-

-

100 %

23.

Celemek Kain

3

3

-

-

100 %

24.

Sarung Oksigen

5

5

-

-

100 %

25.

Bantal Bungkus

5

5

-

-

100 %

4

4

-

-

100 %

Oscar 26.

Kasur Spon Bungkus Oscar

27.

Taplak

3

3

-

-

100 %

28.

APD tdk tembus

1

1

-

-

100 %

air Berdasarkan tabel 3.2.3 didapatkan bahwa sebagian besar alat-alat tenun sudah memenuhi standart (100%), namun masih ada beberapa alat yang masih kurang seperti: bantal (41%), Handuk cuci tangan (80%), kasur (29%), dan manset dewasa tidak tersedia. Sarung bantal (91%). Selimut lorek (94%), sprei (85%), celemek plastik tebal (83%), handuk gantung (65%).

33

3.2.6 Fasilitas Investaris Medik

Tabel 3.2.4 Investaris Medik Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar Bulan Desember Tahun 2018 Bulan: Desember 2018 Kapasitas Tempat Tidur: 34 No

Nama alat

Jml

Merk

Type/model

No. Seri

Thn Baik

1 2

Suction pump Syringe pump

1 1

Minic-S Arcomed

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Syringe pump Syringe pump Syringe pump Syringe pump Syringe pump Syringe pump Syringe pump Syringe pump Syringe pump ECG ECG ECG Dorong

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

TERUMO TERUMO B-BRAUN B-BRAUN B-BRAUN B-BRAUN B-BRAUN B-BRAUN B-BRAUN BIONED BTL BTL

15 16

Monitor Monitor

1 1

MITAR 01 RD MITAR 01 RD

Syramed 45 P 600000 TE 331 TE 331 8713030 8713030 8713030 8713030 8713030 8713030 8713030 BTL-08SD ECG BTL-08 MT PLUS ECG -

34

Kondisi Rusak Rusak ringan berat -

Keterangan

1009109U 817807

2015 -

1 1

-

1110000345 1110000341 268071 268066 221487 221526 362524 268009 268004 EL1200200 071D-B-04294 -

2011 2011 2014 2014 2014 2014 2017 2014 2014 2012 2014 2018

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

-

-

-

K14092390 K14092390

2014 2014

1 1

-

-

-

17

Monitor

1

PHILIPS

-

-

2014

1

-

-

18 19 20

Troley obat Tensi beroda Brand car

1 6 1

MAK PUSTER MAK

36602 NOVA -

41 58465 -

2012 2010 -

1 0 1

-

1 -

1 1 1 1

TERUMO TEROMU B.BRAUN MAK

TE-172 TE-112 8713070 36603

910000200 230078 0262.12.11

2016 2010 2014 2011

1 1 1 1 1

-

-

Dipinjam OK Sentral Dipinjam Bougenvil -

1 1 1

VACUMED 390 NO. AP 203000 -

115400003 -

2011 2011 2011

1 1 1

-

-

-

-

-

2007 2009 2015 -

1 1 1 3

-

-

-

21 22 23 24 25 26 27 28

Brand car Infus pump Infus pump Infus pump Troley emergency WSD Kasur Angin Kasur Angin

29 30 31 32

Kursi Roda Kursi Roda Kursi Roda Kursi Roda

1 1 1 3

MEDICAL APEX HICO DECUBIMAT One Med K-SELLA One Med -

33 34 35 36

Troley Injeksi Troley Injeksi Troley Injeksi Medicine Troley Troley Rawat Luka

1 1 2 1

-

-

-

2012 2014 2018 -

0 1 2 1

1 -

-

-

2

-

-

-

2011

2

-

-

-

37

1

35

38 39

Manometer oksigen Flowmeter

26

-

-

-

-

16

0

10

-

39

-

-

-

2014/201 5 2018

37

-

2

Diperbaiki IPS -

40

Troley 1 1 Oksigen 41 Nebulizer and 1 Atom Medical SONICLIZER 2005 1 Diperbaiki stand B IPS 42 Nebulizer and 1 Comfort 2000 1404094 2014 1 Diperbaiki stand B IPS 43 Nebulizer and 1 Comfort 2001 1404093 2014 1 stand B 44 Nebulizer 1 ABN 1 45 Sterilisator 1 MEMMERT 2007 1 kering C76 46 Oksigen 2 2015 2 Transport 47 Oksigen 1 2016 1 Transport 48 Oksigen 1 2007 1 Transport 49 Outlet 36 36 Oksigen 50 Blood Warm 1 2018 1 Berdasarkan tabel 3.2.4 didapatkan bahwa sebagian besar sudah memenuhi standart (100%). Dan untuk manometer oksigen hanya ada 16 yang dalam keadaan baik dari 26 manometer oksigen

36

Tabel 3.2.5 Daftar Inventaris Ruangan Diskusi 3 Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar Bulan Desember Tahun 2018

No

Nama Barang

Jumlah

Satuan

Keadaan Baik

Rusak

1

Kursi Putar

1

Buah

Baik

-

2

Meja

2

Buah

Baik

-

3

Sofa

1

Set

Baik

-

4

Telepon

1

Buah

Baik

-

5

Viewer

1

Buah

Baik

-

6

AC/ Kipas Angin

1

Buah

Baik

-

7

Handrup

1

Buah

Baik

-

8

Tempat Sampah

1

Buah

Baik

-

9

Kursi Hadap

8

Buah

Baik

-

10

Meja Telepon

1

Buah

Baik

-

Ket

Berdasarkan tabel 3.2.5 didapatkan bahwa sebagian besar sudah memenuhi standart (100%).

37

3.3 Metode Asuhan Keperawatan (M3 Methode) 3.3.1 MAKP Metode yang diterapkan di ruang penyakit dalam RSUD Mardi Waluyo Blitar adalah tim modifikasi. Metode penguasaan yang diterapkan adalah metode tim modifikasi yang terdiri atas perawat yang ada di ruangan yang dibagi menjadi 2 tim, yaitu tim A (Kamar 1A, 1B, 3B, 3C) TIM B (Kamar 1C, 2A, 2B, 3A ) Untuk struktur organisasi gambarnya adalah sebagaiberikut: Kerangka 3.3.1 Struktur organisasi ruang melati KEPALA RUANGAN Eko Sugiyono, S.Kep., Ns WAKIL KEPALA RUANGAN Sri Anah P.L , S.Kep., Ns

POS

ADMINISTRASI Ika Zulaikah Wisma Wiji S

KETUA TIM

KETUA TIM

Sariyono

Siti Asiyah ,S.Kep.Ns

Widya Dwi P ,S.Kep.Ns

Siswanto

KETUA TIM

KETUA TIM

Diyah Aji W, S.Kep.Ns

Mahfud Efendi S.Kep.Ns

KETUA TIM

KETUA TIM

Anita Fitriani, Amd.Kep

Devy A, Amd.Kep

KETUA TIM

KETUA TIM

Yayuk Dwi K Amd.Kep

Fitri Yuliani Amd.Kep

PERAWAT PELAKSANA

PERAWAT PELAKSANA

PERAWAT PELAKSANA

PERAWAT PELAKSANA

PERAWAT PELAKSANA

Susanto ,S.Kep.,Ns

Handra S, AMd.Kep

Ulfa F ,Amd.Kep

Reni Eko Amd.Kep

Anggit A K, Amd.Kep

PERAWAT PELAKSANA

PERAWAT PELAKSANA

PERAWAT PELAKSANA

PERAWAT PELAKSANA

PERAWAT PELAKSANA

Suparti S ,Amd.Kep

Sari Wuni, Amd.Kep

Yuyun P ,Amd.Kep

Riezta ,Amd.Kep

Kartika A. B, Amd.Kep

38

Dalam proses pendelegasian tugas, wewenang dan tanggung jawab apabila ada perawat yang tidak masuk maupun cuti sepenuhnya ditentukan oleh kepala ruangan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan ketersediaan tenaga keperawatan. 3.3.2 Fungsi Manajemen Keperawatan A. Kepala Ruang Tabel 3.3.1 Uraian Tugas Kepala Ruang Uraian Tugas

D

TD

Melaksanakan fungsi perencanaan (p1) meliputi: Menyusun rencana kerja harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.



Menunjukkan ketua tim, perawat pelaksana dan tugasnya masing-



masing. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien dibantu ketua



tim dan perawat pelaksana. Mengidentifikasi

jumlah

perawat

yang

di

butuhkan

Berdasarkan aktivitas dan tingkat ketrgantungan pasien di bantu



oleh ketua tim dan perawat pelaksana √

Merencanakan strategi pelaksanaan perawatan Mengikuti

visite

dokter

untuk

mengikuti

kondisi, √

patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan terhadap klien Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah



Sakit Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun kualifikasi untuk ruang rawat, koordinasi dengan kepala



keperawatan atau kepala instalasi Menyusun rencana kebutuhan Fasilitas alat, Dan Dana



keperawatan. Menyusun jadwal dinas



Menyusun jadwal cuti



Menyusun rencana pengembangan staf



39

Menyusun rencana kegiatan pengendalian mutu.



Melaksanakan fungsi pergerakkan dan pelaksanaan (p2) meliputi:

Merumuskan metode penugasan yang digunakan



Merumuskan tujuan metode penugasan



Membuat rincian tugas ketua tim dan perawat pelaksaana



secara jelas Membuat rentang kendali



Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan



Mengatur dan mengendalikan sistem ruangan



Menyelenggarakan konferens



Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan diruang rawat, melalui kerja sama dengan petugas lain yang



bertugas di ruang rawatnya. Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawaatan baru



atau tenaga lain yangakan kerja diruang rawat Memberikan orientasi kepada siswaatau mahasiswa keperawatan yang menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan praktek



Memberi orientasi kepada pasien atau keluarganya meliputi: √

Penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruang rawat, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan asuhan



keperawatan Mengadakan pertemuan berkala atau sewaktu-waktu dengan staf keperawatan dan petugas lain yang bertugas di ruang Rawatnya



Memberikan kesempatan atau ijin kepada staf keperawatan untuk mengikuti kegiatan ilmiah atau penataran dengan koordinasi kepala instalasi atau kasi perawatan

40



Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai



Kebutuhan berdasarkan ketentuan atau kebijakan rumah sakit Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu



dalam keadaan siap di pakai Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut tingkat kegawatannya infeksi atau non



infeksi, untuk kelancaran pemberian askep Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruang rawat



Meneliti atau memeriksa ulang pada saat penyajian makananpasien √

sesuai dengan program dietnya Menyimpan berkas catatan pasien dalam masa perawatan dalam ruang rawatnya dan selanjutnya mengembalikan



berkas tersebut kebagian medical record bila pasien pulang dari rumah sakit tersebut Membimbing mahasiswa keperawatan yang menggunakan



ruang rawatnya sebagai lahan praktek Memberikan penyuluhan kesehatan atau keluarga sesuai



kebutuhan dasar dalam batas wewenangnya Melakukan serah terima pasien pergantian dinas



Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat



daftar , mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain Mengatur dan mengendalikan sistem ruangan



Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendaliandan penilaian (p3) meliputi: Mengawasi dan menilai mahasiswa keperawatan untuk memperoleh pengalaman belajar sesuai tujuan program bimbingan yang telah



ditentukan Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada



di bawah tanggung jawabnya dan mutu pelayanan Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim



dan perawat pelaksana. Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas

41



dengan baik Memberikan motivasi dalam peningkatan, keterampilan, dan sikap.



Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan



Berhubungan dengan askep klien. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam



melaksanakan tugasnya. √

Meningkatkan kolaborasi Melalui komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat primer mengenai asuhan keperawatan yang



diberikan kepada klien. Mengobservasi pasien baru dan mengaudit dokumentasi



Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan



rencana keperawatan yang telah disusun bersama Total

33

Presentase

3

91,7% 8,3%

Berdasarkan tabel di atas pelaksanaan tugas dan fungsi Kepala Ruangan mulai dari P1-P3 sudah baik, dapat dilihat dari prosentasinya yaitu (91,7%), meskipun ada point point tertentu yang tidak dilakukan oleh Kepala Ruangan akan tetapi hal tersebut tidak sampai dalam kategori kurang, dapat dilihat dari prosentasinya 8,3%. Salah satu point yang tidak dilakukan oleh Kepala Ruangan seperti meneliti atau memeriksa ulang pada saat penyajian makan pasien, hal tersebut sudah dijalankan oleh ahli gizi yang melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian diit. Hal ini menunjukkan bahwa Kepala Ruangan menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan SPO.

42

B. Ketua Tim Tabel 3.3.2 Uraian Tugas Ketua Tim Uraian Tugas

Katim 1 Katim 2 D TD

Bersama penanggung jawab ruangan atau kepala √

D TD √

Katim 3

Katim 4

Katim 5

Katim 6 Katim 7 Katim 8

D TD

D TD

D TD

D TD









D TD

D TD









ruangan atau perawat pelaksana atau anggota tim. Mengadakan serah terima tugas setiap pergantian dinas. Melakukan

pembagian

tugas

kepada



perawat











pelaksana dengan mempertimbangkan kemampuan masing-masing anggota. Menyusun rencana asuhan keperawatan mulai dari √















pengkajian sampai dengan evaluasi Mengikuti visit dokter

















Menciptakan suasana harmonis

















Membuat laporan pasien





































Mengorientasikan pasien baru Membina hubungan saling percaya antara perawat, √











43

pasien dan Keluarga Memberikan pertolongan segera pada pasien dengan √











































kedauratan Membuat laporan pasien dan mencatat kasus dari √ pasien, kejadian diluar dugaan yang tidak di inginkan. √

Mengatur waktu istirahat



Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruang















dan perawat Pelaksana Melaporkan

tentang

kondisi

pasien,

asuhan √









































keperawatan yang dilakukan, kesulitan yang dialami Bersama

perawat

melaksanakan, pelayanan

pagi,

sore,

mengawasi,

keperawatan

dan

pasien

dan

malam √

mengevaluasi yang

sudah

diprogramkan dan membuat pembaharuan dengan kebutuhan pasien Mendelegasikan pelaksanaan asuhan keperawatan √



pada anggota tim. Membuat perincian tugas anggota tim Menerima

konsultasi

dari

anggota

tim

















dan √















44

memberikan instruksi keperawatan. Memimpin pertemuan tim keperawatan untuk √









































menerima laporan, sistem pengarahan tentang tugas anggota tim, pelaksanaan asuhan keperawatan, serta masalah yang dihadapi. Memelihara komunikasi efektif baik secara vertical √ maupun horizontal √

Melakukan penyuluhan kepada pasien atau keluarga



atau kepada anggota tim √















Melengkapi catatan yang telah dibuat oleh anggota √





























yang √















peserta √















Memberi teguran dan pujian

tim Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan √ perawat pelaksana Mengawasi

proses

asuhan

keperawatan

dilakukan oleh anggota tim Membantu kepala ruangan membimbing didik Total

21

4

23

45

2

22

3

22

3

23

2

23

2

24

1

24

1

Prosentase

84 16% 92 %

8%

%

88 12% 88 12% 92 %

%

8%

%

Rata-rata total pencapaian

92

8%

96

%

4

96

%

4

%

91%

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa pelaksanaan tugas dan fungsi katim sudah baik,dapat dilihat dari prosentasi totalnya yaitu 89,3%. C. Perawat Pelaksana Tabel 3.3.3 Uraian Tugas Perawat Pelaksanan Uraian tugas

1

Perawat pelaksana

D

2 T

D

3 T

D

4 T

D

5 T

D

6 T

D

7 T

D

8 T

D

9 T

D

10 T

D

Anggota Tim a. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih sayang :







a. Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien

46















T

b. Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana c. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan d. Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan respon klien pada catatan perawatan b. Melaksanakan program medik









































dengan penuh tanggung jawab : a. Pemberian obat b. Pemeriksaan laboratrium c. Persiapan klien yang akan operasi c. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan spiritual klien : a. Memelihara kebersihan klien dan lingkungan

47

b. Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman c. Pendekatan dan komunikasi terapeutik d. Mempersiapkan klien secara fisik































dan mental untuk menghadapi tindakan perawatan, pengobatan dan diagnosis √

e. Melatih klien untuk menolong









dirinya sendiri sesuai dengan kemampuannya f.

Memberikan pertolongan segera









































pada klien gawat atau sakaratul maut g. Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksanaan ruang secara administratif :

48

a. Menyiapkan data klien baru, pulang, atau meninggal b. Sensus harian atau formulir c. Rujukan dan penyuluhan PKRS h. Mengatur dan menyiapkan alat-alat





































































di ruangan menurut fungsinya supaya siap pakai i.

Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan keindahan ruangan

j.

Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/malam atau hari libur secara bergantian sesuai dengan jadwal dinas



k. Memberikan penyuluhan kesehatan













sehubungan dengan penyakitnya l.

Melaporkan segala sesuatu



mengenai keadaan klien baik secara lisan maupun tulisan

49















m. Membuat laporan harian klien





















n. Operan dengan dinas berikutnya





















o. Menerima bantuan bimbingan





















12 3

1

katim/ ka shift dan melaksanakan pendelegasian dari kepala ruangan Total

1

14

1

4

1

2

3

1

2

3

1

1

4

9

8

1

8

1

9

7

3

7

3

3

0

20

3

93

7

%

%

% 7%

%

% %

% %

1

4

Presentasi (%) 8

1

7

% % %

1

14

1

14

7

1

3

% 0

0

93

7

93

%

%

% %

0 %

Rata-rata prosentase D : Dilakukan

Dilakukan 91.2%

T : Tidak dilakukan

Tidak dilakukan 8.8 %

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa perawat pelaksana dalam menjalankan tugas dan fungsinya sudah dilakukan dengan baik dengan prosentase 91.2%. Sehingga peran fungsi perlu dipertahankan sesuai dengan uraian tugasnya.

50

1

5

9

%

0

7 %

3.3.3. Timbang Terima Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat, maupun antar perawat dengan tim kesehatan lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan keefektifitasnya adalah saat pergantian shift (Timbang Terima).Timbang Terima merupakan suatu teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan manndiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah ada yang belum dilakukan serta perkembangan pasien tersebut Tabel 3.3.4 Hasil Penilaian Timbang Terima di Ruang Melati Tanggal No.

27 Juni 2018

25 Juni 2018

26 Juni 2018

MP

MP

PS

MP

PS

Langkah PS

Persiapan : 1.

Buku laporan shift sebelumnya

2.















































Membaca laporan shift sebelumnya.

3.



Shift yang akan mengoperkan, menyiapkan hal-hal yang akan di sampaikan.

4.

Shift yang akan menerima

74

membawa buku catatan operan /catatan harian 5.

Kedua kelompok sudah siap.

6.

























-

-

-

-

-

-













Kepala ruang / Ketua Tim memberi salam (selamat pagi/ assalamu’alaikum) dan menyampaikan akan segera di lakukan operan.

7

Perkenalkan diri dan perawat yang akan bertugas selanjutnya.

8.

Kegiatan di mulai dengan menyebut / mengidentifikasi secara satu persatu (berurutan tempat tidur / kamar) : a. Identifikasi Klien: nama,alamat, no Register b. Jelaskan diagnose medis. c. Jelaskan

75

diagnose keperawatan sesuai data focus 9

Jelaskan kondisi /keadaan umum klien.

10

























-

-

-

-

-

-

























Jelaskan tindakan keperawatan yang telah dan belum di lakukan

11

Jelaskan hasil tindakan masalah teratasi sebagian belum atau muncul masalah baru.

12

Jelaskan secara singkat dan jelas rencana kerja dan tindak lanjut asuhan (mandiri atau kolaborasi)

13

Memberikan kesempatan anggota shift yang menerima operan untuk melakukan klarifikasi / bertanya tentang hal-hal atau tindakan yang kurang jelas.

76

14

Perawat yang menerima operan mencatat hal-hal penting pada buku √















































Tim.



-



-



-

19

Mengucap salam.



-



-



-

20

Mengucapkan √







catatan harian 15

Lakukan prosedur 1 – 7 untuk pasien berikutnya sampai seluruh pasien di operkan.

16

Perawat yang mengoperkan menyerahkan semua berkas catatan perawatan kepada timyang akan menjalankan tugas beiikutnya

17

Kepala Ruang / ketua tim (yang memimpin) kembali ke Nurse Station

18

Berdoa bersama yang dipimpin oleh kepala ruang/ ketua

selamat istirahat bagi anggota tim/



77



shift sebelumnya. 21

Mengucapkan selamat bekerja untuk tim / shift berikutnya

Total



-



-



-

19

16

19

16

19

19

Persentase

76 90,5

76,2

90,5

76,2

90,5

,2

%

%

%

%

%

%

Rata-Rata Dari observasi yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut : Keterangan : √

= Dilakukan

-

= Tidak dilakukan

MP

= Operan Malam ke pagi

PS

= Operan Pagi ke sore Prosedur timbang terima selama ini sudah dilakukan pada setiap

pergantian shift jaga, cara penyampaian dilakukan secara lisan dengan laporan timbang terima pasien sehingga rencana tindakan yang belum dan sudah dilaksanakan dapat diketahui. Pelaksanaan timbang terima dilakukan seluruh perawat. Katim shift pagi mengoperkan tugas ke perawat shift siang, yang terlebih dahulu dengan membaca laporan timbang terima. Apabila perawat shift siang sudah memahami pelimpahan tugas yang diberikan maka akan segera dilanjutkan ke pasien, begitu juga dengan shift berikutnya. Untuk pelaporan timbang terima yang disampaikan mengenai jumlah pasien, nama pasien, keadaan pasien, rencana pemeriksaan, terapi yang sudah diberikan dan harus diberikan selanjutnya serta pesan khusus lainnya untuk perawat di shift berikutnya Evaluasi proses operan dan preconference pada Ruang Melati menunjukkan data bahwa 90,5% proses operan dilakukan secara optimal.

78

Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan agar operan efektif adalah operan dilaksanakan tepat waktu pada saat pergantian dinas yang telah disepakati, operan dipimpin oleh katim, operan diikuti oleh semua perawat yang akan dan telah selesai berdinas dan harus validasi ke pasien dan bertemu pasien secara langsung. 3.3.4 Ronde Keperawatan Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengenai masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat selain melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu dilakukan oleh perawat primer, dan atau konselor, kepala ruangan, perawat pelaksana yang juga perlu melibatkan seluruh anggota tim kesehatan. Ronde keperawatan di Ruang Melati dilakukan apabila ada Mahasiswa praktek Manajemen Keperawatan dan disesuaikan pula dengan waktu dari tim ronde keperawatan tersebut. 3.3.5 Penerimaan Pasien baru Dari pengkajian selama 3 hari yaitu tanggal 5 Februari 2019 sampai dengan tanggal 7 Februari 2019 didapatkan data tentang tahapan prosedur pelaksanaan orientasi pasien baru adalah sebagai berikut : Tabel 3.3.5 Hasil Penilaian Tindakan Orientasi Pasien Baru di Ruang Melati No 1.

Tahapan Prosedur Pelaksanaan Berikan salam pada pasien dan

P1

P2

P3

P4

P5











-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

keluarga 2.

Perawat memperkenalkan diri kepada pasien

3.

Perkenalkan perawat yang bertanggung jawab selama perawatan

79

4.

Perkenalkan dokter yang









































-

-

-

-

-





















-

-

-

-

-































bertanggung jawab selama perawatan 5.

Perawat menjelaskan tentang ruangan / lingkungan (kamar mandi, ruang perawat, ruang sholat, depo obat dan laboratorium).

6.

Perawat menjelaskan cara memanggil perawat

7.

Perawat menjelaskan aturan dan tata tertib rumah sakit

8.

Perawat menjelaskan manajemen keselamatan jalur evakuasi

9

Perawat menjelaskan manajemen keselamatan pencegahan jatuh

10

Perawat menjelaskan manajemen keselamatan penggunaan gelang identitas pasien

11

12

Perawat mengajarkan hand hygiene Perawat menjelaskan pemilahan tempat sampah

13

Perawat menjelaskan penyimpanan barang-barang berharga pasien maupun keluarga pasien

14

Perawat menanyakan kembali kejelasan akan informasi yang telah disampaikan

80

15





73,3

73,3

73, 73,

73,

%

3% 3%

3%

Perawat mencatat pada







checklist/lembar penerimaaan pasien baru, dan lengkapi tanda tangan oleh kedua belah pihak Persentase

% Prasentase rata rata

69,33%

Evaluasi proses orientasi pasien baru pada Ruang Melati menunjukkan data bahwa 69,33% proses orientasi dilakukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi pasien baru yang dilakukan kurang sesuai dengan checklist yang berlaku di RSUD Mardi Waluyo Blitar. 3.3.6 Discharge Planning Discharge planning merupakan suatu bentuk kegiatan MAKP agar klien dan keluarga yang masuk di ruang Melati, yang sedang dalam perawatan dan yang akan pulang/ keluar RS mengerti tentang perawatan selama pasien dirawat di ruang Melati sehingga klien dan keluarga dapat mengikuti semua proses perawatannya dengan baik. Beberapa hal yang terkandung didalamnya antara lain pemberian materi atau pengetahuan yang umum mengenai penyakit. Menurut pernyataan dari kepala ruang Melati, Discharge Planning dilaksakan oleh kepala ruangan atau perawat yang sedang bertugas, Discharge Planning telah direncanakan pada saat penerimaan pasien baru. Pelaksanaaan Discharge Planning belum optimal diantaranya format Discharge Planning yang tersedia tidak diaplikasikan secara optimal. Penilaian discharge planning meliputi : Tabel 3.3.6 penilaian discharge planning No.

Daftar Pertanyaan

5/2/19

6/2/19

7/2/19

1.

Nomor Register







2.

Nama Pasien







3.

Alamat







4.

Diagnosa Medis







81

5.

Tanggal MRS







6.

Tanggal KRS







7.

Status Pulang







8.

Rencana Kontrol







9.

Rencana Keperawatan selama







dirumah 10.

Aturan diet/nutrisi







11.

Obat-obatan yang diminum







dan jumlahnya 12.

Aktifitas dan istirahat







13.

Hasil pemeriksaan yang













Jumlah

14

14

14

Prosentase

100%

100%%

100%%

dibawa pulang 14.

Lain-Lain

Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari, pelaksanaan discharge planning 100% sudah dilakukan sesuai dengan juknis yang berlaku, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan discharge planning maksimal dan perlu dipertahankan untuk mencapai pelayanan keperawatan yang berkualitas. 3.3.7 Supervisi Keperawatan Dalam meningkatkan pelayanan yang berkualitas sesuai visi dan misi RSUD Mardi Waluyo Blitar, maka dilakukan supervisi yang berkelanjutan terhadap berbagai kinerja pegawai dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai karyawan untuk melayani konsumen (pasien). Supervisi adalah kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktivas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari hari. Akan tetapi kegiatan supervisi di Ruang Melati tidak pernah dilaksanakan. 3.3.8 Pengelolaan Sentralisasi Obat Sentralisasi obat di ruang Melati dilakukan secara merata dan tidak membedakan antara BPJS dan umum. Alur sentralisasi obat menggunakan

82

pelayanan obat terpadu yaitu obat diresepkan oleh dokter dan diberikan pada perawat kemudian perawat memberikan resep kepada petugas farmasi di apotik. Kemudian petugas farmasi melayani resep yang diberikan oleh perawat. Setelah itu, petugas farmasi menyerahkan barang yang telah diresepkan (obat-obatan, cairan infus, alkes, dll) ke ruangan. Setelah itu perawat di ruangan mengecek kembali barang yang sudah diresepkan. Obatobat injeksi, cairan infus, alkes dan obat oral masing-masing diletakkan di laci obat pasien. Obat syrup langsung diberikan kepada pasien dan diedukasi cara pemakaiannya. Perawat dalam mengelola obat menggunakan prinsip 5 Benar. 3.3.9 Dokumentasi Perawatan Pendokumentasian yang berlaku di Ruang Melati adalah sistem SOR (Sources Oriented Record) yaitu suatu sistem pendokumentasian yang berorientasi pada lima komponen (lembar penilaian berisi biodata, lembar order dokter, lembar riwayat medis atau penyakit, catatan perawat, catatan dan laporan). Adapun bagan uraian lembar dokumentasi yang ada di ruang Melati antara lain: Tabel 3.3.7 Daftar Lembar Dokumentasi di Ruang Melati Tahun 2018 No 1

URAIAN BAGAN Lembar pengkajian awal pasien

Ada √

rawat inap 2

Lembar tindakan dan evaluasi



perawat 3

Blanko kelengkapan status pasien



4

Pengantar pasien masuk RS/ rawat



inap 5

Lembar konsul



7

Asuhan Keperawatan



8

Pengkajian keperawatan



9

Laporan proses keperawatan



83

Tidak

10



Ringkasan dokumen asuhan keperawatan

11

Tempat hasil pemeriksaan penunjang



12

Lembar discharge planning



13

Blanko Pasien Pulang



14

Rincian pembayaran Perawatan



Total

14

Presentase

100%

Berdasarkan tabel di atas evaluasi dokumentasi keperawatan di Ruang Melati 100% lengkap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelengkapan dokumen keperawatan yang ada sesuai dengan juknis yang berlaku. Tabel 3.3.8 Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan No

Aspek Yang Dinilai

A 1

P1

P2

P3

P4

P5

Total



-







80%



-



-

-

40%







-

-

60%

Pengkajian Mencatat data yang dikaji dengan pedoman pengkajian

2

Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang

3

Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan

B 1

Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan berdasarkan











100%

-









80%

masalah yang telah dirumuskan 2

Merumuskan diagnosa keperawatan actual/potensial

C

Rencana tindakan

1

Berdasarkan diagnosa keperawatan











100%

2

Disusun menurut urutan prioritas





-

-



60%

84

3

Rumusan tujuan mengandung



-



-



60%









-

80%





-



-

60%

-

-

-





40%











100%









-

80%







-

-

60%











100%







-



80%



-



-

-

40%

komponen pasien/subjek perubahan, perilaku, kondisi pasien dan atau criteria 4

Rencana tindakan mengacu pada tm9ujuan dengan kalimat perintah, terinci dan jelas

5

Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien atau keluarga

6

Rencana tindakan menggambarkan kerjasama tim kesehatan lain

D 1

Tindakan Tindakan dilaksanakan sesuai rencana

2

Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan

3

Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi

4

Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas

E 1

Evaluasi Perawat mengevaluasi respon pasien sesuai dengan kriteria hasil yang sudah ditentukan

2

Perawat mengevaluasi respon pasien, analisa masalah keperawatan dan rencana tindak lanjut.

85

F

Catatan asuhan keperawatan

1

Menulis pada format yang baku











100%

2

Pencatatan dilakukan sesuai dengan

-









80%











100%











100%

19

18

20

16

16

1.600

tindakan yang dilaksanakan 3

Setiap melakukan tindakan perawat mancantumka paraf/nama jelas dan tanggal jam dilakukan tindakan

4

Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. TOTAL

% RATA-RATA

77, 39%

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien di ruang Melati didapatkan nilai rata-rata 77,39 %. Hal ini termasuk dalam kategori cukup baik, namun tetap harus ditingkatkan lagi khususnya dalam evaluasi respon pasien dan analisa masalah.

86

3.4 Money (M4) 3.4.1 Sistem Gaji dan Remunerisasi SDM Sumber dana gaji pegawai golongan PNS di RSUD Mardi Waluyo berasal dari pemerintah dan sumber dana gaji pegawai Non-PNS berasal dari Rumah Sakit itu sendiri yang diatur sesuai dengan peraturan BULD (Badan Layanan Umum Daerah). Sistem jasa pelayanan diberikan kepada pegawai golongan PNS sesuai dengan pangkat atau golongan, jabatan, pendidikan, dan masa kerja. Sedangkan untuk pegawai honorer pemberian jasa pelayanan berdasarkan pendidikan dan masa kerja pegawai.Selain itu, baik pegawai PNS atau non PNS mendapatkan bonus saat hari Raya Idul Fitri. 3.4.2 Sumber Pendapatan Ruang Melati Sumber pendapatan Ruang Melati berasal dari pembayaran pasien umum dan pasien peserta jaminan kesehatan nasional (JKN) : 1) Pasien Umum Pembayaran yang dilakukan sepenuhnya oleh pasien 2) Pasien peserta JKN Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran, meliputi: A. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir miskin dan orang tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan. B. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri dari: a.

Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya •

Pegawai Negeri Sipil



Anggota TNI



Anggota POLRI



Pejabat negara



Pegawai pemerintah non pegawai negeri



Pegawai swasta



Pekerja yang tidak termasuk pada huruf a sampai dengan

87

f yang menerima upah. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan. b.

Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya •

Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri



Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia palisingkat 6 (enam) bulan.

c.

Bukan pekerja dan anggota keluarganya •

Investor



Pemberi kerja



Penerima pensiun, terdiri dari:



Pegawai Negri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun



Anggota TNI dan anggota POLRI yang berhenti dengan hak pensiun



Pejabat negara yang berhenti dengan hak pensiun



Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat hak pensiun



Penerima pension lain



Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain yang mendapat hak pension lain

d.

Janda, duda atau anak yatim piatu dari veteran atau dari perintis kemerdekaan.

e.

Bukan pekerja yang tidak termasuk dengan huruf a sampai dengan e yang mampu membayar iuran.

3.4.3 Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pembayaran biaya pelayanan diselesaikan pada saat pasien akan meninggalkan rumah sakit di loket pembayaran rumah sakit. Bagi pasien umum yang

tidak dapat memenuhi kewajibannya tepat waktu maka

dilakukan musyawarah untuk memperoleh kesepakatan pembayaran .

88

Sedangkan untuk pasien BPJS pembayaran dilakukan dengan melengkapi persyaratan BPJS dan apabila sampai pasien pulang keluarga belum dapat melengkapinya maka terpaksa pasien harus membayar seperti pasien umum. Biasanya hal ini terjadi pada pasien BPJS yang mengalami kecelakaan, karena harus melengkapi dengan surat keterangan polisi dan jasa Raharja. Selama bulan Januari 2018 Maret 2018 tidak ada masalah dalam proses pembayaran atau klaim BPJS sehingga pemasukan keuangan ruang Melati lancar.

Tabel 3.4.1 Analisa Pasien Ruang Melati Yang Menggunakan Jaminan Kesehatan Dari Bulan Januari Sampai Bulan Maret 2018 Jenis Jaminan Kesehatan UMUM 1 UMUM 2 UMUM 3 JKN 1 JKN 2 JKN 3 ASKES 1 ASKES 2 JAMKESDA KOTA JAMKEMAS KOTA JAMKESMA S KAB JAMKESMA S LUAR TOTAL

Bulan

Bulan

januari Febuari

Bulan

Total Prosentasi(%)

Maret

Pasien

2

4

2

8

100%

5 11 12 24 44 21 9 11

9 13 11 19 32 14 24 7

4 15 8 17 30 16 12 8

18 39 31 60 106 51 45 26

100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

19

29

17

65

100%

22

25

35

82

100%

4

0

0

4

100%

184

187

164

535

( 100% )

89

Di Ruang Melati menerima pasien BPJS kelas 1, 2 dan 3.Untuk pasien pengguna BPJS yang ingin naik kelas, harus mengurus keadministrasi ruangan .Sehingga klaim akan di rubah sesuai dengan kelas BPJS. Untuk pembayaran klaim akan dibebankan di akhir ketika pasien pulang. Kebijakan pemerintah untuk melaksanakan program jaminan kesehatan bagi masyarakat yaitu program BPJS dimana bertujuan untuk mensejah terakan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih merata. Dari hasi lanalisa banyaknya pasien ruang Melati yang menggunakan jaminan kesehatanya itu BPJS menjadikan keuntungan bagi para tenaga kerja khususnya perawat (PNS) yang mendapatkan tunjangan dari pasien BPJS tersebut, sehingga kesejahteraan perawat di RSUD Mardi Waluyo di Ruang Melati termasuk baik.

3.4.4 Tarif Rawat Inap Tabel 3.4.2 Tarif Rawat Inap di Ruang Melati NO

1

NAMA/ JENIS TINDAKAN

JASA

TARIF

SARANA PELAYANAN

2

3

4

5

I

TARIF AKOMODASI PERAWAT

1

KELAS NON PAVILIUN III

24,000

6,000

30,000

2

KELAS NON PAVILIUN II

32,000

8,000

40,000

3

KELAS NON PAVILIUN I

48,000

12,000

60,000

II

TARIF VISITE DOKTER KELAS NON PAVILIUN

1

DOKTER UMUM

11,000

44,000

55,000

2

DOKTER SEPISIALIS

13,000

52,000

65,000

90

3

Konsultasi antar sepesialis

13,000

52,000

65,000

4

Konsultasi antar sepesialis diluar jam kerja

20,000

80,000

100,000

III

TARIF JASA PERAWATAN

1

KELAS NON PAVILIUN

2,500

10,000

12,500

2

PAVILIUN

9,000

36,000

45,000

NO

NAMA/ JENIS TINDAKAN

1

JASA SARANA PELAYANAN

2

3

4

IV

JENIS TINDAKAN PEMASANGAN O2

1

NASAL

2

MASKER

3

RESPIRATOR

NO

1 V

NAMA/ JENIS TINDAKAN

TARIF

5

3,600

2,400

6,000

10,800

7,200

18,000 30,000

JASA

TARIF

SARANA PELAYANAN

2

3

4

5

TARIF PELAYANAN PEMULASARAAN /PERAWATAN JENAZAH SEWA KAMAR JENAZAH/HARI

1

Pasien dari dalam RS Mardi Waluyo

2

Pasien dari luar RS Mardi Waluyo

91

8,000

2,000

10,000

12,000

3,000

15,000

Tabel 3.4.3 Tarif Pelayanan Rekam Medik,Gizi, Farmasi, Uji Kesehatan

NO

1

NAMA/ JENIS TINDAKAN

JASA

TARIF

SARANA PELAYANAN

2

3

VI

PENGELOLAAN REKAM MEDIK

1

Rawat Inap/Rawat Inap khusus per pasien

VII

ASUHAN GIZI ER HARI

1 2

4

5

7,000

3,000

10,000

NON PAVILIUN

2,000

3,000

5,000

PAVILIUN

4,000

6,000

10,000

4,000

6,000

10,000

VIII KONSULTASI GIZI

IX

PELAYANAN FARMASI KLINIK PER HARI

1

NON PAVILIUN

2,000

3,000

5,000

2

PAVILIUN

4,000

6,000

10,000

X

KONSULTASI FARMASI 4,000

6,000

10,000

1

Tabel 3.4.3 Tarif Tindakan Non Operatif Dan Diagnostik Elektromedik Non Paviliun NO

1

NAMA/ JENIS TINDAKAN

JASA SARANA PELAYANAN

2

1

AMBIL DARAH ARTERI

2

AMBIL DARAH VENA

3 4

TARIF

3

4

5

18,150

14,850

33,000

9,350

7,650

17,000

AMBIL SAMPEL KULTUR

18,150

14,850

33,000

ANGKAT DRAIN

10,450

8,550

19,000

92

5

BALANCE CAIRAN

15,950

13,050

29,000

6

BLADDER TRENING

18,700

15,300

34,000

7

EKG

19,200

28,800

48,000

8

FOWLEY CATETER

15,950

13,050

29,000

9

GANTI CAIRAN INFUS/HARI

10,450

8,550

19,000

10

GDA PAKAI STIK

13,200

10,800

24,000

11

INCISI ABSES (LA)

15,950

13,050

29,000

12

INFUS PUMP/HARI

41,800

34,200

76.000

13

INJECTIVE/HARI

15,950

13,050

29,000

14

INJECTIVE IM

5,500

4,500

10,000

15

INJECTIVE IV

7,700

6,300

14,000

16

INJECTIVE SC/IC

5,500

4,500

10,000

17

IRIGASI TREE WAY/INFUS/FLES

5,500

4,500

10,000

18

KUMBAH LAMBUNG/HARI

39,050

31,950

71,000

19

LEPAS WSD

94,050

76,950

171,000

20

LEPAS CATETER

7,700

6,300

14,000

21

LEPAS FOLLEY CATHETER

9,350

7,650

17,000

22

LEPS INFUS

8,250

6,750

15,000

23

LEPAS NGT

7,700

6,300

14,000

24

MASUKAN OBAT PER DRIP

9,350

7,650

17,000

25

MATRAS ANTI DECUBITUS/HARI

13,200

10,800

24,000

26

NGT

20,350

16,650

37,000

27

NEBULIZER PER KALI

25,300

20,700

46,000

28

NECROTOMI

30,250

24,750

55,000

93

29

ORAL HYGIENE

7,700

6,300

14,000

30

PASANG INFUS DEWASA

14,300

11,700

26,000

31

PASANG LINGKAR ABDOMEN

18,150

14,850

33,000

32

PASANG MAYO

15,950

13,050

29,000

33

PASANG NGT

17,600

14,400

32,000

34

PASANG O2 NASAL/ MASKER

7,700

6,300

14,000

35

PEMBERIAN MAKAN PERSONDE

15,400

12,600

28,000

36

PEMBERIAN SUPERSUPORIA

13,200

10,800

24,000

37

PENGAMBILAN SAMPEL KULTUR

18,700

15,300

34,000

38

PERWATAN LUKA / LUKA JAHIAN

18,700

15,300

34,000

39

PERAWATAN LUKA GANGREN

31,350

25,650

57,000

40

PUNGTIE PLEURAL

141,350

115,650

257,000

41

RAWAT LUKA BIASA

15,950

13,050

29,000

42

RAWAT LUKA DENGAN PENYULIT

30,250

24,750

55,000

43

RAWAT LUKA LUAS

23,650

19,350

43,000

44

RAWAT LUKA WSD PERKALI

18,700

15,300

34,000

45

SIRYNG PUMP/HARI

26,400

21,600

48,000

46

SKIN TEST PERKALI

9,350

7,650

17,000

47

TEST ALERGI

68,750

58,250

125,000

48

TEST GULA DARAH

15,950

13,050

29,000

49

TRANFUSI/HARI

26,950

22,050

49,000

94

3.4.5 Rancangan Anggaran Belanja Rumah Sakit Rancangan anggaran belanja rumah sakit yang meliputi ; 1. operasional (kegiatan pelayanan) 2. Manajemen ( pembayaran pegawai, listrik, air, telepon,dll) 3. Pengembangan RSUD Mardi Waluyo merupakan RS rujukan untuk daerah Kabupaten Blitar yang pendanaan RS dari APBD pemerintah Kota Blitar dan RS sendiri. Untuk pendanaan bahan habis (bahan untuk kebutuhan sehari-hari memakai dana yang diambilkan dari pemasukan RS, melalui bagian pengadaan barang RS.

95

3.5 Market (M5) 3.5.1 Efisiensi Ruang Rawat Inap Indikator Efisiensi ruang (standar yang digunakan di ruang melati RSUD Mardi Waluyo Blitar). Tabel 3.5.1 indikator efisiensi ruang melati No

Indikator

Standar

1

BOR

60-85%

2

ALOS

6-9 hari

3

TOI

1-3 hari

4

BTO

40-50 hari

3.5.2 ALOS (Jumlah lama rawat/ jumlah pasien keluar (Hidup & mati) ALOS menunjukan rata-rata lamanya perawatan setiap klien, lama waktu rawat yang baik maksimul 12 hari. Alos adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Secara umum ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005). Berikut data yang ditampilkan pada tabel waktu keluar dan masuk pasien pada bulan oktober s/d desember 2018. Tabel 3.5.2 tabel waktu keluar dan masuk pasien pada bulan oktober s/d desember 2018 No

Bulan

Lama

Jumlah

pasien

pasien

dirawat

keluar

ALOS

1

Oktober

1.139

185

6.15

2

November

1.056

173

6.10

3

Desember

1.131

229

4.93

Rata-Rata

5,54

Berdasarkan data diatas didapatkan rata-rata ALOS dari 3 bulan terakhir 6 hari. Dengan demikian ALOS sesuai dengan standar

96

3.5.3 BTO Menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur digunakan dalam satu waktu tertentu. Idealnya dalam 1 tahun, 1 tempat tidur rata-rata digunakan sebanyak 40-50 kali. Tabel 3.5.3 tabel frekuensi pemakaian tempat tidur pada bulan oktober s/d desember 2018 Ruang Melati No

Tanggal

Jumlah pasien

Jumlah tempat

keluar

tidur

1

Oktober

185

36

2

November

173

36

3

Desember

229

36

587

36

Jumlah

BTO rata-rata selama 3 hari (5-7 januari 2019) BTO = jumlah pasien keluar (hidup + mati) Jumlah tempat tidur

BTO =

587 36

= 16,30 Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata BOR selama 3 bulan terakhir (oktober-desember 2019) adalah sebanyak 16,30. Idealnya dalam 1 tahun adalah 40-50 kali digunakan. 3.5.4 BOR Menurut Depkes RI (2005) BOR adalah presentasi pemakaian tempat tidur pada waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemamfaatan tempat tidur rumah sakit. Jumlah tempat tidur adalah 36.

97

Tabel 3.5.4 Tabel pemakaian tempat tidur pada waktu tertentu pada bulan oktober s/d desember 2018 No

Bulan

Hari perawatan

Hari

BOR

cakupan

perawatan maksimal

1

Oktober 2019

1.065 (31 hari)

38

95,43%

2

November 2019

1.059 (30 hari)

36

98%

3

Desember 2019

1.062 (31 hari)

37

95,16% 96,19%

BOR = Jumlah hari perawatan rumah sakit

x 100%

Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam 1 periode Berdasarkan data diatas di dapatkan rata-rata Bor dalam 3 bulan (oktober s/d desember 2018) adalah 96,19% dimana nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (depkes RI, 2005). Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa BOR di ruangan melati belum sesuai atau memenuhi standar yang ditetapkan 3.5.5 TOI (Turn Of Interval) TOI menunjukan waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai nanti di isi kembali. Standar 1-3 hari untuk rumah sakit dalam satu tahun. Tabel 3.5.5 Tabel waktu rata-rata tempat tidur kosong pada bulan oktober s/d desember 2018 No

1

Bulan

Oktober 2018

Jumlah pasien

Hari

Hari

TOI

keluar (Hidup

perawatan

perawatan

dan mati)

cakupan

maksimal

185 (31 hari)

1.065 (31

38

0,27 hari

36

0,21 hari

hari) 2

November

173 (30 hari)

1.059 (30

2018

hari)

98

3

Desember

229 (31 hari)

1.062 (31

2018

37

0,23 hari

hari) Rata-rata

0,23 hari

TOI = (Jumlah TT x Periode) – Hari perawatan

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Berdasarkan data diatas didapatkan rata-rata TOI mulai bulan oktober s/d desember 2018 adalah sebesar 0,23. Dengan demikian TOI di ruang melati kurang dari standar

3.5.6 Keselamatan Pasien A. Identifikasi pasien Tabel 3.5.6 tabel identifikasi pasien menggunakan gelang pasien pada bulan oktober s/d desember 2018

PEMASANGAN GELANG PEMAKAIAN NO

GELANG

NO BED

Ya 1

IA



2

IA



3

IB



4

IB



5

IC



6

IC



7

II A



8

II A



9

II A



10

II A



99

Tidak

11

II B



12

II B



13

II B



14

II B



15

III A



16

III A



17

III A



18

III A

19

III A



20

III A



21

III A



22

III B



23

III B



24

III B



25

III B



26

III B



27

III B



28

III B



29

III C



30

III C



31

III C



32

III C



33

III C



34

III C



35

III C





Jumlah

34

1

Berdasarkan data di atas 97,14 pasien menggunakan gelang.

100

Tabel 3.5.7 Tabel Identifikasi Pasien menggunakan SBAR pada bulan oktober s/d desember 2018 No

S. Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)

1

Perawat menyebutkan nama dan umur pasien

Ya

2

Perawat menyebutkan masalah keperawatan pasien

Ya

yang sudah dan belum teratasi 3

Perawat menyebutkan diagnosa medis pasien atau

Ya

masalah yang di alami pasien B. Background (Info penting yang berhubuan dengan kondisi pasien) 4

Perawat menjelaskan tindakan dari setiap masalah

Ya

keperawatan pasien 5

Perawat menyebutkan riwayar alergi dan riwayat

Ya

pembedahan 6

Perawat menyebutkan pemasangan alat invasif (infus,

Ya

kateter, dll), serta pemberian obat dan cairan infus A. Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien terkini) 7

Perawat menjelaskan kondisi klinik yang mendukung

Ya

seperti hasil lab, rongten, dll R. Recommendation 8

Perawat menjelaskan tindakan yang sudah teratasi dan

Ya

belum teratasi serta tindakan yang harus dihentikan, dilanjutkan Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan 100% identifikasi pasien sudah di lakukan petugas kesehatan B. Kewaspadaan Obat Tabel 3.5.8 tabel identifikasi kewaspadaan obat pada bulan oktober s/d desember 2018 No

Jenis Obat

Penempatan Obat

Presentase

1

High Alert

Troly Emergency

100%

2

Lasa

Troly Emergency

100%

101

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penyimpanan obat sudah tepat dengan presentasi 100%

C. Resiko Infeksi 1. Kejadian Dekubitus Tabel 3.5.9 tabel kejadian decubitus pasien pada bulan oktober s/d desember 2018 No

Variabel

Tanggal

Total

5/2/19 6/2/19 7/2/19 1

Jumlah Kejadian Dekubitus

2

3

2

7

2

Resiko decubitus

0

0

1

1

(Jumlah kejadian decubitus/ Jumlah hari pengkajian/ Jumlah pasien dirawat x 100%) Angka kejadian dekubitus = 7/ 3/ 35 x 100% = 6,66% Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 5-6 Februari 2019 jumlah kejadian dekubitus adalah 6,66% (Jumlah kejadian resiko decubitus/ Jumlah hari pengkajian/ jumlah pasien dirawat x 100%) Angka kejadian resiko dekubitus = 1/ 3/ 35 x 100% = 0,95% Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 5-6 januari 2019 jumlah kejadian resiko dekubitus adalah 0,95% 2. Kejadian Plebitis Tabel 3.5.10 tabel kejadian plebitis pasien pada bulan oktober s/d desember 2018 No Variabel

Tanggal

Total

5/2/19 6/2/19 7/2/19 1

Jumlah Kejadian plebitis

5

1

2

8

2

Resiko plebitis

8

0

0

8

102

(Jumlah kejadian phlebitis/ Jumlah hari intervensi/ Jumlah pasien dirawat x 100%) Angka kejadian plebitis = 8/ 3/ 35 x 100% = 7,61% Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 5-6 januari 2019 jumlah kejadian plebitis adalah 7,61% (Jumlah kejadian resiko phlebitis/ jumlah hari intervensi/ jumlah pasien dirawat x 100%) Angka kejadian phlebitis = 8/ 3/ 35 x 100% = 7,61% Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 5-6 januari 2019 jumlah kejadian resiko plebitis adalah 7,61% 3. Cuci Tangan • Five Moment Hand Hygiene (5/01/2019) Tabel 3.5.11 tabel five moment hand hygiene pada tanggal 5 februari 2019 Pertanyaan

Px1 Ya

Sebelum

tdk

Px 1 ya

Px 3

tdk

ya













tdk

Px 4 ya

tdk

Px 5 ya



Prese-

Tdk

ntase



40 %

kontak langsung dengan pasien Sebelum tindakan invasif (memberikan injeksi, pasang infus, menyiapkan obat-obatan, menyiapkan makan, memberi makan

103





100%

pasien, rawat luka, dll) Setelah











100%











80%







beresiko dengan cairan tubuh (darah, cairan tubuh, urine, dll) Setelah kontak dengan pasien Setelah kontak





60%

40

100%

dengan lingkungan pasien Rata-rata

10

0

10

0

0

10

0

0

60

40

60

0

Tabel 3.5.12 tabel five moment hand hygiene pada tanggal 6 februari 2019 Pertanyaan

P1 Ya

Sebelum kontak

P1 tdk

ya









tdk

P3 Ya

tdk

Px 4 ya



tdk

Px 5 ya



Prese-

tdk ntase √

40%

langsung dengan pasien Sebelum tindakan



invasif (memberikan injeksi, pasang infus, menyiapkan obatobatan,

104





100%

menyiapkan makan, memberi makan pasien, rawat luka, dll) Setelah beresiko











100%











100%





20%

40

80

dengan cairan tubuh (darah, cairan tubuh, urine, dll) Setelah kontak dengan pasien Setelah kontak







dengan lingkungan pasien Rata-rata

-

100

0

80

40

60

40

60

40

40%

Rata-rata observasi tgl 5 s/d 6 januari 2019 (100+40) : 2 = 70%

-

Rata-rata perawat di ruang melati telah melakukan cuci tangan lima moment sebelum kontak dengan pasien sebesar : (40+40) : 2 = 40%

-

Setelah kontak langsung dengan pasien sebesar 100%

-

Setelah kontak dengan lingkungan pasien : (60+20) : 2 = 40 Pada kajian situasi yang dilakukan selama 2 hari, tanggal 5-6 januari 2019

sebesar 5 perawat di ruang melati telah melakukan cuci tangan lima moment sebelum kontak langsung dengan pasien sebesar 40% setelah kontak langsung dengan pasien sebesar 100%, setelah kontak dengan lingkungan pasien sebesar 40%. Hasil tersebut belum optimal sehingga perlu adanya peningkatan dalam melakukan cuci tangan 5 moment terkait dengan pencegahan infeksi pada pasien.

105

• Cuci Tangan Menggunakan Hand Rub (5/01/2019) Tabel 3.5.13 tabel cuci tangan menggunakan hand rub pada tanggal 5 februari 2019 Pertanyaan

P1 ya

Cara cuci

P1 Tdk

ya

P3 tdk

ya

Px 4 tdk

ya



Px 5 tdk

ya



Presetdk

ntase



40%















100%











100%











100%









60%

tangan dengan antiseptik berbasis alcohol Tuangkan 3-5 cc antiseptik berbasis alkohol ke dalam tangan, ratakan keseluruh telapak tangan Gosok kedua telapak tangan dengan merata Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaiknya Gosok kedua telapak tanga

106



dengan selasela jari Jari-jari sisi

















80%





100%

60%

dalam kedua tangan saling menggunci Gosok ibu jari





berputar dalam genggaman tangan kanan dan sebaliknya Tangan anda







sudah bersih Rata-rata total

10

0

87,5

12,5

62,5

37,5

75

25

75

25

75%

0

(6/01/2019) Tabel 3.5.14 tabel cuci tangan menggunakan hand rub pada tanggal 6 februari 2019 Pertanyaan

P1 Ya

P1 tdk

ya

P3 tdk

ya

Px 4 Td

ya

Px 5 tdk

ya

Pres tdk

enta

k

se Cara cuci tangan















40%

dengan antiseptik berbasis alkohol Tuangkan 3-5 cc



antiseptik berbasis





100 %

alkohol ke dalam tangan, ratakan

107

keseluruh telapak tangan Gosok kedua telapak











100

tangan dengan merata Gosok punggung dan

% √









100

sela-sela jari tangan

%

kiri dengan tangan kanan dan sebaiknya Gosok kedua telapak















60%

tanga dengan sela-sela jari Jari-jari sisi dalam







80%



80%



100

kedua tangan saling menggunci Gosok ibu jari









berputar dalam genggaman tangan kanan dan sebaliknya Tangan anda sudah









bersih

%

Rata-rata total

10 0

0

87,

12,

5

5

75

25

62,

37,

5

5

75

Rata-rata observasi tgl 5 s/d 6 januari 2019 (75+75) : 2 = 75% Setelah dilakukan kajian situasi selama 2 hari dari tanggal 5-6 januari 2019 didapatkan hasil rata-rata sebesar 75%

108

25

75%



Cuci Tangan Menggunakan Sabun Dengan Air (5/02/2019) Tabel 3.5.15 tabel cuci tangan menggunakan sabun dengan air pada tanggal 5 februari 2019

Pertanyaan

P1 Ya

P1 tdk

ya

P3 tdk

ya

Px 4 tdk

ya

Px 5 tdk

ya

Prestdk

entas e

Basahi tangan dengan











air Tuangkan sabun 3-5

100 %











cc untuk menyabuni

100 %

semua permukaan tangan Gosok kedua telapak











tangan dengan merata Gosok punggung dan

100 %











sela-sela jari tangan

100 %

kiri dengan tangan kanan dan sebaiknya Gosok kedua telapak











tangan dengan sela-

100 %

sela jari Jari-jari sisi dalam











kedua tangan saling

100 %

menggunci Gosok ibu jari











berputar dalam

100 %

genggaman tangan kanan dan sebaliknya Gosok dengan







memutar ujung jari-





100 %

jari tangan kanan

109

ditelapak, tangan kiri dan sebaliknya Bilas kedua tangan











100

dengan air

%

Keringkan dengan











100

handuk atau tissue

%

toilet sekali pakai sampai kering Gunakan handuk atau











0

tissue toilet tersebut untuk menutup keran Tangan anda sudah











100

bersih

%

Rata-rata total

91,

8,3

91,

8,3

91,

8,3

91,

8,3

91,

8,3

91,6

6%

%

6%

%

6%

%

6%

%

6%

%

%

(6/02/2019) Tabel 3.5.16 tabel cuci tangan menggunakan sabun dengan air pada tanggal 6 februari 2019 Pertanyaan

P1 Ya

P1 tdk

ya

P3 tdk

ya

Px 4 tdk

Ya

Px 5 tdk

ya

Prestdk

entas e

Basahi tangan dengan











air Tuangkan sabun 3-5

100 %











cc untuk menyabuni

100 %

semua permukaan tangan Gosok kedua telapak











tangan dengan merata Gosok punggung dan

100 %







sela-sela jari tangan





100 %

110

kiri dengan tangan kanan dan sebaiknya Gosok kedua telapak











100

tangan dengan sela-

%

sela jari Jari-jari sisi dalam











100

kedua tangan saling

%

menggunci Gosok ibu jari











100

berputar dalam

%

genggaman tangan kanan dan sebaliknya Gosok dengan











100

memutar ujung jari-

%

jari tangan kanan ditelapak, tangan kiri dan sebaliknya Bilas kedua tangan











100

dengan air Keringkan dengan

% √









100

handuk atau tissue

%

toilet sekali pakai sampai kering Gunakan handuk atau











0

tissue toilet tersebut untuk menutup keran Tangan anda sudah











100

bersih Rata-rata total

% 91,

8,3

91,

8,3

91,

8,3

91,

8,3

91,

8,3

91,6

6%

%

6%

%

6%

%

6%

%

6%

%

%

111

Setelah dilakukan kajian situasi selama 2 hari pada tanggal 5-6 januari 2019 hasil yang didapatkan yaitu sebesar 91,6% perawat di ruangan melati telah melakukan cuci tangan sesuai dengan prosedur yang tepat. D. Resiko Pasien Jatuh Tabel 3.5.17 tabel resiko pasien jatuh pada tanggal 5 sampai 7 februari 2019 No Variabel

Tanggal

Total

5

6

7

1

Jumlah pasien Jatuh

0

0

0

0

2

Jumlah pasien resiko jatuh

15

19

9

43

(Jumlah pasien jatuh/ jumlah hari intervensi/ jumlah pasien yang dirawat x 100%) Angka kejadian Jatuh = 0/ 3/ 35 x 100% = 0 % Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 5-6 februari 2019 jumlah kejadian jatuh adalah 0 % (Jumlah pasien resiko jatuh/ jumlah hari intervensi/ jumlah pasien dirawat x 100%) Angka kejadian resiko Jatuh = 43/ 3/ 35 x 100% = 40,95% Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 5-6 februari 2019 jumlah kejadian jatuh adalah 40,95% 1. Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh (Pre) Tabel 3.5.18 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh Pada Tanggal 5 Februari 2019 Nama No

Pasien

Skor

Keterangan

1

Tn. B

60%

Resiko tinggi jatuh

2

Tn. M

75%

Resiko tinggi jatuh

3

Tn. R

90%

Resiko tinggi jatuh

112

4

Ny. N

45%

Resiko rendah jatuh

5

Tn. U

20%

Tidak Beresiko jatuh

6

Ny. S

65%

Resiko tinggi jatuh

7

Tn. A

50%

Resiko rendah jatuh

8

Tn. A

75%

Resiko tinggi jatuh

9

Ny. S

60%

Resiko tinggi jatuh

10

Ny. N

20%

Tidak Beresiko jatuh

11

Ny. F

50%

Resiko rendah jatuh

12

Ny. N

35%

Resiko rendah jatuh

13

Ny. R

35%

Resiko rendah jatuh

14

Tn. M

75%

Resiko tinggi jatuh

15

Ny. A

60%

Resiko tinggi jatuh

Tabel 3.5.19 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh Pada Tanggal 6 Februari 2019 Nama No

Pasien

Skor

Keterangan

1

Tn. B

60%

Resiko tinggi jatuh

2

Tn. M

75%

Resiko tinggi jatuh

3

Tn. R

90%

Resiko tinggi jatuh

4

Ny. N

45%

Resiko rendah jatuh

5

Tn. U

20%

Tidak Beresiko jatuh

6

Ny. S

65%

Resiko tinggi jatuh

7

Tn. A

50%

Resiko rendah jatuh

8

Tn. A

75%

Resiko tinggi jatuh

9

Ny. S

60%

Resiko tinggi jatuh

10

Ny. N

20%

Tidak Beresiko jatuh

11

Ny. F

50%

Resiko rendah jatuh

12

Ny. N

35%

Resiko rendah jatuh

13

Ny. R

35%

Resiko rendah jatuh

14

Tn. M

75%

Resiko tinggi jatuh

113

15

Ny. A

60%

Resiko tinggi jatuh

16

Ny. N

50%

Resiko rendah jatuh

17

Ny. M

35%

Resiko rendah jatuh

18

Tn. B

50%

Resiko rendah jatuh

19

Ny. S

50%

Resiko rendah jatuh

Tabel 3.5.20 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh Pada Tanggal 7 Februari 2019 Nama No

Pasien

Skor

Keterangan

1

Tn. B

60%

Resiko tinggi jatuh

2

Tn. M

75%

Resiko tinggi jatuh

3

Tn. R

90%

Resiko tinggi jatuh

4

Ny. N

45%

Resiko rendah jatuh

5

Tn. U

20%

Tidak Beresiko jatuh

6

Ny. S

65%

Resiko tinggi jatuh

7

Tn. A

50%

Resiko rendah jatuh

8

Tn. A

75%

Resiko tinggi jatuh

9

Ny. S

60%

Resiko tinggi jatuh

Keterangan Tidak Beresiko Resiko rendah Resiko tinggi

0-24 % 25-50 % >51 %

114

E. Kepuasan pasien dengan pelayanan yang diberikan Tabel 3.5.21 kepuasan pasien dengan pelayanan yang diberikan No A 1

2

3

4

B 5

6

pertanyaan

Px 1 STP Tangibles atau nyata Bangunan rumah sakit terlihat indah dan bersih Rumah sakit memiliki ruang tunggu yang cukup, nyaman, wc dan air Rumah sakit memiliki peralatan yang lengkap Penampilan tenaga medis rapi dan bersih Empati Dokter memberikan waktu pelayanan yang cukup pada pasien Perawat memberikan

TP

CP

P

SP

Px 2 STP

TP

CP

P

SP

Px 3 STP

TP

CP

P































SP

Px 4 STP

TP

CP

P



Px 5 STP

TP

CP

















P





115

SP









SP

7

8

9

C 10

11

12

pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pasien Perawat memperhatikan sungguhsungguh kepada pasien Dokter mendengarkan keluhan penyakit yang diderita serta memberikan solusi dalam konsultasi Perawat bersikap sopan dan ramah Reliability atau keandalan Tenaga memberikan pelayanan teliti dan tepat waktu Tenaga medis dan petugas lainnya membantu jika ada permasalahan pasien Perawat memberitahu





















































116









13

14

D

15

16

17

18

E

jenis penyakit secara lengkap, cara perawatan dan cara minum obat Tenaga medis memberikan informasi kepada pasien sebelum pelayanan diberikan Tenaga medis bersedia menanggapi keluhan pasien Responsive atau ketanggapan Perawat tanggap melayani pasien Tenaga medis menerima dan melayani dengan baik Tenaga medis melakukan tindakan secara cepat dan tepat Tenaga medis melakukan tindakan sesuai prosedur Asurance atau kepastian

































































117

19

20

21

22

23

Dokter mempunyai kemampuan dan pengetahuan dalam menentukan diagnosa penyakit dengan cukup baik sehingga mampu menjawab pertanyaan pasien secara menyakinkan Tenaga medis menyediakan obat-obatan atau alat medis yang lengkap Tenaga medis bersifat cekatan serta menghargai pasien Dokter melayani dengan sikap menyakinkan sehingga pasien merasa aman Tenaga medis mempunyai

















































118



catatan medis pasien No A 1

2

3

4

B 5

6

pertanyaan

Px 6 STP Tangibles atau nyata Bangunan rumah sakit terlihat indah dan bersih Rumah sakit memiliki ruang tunggu yang cukup, nyaman, wc dan air Rumah sakit memiliki peralatan yang lengkap Penampilan tenaga medis rapi dan bersih Empati Dokter memberikan waktu pelayanan yang cukup pada pasien Perawat memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan

TP

CP

P



SP

Px 7 STP

TP

CP

P

SP

Px 8 STP















CP







TP



P

SP

Px 9 STP

TP

CP

P

SP

Px 10 STP TP

CP

P





































119

SP

7

8

9

C 10

11

12

kebutuhan pasien Perawat memperhatikan sungguhsungguh kepada pasien Dokter mendengarkan keluhan penyakit yang diderita serta memberikan solusi dalam konsultasi Perawat bersikap sopan dan ramah Reliability atau keandalan Tenaga memberikan pelayanan teliti dan tepat waktu Tenaga medis dan petugas lainnya membantu jika ada permasalahan pasien Perawat memberitahu jenis penyakit secara lengkap, cara perawatan



























































120



13

14

D 15 16

17

18

E 19

dan cara minum obat Tenaga medis memberikan informasi kepada pasien sebelum pelayanan diberikan Tenaga medis bersedia menanggapi keluhan pasien Responsive atau ketanggapan Perawat tanggap melayani pasien Tenaga medis menerima dan melayani dengan baik Tenaga medis melakukan tindakan secara cepat dan tepat Tenaga medis melakukan tindakan sesuai prosedur Asurance atau kepastian Dokter mempunyai kemampuan dan pengetahuan dalam menentukan







































































121

20

21

22

23

No A 1

diagnosa penyakit dengan cukup baik sehingga mampu menjawab pertanyaan pasien secara menyakinkan Tenaga medis menyediakan obat-obatan atau alat medis yang lengkap Tenaga medis bersifat cekatan serta menghargai pasien Dokter melayani dengan sikap menyakinkan sehingga pasien merasa aman Tenaga medis mempunyai catatan medis pasien

Px 11 STP TP Tangibles atau nyata Bangunan rumah sakit







































pertanyaan

CP

P

SP √

Px 12 STP TP

CP



P

SP

Px 13 STP TP



CP

P √

122

SP

Px 14 STP TP

CP

P √

SP

Px 15 STP TP

CP

P √

SP

2

3

4

B 5

6

7

8

terlihat indah dan bersih Rumah sakit memiliki ruang tunggu yang cukup, nyaman, wc dan air Rumah sakit memiliki peralatan yang lengkap Penampilan tenaga medis rapi dan bersih Empati Dokter memberikan waktu pelayanan yang cukup pada pasien Perawat memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pasien Perawat memperhatikan sungguhsungguh kepada pasien Dokter mendengarkan keluhan



































123





































9

C 10

11

12

13

penyakit yang diderita serta memberikan solusi dalam konsultasi Perawat bersikap sopan dan ramah Reliability atau keandalan Tenaga memberikan pelayanan teliti dan tepat waktu Tenaga medis dan petugas lainnya membantu jika ada permasalahan pasien Perawat memberitahu jenis penyakit secara lengkap, cara perawatan dan cara minum obat Tenaga medis memberikan informasi kepada pasien sebelum pelayanan diberikan



































124

















14

D 15 16

17

18

E 19

Tenaga medis bersedia menanggapi keluhan pasien Responsive atau ketanggapan Perawat tanggap melayani pasien Tenaga medis menerima dan melayani dengan baik Tenaga medis melakukan tindakan secara cepat dan tepat Tenaga medis melakukan tindakan sesuai prosedur Asurance atau kepastian Dokter mempunyai kemampuan dan pengetahuan dalam menentukan diagnosa penyakit dengan cukup baik sehingga mampu menjawa pertanyaan pasien secara menyakinkan

















√ √









































125

20

21

22

23

No A 1

2

3

Tenaga medis menyediakan obat-obatan atau alat medis yang lengkap Tenaga medis bersifat cekatan serta menghargai pasien Dokter melayani dengan sikap menyakinkan sehingga pasien merasa aman Tenaga medis mempunyai catatan medis pasien Px 16 STP TP Tangibles atau nyata Bangunan rumah sakit terlihat indah dan bersih Rumah sakit memiliki ruang tunggu yang cukup, nyaman, wc dan air Rumah sakit memiliki





































pertanyaan

CP

P

SP

Px 17 STP TP

CP

P

SP





Px 18 STP TP

CP

P



















126

SP

Px 19 STP TP

CP

P √



SP

Px 20 STP TP

CP

P √







SP

4

B 5

6

7

8

9

peralatan yang lengkap Penampilan tenaga medis rapi dan bersih Empati Dokter memberikan waktu pelayanan yang cukup pada pasien Perawat memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pasien Perawat memperhatikan sungguhsungguh kepada pasien Dokter mendengarkan keluhan penyakit yang diderita serta memberikan solusi dalam konsultasi Perawat bersikap sopan dan ramah





























































127

C 10

11

12

13

14

D 15 16

Reliability atau keandalan Tenaga memberikan pelayanan teliti dan tepat waktu Tenaga medis dan petugas lainnya membantu jika ada permasalahan pasien Perawat memberitahu jenis penyakit secara lengkap, cara perawatan dan cara minum obat Tenaga medis memberikan informasi kepada pasien sebelum pelayanan diberikan Tenaga medis bersedia menanggapi keluhan pasien Responsive atau ketanggapan Perawat tanggap melayani pasien Tenaga medis menerima dan







































































128

17

18

E 19

20

21

melayani dengan baik Tenaga medis melakukan tindakan secara cepat dan tepat Tenaga medis melakukan tindakan sesuai prosedur Asurance atau kepastian Dokter mempunyai kemampuan dan pengetahuan dalam menentukan diagnosa penyakit dengan cukup baik sehingga mampu menjawa pertanyaan pasien secara menyakinkan Tenaga medis menyediakan obat-obatan atau alat medis yang lengkap Tenaga medis bersifat cekatan serta



















































129







22

23

menghargai pasien Dokter melayani dengan sikap menyakinkan sehingga pasien merasa aman Tenaga medis mempunyai catatan medis pasien





















Berdasarkan hasil kuesioner kepuasan pasien tanggal 5/01/2019 dapat di simpulkan bahwa sejumlah 20 kuesioner yang di sebar menyatakan bahwa 8 pasien (40%) menyatakan puas dengan pelayanan keperawatan di Ruang melati. Sedangkan sejumlah 12 pasien (60%) menyatakan tidak puas dengan pelayanan yang sudah diberikan.

130

BAB 4 ANALISA SWOT DAN PRIOTITAS MASALAH

4.1 Skor Analisis SWOT Tabel 4.1 Analisa SWOT NO 1

ANALISIS SWOT Sumber Daya Manusia ( Man ) a. Internal Faktor ( IFAS ) Strength 1. Adanya sistem pengembangan staf berupa pelatihan dan sebanyak 98% telah mengikuti pelatihan (BLS,PPI,PMKP ,K3,BTCLS) 2. Jenis Ketenagaan: a) S1 Keperawatan : 7 orang b) D3 Keperawatan:13 orang c) Prakarya : 2 orang d) Administrasi : 2 Orang 3. Masa kerja > 15 tahun sebanyak 9 orang, 5 sampai 15 tahun sebanyak 5 orang, sedangkam <5tahun 6 tahun. 4. Adanya Pelatihan perawat

TOTAL

131

BOBOT

RATING

0,3

3

0,9

0,3

3

0,9

0,2

4

0,8

0,2

4

0,8

1

BOBOT X RATING

3,4

S–W 3,4 – 2,42 = 0,98

Weakness 1. Beban kerja perawat diruangan cukup tinggi karena jumlah kebutuhan perawat tidak memenuhi standar. 2. Perawat belum mengikuti pelatihan penanggulangan bencana 3. Pemilahan pasien laki-laki dan perempuan menjadi satu ruang. 4. Latar belakang pendidikan perawat sarjana dengan d3 keperawatan jumlahnya tidak seimbang. 5. Seluruh perawat sudah mengikuti pelatihan PPI namun dalam praktik hand hygine masih belum dilaksanakan secara maksimal. 6. Perawat yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi tidak mendapatkan biaya dari rumah sakit TOTAL

b. Eksternal Faktor ( EFAS ) Opportunity 1. Adanya program pelatihan/seminar khusus tentang penanggulangan bencana. 2. Adanya kesempatan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dengan difasilitasi dari rumah sakit dan mendapatkan beasiswa dari departemen kesehatan. 3. Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa keperawatan dengan perawat klinik. 4. Adanya kebijakan pemerintah mengenai presionalisme keperawatan.

132

0,3

3

0,9

0,12 0,08

3 2

0,36 0,16

0,3

2

0,6

0,1

1

0,1

0,1

3

0,3

1

2,42

0,2

3

0,6

0,1

3

0,3

0,2

3

0,6

0,2

4

0,8

O–T 2,9 – 2,3 = 0,6

5. Adanya program akreditasi RS dari pemerintah dimana MAKP merupakan salah satu pelayanan. TOTAL Treathened 1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakatuntuk pelayanan yang lebih professional 2. Makin tingginya kesadaran masyarakat mengenai hukum. 3. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. 4. Persaingan RS yang semakin meningkat. 5. Terbatasnya kuota tenaga keperawatan yang melanjutkan pendidikan tiap tahun. TOTAL 2

Sarana dan Prasarana ( M2 ) a. Internal Faktor ( IFAS ) Strength 1. Mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk pasien ,tenaga kesehatan, dan keluarga pasien termasuk sarana prasarana universal precaution untuk perawat. 2. Terdapat administrasi penunjang ( missal buku injeksi , buku TTV, Buku visite , SOP, dan lain-lain ) yang memadai. 3. Tersedianya nurses station. 4. Pemeliharaan dan perawatan dari sarana dan prasarana penunjang kesehatan sudah ada. TOTAL

133

0,3

2

1

0,6

2,9

0,1

3

0,3

0,2

1

0,2

0,2 0,4

2 3

0,4 1,2

0,1

2

0,2

1

0,2

2,3

2

0,4

0,3

4

1,2

0,4

4

1,6

0,1 1

4

0,4 3,6

S–W 3,6 – 1,6 =2

Weakness 1) Sarana dan Prasarana banyak yang rusak dan tidak terawat. 2) Penempatan sarana dan prasarana peralatan steril kurang sesuai. 3) Penataan peralatan kurang memadai dan tidak teratur. TOTAL

b. Eksternal Faktor ( EFAS ) Opportunity 1. Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang rusak dari bagian pengadaan barang. 2. Adanya perawatan peralatan secara berkala. 3. Adanya penataan peralatan alat steril dan non steril sesuai standarnya. 4. Adanya penataan peralatan yang teratur. TOTAL Treathened 1. Kesenjangan antara jumlah pasien dengan peralatan yang ada. 2. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. 3. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk melengkapi sarana dan prasarana. TOTAL

134

0,4

2

0,8

0,4 0,2

1 2

0,4 0,4

1

1,6

0,1

1

0,1

0,3 0,4

1 2

0,3 0,8

0,2

2

0,4

1

1,6

0,4

2

0,8

0,4

2

0,8

0,2

4

0,8

1

2,4

O–T 1,6 – 2,4 = -0,8

3

Metode ( M3 ) I. MAKP a. Internal Faktor ( IFAS ) Strength 1. RS memiliki visi,misi dan motto sebagai acuan melaksanakan kegiatan pelayanan. 2. Sudah ada model MPKP yang digunakan yaitu MPKP Tim 3. Supervisi sudah dilakukan oleh kepala ruang. 4. Mempunyai standar asuhan keperawatan 5. Mempunyai protap setiap tindakan 6. Terlaksananya komunikasi yang adequate : perawat dan tim kesehatan lain. 7. Ketenagaan keperawatan sudah memenuhi syarat untuk MAKP ( s1 keperawatan 7 orang) TOTAL Weakness 1. Pelaksanaan model MPKP sudah dilaksanakan tetapi sosialisasi semua tim masih kurang. 2. Beberapa tindakan tidak sesuai denga protap 3. TOTAL b. Eksternal Faktor ( EFAS ) Opportunity 1. Adanya mahasiswa S1 Keperawatan praktik managemen keperawatan.

135

0,2

4

0,8

0,1 0,05 0,1 0,1 0,35

3 3 3 2 3

0,3 0,15 0,3 0,2 1,05

0,1

2

0,2

1

3

0,3

2

0,6

0,7

1

0,7

1

0,1

1,3

3

0,3

S–W 3 – 1,3 = 1,7

2. Ada kebijakan pemerintah tentang professional perawat. 3. Adanya kebijakan RS tentang pelaksaan MPKP TOTAL Treathened 1. Persaingan dengan rumah sakit swasta yang semkain ketat. 2. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih professional 3. Makin tinggi kesadaan masyarakat akan hukum 4. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. 5. Bebasnya pers yang dapat langsung menyebarkan informasi dengan cepat. TOTAL 4

Sentralisasi obat a. Internal Faktor ( IFAS ) Strength 1. Tersedia sarana dan prasarana untuk pengelolaan sentralisasi obat 2. Kepala ruang mendukung kegaiatan sentralisasi obat 3. Sudah dilaksanakan kegiatan sentralisasi obat oleh perawat berkolaborasi dengan depo farmasi. 4. Adanya kemauan perawat untuk melakukan sentralisasi obat 5. Adanya buku injeksi dan obat oral bekerja sama dengan depo farmasi 6. Adanya lembar perdokumentasian obat yang diterima disetiap status pasien.

136

0,4 0,5

2 2

1

0,8 1 2,1

0,3

2

0,6

0,1 0,2 0,2

3 1 2

0,3 0,2 0,4

0,2

3

0,6

1

O–T 2,1 – 2,1 =0

2,1

0,2

3

0,6

0,1

3

0,3

0,1 0,1 0,3

3 3 4

0,3 0,3 1,2

0,2

4

0,8

S–W 3,5 – 2 = 1,5

TOTAL Weakness 1. Pelaksanaan sentralisasi obat diRumah sakit menggunakan system Unit Dose Dispending ( UDD ) nampun pada praktiknya masih menggunakan One Day Dose ( ODD ). 2. Belum ada inform consent kepada pasien tentang sentralisasi obat. 3. Belum ada bukti pemberian obat pada pasien dan keluarga bahwa obat dikelola oleh perawat yang bertugas diruangan. TOTAL b. Eksternal Faktor ( EFAS ) Opportunity 1. Adanya mahasiswa Ners yang praktik management keperawata. 2. Kerjasama yang baik antara institusi dan bidang keperawatan. 3. Program ASKES, BPJS dan umum. TOTAL Threatened 1.Adanya tuntutan pasien untuk mendapatkan pelayanan yang professional 2. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang pentingnya system sentralisasi obat. 3. makin tinggi kesadaran masyarakat akan hukum TOTAL

137

1

3,5

0,3

2

0,6

0,3

2

0,6

0,4

2

0,8

1

2

0,1

4

0,4

0,5 0,4

3 4

1,5 1,6

1

3,5

0,3

3

0,9

0,3

3

0,9

0,4

1

0,4

1

2,2

O–T 3,5 – 2,2 = 1,3

5

Supervisi a. Internal Faktor ( IFAS ) Strength. 1. Supervisi telah dilakukan secara rutin 2. Telah ada program pelatihan dan sosialisai tentang supervisi 3. Kepala ruangan mendukung pelaksanaan supervisi 4. Adanya observasi kerja tidap shift pagi oleh karu dan pengamat pada shift sore dan malam. TOTAL Weakness 1. Belum mempunyai format yang baku dalam pelaksanaan supervisi. 2. Supervisi belum terstruktur dan tidak ada formulir penilaian yang tetap 3. Belum adanya dokumentasi supervise yang jelas. TOTAL

0,2 0,2 0,2 0,4

1 1 2 3

1

0,2 0,2 0,4 1,2

2

0,5

3

1,5

0,2

3

0,6

0,3

1

0,3

1

2,4

b. Eksternal Faktor ( EFAS ) Opporunity 1. Adanya mahasiswa ners yang praktik managemen keperawatan 2. Adanya reward dalam bentuk pelatihan maupun jasa bagi yang melaksanakan pekerjaan dengan baik. 3. Adanaya teguran dari kepala ruangan bagi perawat dan mahasiswa yang tidak melaksanakan tugas dengan baik.

138

0,2

4

0,8

0,2

3

0,6

0,5

4

2

S–W 2 – 2,4 = -0,4

4. Hasil supervise dapat dilakukan sebagai pedoman untuk daftar penilaian prestasi pegawai ( DP3). TOTAL Threatened 1. Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk mendapat pelayanan yang profesional TOTAL 6

Timbang terima a. Internal Faktor ( IFAS ) Strength 1. Kepala ruang memimpin kegiatan timbang terima setiap pagi. 2. Adanya laporan jaga setiap shift 3. Timbang terima sudah merupakan kegaiatan rutin yang telah dilaksanakan 4. Adanya kemauan perawat untuk melakukan timbang terima. 5. Adanya buku khusus untuk melakukan timbang terima. TOTAL Weakness 1. Timbang terima sudah dilakukan dengan baik (PP melaporkan identitas pasien, keluhan utama, DS,DO,MK,dan intervensi) tetapi intervensi masih bersifat umum tidak berdasarkan MK dan evaluasi tidak lengkap. 2. Format timbang sudah menyangkut nama dan paraf perawat pada kedua shift.

139

0,1

4

1

1

0,4

3,8

1

1

O–T 3,8 – 1 = 2,8

1 1

0,1 0,2 0,2

3 4 4

0,3 0,8 0,8

0,3 0,2

3 4

0,9 0,8

1

3,6

0,6

4

2,4

0,2

3

0,6

S–W 3,6 – 3,4 = 0,2

3. Pelaksanaan timbang terima masih belum optimal , khsusnya dari shift sore ke malam. TOTAL b. Eksternal Faktor ( EFAS ) Opportunity 1. Adanya mahasiswa ners yang praktik managemen keperawatan. 2. Adanya kerjasama yang baik anatara mahasiswa ners dan perawat ruangan. 3. Kebijakan RS ( Bidang keperawatan ) tentang timbang terima TOTAL Threatened 1. Adanya tuntutan lebih dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang profesional 2. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang tanggungjawab dan tanggung gugat perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.

TOTAL

140

0,2

2

1

0,4

3,4

0,1

4

0,4

0,3

3

0,9

0,6

4

2,4

1

3,7

0,4

3

1,2

0,6

2

1,2

1

2,4

O–T 3,7 – 2,4 = 1,3

7

Discharge Planning a. Internal Faktor ( IFAS ) Strength 1. Tersedianya sarana dan prasarana discharge planning diruangan untuk pasien pulang ( format dan kartu DP ). 2. Adanya kartu kontrol berobat. 3. Perawat memberikan pendidikan kesehatan secara informal kepada pasien dan keluarga selamat dirawat atau pulang. TOTAL Weakness 1. Keterbatasan waktu dan tenaga perawat. 2. Kurangnya kemauan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga 3. Tidak tersedianya leaflet pasien pulang 4. Pendidikan kesehatan belum terdokumentasi. TOTAL Opportunity 1. Adanya mahasiswa ners yang praktik managemen keperawatan. 2. Adanya kerjasama yang baik anatara mahasiswa ners dan perawat ruangan. TOTAL

141

0,7

4

2,8

0,2 0,1

3 4

0,6 0,4

1

3,8

0,2 0,2

2 2

0,4 0,4

0,3 0,3

1 1

0,3 0,3 1,4

0,3

4

1,2

0,7

3

2,1

S–W 3,8 – 1,4 = 2,4

1

1

3,3

O–T 3,3 – 2,2 = 1,1

Threatened 1. Persaingan RS yang sangat ketat 2. Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang professional 3. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pemtingnya kesehatan. TOTAL 8

Ronde Keperawatan a. Internal Faktor ( IFAS ) Strength 1. Bidang keperawatan dan ruangan mendukung adanya ronde keperawatan. 2. Banyaknya kasus yang memerlukan perhatian khusus. 3. SDM banyak mempunyai pengalaman dalam bidang keperawatan bedah medis. 4. Sertifikasi perawat sesuai dengan keahliannya. TOTAL Weakness 1. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum dilaksanakan seacar teratur diruang melati 2. Karakteritik tenaga yang memenuhi kualifikasi belum merata 3. Jumlah tenaga yang tidak seimbang dengan jumlah tingkat ketergantungan pasien. TOTAL

142

0,3 0,2

2 3

0,6 0,6

0,5

2

1

1

2,2

0,5

2

1

0,3 0,1

2 4

0,6 0,4

0,1

4

0,4

1

2,4

0,4

1

0,4

0,1 0,5

4 2

0,4 1

1

1,8

S–W 2,4 – 1,8 = 0,4

b. Eksternal Faktoe ( EFAS ) Opportunity 1. Adanya pelatihan dan seminar tentang management keperawatan. 2. Adanya kesempatan dari kepala ruangan untuk mengadakan ronde keperawatan pada perawat dan mahasiswa praktik TOTAL Threatened 1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat dalam mendapatkan pelayanan professional. 2. Persaingan antara ruang bedah semakin kuat dalam memberi pelayanan. TOTAL 9

Dokumentasi keperawatan. a. Internal Faktor Strength 1. Tersedianya sarana dan prasaran dokumentasi untuk tenaga kesehatan ( sarana administrasi penunjang ) 2. Sudah ada system pendokumentasian SOR 3. Format asuhan keperawatan sudah ada. 4. Adanya kesadaran perawat tentang tanggung jawab dan tanggung gugat. TOTAL

143

0,6

1

0,6

0,4

4

1,6

1

2,2

0,5

3

1,5

0,5

4

2

1

3,5

0,3

4

1,2

0,2 0,4 0,1

4 4 2

0,8 1,6 0,2

1

O–T 2,2 – 3,5 = -1,3

3,8

S–W 3,8 – 1,8 =2

Weakness 1. Proses dokumentasi tidak maksimal karena beban kerja yang tinggi , padahal pendokumentasian merupakan aspek yang legal. 2. Format pengkajian yang sudah tesedia tidak segera diisi lengkap ketika pasien masuk. 3. SAK tidak segera diperbaharui ketika terjadi perubahan pada diagnose keperawatan/ masala pasien. 4. Pengawasan terhadap sistematika pendokumentasian belum dilaksanakan secara maksimal. TOTAL b. Ekternal Faktor ( EFAS ) Opportunity 1. Adanya program pelatihan 2. Peluang perawat untuk meningkatkan pendidikan ( pengembangan SDM ) 3. Mahasiswa ners praktik management untuk mengembangkan system dokumentasi 4. Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa. 5. Sistem MPKP yang diterapkan mahasiswa ners. TOTAL Threatened 1. Tingkat kesadaran masyarakat ( pasien dan keluarga ) akan tanggung jawab dan akan tanggung gugat. 2. Persaingan RS dalam memberikan pelayanan keperawatan TOTAL

144

0,4

2

0,8

0,2

2

0,4

0,2

1

0,2

0,2

2

0,4

1

1,8

0,2 0,05

1 4

0,2 0,2

0,05

4

0,2

0,5 0,2 1

4 2

2 0,4 2,8

0,5

2

1

0,5

2

1

1

2

O–T 2,8 – 2 = 0,8

10

Keuangan (M4) a. Internal faktor (IFAS) Strength 1. ada pendapatan dari jasa medik, untuk pasien dengan biaya BPJS yang dapat diklaim setelah perawatan 2. ada pendapatan dari jasa pelayanan rumah sakit berupa remunerasi 3. ada pendapatan dari jasa pelayanan IRNA medis 4. tiap perawat memperoleh pendapatan dari rumah sakit berupa LP (lauk pauk) 5. pengelolaan RSUD Mardi Waluyo Blitar dikelola oleh pemerintah daerah 6. pengadaan dana operasional ruangan didapatkan dari RSUD Mardi Waluyo Blitar bekerja sama dengan asuransi (ASTEK,ASKES,BPJS,dll) 7. daftar biaya perawatan dan tarif ruangan diruangan melati sudah tertera TOTAL

Weakness 1. jasa insentif untuk pelayanan dan jasa medik yang diberikan sama untuk semua perawat 2. system administrasi belum terpusat TOTAL

145

0,1

4

0,4

0,1

3

0,3

0,1 0,2

4 4

0,4 0,8

0,1

4

0,4

0,1

4

0,4

0,3

3

0,9

1

3,6

0,1

3

0,3

0,9

2

1,8

1

2,1

S–W 3,6 – 2,1 = 1,5

b. Eksternal Faktor (EFAS) Opportunity 1. Adanya kerjasama dengan perusahaan asuransi 2. Tersedianya dana untuk operasional ruangan 3. Pengeluaran sebagian besar dibiayai institusi 4. Ada kesempatan untuk menggunakan instrument medis dengan re-use sehingga menghemat pengeluran 5. Ada kesempatan untuk menambah penghasilan ruangan dari usaha koperasi TOTAL Threatened 1. Adanya tuntutan dari pasien tentang administrasi yang terperinci sesuai tindakan yang diberikan oleh perawat dan dokter 2. Adanya tuntutan yang lebih maksimal dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih professional sehingga membutuhkan pendanaan yang lebih besar untuk mendanai sarana dan prasarana TOTAL 11

M5 (Mutu) a. Internal faktor (IFAS) Strengrth 1. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit 2. Rata – rata BOR cukup baik 3. Adanya variasi karakteristik dari pasien (BPJS,Umum,Asuransi suasta)

146

0,3 0,2 0,1 0,1

4 2 4 4

1,2 0,4 0,4 0,4

0,3

1

0,3

1

O–T 2,3 – 3 = -0,7

2,3

0,8

3

2,4

0,2

3

0,6

1

3

0,4

2

0,8

0,2 0,2

2 3

0,4 0,6

S–W 2,6 – 1 = 1,6

4. Sebagai tempat praktik mahasiswa keperawatan D3 dan S1 TOTAL Weakness LOS yang memanjang karena perawatan yang lama

0,2 1 1

TOTAL b. Eksternal faktor (EFAS) Opportunity 1. Mahasiwa S-1 Keperawatan Praktik Manajemen 2. Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa TOTAL Threated 1. Adanya peningkatan standar masyarakat yang harus dipenuhi 2. Adanya persaingan antara rumah sakit mengenai peningkatan mutu pelayanan keperawatan TOTAL

0,3 0,7

0,8 2,6

1

1

1 1

4 3

1

1,2 2,1 3,3

0,6

2

1,2

0,4

2

0,8

1

147

4

2

O–T 3,3 – 2 = 1,3

4.2 Diagram Layang IFAS = S – W (x) EFAS = O – T (y) Gambar 4.1 Diagram Layang Analisa SWOT

Kesimpulan : ➢ Kuadran I Expansion (Menunjukkan adanya kekuatan untuk memanfaatkan peluang). Pada kuadran ini terdapat 7 domain, diantaranya : 1. M1 (Man)

= 0,98 : 0,6

2. M3 (Method)

= 1,7 : 0

3. M5 (Mutu)

= 1,6 : 1,3

4. Sentralisasi Obat = 1,5 : 1,3 5. Dokumen Kep.

= 2 : 0,8

148

6. Dischard Planning = 2,4 : 1,1 7. Timbang Terima = 0,2 : 1,3 ➢ Kuadran II Stability (Menunjukkan memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan). Pada kuadran ini terdapat 1 domain, yaitu Supervisi

= -0,4 :

2,8. ➢ Kuadran III Retrenchment (Menunjukkan adanya kelemahan dalam mengatasi ancaman). Pada kuadran ini tidak terdapat domain didalamnya. ➢ Kuadran IV Combination (Menunjukkan adanya kekuatan untuk mengatasi ancaman). Pada kuadran ini terdapat 3 domain, diantaranya : 1. M2 (Material)

= 2 : 0,8

2. M4 (Money)

= 1,5 : 0,7

3. Ronde Kep.

= 0,4 : 1,3

4.3 Perumusan Masalah a. M1 (Man) 1) Perbandingan jumlah tenaga perawat D3 dan S1 masih belum seuai dengan standar ideal kebutuhan perawat yang dibutuhkan ruangan 2) Beban kerja perawat diruangan cukup tinggi karena jumlah kebutuhan perawat tidak memenuhi standar. b. M2 (Material) 1) Penempatan sarana dan prasarana peralatan steril kurang sesuai. c. M3 (Method) 1) MAKP Pelaksanaan model MPKP sudah dilaksanakan tetapi sosialisasi semua tim masih kurang.’ 2) Ronde Keperawatan Ronde Keperawatan belum dilakukan secara teratur 3) Supervisi Supervisi belum terstruktur dan tidak ada formulir penilaiaan yang tetap 4) Dokumentasi Keperawatan Penerapan SBAR belum dilaksanakan secara optimal 5) Penerimaan Pasien Baru Penerimaan pasien baru belum dilakukan secara optimal.

149

6) Operan Operan Timbang terima sudah dilakukan dengan baik (PP melaporkan identitas pasien, keluhan utama, DS,DO,MK,dan intervensi) tetapi intervensi masih bersifat umum tidak berdasarkan MK dan evaluasi tidak lengkap. d. M5 (Mutu) 1) Five Moment Hand Hygiene belum diterapkan dengan baik 2) Jumlah angka kejadian pasien yang mengalami phlebitis sangat besar 3) Resiko jatuh pada pasien sangat mudah terjadi 4.4 Prioritas Masalah Dalam menentukan prioritas masalah digunakan kriteria penilaian meliputi : a.

Mg / Magnitude (Kecenderungan besar dan seringnya kejadian)

b.

Sv / Severity (besarnya kerugian yang ditimbulkan)

c.

Mn / Managebility (berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur perubahannya)

d.

Nc / Nursing concern (perhatian terhadap bidang keperawatan)

e.

Af / Affordability (ketersediaan sumber daya)

Dengan kriteria nilai : 5 : Sangat Sesuai 4 : Sesuai 3 : Cukup Sesuai 2 : Kurang Sesuai 1 : Sangat Kurang Sesuai

150

Tabel 4.2 Prioritas Masalah No

Masalah

Mg

Sv

Mn

Nc

Af

Total

priotitas

(Mg+S v+Mn+ Nc+A) 1.

Perbandingan jumlah tenaga perawat D3 dan S1

3

3

4

3

3

16

V

3

2

4

3

2

14

III

3

2

4

3

4

16

IV

3

4

5

3

3

18

VI

3

4

4

4

3

18

VI

3

3

4

3

3

16

IV

masih belum seuai dengan standar ideal kebutuhan perawat yang dibutuhkan ruangan 2.

Beban kerja perawat diruangan cukup tinggi karena jumlah kebutuhan perawat tidak memenuhi standar

3

Penempatan sarana dan prasarana peralatan steril kurang sesuai.

4.

MAKP Tim sudah laksanakan tetapi sosialisasi semua tim masih kurang

5

Ronde Keperawatan belum dilakukan secara teratur

6

Supervisi belum terstruktur dan tidak

151

ada formulir penilaiaan yang tetap 7

Penerimaan pasien

4

4

5

4

4

25

VII

4

3

4

3

3

17

V

2

3

2

2

2

11

II

2

3

1

2

2

10

I

2

2

2

2

2

10

I

baru belum dilakukan secara optimal. 8

Operan timbang trima sudah dilakukan dengan baik, tetapi intervensi masih bersifat umum tidak berdasarkan MK dan evaluasi tidak lengkap

9

Five Moment Hand Hygiene belum diterapkan dengan baik.

10

Jumlah angka kejadian pasein yang mengalami phlebitis sangat besar

11

Resiko jatuh pada pasien sangat mudah terjadi

152

4.5 Penentuan Prioritas Cara Pemecahan Masalah Prioritas cara pemecahan masalah dilakukan dengan memperhatikan aspek dengan menggunakan metode Reinke: a. Besarnya masalah yang diselesaikan (Magnitude = M) b. Pentingnya cara penyelesaian masalah (Importancy = I) c. Sensitifitas penyelesaian masalah (Vulnerability = V) d. Biaya (Cost = C) Nilai yang diberikan pada aspek 1 sampai 5 yaitu : Nilai 1 = sangat kurang penting Nilai 2 = kurang penting Nilai 3 = cukup penting Nilai 4 = penting Nilai 5 = sangat penting Tabel 4.3 Prioritas Cara Pemecahan Masalah No

Alternatif penyelesaian

Efektivitas M

I

V

Efisiensi

Total

C

MxIxV

masalah 1.

Perbandingan

Prioritas

/C 3

3

3

jumlah tenaga perawat D3 dan S1 masih belum seuai dengan standar ideal kebutuhan perawat yang dibutuhkan ruangan

153

4

6,75

VII

2

Beban kerja

3

3

3

4

6,75

VII

3

3

3

2

13,5

IV

3

3

4

3

12

V

3

3

4

3

12

V

3

4

3

4

9

VI

4

4

3

4

12

V

3

3

3

2

13,5

IV

perawat diruangan cukup tinggi karena jumlah kebutuhan perawat tidak memenuhi standar 3

Penempatan sarana dan prasarana peralatan steril kurang sesuai.

4

MAKP Tim sudah laksanakan tetapi sosialisasi semua tim masih kurang

5

Ronde Keperawatan belum dilakukan secara teratur

6

Supervisi belum terstruktur dan tidak ada formulir penilaiaan yang tetap

7

Penerimaan pasien baru belum dilakukan secara optimal.

8

Operan timbang trima sudah dilakukan dengan

154

baik, tetapi intervensi masih bersifat umum tidak berdasarkan MK dan evaluasi tidak lengkap 9

Five Moment

4

4

5

4

16

III

5

4

5

5

20

II

4

4

4

3

21,3

I

Hand Hygiene belum diterapkan dengan baik. 10

Jumlah angka kejadian pasein yang mengalami phlebitis sangat besar

11

Resiko jatuh pada pasien sangat mudah terjadi

155

4.6 POA (PLAN OF ACTIONS) Tabel 4.4 POA Pelaksanaan Alur Supervisi TUJUAN

URAIAN KEGIATAN

Indikator (Kriteria Hasil)

Pengoptimalan kegiatan supervise dan mempu menerapkan supervise keperawatan dengan benar

1. mngajukan proposal pelaksanaan alur supervisi 2. Melaksanakan supervise keperawatan bersama perawat dan kepala ruangan 3. Mendokumentasikan hasil supervise 4. Membuat format supervise

1.

Supervisi dilakukan dengan optimal dan didokumenta sikan dengan baik dan benar

WAKTU dan Tempat Senin 2019

18-02-

PJ

SASARAN

Seluruh mahasiwa praktekdi ruang melati

1. Kepala ruang 2. pelaksana

Perawat

METODE

Diskusi ceramah

&

3. Keluarga pasien

Tabel 4.5 POA Pelaksanaan Ronde Keperawatan TUJUAN

URAIAN KEGIATAN

Indikator (Kriteria Hasil)

Pengoptimalan kegiatan Ronde keperawatan

1. 2. 3.

4. 5.

mngajukan proposal pelaksanaan alur Ronde Melaksanakan Rondekeperawatan bersama perawat dan kepala ruangan serta tenaga kesehatan lainnya Mendokumentasikan hasil ronde keperawatan Membuat format Ronde

Ronde keperawatab dilakukan dengan optimal dan didokumentasikan dengan baik dan benar

WAKTU dan Tempat Kamis 14-02-2019

PJ

Seluruh mahasiwa praktekdi ruang melati

SASARAN

1. ruang

Kepala

2. Perawat pelaksana 3. Dokter 4. Ahli gizi 5. Keluarga pasien

156

METODE

Diskusi ceramah

&

Tabel 4.6 POA Pelaksanaan Timbang Terima TUJUAN

URAIAN KEGIATAN

Indikator

WAKTU dan Tempat

(Kriteria Hasil) Pengoptimalan kegiatan Timbang terima dan mempu menerapkan Timbang terima dengan benar

1. mngajukan proposal pelaksanaan alur timbang terima 2. Melaksanakan Timbang terima bersama perawat dan kepala ruangan serta preconference 3. Mendokumentasikan hasil timbang terima 4. Membuat format timbang terima

Timbang dilakukan dengan optimal dan didokumentasikan dengan baik dan benar

PJ

Senin 18-02-2019kamis 21-02-2018

Seluruh mahasiwa praktekdi ruang melati

SASARAN

METODE

1. Kepala ruang

Diskusi ceramah

2. Perawat pelaksana 3 Mahasiswa

Tabel 4.7 POA Pelaksanaan Timbang Terima

TUJUAN

URAIAN KEGIATAN

Indikator (Kriteria Hasil)

Pengoptimalan 1. mengajukan proposal kegiatan Penerimaan pelaksanaan alur penerimaan pasien baru dan mempu pasien baru menerapkan 2. Melaksanakan penerimaan penerimaan pasien baru bersama perawat pasienbarudengan dan kepala ruangan benar 3. Mendokumentasikan hasil penerimaan pasien baru 4. Membuat format penerimaan pasien baru

Penerimaan pasien baru dilakukan dengan optimal dan didokumentasikan dengan baik dan benar

157

WAKTU dan Tempat Sabtu 16-02-2019

PJ

Seluruh mahasiwa praktekdi ruang melati

SASARAN

1. Kepala ruang 2. Perawat pelaksana 3. Keluarga pasien

METODE

Diskusi ceramah

&

&

Tabel 4.8 POA Pelaksanaan Timbang Terima TUJUAN

URAIAN KEGIATAN

Indikator (Kriteria Hasil)

1.

2.

Berkurangnya kejadian phlebitis Perawat mampu mencegah terjadinya phlebitis

1. Melaksanakan tindakan pemasangan infus sesuai dengan SOP 2. Melaksanakan tindakan mengoplosan obat injeksi terutama obat NSAID yang mudah mengiritasi perifer dengan cara di oplos dengan wfi dan tidak dicampur dengan obat lainnya 3. Melakukan perawatan infus sekaligus mengcek secra berkala kondisi infus 4. mengikut sertakan keluarga dalam proses perawatan infus 5. evaluasi target pencapaian

Kejadian phlebitis berkurang angka kejadiannya

WAKTU dan Tempat Senin 18-02-2019kamis tanggal 21-022019

PJ

Seluruh mahasiwa praktekdi ruang melati

SASARAN

1. Kepala ruang 2. Perawat pelaksana 3. Keluarga pasien

158

METODE

Diskusi ceramah

&

Tabel 4.9 POA Pelaksanaan Timbang Terima TUJUAN

URAIAN KEGIATAN

Indikator (Kriteria Hasil)

1.

2.

Berkurangn ya kejadian pasien jatuh Perawat mampu mencegah terjadinya pasien jatug

1. Melaksanakan tindakan KIE keluarga pasien mengenai penggunaan alat pengamanan yang tersedia pada bed dan kondisi pasien yang memungkinkan jatuh 2. Membuat tanda / label pasien risiko jatuh sebagai pengingat dan memberi informasi bahwa pasien beresiko jatuh 3. mengikut sertakan keluarga dalam kegiatan pasien safety 4. mengecek secara berkala kondisi pasien dengan risiko jatuh 5. evaluasi target pencapaian

Kejadian pasien jatuh dan pasien berisiko jatuh berkurang angka kejadiannya

WAKTU dan Tempat Senin 18-02-2019kamis tanggal 21-022019

PJ

Seluruh mahasiwa praktekdi ruang melati

SASARAN

1. Kepala ruang 2. Perawat pelaksana 3. Keluarga pasien

159

METODE

Diskusi ceramah

&

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Implementasi 5.1.1 Masalah 1. Tingginya angka risiko jatuh pada pasien di Ruang Melati •

Implementasi: Pemasangan tanda pasien berisiko jatuh beserta himbauan pencegahan kejadian jatuh pada tanggal 25 februari 2019 sejumlah 10 orang di kelas 3 A,B dan C di ruang melati.

2. Tingginya angka terjadinya phlebisi di Ruang Melati •

Implementasi : Melakukan tindakan pemasangan infus sesuai SOP, melaksanakan pengoplosan obat dengan tepat, dan melakukan pengecekan dan perawatan infus secara berkala di Ruang Melati.

3. Belum optimalkan pelaksanaan Five Moment Hand Hygiene : Perawat belum melakukan cuci tangan pada saat sebelum kontak langsung dengan pasien serta sebelum tindakan invasive. •

Implementasi :Telah dilakukan demonstrasi cuci tangan 6 langkah dan Five Moment Hand Higiene setiap pagi yang diikuti oleh kepala ruang, wakil kepala ruang, katim dan perawat pelaksana di Ruang Melati.

4. Belum optimal pelaksanaan Timbang Terima beserta validasi data ke pasien dimana hal tersebut hanya dilakukan pada shift pagi saja. •

Implementasi : Telah dilakukan roleplay operan timbang terima setiap pergantian shift di kamar 3C Ruang Melati

5. Supervisi di Ruang Melati tidak pernah dilakukan •

Implementasi : Tidak terlaksana dikarenakan penyusunan panduan supervise membutuhkan waktu yang lama melebihi jadwal yang sudah dilakukan.

6. Kurang optimalnya penerimaan pasien baru : pasien dan keluarga diberikan KIE mengenai ruangan dan tentang pengelolaan sampah di RS.

160



Implementasi : Telah dilakukan rollplay penerimaan pasien baru pada 25 februari 2019 dan dilakukan penerimaan pasien baru pada seluruh pasien baru di kamar 3C ruang melati.

7. Ronde keperawatan •

Implementasi : telah dilaksanakan ronde keperawatan pada tanggal 14 Februari 2018 pada pasien Ny S dengan diagnosa anemia dan melena.

5.2 Hasil Implementasi 5.2.1 Resiko Infeksi a. Kejadian Plebitis Tabel 5.2.1 Resiko Infeksi Kejadian Plebitis No

Variabel

1 2

Jumlah Pasien Plebitis Jumlah Resiko Plebitis

Tanggal 25/02 26/02 3 1 0 0

27/02 1 0

Total 5 0

(Jumlah kejadian plebitis/ Jumlah hari yang dikaji/ jumlah pasien x 100) 5/ 3/ 35 x 100 = 4,76 = 5% Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 25-27 februari2019 jumlah kejadian plebitis adalah 5% (Jumlah kejadian resiko plebitis/ Jumlah hari yang di kaji/ jumlah pasien x100) 0/ 3/ 35 x100 = 0% Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 25-27 februari 2019 jumlah kejadian resiko plebitis adalah 0%

161

5.2.2 Five Moment Hand Hygiene pre dan post a. Five Moment Hand Hygiene pre Tabel 5.2.2 Five Moment Hand Hygien pre Pertanyaan Sebelum kontak langsung dengan pasien Sebelum tindakan invasif (memberikan injeksi, pasang infus, menyiapkan obat-obatan, menyiapkan makan, memberi makan pasien, rawat luka, dll) Setelah beresiko dengan cairan tubuh (darah, cairan tubuh, urine, dll) Setelah kontak dengan pasien Setelah kontak dengan lingkungan pasien Rata-rata

Px1 Ya Tdk √

Px 1 Ya Tdk √

Px 3 Ya Tdk √

Px 4 Ya Tdk √

Px 5 Ya Tdk √

Presentase 40 %











100%











100%











80%







10 0

0

10 0

0

10 0

162



0

60

40

60



60%

40

100%

b. Five Moment Hand Hygien post Tabel 5.2.3 Five Moment Hand Hygien post Pertanyaan

Px1 Ya tdk

Px 1 ya tdk

Px 4 ya tdk

Px 5 ya tdk

Presentase



Px 3 ya Td k √

Sebelum kontak langsung dengan pasien Sebelum tindakan invasif (memberikan injeksi, pasang infus, menyiapkan obatobatan, menyiapkan makan, memberi makan pasien, rawat luka, dll) Setelah beresiko dengan cairan tubuh (darah, cairan tubuh, urine, dll) Setelah kontak dengan pasien Setelah kontak dengan lingkungan pasien Rata-rata







100 %











100%











100%

















10 0

0

10 0

0

10 0

0

√ √

10 0

0

100%

80

20

5.2.3 Kejadian Jatuh 1. Kejadian Jatuh Tabel 5.2.4 Kejadian jatuh pasien dari tanggal 25 sampai 27 februari 2019 No 1 2

Variabel Jumlah Pasien Jatuh Jumlah Resiko Jatuh

Tanggal Total 25/02/2019 26/02/2019 27/02/2019 0 0 0 0 9

8

6

(Jumlah pasien jatuh / jumlah hari pengkajian / jumlah pasien x 100)

163

80%

23

100%

0 / 3 / 35 x 100 = 0% Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 2527 februari 2019 jumlah kejadian jatuh adalah 0 % (Jumlah pasien resiko jatuh / jumlah hari pengkajian / jumlah pasien x 100) 23/ 3/ 35 x 100 = 21,9 = 22% Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 25-27 februari 2019 jumlah kejadian resiko jatuh adalah 22% 2. Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh (Pre) Tabel 5.2.5 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh Pada Tanggal 5 Februari 2019 Nama No

Pasien

Skor

Keterangan

1

Tn. B

60%

Resiko tinggi jatuh

2

Tn. M

75%

Resiko tinggi jatuh

3

Tn. R

90%

Resiko tinggi jatuh

4

Ny. N

45%

Resiko rendah jatuh

5

Tn. U

20%

Tidak Beresiko jatuh

6

Ny. S

65%

Resiko tinggi jatuh

7

Tn. A

50%

Resiko rendah jatuh

8

Tn. A

75%

Resiko tinggi jatuh

9

Ny. S

60%

Resiko tinggi jatuh

10

Ny. N

20%

Tidak Beresiko jatuh

11

Ny. F

50%

Resiko rendah jatuh

12

Ny. N

35%

Resiko rendah jatuh

13

Ny. R

35%

Resiko rendah jatuh

164

14

Tn. M

75%

Resiko tinggi jatuh

15

Ny. A

60%

Resiko tinggi jatuh

Tabel 5.2.6 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh Pada Tanggal 6 Februari 2019

Nama No

Pasien

Skor

Keterangan

1

Tn. B

60%

Resiko tinggi jatuh

2

Tn. M

75%

Resiko tinggi jatuh

3

Tn. R

90%

Resiko tinggi jatuh

4

Ny. N

45%

Resiko rendah jatuh

5

Tn. U

20%

Tidak Beresiko jatuh

6

Ny. S

65%

Resiko tinggi jatuh

7

Tn. A

50%

Resiko rendah jatuh

8

Tn. A

75%

Resiko tinggi jatuh

9

Ny. S

60%

Resiko tinggi jatuh

10

Ny. N

20%

Tidak Beresiko jatuh

11

Ny. F

50%

Resiko rendah jatuh

12

Ny. N

35%

Resiko rendah jatuh

13

Ny. R

35%

Resiko rendah jatuh

14

Tn. M

75%

Resiko tinggi jatuh

15

Ny. A

60%

Resiko tinggi jatuh

16

Ny. N

50%

Resiko rendah jatuh

17

Ny. M

35%

Resiko rendah jatuh

18

Tn. B

50%

Resiko rendah jatuh

19

Ny. S

50%

Resiko rendah jatuh

165

Tabel 5.2.7 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh Pada Tanggal 7 Februari 2019 Nama No

Pasien

Skor

Keterangan

1

Tn. B

60%

Resiko tinggi jatuh

2

Tn. M

75%

Resiko tinggi jatuh

3

Tn. R

90%

Resiko tinggi jatuh

4

Ny. N

45%

Resiko rendah jatuh

5

Tn. U

20%

Tidak Beresiko jatuh

6

Ny. S

65%

Resiko tinggi jatuh

7

Tn. A

50%

Resiko rendah jatuh

8

Tn. A

75%

Resiko tinggi jatuh

9

Ny. S

60%

Resiko tinggi jatuh

Keterangan Tidak Beresiko Resiko rendah Resiko tinggi

0-24 % 25-50 % >51 %

3. Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh (Post) Tabel 5.2.8 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh Pada Tanggal 25 Februari 2019

No

Nama Pasien

Skor

Keterangan

1

Tn. B

60%

Resiko tinggi jatuh

2

Tn. M

75%

Resiko tinggi jatuh

3

Tn. R

90%

Resiko tinggi jatuh

4

Ny. N

45%

Resiko rendah jatuh

5

Tn. U

20%

Tidak Beresiko Jatuh

166

6

Ny. S

65%

Resiko tinggi jatuh

7

Tn. A

50%

Resiko rendah jatuh

8

Tn. A

75%

Resiko tinggi jatuh

9

Ny. S

60%

Resiko tinggi jatuh

Tabel 5.2.9 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh Pada Tanggal 26 Februari 2019

No

Nama Pasien

Skor

Keterangan

1

Tn. B

60%

Resiko tinggi jatuh

2

Tn. M

75%

Resiko tinggi jatuh

3

Tn. R

90%

Resiko tinggi jatuh

4

Ny. N

45%

Resiko rendah jatuh

5

Tn. U

20%

Tidak Beresiko Jatuh

6

Ny. S

65%

Resiko tinggi jatuh

7

Tn. A

50%

Resiko rendah jatuh

8

Tn. A

75%

Resiko tinggi jatuh

Tabel 5.2.10 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh Pada Tanggal 27 Februari 2019

No

Nama Pasien

Skor

Keterangan

1

Tn. B

60%

Resiko tinggi jatuh

2

Tn. M

75%

Resiko tinggi jatuh

3

Tn. R

90%

Resiko tinggi jatuh

4

Ny. N

45%

Resiko rendah jatuh

167

5

Tn. U

20%

Tidak Beresiko Jatuh

6

Ny. S

65%

Resiko tinggi jatuh

Keterangan Tidak Beresiko Resiko rendah Resiko tinggi

0-24 % 25-50 % >51 %

4. Diagram Pre dan Post Kejadian Pasien Jatuh Diagram 5.2.1 Kejadian Pasien Jatuh Pre dan Post 0.18

0.16 0.14 0.12 0.1

RESIKO TINGGI RESIKO RENDAH

0.08

TIDAK BERESIKO 0.06 0.04 0.02 0 PRE

POST

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk monitoring resiko jatuh mengalami penurunan dari pre intervensi dengan nilai rata-rata keseluruhan 42,59% menjadi 22,84% saat post-intervensi. Masing-masing item resiko jatuh mengalami penurunan sebagai berikut yaitu resiko tinggi dengan nilai pre-intervensi 20,95% menjadi 14,28% post-intervensi, resiko rendah jatuh mengalami penurunan dengan nilai pre-intervensi 16,19% menjadi 4,76% post-intervensi, yang tidak beresiko mengalami penurunan

168

dengan nilai pre-intervensi 4,76% menjadi 3,80% post-intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya penurunan yang signifikan selama dilakukan evaluasi. 5.2.4 Handover (Timbang Terima) Telah dilakukan timbang terima pada 7 pasien 3C selama 3 minggu yaitu pada shift pagi, sore, malam No

Tabel 5.2.11 Timbang Terima selama 3 minggu Pelaksanaan Pre Post

1

Kedua kelompok dinas sudah siap

100% 100%

2

Shif yang mau mempersiapkan hal-hal yang

100% 100%

akan disampaikan 3

Ketua tim yang mau menyampaikan: kondisi 100% 100% atau keadaan umum klien, tindak lanjut untuk dinas yang menerima laporan, rencana kerja untuk dinas yang menerima operan

4

Penyampian kondisi pasien, tindak lanjut

100% 100%

untuk dinas dan rencana kerja dilakukan dengan jelas, singkat, akurat, dan tidak terburu-buru 5

Ketua tim dan semua anggota tim bersama-

100% 100%

sama langsung melihat keadaan pasien 6

Tim yang mengoperkan tugas diberi

100% 100%

kesempatan kepada tim yang menjalankan tugas untuk bertanya 7

Tim yang mengoper tugas menyerahkan

100% 100%

semua berkas catatan perawatan kepada tim yang akan menjalankan tugas untuk menerima operan Rata-rata

100% 100%

169

Diagram 5.2.2 Timbang Terima Pre dan Post

Timbang terima Pre dan Post 120%

100%

80%

60%

40%

20%

0% Pre

Post

Dari diagram tersebut didapatkan hasil bahwa pelaksanaan timbang terima pre dan post pelaksanaan dengan hasil 100%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan timbang terima menunjukan dalam kategori baik. 5.2.5 Orientasi Pasien Baru Hasil Penilaian tindakan orientasi pasien baru di ruang melati ;

Tabel 5.2.12 Orientasi Pasien Baru No Tahapan Prosedur Pelaksanaan

P1

P2

P3

P4

P5

1











-



-





-



-





Berikan salam pada pasien dan keluarga

2

Perawat memperkenalkan diri kepada pasien

3

Perkenalkan perawat yang bertanggung jawab selama perawatan

170

4

Perkenalakan dokter yang











-

-

-

-

-



-



-











-

-

-

-

-

-





















bertanggung jawab selama perawatan 5

Perawat menjelaskan tentang ruangan/ lingkungan (kamar mandi, ruang perawat, ruang sholat, depo obat dan laboratorium)

6

Perawat menjelaskan cara memanggil perawat

7

Perawat menjelaskan aturan dan tata tertib rumah sakit

8

Perawat menjelaskan manajement keselamatan jalur evakuasi

9

Perawat menjelaskan manajeman keselamatan pencegahan jatuh

10

Perawat menjelaskan manajemen keselamatan penggunaan gelang identitas pasien

11

Perawat mengajarkan hand hygiene

-

-

-

-

-

12

Perawat menjelaskan pemilahan

-

-

-

-

-















-

-

-











tempat sampah 13

Perawat menjelaskan penyimpanan barang-barang berharga pasien maupun keluarga pasien

14

Perawat menanyakan kembali kejelasan akan informasi yang telah disampaikan

15

Perawat mencatat pada checklist/lembar penerimaan pasien baru dan lengkapi tanda tangan oleh kedua pihak

Presentase

60% 66,6% 53,3% 60% 60%

171

Presentase rata-rata

59,98%

Hasil Evaluasi Tindakan Orientasi Pasien Baru Di Ruang Melati

Tabel 5.2.13 hasil evaluasi tindakan pasien baru di Ruang Melati No Tahapan Prosedur

P1

P2

P3

P4

P5











-



-





Perkenalkan perawat yang -



-















-

-

-

-

-



-



-











-

-

-

-

-

-

Pelaksanaan 1

Berikan salam pada pasien dan keluarga

2

Perawat memperkenalkan diri kepada pasien

3

bertanggung jawab selama perawatan 4

Perkenalakan dokter yang bertanggung jawab selama perawatan

5

Perawat menjelaskan tentang ruangan/ lingkungan (kamar mandi, ruang perawat, ruang sholat, depo obat dan laboratorium)

6

Perawat menjelaskan cara memanggil perawat

7

Perawat menjelaskan aturan dan tata tertib rumah sakit

8

Perawat menjelaskan manajement keselamatan jalur evakuasi

172

9

Perawat menjelaskan





















-

-

-

-

-



-



-

















-

-

-











manajeman keselamatan pencegahan jatuh 10

Perawat menjelaskan manajemen keselamatan penggunaan gelang identitas pasien

11

Perawat mengajarkan hand hygiene

12

Perawat menjelaskan pemilahan tempat sampah

13

Perawat menjelaskan penyimpanan barangbarang berharga pasien maupun keluarga pasien

14

Perawat menanyakan kembali kejelasan akan informasi yang telah disampaikan

15

Perawat mencatat pada checklist/lembar penerimaan pasien baru dan lengkapi tanda tangan oleh kedua pihak

Presentase

66,67% 66,67% 60%

Presentase rata-rata

64,02%

173

60% 66,67%

Diagram 5.2.3 Perbandingan pelaksanaan orientasi pada pengkajian dan evaluasi di Ruang Melati.

65% 64% 63% 62% 61% 60% 59% 58% Pre

Post

5.2.6 Supervisi Berdasarkan pengkajian awal selama 1 minggu mulai tanggal 11-21 Februari 2019, hasil dari wawancara kepada kepala ruang bahwa supervise dilakukan

sewaktu-waktu

namun

tidak

terstruktur

karena

belum

adanyapanduan dan jadwal supervise yangjelas. Setelah dilakukan sosialisasi supervise pada hari senin 25 februari 2019 kemudian dilakukan evaluasi oleh mahasiswa dengan waktu yang lama meleihi jadwal yang sudah ditentukan. 5.2.7 Ronde keperawatan Ronde keperawatan Ny S dengan Anemia+Melena di ruang 3C sudah dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2019.

174

5.3 Pembahasan 5.3.1 Risiko Jatuh Pada evaluasi monitoring pasien risiko jatuh terdapat penurunan nilai risiko jatuh yaitu pada pre intervensi 41% dan pada post intervensi 22%.Terdapat penurunan yang signifikan pada nilai risiko jatuh Penurunan ini dapat terjadi dikarenakan pemberian monitoring sosialiasasi risiko jatuh. Monitoring sosialisasi yang dibuat disini ada;ah untuk menghindari risiko jatuh pada pasien dewasa dan geriatric , dengan demikian menghindaridan mengurangi risiko jatuh.(Indah Puji, 2014). Pada kebijakan dan tata tertib yang berada di rumah sakit tentang penurunan skala risiko jatuh. Untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya pasien jatuh dengan atau tanpa cidera perlu dilakukan pengakajian diawal maupun kemudian pengkajian ulang secara berkala mengenai risiko pasien jatuh, termasuk risiko potensial yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan yang diberikan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, memiliki peran kunci dalam mewujudkan keselamatan pasien ( Depkes RI 2006). 5.3.2 Kejadian phlebitis Pada evaluasi monitoring pasien phlebitis didapatkan hasil pada pre intervensi 7.61 % dan pada post intervensi 4.76%. terdapat penurunan kejadian phlebitis kurang lebih 3% selama 3 hari evaluasi.Angka kejadian phlebitis termasuk infeksi nosocomial yang merupakan salah satu indicator mutu dalam standar pelayanan rumah sakit dimana angka standar yang menjadi acuan adalah ≤1.5% (Kemenkes,2008) angka kejadian phlebitis tidak boleh melebihi 5% (wayunah,2011) Lama pemasangan catheter infus sering dikaitkan dengan insidensi kejadian phlebitis. May dkk ( 2005) melaporkan hasil dimana mengganti tempat ( rotasi ) kanula ke lengan kontralateral setiap hari pada 15 pasien menyebabkan bebas flebitis.namun, dalam uji control acak yang dipublikasi

175

baru-baru ini oleh Webster disimpulkan bahwa kateter bisa dibiarkan aman ditempatnya lebih dari 72jam. Jika tidak ada kontraindikasi.The Centers For Disease Control dan Prevention menganjurkan penggantian kateter setiap 72-96jam untuk membatasi potensi infeksi ( Darmawan 2008 O) 5.3.3 Orientasi Pasien Baru Dari evaluasi didapatkan hasil nilai rata-rata dari 59,98% meningkat menjadi 64,02% yang mana sudah termasuk dalam kategori cukup baik. Hal ini dapat disimpukan bahwa pelaksanaan orientasi pasien baru terjadi peningkatan yagcukup signifikan. Tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak hal-hal yang tidak disampaikan oleh perawat seperti tidak memberikan lembar tata tertib rumah sakit, hak dan kewajiban pasien. Kemudian untuk management keselamatan pasien pun masih ada beberapa yang terlewatkan. Untuk hand hygiene perawat sudah menyampaikan kepada keluarga dan pasien. Menurut Sofyandi (2008), orientasi adalah pengenalan dan adaptasi terhadap situasi atau lingkungan. Pengenalan atau orientasi perlu diprogramkan karena adanya sejumlah aspek khas yang muncul pada saat seseorang memasuki lingkungan baru,antara lain : berupa kecemasan apakah ia diterima dalam lingkungan yang baru dan harapan yang tidak realistis karena tidak mempunyai gambaran atau informasi yang jelas dan lengkap tentang lingkungan yang baru. Untuk itu diperlukan proses sosialisasi supaya pasien dapat segera menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit. seperti dinyatakan oleh Yahya (2009) bahwa seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya, maka hubungan petugas rumah sakit (termasuk perawat ) dan pasien mengalami perubahan yang sangat berarti dari hubungan yang dulunya lebih menyerupai hubungan prangtua anak (paternalistic) bergeser menjadi hubungan yang bersifat kemitraan (partnership).

176

Tahap kerjasama yang baik antara pasien dengan profesi kesehatan yang ada dirumah sakit, harus ditingkatkan dengan baik.oleh karena itu agar pelayanan dapat memuaskan pasien/ keluarga, maka petugas pelayanan dapat memenuhi persyaratan pokok, pelayanan ini bisa berlaku pula untuk pelayanan keperawatan khususnya dalam tindakan orientasi pasien baru .Perawat harus mempunyai motivasi yang tinggi dalam menyampaikan informasi yang harus disampaikan kepada keluarga/pasien. Diharapkan untuk tahap-tahap dalam pelaksanaan orientasi baru tidak ada yang terlewatan sehingga mampu didapatkan nilai pencapaian 100% Dalam

rangka

meningkatkan

mutu

pelayanan

yang

berkesinambungan serta kepuasan pasien,perawat perlu untuk selalu memberikan informasi kepada setiap pasien baru sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat dengan mengacu pada protap yang ditetapkan dari RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar. 5.3.4 Handover (Timbang Terima) Dari hasil implementasi yang dilaksanakan, telah dilakukan timbang terima di ruang 3c selama 2 minggu , yaitu dengan cara perawat yang bertugas shift pagi melakukan timbang terima kepada shift sore pada saat pergantian shift begitu pula dengan shift sore ke malam, shift malam ke shift pagi. Dari diagram diatas didapatkan hasil bahwa pelaksanaan timbang terima pre dan post

pelaksanaan dengan hasil yang sama dapat

dipresentasikan 100%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan timbang terima menunjukkan dalam kategori terbaik. Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien dengan tujuan menyampaikan kondisiatau keadaan pasien secara umum pasien

177

menyampaikan hal-hal yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya, tersusun renaca kerja berikutnya. ( Nursalam,2012) Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiaatn yang telah/ belum dilaksanakan. 5.3.5 Five Moment Cuci Tangan Hasil yag didaptkan saat pengkajian situasi awal dirasa belum optimal sehingga perlu adanya peningkatan perilaku perawat untuk melakukan cuci tangan five moment terkait dengan upaya pencegahan infeksi nosokomial pada pasien. Setelah dilakukan implementasi selama 2 minggu berupa sosialisasi, re-dukasi dan pemberian reward berupa perawat terbaik didapatkan hasil evaluasi rata-rata sebanyak 90% perawat ruang melati melakukan five moment cuci tangan dengan sebanyak 74% perawat di ruang melati telah melakukan cuci tangan five moment sebelum kontak langsung dengan pasien, setelah kontak dengan pasien sebesar 80% dan sebesar 100% setelah kontak dengan lingkungan pasien. Setelah itu terdapat peningkatan hasil rata-rata dari nilai 66% menjadi 88%. Implementasi yang dilakukan cukup efektif dengan adanya peningkatan sebesar 22% dengan diberikannya sosialisai, re-dukasi dan pemberian reward, selain itu perawat juga diberikan saran saran sebagai upaya kepatuhan dalam pelaksanaan fife moment cuci tangan. Menurut Payle (1898,, dalam Wardani, 2011) membagi kepatuhan menjadi tiga yaitu kepatuhan penuh, kepatuhan sebagian, dan ketidakpatuhan. Kepatuhan merupakan kondisi dimana perawat secara konsisten dan penuh kesadaran melakukan apa yang disarankan, kepatuhan sebagian adalah kondisi dimana

178

perawat terkadang mengikuti saran dan terkadang tidak dan ketidakpatuhan adalah kondisi dimana perawat meninggalkan saran dan anjuran. Kebersihan tangan ( Hand Hygiene) merupakan suatu prosedur tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air mengalir atau dengan menggunakan handrub yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara ( Perdalin, 2013). Berdasarkan jurnal yang dikutip dalam Fauzia (2014) mengatakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam melaksanakan hand hygiene. Faktor individu yang mempengaruhi yaitu pengetahuan, sikap, bebean kerja, dan motivasi. Faktor organisasi meliputi ada tidaknya prosedur tetap, sanksi, penghargaan, dukungan, pelatihan dan ketersediaan fasilitas sara dan prasarana yang menunjang pelaksanaan hand hygiene. Faktor lingkungan meliputi air dan arsitektur bangunan. Penerapan cuci tangan pada perawat juga harus oleh kesadaran perawat itu sendiri dalam melindungi diri dan pasien dari bahan infeksius serta kesadaran dalam menjalankan SOP yang benar. Kebiasaan mencuci tangan perwat di rumah sakit, merupakan perilaku mendasar dalam upaya pencegahan cross infection

(infeksi silang). Pengetahuan merupakan

elemen yang sangat penting untuk terbentuknya tindakn seseorang. Perawat juga harus memiliki pengetahuan tentang cuci tangan dengan benar sebagai upaya pencegahan infeksi nosokomial dirumah sakit sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan ( Fauzia,2014) Salah satu langkah dari pihak untuk meningkatkan pengetahuan perawat adalah dengan mengadakan pelatihan atau sosialisasi secara periodik terhadap pelaksanaan hand hygiene. Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa pelatihan merupakan upaya untuk melakukan perubahan perilaku efektif yang meliputi perubahan sikap seseorang terhadap sesuatu. Pendapat lain mengatakan bahwa pelatihan dapat

179

memberrikan informasi kepada perawat untuk membentuk sikap positif dan meningkatkan

ketrampilan

dalam

melaksanakan

tugas-tugasnya

(

Fauzia,2014). 5.3.6 Supervisi Berdasarkan hasil evaluasi mahasiswa selama tanggal 4 Febuari sampai 2 Maret 2019 diruang melati yaitu sudah dilakukan sipervisi dari karu ke katim maupun ke perawat pelaksana. Hal ini dikarenakan penyusunan panduan supervisi keperawatan yang alam sehingga membuat waktu implementasi suoervisi keperawatan menjadi singkat, eblum adanya jadwal yang terstruktur, dan tingginya beban kerja perawat ruangan. Supervisi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka pemantauan disertai dengan pemberian bimbingan, penggerakan atau motivasi dan pengarahan ( Depkes, 2008). Supervisi berarti individu yang mempunyai otoritas dalam dalam memperrhatikan pegawai mereka, untuk menyewa, memindahkan,

menangguhkan,

mempromosikan,membebas

memecat,

tugaskan,

memanggil

menandatangani,

kembali,

memberikan

hadiah atau mendisiplinkan pegawai lainnya atau bertaanggung jawab untuk mengarahkan mereka atau mengani keluhan mereka atau secara efektif menganjurkan suatu tindakan. Jika berkaitan dengan diatas, pelaksanaan otoritas semacam itu tidak semat-mata rutinitas atau sifat administrasi tetapi juga penggunaan penilaian yang independen. Menurut (Izzah, 2002) bahwa supervisi dapat optimal ketika dilakukan satu kali dalam satu harinya akan memilih peluang kinerja lebih baik dibandingkan perawat pelaksana yang mendapatkan superrvisi dua kali atau lebih dalam satu hari. Supervisi merupakan bagian yang penting dalam manajemen keperawatan,salah satu fungsi manajemen ialah directing dimana didlamnya terdapat kegiatan supervisi keperawatan. Implementasi supervisi diruang melaati belum terlaksanakan optimal dikarenakan belum adanya jadwal

180

supervisi yang berkala, beban kerja yang lebih serta kurangnyamotivasi baik kpala ruang maupun ketua tim terhadap pelaksana supervisi. 5.3.7 Ronde Keperawatan Ronde keperawatan diruang 3C telah dilaksanakan pada Ny. S dengan diagnosa medis Anemia+Melena. Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat katim dan atau konselor, kepala ruangan, perawat pelaksana, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota ( Kuntoro, 2010). Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi maslah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan yang diakukan oleh perawat primer, kepala ruang dan perawatan pelaksana serta melibatkan seluruh anggota lain (Kuntono, 2010).

181

BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil pengkajian di dapatkan bahwa untuk memonitoring resiko jatuh mengalami penurun dari pre intervensi dengan nilai rata-rata keseluruhan sebesar 41% menjadi 22% saat post intervensi 2. Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa pelaksanaan orientasi pasien baru pre dan post pelaksanaan orintasi pasien baru dapat dipresentasikan 59.98% menjadi 64.02% 3. Dari hasil pengkajian di dapatkan bahwa pelaksanaan timbang terima pre dan post pelaksanaan dengan hasil sama dapat dipresentasikan 100% 4. Dari hasil pengkajian Five Moment Hard Hygiene didapatkan hasil setelah post intervensi adalah dari 40% menjadi 100% 5. Berdasarkan pengkajian awal selama 1 minggu mulai tgl 2019, hasil dari wawancara kepada kepala ruangan bahwa supervisi dilakukan sewaktuwaktu namun tidak terstruktur karena belum adanya panduan dan jadwal supervisi yang jelas 6. Pada tanggal 14 februari 2019 dilaksanan ronde keperawatan di ruangan melati pada pasien Ny S dengan anemia + melena di ruangan 3C yang dihadiri oleh ahli gizi, kepala ruangan, perawat katim, perawat pelaksana 7. Berdasarkan hasil pengkajian di dapatkan bahwa untuk angka kejadian plebitis mengalami penurunan dari pre intervensi dan pre intevensi dengan nilai rata-rata keseluruhan sebesar7.61% menjadi 4.76% saat post intevensi 6.2 Saran 1. Bagi Mahasiswa Setelah dilakukan manajemen keperawatan diharapkan dapat mengaplikasikan

peran

dan

manajemen keperawatan

182

meningkatkan

kemampuan

terkait

2. Bagi Ruangan Setelah

dilakukan

manajeman

keperawatan

diharapkan

dapat

meningkatkan mutu dan usaha dalm pemberian pelayanan asuhan keperawatan yang profesional dan kemprehensif sehingga dapat memberikan kepuasan pada pasien dan keluarga. Serta pemberian pelayanan terhadap bio, psiko, sosial, spiritual dan kultir pasien dapat terpenuhi dengan baik. Setelah dilakukan implementasi orientasi pasien baru diharapkan perawat dapat meningkatkan pelaksanaan orientasi pasien baru lebih optimal. Setelah

dilakukan

implementasi

pendokumentasian

asuhan

keperawatan diharapkan dapat dilaksanankan secara terus menerus, serta dalam pengisisan dokumentasi asuhan keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan yang telah ditetapkan di rumah sakit. Setelah dilakukan implementasi supervisi keperawatan diharapkan untuk kedepannya bisa lebih terjadwal dalam pelaksanaan supervisi dan terdokumentasi pada setiap supervisi yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang bermutu di Ruang Melati.

183

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan,I.2008.Flebitis,apa penyebabnya dan bagaimana mengatasinya.Edisi 2 Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Depkes,I.2006.Panduan Nasional Sakit.Depkes.Jakarta.

Keselamatan

Pasien

cara Rumah

Depkes RI.2008.Modul Management dan Pemberian Asuhan Keperawatan di Unit Ruang Rawat Rumah Sakit.Bandung: Depkes. Fauzia,Ansyori dan Hariyanto.2014.Kepatuhan Standar Prosedur Operasional Hand Hygiene Pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit.Bandung. Hartatik, Indah Puji.2014 Buku Pintar Membuat SOP.Flash Books.Yogyakarta. Izzah, Nur.2002. Hubungan Teknik dan Frekuensi Kepala Ruang Dengan Kinerja Perawat Pelaksana diRuang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Batang Jawa Tengah.Jawa Tengah. Kuntoro,A.2010. Buku Ajar Managemen Keperawatan.Yogyakarta: Nuha Medika. Nursalam, 2011.Managemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Professional. Edisi 3.Jakarta: Salemba Medika. Nursalam.2012.Management Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.3rd edn . Salemba Medika.Jakarta. Sofiyandi,Herman.2008.Management Sumber Daya Manusia . Penerbit L:Graha Ilmu.Yogyakarta. Wadani,S.J.,2011.Hubungan Antara Praktik Personal Hygiene Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Kelurahan Sugiwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Tebalang Kota Semarang.Semarang. Wahyunah.2011.Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Therapi Infus dengan Kejadian flebitis dan kenyamanan pasien di ruang raawat inap RSUD Indramayu. Thesis.Fakultas keperawatan ,Universitas Indonesia. Yahya, IF.2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektifitas komunitas terapeutik perawat pelaksanaan di ruang rawat inap RS SumberWaras Jakarta. Skripsi.

184

LAMPIRAN

185

PROPOSAL DISCHARGE PLANNING PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN MAHASISWA PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO BLITAR

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 2: Laurentina Dos Reis Lopes

1814314901019

Lufi Yetur Romzi

1814314901005

Muhkhammad Agus Sholi

1814314901006

Melinda Fandasari

1814314901023

Nelci Elvina G B

1814314901007

Refi Andi Alamsyah

1814314901008

Ria Rosanti

1814314901009

Safitri

1814314901011

Sifra Parinussa

1814314901025

Siska Putri Utami

1814314901012

Vannessia Prasetya Cia

1814314901016

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG 2019

186

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PROPOSAL DISCHARGE PLANNING PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN MAHASISWA PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO BLITAR Telah disetuji Hari : Tanggal :

Blitar,

Maret 2019

Mengetahui, Kepala Ruangan Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar

Eko Sugiyono S, Kep., Ns NIP. 196702031988031010 Pembimbing Lahan

Pembimbing Intitusi

Sri Anah Puji Lestari S.Kep., Ns

Ns. Sih Ageng Lumadi., M.Kep

NIDK. 8812710016

NIDN. 0729018101

187

BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUAN Asuhan keperawatan merupakan kegiatan memberikan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara mandiri atau kolaboratif melalui pendekatan terminologi keperawatan. Asuhan keperawatan diberikan secara berkesinambungan dan komprehensif, mulai pasien datang, selama perawatan dan menjelang pulang. Untuk menjamin pelayanan keperawatan secara optimal, diperlukan suatu metode atau pendekatan orientasi yang terintegrasi. Setelah mendapatkan orientasi yang cukup tentang pelayanan kesehatan (tempat pelayanan, peraturan rumah sakit, dan administratif), diharapkan klien dapat menjalani perawatan dengan optimal. Setelah mendapatkan pelayanan kesehatan, klien akan kembali beraktifitas seperti sediakala. Demi menjamin kesehatan klien secara berkesinambungan dirumah, diperlukan adanya suatu perencanaan pulang (discharge planning), yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan klien dan menurunkan biaya-biaya yang diperlukan untuk rehabilitasi lanjut, dengan adanya discharge planning klien dapat mempertahankan kesehatannya dan membantu klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan mereka sendiri (Jane Erwin 1999). Discharge Planning di ruang Melati sudah dilakukan tetapi belum optimal. Di ruangan belum tersedia sarana discharge planning seperti: leaflet untuk 10 kasus terbanyak. PKMRS dilakukan

namun tidak terjadwal dan dilaksanakan oleh

mahasiswa keperawatan yang berdinas. Apabila tidak ada mahasiswa yang sedang praktik, PKMRS dilakukan oleh perawat ruangan atau petugas kesehatan lain yang berkepentingan Program pendidikan profesi Ners stikes maharani malang diharapkan mampu menjadi role model dalam pelaksanaan discharge planning di ruang melati Rumah SaKIT Mardi Waluyo Blitar secara benar. Oleh karena itu dengan adanya penerapan discharge planning , diharapkan dapat dijalankan secara berkelanjutan,

188

dengan demikian diharapkan tujuan peningkatan kualitas kesehatan pasien dapat tercapai secara optimal. 1.2 TUJUAN 1.2.1 Tujuan Umum Setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan diharapkan mahasiswa dan perawat di Ruang Melati mampu menerapkan discharge planning dengan baik dan benar. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi kebutuhan klien terhadap discharge planning. 2. Mengidentifikasi masalah klien dalam discharge planning. 3. Mempersiapkan klien dalam menjaga status kesehatan selama di rumah. 4. Mengajarkan pada klien dan keluarga tentang perawatan klien di rumah yang meliputi diet, aktivitas istirahat, waktu dan tempat kontrol. 5. Melakukan evaluasi kepada klien atau keluarga selama pelaksanaan discharge planning. 6. Mendokumentasikan pelaksanaan discharge planning.

1.3 MANFAAT 1.3.1 Klien 1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan klien. 2. Meningkatkan kemandirian klien dan keluarganya dalam kesiapan perawatan di rumah. 3. Meningkatkan kemandirian klien dan keluarganya dalam melakukan perawatan diri sendiri di rumah.

1.3.2 Bagi Mahasiswa 1. Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa sebagai perawat dan klien sebagai penerima pelayanan.

189

2. Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana dalam discharge planning pada penyembuhan klien. 3. Meningkatkan kualitas perawatan secara berkelanjutan pada klien saat di rumah. 4. Membantu mahasiswa dalam mengembangkan ilmu yang telah dimiliki serta mengaplikasikannya. 5. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif untuk menentukan perencanaan pulang bagi pasien secara tepat.

190

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

PENGERTIAN Perencanaan pulang atau discharge planning merupakan proses terintegrasi

yang terdiri dari fase-fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft, 1990). Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistimatis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang (Carpenito, 1999). Menurut Hurts (1990) yang dikutip Kristina (2007) perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan perawatan mandiri di rumah. Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi di mana perawat profesional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien di mana perencanaan harus berpusat pada masalah pasien, yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta perawatan rutin yang sebenarnya (Swenberg, 2000 dalam Kristina, 2007). 2.2 BAGIAN DARI DISCHARGE PLANNING Menurut Rich O’Boyle (1999) discharge planning terdiri dari : 1.

Memastikan klien berada di lokasi yang aman setelah klien pulang

2.

Memutuskan perawatan klien lanjut yang dibutuhkan, asisten yang dibutuhkan atau peralatan spesial yang diperlukan kemudian.

3.

Mengatur pelayanan keperawatan di rumah (home care).

4.

Memilih tenaga kesehatan atau Puskesmas terdekat yang akan memonitor kesehatan klien dan keperluan medis lainnya setelah tiba di rumah.

191

5.

Memberi pelajaran singkat kepada keluarga yang akan menjaga klien di rumah tentang keterampilan yang diperlukan untuk merawat klien.

6.

Melaksanakan rentang perawatan antara RS dengan masyarakat.

2.3 TUJUAN Menurut Jipp dan Sirass (1998) discharge planning bertujuan untuk : 1.

Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.

2.

Menyiapkan kemandirian klien.

3.

Meningkatkan kemandirian yang berkelanjutan pada klien.

4.

Membantu rujukan klien pada sistem pelayanan yang lain.

5.

Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam mempertahankan status kesehatan klien.

2.4 JENIS PEMULANGAN PASIEN 1. Conditional discharge ( pulang sementara untuk cuti) Keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi klien baik dan tidak terdapat komplikasi. Klien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat. Akan tetapi di ruang Marwah 4 tidak terdapat pemulangan pasien yang cuti. 2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya). Cara ini merupakan akhir dari hubungan klien dengan rumah sakit, namun apabila klien perlu dirawat kembali maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali 3. Judicial discharge (pulang paksa atau pindah RS lain) Kondisi klien ini diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus tetap dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat puskesmas terdekat. Pada ruang Marwah 4 jika pasien menginginkan pulang paksa maka pasien atau keluarga harus mengisi informed consent terlebih dahulu, agar pihak rumah sakit tidak disalahkan jika ada risiko setelah di rumah.

192

4. Meneruskan dengan obat jalan (kontrol di poliklinik). 5. Meninggal. 6. Pasien melarikan diri.

2.5 KOMPONEN PERENCANAAN PULANG (KOMPONEN DISCHARGE PLANNING) A. Pada saat pasien masuk ruangan: 1.

Menyambut kedatangan pasien

2.

Orientasi ruangan, jenis pasien, peraturan dan denah ruangan

3.

Memperkenalkan pasien pada teman sekamar, perawat, dokter dan tenaga kesehatan lain

4.

Melakukan pengkajian keperawatan

5.

Menyampaikan kepada keluarga perkiraan lama masa perawatan.

B. Selama masa perawatan: 1.

Pemeriksaan klinis dan penunjang yang lain

2.

Melakukan asuhan keperawatan berdasarkan masalah yang muncul sampai dengan evaluasi perkembangan pasien selama dirawat.

3.

Penyuluhan kesehatan : penyakit, perawatan, pengobatan, diet, aktivitas, kontrol

C. Persiapan pasien pulang: 1. Perawatan di rumah Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health education) mengenai aturan diet, aktivitas istirahat, waktu dan tempat kontrol. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan tingkat pemahaman klien dan keluarga mengenai perawatan selama klien di rumah nanti. 2. Obat-obatan yang masih dikonsumsi klien dan dosisnya Penjelasan mengenai obat-obatan klien yang masih harus diminum, dosis, cara pemberian dan waktu yang tepat untuk minum obat, efek samping yang mungkin muncul.

193

3. Obat-obatan yang dihentikan Pada pasien umum kalau ada obat-obatan yang tidak diminum lagi oleh klien, obat-obatan tersebut tetap dibawakan ke klien, tetapi pada pasien JPS atau Askes obat yang tidak diberikan atau diminumkan lagi dikembalikan ke Depo farmasi. 4. Hasil pemeriksaan Hasil pemeriksaan foto selama dirawat di RS dibawakan pulang pada klien, tetapi untuk hasil pemeriksaan laboratorium asli menjadi milik RS. 5. Surat-surat seperti: surat keterangan sakit, surat kontrol, surat rujukan dll. 2.6 TINDAKAN KEPERAWATAN PADA WAKTU PERENCANAAN PULANG 1.

Pendidikan kesehatan : Diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau komplikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga, meliputi : a.

Kontrol (waktu yang tepat)

b.

Diet/nutrisi yang harus konssumsi

c.

Aktivitas, istirahat dan kontrol

d.

Perawatan diri (kebersihan dan mandi)

2. Program pulang bertahap : Bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat dan antara lain apa yang harus dilakukan pasien dirumah sakit dan apa yang harus dilakukan oleh keluarga. 3. Rujukan : Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara perawat komunitas atau praktek mandiri perawat dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien di rumah.

194

2.7

PERAN PERAWAT DALAM DISCHARGE PLANNING 1.

Kepala Ruangan a. Membuka acara discharge planning kepada pasien b. Menyetujui dan menandatangani format discharge planning

2.

Perawat Primer a. Membuat rencana discharge planning b. Membuat leaflet dan kartu discharge planning c. Memberikan konseling d. Memberikan pendidikan kesehatan e. Menyediakan format discharge planning f. Mendokumentasikan discharge planning g. Melaksanakan agenda discharge planning (pada awal perawatan sampai dengan akhir perawatan)

3.

Perawat Associate Ikut membantu

melaksanakan discharge planning yang telah

direncanakan oleh perawat primer

195

2.8

ALUR DISCHARGE PLANNING

Dokter dan tim kesehatan

PP dibantu PA

Keadaan pasien : 1. Klinis dan pemeriksaan penunjang 2. Tingkat ketergantungan pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian administrasi

Program HE : -

Lain-lain

Kontrol dan obat/perawatan Kebutuhan nutrisi/Gizi Aktivitas dan istirahat Perawatan di rumah

Monitoring (sebagai program Service safety ) oleh petugas kesehatan dan keluarga

Keterangan: : Yang diperagakan (di rule play).

Nursalam, 2002

196

BAB 3 RESUME KEGIATAN

3.1 PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Rencana Kegiatan Topik

: Discharge Planning Tahap I

Sasaran

: Klien dan keluarga yang ada di ruang Melati kamar 3c

Hari/tanggal

: Senin, 18 Februari 2019

Waktu

: 09.00 WIB - Selesai

Tempat

: Ruang melati Rumah Sakit Mardi Waluyo Blitar

2 . Presensi : 1. Pembimbing Akademik

: Ns. Sih Ageng Lumadi., M.Kep

2. Pembimbing Ruangan

: Sri Anah Puji Lestari S,Kep.Ns

3. Supervisor

: Sri Anah Puji Lestari S,Kep.Ns

3. Susunan acara 1. Persiapan anggota dalam kegiatan Dischage Planning terutama yang bertindak sebagai Kepala Ruangan, Perawat Primer 1, Perawat Assosiate 1. 2. Pelaksanaan role play yang diawasi oleh para supervisor. 3. Diskusi jalannya kegiatan DP bersama supervisor. 4. Pengorganisasian Kepala Ruangan

: Sifra Parinussa., S.Kep

PP 1

: Vannessia Prasetya Cia., S.Kep

PA 1

:Siska Putri Utami., S.Kep

(Yang tampil adalah Kepala Ruangan, PP1 dan PA1) 5. Metode Metode yang digunakan dalam discharge planning adalah demonstrasi dan tanya jawab (diskusi) setelah diberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan klien oleh keluarga setelah keluar dari rumah sakit.

197

6. Media Media yang digunakan dalam pelaksanaan discharge planning kepada klien dan keluarganya diantaranya: status pasien (Medical Record), leaflet

198

BAB 4 PELAKSANAAN KEGIATAN DAN LAPORAN KEGIATAN

4.1 Mekanisme Kegiatan Tahap Persipan

Kegiatan 1. PP melaporkan ke karu tentang perencanaan discharge planning. 2. Karu menanyakan bagaimana persiapan PP untuk pelaksanaan discharge planning dan kelengkapan dokumen (status pasien, leaflet). 3. Karu menanyakan kepada PP hal-hal yang akan diajarkan pada klien dan keluarga 5.Karu memeriksa dan menyetujui format discharge planning.

Waktu 10 menit

Pelaksanaan 1. Karu membuka acara discharge planning 2. PP dan PA mengucapkan salam pada klien dan keluarga dengan ramah 3. PP, PA bersama menyampaikan pendidikan kesehatan tentang : a. Aturan diet yang dibutuhkan, lalu menanyakan kembali aturan diet pasien pada keluarga. b. Kebutuhan keteraturan minum obat, efek samping obat, tanggal dan tempat kontrol (jika pasien yang pulang membutuhkan kontrol dan rawat jalan). Lalu

30 menit

199

Tempat Pelaksana Nurse station PP

Karu

Bed pasien

Karu PP

PP & PA

menanyakan kembali pada pasien dan keluarga. 4. Memberikan reward kepada pasien dan keluarga. 5. PP/ PA dan klien melakukan pendokumentasian kartu discharge planning dan arsip discharge planning

Penutup

6. Karu menutup acara discharge planning atau terminasi dengan pasien dan keluarga Evaluasi pada PP dan PA

Nurse station Karu

4.2 Laporan Kegiatan FORMAT DISCHARGE PLANNING UNTUK RS No Reg.

686838

Alamat

: Jl.Natuna

Nama

Ny.S

Ruang Rawat

: Melati ( Kamar 3C)

Jenis

Perempuan

Tanggal KRS

: 19 Februari 2019

Kelamin Tanggal MRS

: 11-Februari 2019

Diagnosa Keperawatan : Anemia+Melena Aturan Diet Makanan yang mengandung Zat Besi untuk meningkatkan kadar sel darah merah

200

Obat-obatan yang masih diminum, Dosis, Warna dan Efek samping -

Cefadrozil 2x1

-

Captropil 3x1

-

Omeprazol 1-0

-

Nucral 3x1 (1c)

Aktifitas dan Istirahat: sering istirahat dan kurangi aktivitas. Tanggal / Tempat Kontrol: Tidak Ada Yang dibawa pulang (Hasil Lab, Foto, Ecg) -

USG 1 Lembar

-

Rongten 1 Lembar

Dipulangkan dari RS dengan keadaan

√Sembuh

 Pulang Paksa

 Meneruskan dengan obat jalan

 Lari

 Pindah ke RS lain

 Meninggal

Lain-lain : (Surat Keterangan Istirahat) Blitar,....................... Pasien/Keluarga

(

Perawat

)

(

201

)

FORMAT DISCHARGE PLANNING untuk Pasien No Reg.

:

686838

Alamat

: Jl.Natuna

Nama

:

Ny.S

Ruang Rawat

: Melati ( Kamar 3C)

Jenis Kelamin

:

Perempuan

Diagnosa medis : Anemia+Melena

Tanggal MRS

:

11-Februari 2019

Tanggal KRS

: 19 Februari 2019

Kondisi saat dipulangkan: -

Keadaan Umum: Lemah

TD: 140/90

N: 80x/m

S: 36,5 O C

-

Mobilisasi/ Transfer : Berjalan mandiri / kursi roda / Brankar / Tongkat / lain………….

-

Diet / Nutrisi

-

Pembatasan Cairan : Tidak / ya, jmlah……..cc/hr

-

BAK

: Normal / kateter / kondom kateter, tgl. Pasang………..

-

BAK

: Normal / Kolostomi / Inkontinensia

-

Nyeri : Tidak/ Ya, di………….. skala…… Luka / Luka Operasi: Tidak/Ya, di…….kondisi…

: Oral / NGT / Diet Khusus………

Drain………….. Jadwal Pemberian Obat di Rumah Nama obat

Jumlah

Dosis

Cara Pemberian

Jam Pemberian

Petunjuk Khusus -

Cefadrozoil

12 kapsul

2x1

Oral

Pagi dan Malam

Captropil

10 tablet

3x1

Oral

Pagi, Siang, Malam

-

Omeprazol

10 tablet

1-0

Oral

Pagi

-

Nucral

10 tablet

1C 3x1

Sirup

Pagi, Siang Malam

-

Dokumen yang diserahkan: 1. Hasil Laboratorium :……..Lembar

3. ECG

2. Foto Rongent

4. Hasil Patologi Anatomi : Ya / Tidak

:1

Lembar

202

: ………Lembar

CT Scan

:……...Lembar

5. Resume Medis

: Ya / Tidak

MRI

:………Lembar

6. Surat Ket. Sakit

: Ya / Tidak

USG

:1

7. Surat Ket. Kelahiran

: Ya / Tidak

Lain-lain

:……….Lembar

.Lembar

8. Lain-lain………………………………..

Rencana Pemeriksaan / Kontrol Selanjutnya: Tanggal

Hari

Nama Dokter

Poliklinik

No. Telp.

Catatan Khusus Untuk Pasien 1. Selalu menjaga pola makan 2. Tepat waktu dalam meminum obat Dipulangkan dari RS dengan keadaan

√Sembuh

 Pulang Paksa

 Meneruskan dengan obat jalan

 Lari

 Pindah ke RS lain

 Meninggal Blitar,...................... DiserahkaN Perawat

Diterima

Disetujui

Pasien/Keluarga

Kepala Ruangan

( (

)

(

)

203

)

BAB 5 EVALUASI 5.1 Struktur Persiapan dimulai dengan pembuatan proposal 3 hari sebelum pelaksanaan, konsultasi dan koordinasi dengan pembimbing klinik, setelah disetujui 1 hari sebelum pelaksanaan ditentukan pasien yang akan dilakukan discharge planning yaitu pasien dengan typoid dengan lama masa rawat hari, selanjutnya membuat undangan dan mendistribusikan, berlatih role play dilanjutkan dengan menyusun leaflet 5.2 Proses No. 1.

Waktu 09.00 – 09.10

Kegiatan Discharge Planning dimulai dengan Karu menanyakan tentang program dan kemajuan pasien, dan PP melaporkan bahwa ada pasien yang KRS dengan Dx. Typoid, PP meminta bantuan PA untuk membantu persipan DP, dan PP melaporkan kembali ke Karu bahwa persiapan DP sudah siap. Karu mengecek semua persiapan DP dan mengajak PP dan PA ke bed pasien.

2.

09.10 – 09.30

Karu membuka salam dan memberikan kata pengantar kepada keluaga Px bahwa akan dilakukan DP oleh PP dan PA, kemudian PP dan PA melanjutkan dengan mengevalusi pengetahuan dan informasi anak klien tentang Typoid (pengertian, penyebab, pencegahan dan penaganan pertama), memberikan penjelasan singkat tentang DM (dengan leaflet), diet, aktifitas selama dirumah. PP dan PA mengevaluasi semua informasi yang telah diberikan dengan menanyakan kembali tentang perawatan dirumah. Karu menutup dan mengucapkan terimakasih dan selamat kepada keluarga Px.

3.

09.40 – 09.45

Karu mengevalusi semua pekerjaan PP dan PA (mengecek resume dan DP) dan mengucapkan terima kasih kepada PP dan PA.

5.3

Hasil

204

-

Kegiatan dihadiri undangan sebanyak 2 orang yaitu pembimbing ruangan dan pembimbing akademik.

-

Informasi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami oleh klien dan keluarga.

-

Keluarga mampu menyebutkan ulang substansi tentang informasi yang telah diberikan bahan tambahan pengetahuan keluarga dan klien

-

Keluarga diberikan leaflet sesuai dengan kasus penyakitnya sebagai

-

Keluarga dan klien nampak puas dan mengucapkan banyak terima kasih atas perawatan dan informasi yang telah diberikan.

-

Keluarga dan klien sangat senang dengan adanya penjelasan tentang persiapan pulang dan perawatan lanjutan di rumah.

5.4

Hambatan 2. Secara umum mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan DP dengan lancar dan sesuai standar. 3. Pembuatan kartu DP butuh sinkronisasi dengan kebutuhan ruangan dan rumah sakit.

5.5

Dukungan 1. Pengorganisasian acara DP yang terstruktur. 2. Proses bimbingan pelaksanaan DP oleh pembimbing akademik. 3. Adanya kerjasama dan kesempatan yang seluas-luasnya antara pihak perawat ruangan dengan mahasiswa sebagai pelaksana. 4. Tersedianya fasilitas pendukung untuk kelancaran proses DP yang baik di ruang melati.

205

DAFTAR PUSTAKA Chesca, (1990). Perencanaan Pulang Pasien. Makalah Kuliah untuk Perawat. Yakarta. Morison (2004). Manajemen Luka. Jakarta: EGC Nickolaus (2007).Hydrocephalus Therapy. USA: Medtronic Neurologic Technologies. Diunduh dari www.medtronic.com tangal akses 17 Mei 2008. Nursalam (2007). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional-edisi 2. Jakarta: Salemba.

206

FORMAT DISCHARGE PLANNING UNTUK RS No Reg.

:

Alamat

: ..........................................

Nama

:

Ruang

: ..........................................

Jenis Kelamin

:

Rawat

Tanggal

: ............................................

Tanggal

MRS

: ...........................................

KRS

Diagnosa Keperawatan

Aturan Diet

Obat-obatan yang masih diminum, Dosis, Warna dan Efek samping

Aktifitas dan Istirahat

Tanggal / Tempat Kontrol

Yang dibawa pulang (Hasil Lab, Foto, Ecg)

Dipulangkan dari RS dengan keadaan

 Sembuh

 Pulang Paksa

 Meneruskan dengan obat jalan

 Lari

 Pindah ke RS lain

 Meninggal

Lain-lain : (Surat Keterangan Istirahat) Blitar,....................... Pasien/Keluarga

(

Perawat

)

(

207

)

FORMAT DISCHARGE PLANNING UNTUK PASIEN No Reg.

: ...............................................

Alamat

: ..........................................

Nama

: ..............................................

Ruang

: ..........................................

Jenis Kelamin

: ..............................................

Rawat Diagnosa medis :

Tanggal MRS

: ............................................

Tanggal : ........................................... KRS

Kondisi saat dipulangkan: -

Keadaan Umum:………….

TD:

N:

S:

-

Mobilisasi/ Transfer : Berjalan mandiri/kursi roda/Brankar/Tongkat/lain………….

-

Diet / Nutrisi

-

Pembatasan Cairan : Tidak/ya, jmlah……..cc/hr

-

BAK

: Normal/kateter / kondom kateter, tgl. Pasang………..

-

BAK

: Normal/Kolostomi/Inkontinensia

-

Nyeri : Tidak/ Ya, di………….. skala…… Luka/Luka Operasi: Tidak/Ya, di…….kondisi…

: Oral/NGT/Diet Khusus………

Drain………….. Jadwal Pemberian Obat di Rumah Nama obat

jumlah

Dosis

Frekuensi

Cara Pemberian

Jam Pemberian

Petunjuk Khusus

Dokumen yang diserahkan: 1. Hasil Laboratorium :……..Lembar

3. ECG

2. Foto Rongent

:……...Lembar

4. Hasil Patologi Anatomi : Ya / Tidak

CT Scan

:……...Lembar

5. Resume Medis

208

: ………Lembar

: Ya / Tidak

MRI

:………Lembar

6. Surat Ket. Sakit

: Ya / Tidak

USG

:……….Lembar

7. Surat Ket. Kelahiran

: Ya / Tidak

Lain-lain

:……….Lembar

8. Lain-lain………………………………..

Rencana Pemeriksaan / Kontrol Selanjutnya: Tanggal

Hari

Nama Dokter

Poliklinik

No. Telp.

Catatan Khusus Untuk Pasien 1. 2. 3.

Dipulangkan dari RS dengan keadaan

 Sembuh

 Pulang Paksa

 Meneruskan dengan obat jalan

 Lari

 Pindah ke RS lain

 Meninggal Blitar,....................... Diserahkan

Diterima

Disetujui

Pasien/Keluarga

(

Perawat

Kepala Ruangan

)

(

)

209

(

)

DISCHARGE PLANNING PADA KLIEN TYPOID Tahap I

Hari/ Tanggal/ Jam

Mengetahui (nama & ttd)

Pengetahuan Obyektif

Evaluasi

- Pengertian Typoid - Penyebab Typoid

Apa itu penyakit Typoid?

- Tanda & Gejala Typoid

Apa penyebab penyakit Typoid? Apa ada keluarga yang menderita penyakit Typoid? Kapan anda tahu anda menderita penyakit Typoid? Bagaimana penyakit typoid terjadi?

- Penatalak sanaan - Komplikasi - Cara Penularan - Pencegahan - Diagnosis typoid

Apa anda tahu tanda-tanda penyakit Typoid? Apa yang terjadi jika anda tidak rajin kontrol?atau cek gula darah? Apa yang akan terjadi bila anda tidak menuntaskan minum obat? Bagaimana anda bisa terkena penyakit ini ? Apa saja yang dilakukan pda pasien typoid di RS? Apa pertolongan yang harus dilakukan pada penderita typoid? Apa yang anda lakukan agar penyakit ini tidak menjadi lebih parah? Apa penyulit yang bisa timbu lakibat typoid? Apa penyakit Typoid menular? Apa bisa dicegah? Apa anda tahu cara mencegah penyakit typoid?

Bagaimana cara untuk memastikan penyakit typoid?

210

Perawat

Pasien/ Kel Pasien

Cek widal dan kultur darah setelah panas hari ke-5 dan cek Igg Salmonella Tahap II

Hari/ Tanggal/ Jam

Obyektif

Evaluasi

Diet Typoid

Apa anda tahu diet typoid?

Obat

Apa anda tahu obat-obat yang harus diminum? Bila ada keluarga yang sakit apa ada PMOnya?

Tahap III

Hari/

Pengobatan berkelanjutan

Tanggal/ Jam

Mengetahui (nama & ttd)

Tindakan

Obyektif - Nutrisi - Obat - Lingkungan

Evaluasi Makanan apa yang sesuai untuk diet typoid? Apa yang anda lakukan bila lupa minum obat ? Bagaimana upaya anda untuk menciptakan lingkungan yang sehat untuk penderita Typoid

211

Perawat

Pasien/ Kel Pasien

Mengetahui (nama & ttd) Perawat

Pasien/ Kel Pasien

Tahap IV

Hari/

Pertemuan Keluarga

Tanggal/ Jam

Obyektif

Evaluasi

- Pengawasan Obat

Siapa yang akan menjadi PMO pasien?(Bila yang sakit sudah lansia)

- Support system

Mengetahui (nama & ttd) Perawat

Pasien/ Kel Pasien

Apa yang akan PMO lakukan bila pasien malas minum obat? Apa yang keluarga lakukan agar mendapatkan dukungan untuk pengobatan sampai tuntas ? Tahap V

Hari/

Rencana Tindak Lanjut

Tanggal/ Jam

Obyektif

Evaluasi

-

Menentukan sarana pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau

Puskesmas atau rumah sakit ?

-

Menentukan jadwal minum obat

Apa anda tahu kapan anda minum obat?

212

Mengetahui (nama & ttd) Perawat

Pasien/ Kel Pasien

PROPOSAL PENERIMAAN PASIEN BARU PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN MAHASISWA PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO BLITAR

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 2:

Laurentina Dos Reis Lopes

1814314901019

Lufi Yetur Romzi

1814314901005

Muhkhammad Agus Sholi

1814314901006

Melinda Fandasari

1814314901023

Nelci Elvina G B

1814314901007

Refi Andi Alamsyah

1814314901008

Ria Rosanti

1814314901009

Safitri

1814314901011

Sifra Parinussa

1814314901025

Siska Putri Utami

1814314901012

Vannessia Prasetya Cia

1814314901016

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG 2019 213

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PROPOSAL PENERIMAAN PASIEN BARU PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN MAHASISWA PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO BLITAR

Telah disetuji Hari

:

Tanggal :

Blitar,

Maret 2019

Mengetahui, Kepala Ruangan Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar

Eko Sugiyono S, Kep., Ns NIP. 196702031988031010 Pembimbing Lahan

Pembimbing Intitusi

Sri Anah Puji Lestari S.Kep., Ns

Ns. Sih Ageng Lumadi., M.Kep

NIDK. 8812710016

NIDN. 0729018101

214

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan fenomena yang harus direspons oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dan belajar banyak langkah – langkah konkrit dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2002). Salah satunya adalah pada saat penerimaan pasien baru. Di ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar, penerapan dalam masalah penerimaan pasien baru sudah dilakukan namun dalam pelaksanaannya belum optimal, misalnya penerimaan pasien baru hanya diterima oleh PP di nurse station setelah itu langsung diantar ke ruang rawat tanpa dijelaskan fasilitas, dokter yang menangani, waktu jam kunjung dan lain-lain. Penerimaan pasien baru merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan komprehensif yang melibatkan klien dan keluarga dimana sangat mempengaruhi mutu kualitas pelayanan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien dapat dimulai dengan adanya suatu upaya perencanan tentang kebutuhan asuhan keperawatan sejak masuk sampai pasien pulang. Penerimaan pasien baru yang belum dilakukan sesuai standart maka besar kemungkinan akan menurunkan mutu suatu kualitas pelayanan yang baik, pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kepercayaan pasien terhadap pelayanan suatu Rumah Sakit. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah dengan melakukan proses penerimaan pasien baru sesuai standart. Dengan harapan adanya faktor kelolaan yang optimal sehingga mampu menjadi wahana bagi peningkatan keefektifan pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.

1.2 TUJUAN 1.2.1 Tujuan umum: Setelah dilakukan penerimaan pasien baru diharapkan pasien baru diruang Melati mampu melakukan adaptasi ruangan dengan lebih baik, sehingga tingkat kecemasan pasien dapat berkurang. 215

1.2.2 Tujuan khusus: ➢ Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik. ➢ Menjelaskan tentang orientasi ruangan . ➢ Menjelaskan tentang perawatan. ➢ Menjelaskan tentang tenaga medis (dokter dan perawat yang menangani serta jadwal visite). ➢ Menjelaskan tentang tata tertib ruangan. ➢ Melakukan dan melengkapi pengkajian pasien baru.

1.3 MANFAAT 1.3.1 Bagi Klien: ➢ Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan. ➢ Lama perawatan menurun sehingga biaya perawatan yang dikeluarkan berkurang. 1.3.2 Bagi Perawat: ➢ Tercapainya kepuasan kerja yang optimal. ➢ Perawat, pasien dan keluarga dapat bekerja sama dengan baik. ➢ Meningkatkan kepercayaan klien/keluarga kepada perawat. 1.3.3 Bagi Institusi : Tercapainya model asuhan keperawatan professional.

216

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib ruangan (Nursalam, 2002).

2.2 TUJUAN PENERIMAAN PASIEN BARU 1. Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik. 2. Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan klien. 3. Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum. 4. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS.

2.3 TAHAPAN PENERIMAAN PASIEN BARU 1. Tahap Pra Penerimaan Pasien Baru: a. Menyiapkan kelengkapan administrasi b. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan c. Menyiapkan format penerimaan pasien baru d. Menyiapkan format pengkajian e. Menyiapkan informed consent sentralisasi obat f. Menyiapkan nursing kit g. Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan. 2. Tahap Pelaksanaan Penerimaan Pasien Baru: a. Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan, perawat primer, perawat yang diberi delegasi atau perawat asosiate b. Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganya c. Perawat menunjukkan kamar/ tempat tidur klien dan mengantar ke tempat yang telah ditetapkan d. Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila pasien datang dengan branchard/ kursi roda) dan berikan posisi yang nyaman bagi pasien e. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format. 217

f. Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar g. Setelah pasien tenang dan situasi sudah

memungkinkan perawat

memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang orientasi ruangan, perawatan (termasuk perawat yang bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang bertanggung jawab dan jadwal visite), dan tata tertib ruangan h. Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah disampaikan i. Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk menandatangani inform concent sentralisasi obat j. Perawat menyerahkan kepada pasien lembar kuesioner tingkat kepuasan pasien

2.4 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Pelaksanaan secara efektif dan efisien 2. Dilakukan oleh kepala tim, perawat primer dan prakarya yang telah diberi wewenang / delegasi 3. Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi klien 4. Ajak pasien komunikasi yang baik dan beri sentuhan terapeutik.

2.5 PERAN PERAWAT DALAM PENERIMAAN PASIEN BARU 1. Kepala Ruangan Menerima pasien baru 2. Kepala TIM a. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru b. Menandatangani lembar penerimaan pasien baru c. Melakukan pengkajian pada pasien baru d. Mengorientasi klien pada ruangan e. Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung jawab f. Mpenjelasan tentang sentralisasi obat pada pasien g. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru. 3. Perawat Pelaksana (PP) Membantu Kepala TIM dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru.

218

2.6 ALUR PENERIMAAN PASIEN BARU Pra Karu memberitahu Katim akan adanya pasien baru

Katim menyiapkan:

Pelaksanaan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Menyampaikan PP untuk menyiapkan tempat tidur pasien baru Menyiapkan format penerimaan pasien baru Menyiapkan format pengkajian Menyiapkan informed consent sentralisasi obat Menyiapkan nursing kit Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan Menyiapkan lembar hak dan kewajiban pasien Menyiapkan kartu pengunjung Menyiapkan kuesioner kepuasan pasien

PP menyiapkan: 1. Menyiapkan tempat tidur pasien baru 2. Membantu Katim

Karu, Katim dan PP menyambut pasien baru

Anamnesa pasien baru oleh Katim dan PP

Katim menjelaskan segala sesuatu yang tercantum dalam lembar penerimaan pasien baru

Post

Terminasi

BABEvaluasi III

219

BAB 3 LAPORAN KEGIATAN

3.1 PELAKSANAAN KEGIATAN Hari/tanggal

: Sabtu, 16 Februari 2016

Pukul

: 13.00

Pelaksana

: Karu, Katim dan Perawat Pelaksana

Topik

: Aplikasi peran, pelaksanaan penerimaan pasien baru

Tempat

: Ruang Melati Kamar 3C RSUD. Mardi Waluyo Blitar

Sasaran

: Pasien baru masuk di Ruang Melati (Ny.N)

3.2 PENGORGANISASIAN Kepala Ruangan : Laurentina Dos Reis Lopes S.Kep Katim

: Siska Putri Utami S.Kep

PP 1

: Lufi Yetur Romzi S.Kep

PP 2

: Refi Andi Alamsyah S.Kep

3.3 METODE 3 Penjelasan 4 Diskusi / Tanya jawab 5 Observasi

3.4 MEDIA 1.

Lembar pasien masuk RS

2.

Lembar pengkajian

3.

Nursing kit

4.

Lembar inform consent sentralisasi obat

5.

Lembar tata tertib pasien dan keluarga pasien

6.

Lembar tingkat kepuasan pasien

220

3.5 MEKANISME PENERIMAAN PASIEN BARU

Tahap Pra penerimaan pasien baru

Kegiatan

Tempat

1. Karu memberitahu Katim

Nurse

akan adanya pasien baru

station

Waktu 5 menit

Pelaksana Karu Katim

2. Katim menyiapkan hal-hal

PP

yang diperlukan dalam penerimaan pasien baru diantaranya: Lembar pasien masuk RS, Lembar format pengkajian pasien, Nursing kit, Lembar inform consent sentralisasi obat, Lembar tata tertib pasien dan keluarga pasien, Lembar tingkat kepuasan pasien. 3. Katim meminta bantuan PP untuk mempersiapkan tempat tidur pasien baru 4. Karu menanyakan kembali pada Katim tentang kelengkapan untuk penerimaan pasien baru 5. Katim menyebutkan hal – hal yang telah dipersiapkan

Pelaksanaan

1. Karu, Katim dan PP

Kamar

Karu

penerimaan

menyambut pasien dan

pasien baru

keluarga dengan memberi

PP

salam serta

Pasien dan

memperkenalkan diri pada

keluarga

klien/keluarga

221

pasien

20 menit

Katim

2. PP menunjukkan tempat tidur pasien yang akan ditempati 3. Di tempat tidur pasien, Katim dan PP melakukan anamnesa 4. Kemudian Katim mengisi lembar pasien masuk serta menjelaskan mengenai beberapa hal yang tercantum dalam lembar penerimaan pasien baru 5. Ditanyakan kembali pada pasien dan keluarga mengenai hal-hal yang belum dimengerti. 6. Katim, pasien dan keluarga menandatangani persetujuan sentralisasi obat 7. Katim memberikan lembar kuesioner tingkat kepuasan pasien. 8. Katim dan PP kembali ke nurse station.

Post penerimaan pasien baru

1. Karu memberikan reward pada Katim dan PP

Nurse station

2. PP melaksanakan intervensi keperawatan.

222

5 menit

Karu Katim PP

3.6 EVALUASI 1. Evaluasi Struktur a. Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar penerimaan pasien baru , informed consent, dan format pengkajian, nursing kit, status, lembar kuesioner tingkat kepuasan pasien, dan lembar tata tertib pasien dan pengunjung b. Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh Karu, Katim dan PP, sedangkan pada shift sore dan malam dilakukan oleh Katim dan PP. 2. Evaluasi Proses a. Pasien baru disambut oleh Karu, Katim dan PP b. Katim melakukan anamnesa dengan dibantu oleh PP. c. Pasien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan, perawatan (termasuk sentralisasi obat), medis, serta tata tertib ruangan d. Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga. 3. Evaluasi Hasil a. Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan benar b. Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis, serta tata tertib ruangan c. Pasien sudah menandatangani persetujuan sentralisasi obat.

223

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh Karu, Katim dan PP. Sedangkan pada shift sore dan malam hanya dilakukan oleh Katim dan PP Saja.

4.2 Saran Penerimaan pasien baru sudah dilaksanakan dengan baik namun kedepan harus ditingkatkan lagi agar pasien tidak merasa kebingungan dikemudian hari tentang alur perawatan.

224

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktek keperawatan professional. Jakarta : Salemba Medika. Gillies. (1989). Manajemen keperawatan suatu pendekatan system. Alih Bahasa : Duka Sukmana. Jakarta.

225

FORMAT CHECK LIST OPB Tahap Kegiatan Pra Pelaksana

Pelaksanaan

Post Pelaksanan

Dilakukan dan sudah benar

Kegiatan 1. Persiapan a. Ceklist orientasi pasien baru b. Kartu penunggu pasien c. Lembar tentang tata tertib rumah sakit Total Presentase 2. Prosedur kerja a. Memberi salam pada pasien dan keluarga b. Memperkenalkan diri c. Menjelaskan kepada keluarga/ pasien tentatng semua fasilitas yang tersedia diruang perawatan dan prosedur penggunaanya 3. Menjelaskan tata tertib rumah sakit 4. Menjelaskan hak-hak dan kewajiban pasien 5. Memberikan penjelasan dokter yang merawat dan perawat yang bertanggung jawab 6. Memberikan kartu tunggu 7. Setiap selesai melaksanankan orientasi harus tercatat pada check list dan ditandatangani oleh kedua belah pihak 1. Orientasi diberikan pada klien dan didamping anggota keluarga yang dilakukan di kamar 226

Dilakukan tetapi kurang benar

Tidak dilakukan

klien dengan menggunakan format orientasi 2. Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh ketua tim atau yang mewakili, sekaligus menginformasikan perkembangan, kondisi keperawatan klien dengan mengidentifikasi kebutuhan klien Total Presentasi

227

Nama

:............................................

No RM

:.......................................L/P

Tanggal Lahir :............................................

CHECK LIST ORIENTASI PASIEN BARU Diberikan kepada □ Pasien □ Keluarga □ Lainlain....................................... PETUGAS RUANGAN □ Perkenalan terhadap staf perawat dan staf lainnya FASILITAS FISIK □ Nurse Station □ Penggunaan TV, toilet □ Penggunaan Telepon □ Cara memanggil perawat KEBIJAKAN TATA TERTIB MANAJEMEN KESELAMATAN □ Aktifitas harian bangsal (arahlan pada □ Pencegahan jatuh diagram alur) □ Orang tidak dikenal □ Kebersihan kamar mandi □ Penggunaan gelang identitas pasien □ Pengunjung dan jam kunjungan □ Pintu keluar bila terjadi kebakaran □ Pemakaian pakaian dari rumah □Lokasi bahaya api, dilarang merokok di □ Prosedur mengajukan keluhan lingkungan rumah sakit □ Prosedur pre dan post operasi (Jika □ Bila akan meninggalkan bangsal harus ada) sesuai peraturan rumah sakit □ Pelayanan makan □ Hand Hygiene □ Nomer telepon bangsal □Jangan mengganggu pelayanan obat oleh perawat □Prosedur menggenai cara bertemu dokter untuk menanyakan kondisi medis terbaru BARANG-BARANG BERHARGA/ PROTASE a.Gigi Palsu □ Tidak □ Ya (Atas/Bawah/Disimpan oleh...........) b. Alat bantu dengar □ Tidak □ Ya (Kiri/Kanan/Disimpan oleh..............) c.Barang berharga □ Tidak ada □ Ada (Disimpan oleh pasien/keluarga, sebutkan.............)

228

Pernyataan Bahwa saya (pasien/keluarga) setuju untuk menyimpan barang-barang atau uang selama dirawat, saya tidak akan meminta pertanggung jawaban rumah sakit jika terjadi kerusakan atau kehilangan.

Blitar,............................................2019

Yang Memberikan Orientasi

(.......................................)

Yang Menyatakan/ Menerima Orientasi

(.....................................)

229

Saksi

(....................................)

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN MAHASISWA PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO BLITAR

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 2:

Laurentina Dos Reis Lopes

1814314901019

Lufi Yetur Romzi

1814314901005

Muhkhammad Agus Sholi

1814314901006

Melinda Fandasari

1814314901023

Nelci Elvina G B

1814314901007

Refi Andi Alamsyah

1814314901008

Ria Rosanti

1814314901009

Safitri

1814314901011

Sifra Parinussa

1814314901025

Siska Putri Utami

1814314901012

Vannessia Prasetya Cia

1814314901016

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG 2019 230

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN MAHASISWA PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO BLITAR

Telah disetuji Hari

:

Tanggal :

Blitar,

Maret 2019

Mengetahui, Kepala Ruangan Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar

Eko Sugiyono S, Kep., Ns NIP. 196702031988031010

Pembimbing Lahan

Pembimbing Intitusi

Sri Anah Puji Lestari S.Kep., Ns

Ns. Sih Ageng Lumadi., M.Kep

NIDK. 8812710016

NIDN. 0729018101

231

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang Pengetahuan

masyarakat

yang

meningkat

menyebabkan

semakin

meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan keperawatan. Melihat fenomena tersebut mendorong perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan sistem model asuhan keperawatan professional (MAKP) mulai dari ketenagaan/pasien, penetapan MAKP dan perbaikan dokumentasi keperawatan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien ini dapat dimulai dengan upaya menggali kebutuhan pasien demi tercapainya keberhasilan asuhan keperawatan. Metode yang dipilih untuk menggali secara mendalam tentang kebutuhan pasien adalah dengan melaksanakan ronde keperawatan. Dengan melaksanakan ronde keperawatan diharapkan dapat memecahkan masalah keperawatan pasien melalui cara berpikir kritis berdasarkan konsep asuhan keperawatan. Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk membahas masalah keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan, konsultan keperawatan, serta tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, rehabilitasi medik). Selain menyelesaikan masalah keperawatan pasien, ronde keperawatan juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus nyata. Dengan pelaksanaan ronde keperawatan yang berkesinambungan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat ruangan untuk berpikir secara kritis dalam peningkatan perawatan secara professional. Dalam pelaksanaan ronde juga akan terlihat kemampuan perawat dalam melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada klien (Nursalam,2007). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka kami mahasiswa Profesi Ners STIKES Maharani Malang akan mengadakan kegiatan ronde keperawatan di Ruang Melati selama Praktik Profesi Manajemen Keperawatan. 232

1.2

Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis. 1.2.2 Tujuan khusus Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu: 1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis 2) Meningkatkan kemampuan validasi data klien 3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan. 4) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan 5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah klien. 6) Meningkatkan kemampuan justifikasi. 7) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

1.3

Manfaat 1.

Bagi Pasien 1). Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa penyembuhan. 2). Mendapat perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien 3). Memenuhi kebutuhan pasien

2.

Bagi Perawat 1). Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat. 2). Meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan. 3). Menciptakan komunitas keperawatan profesional.

3.

Bagi rumah sakit 1). Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit. 2). Menurunkan lama hari perawatan pasien.

233

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 RONDE KEPERAWATAN 2.1.1 Pengertian Ronde Keperawatan Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dengan konselor, kepala ruangan, perawat assosiate serta melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011)

2.1.2 Manfaat 1. Masalah pasien dapat teratasi 2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi 3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional 4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan. 5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.

2.1.3 Kriteria klien Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1.

Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan

2.

Klien dengan kasus baru atau langka

2.1.4 Peran masing-masing anggota tim 1.

Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA) a.

Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien

b.

Menjelaskan diagnosis keperawatan

c.

Menjelaskan intervensi yang dilakukan

d.

Menjelaskan hasil yang didapat

e.

Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil

f.

Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji 234

2. Perawat Konselor a.

Memberikan justifikasi

b.

Memberikan reinforcement

c.

Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional tindakan

d.

Mengarahkan dan koreksi

e.

Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

235

2.1.5 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan TAHAP PRA RONDE

2

PP

Penetapan Pasien Pasien

Persiapan Pasien : ➢ Informed Concent ➢ Hasil Pengkajian/ Validasi data

3 4 5

TAHAP PELAKSANAAN DI NURSE STATION

Penyajian Masalah

6

7 8

TAHAP RONDE DI BED KLIEN

➢ Apa masalah & diagnosis keperawatan? ➢ Data apa yang mendukung? ➢ Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? ➢ Apa hambatan yang ditemukan? Validasi data

Diskusi PP, Konselor, KARU, Dokter, Gizi,FisioThe

9 10

TAHAP PASCA RONDE

Lanjutan diskusi di Nurse Station

Simpulan dan rekomendasi solusi masalah

Aplikasi Hasil analisis dan diskusi Masalah teratasi

236

2.1.6 Evaluasi 1.

Evaluasi Struktur : a.

Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Melati RSUD. Mardi Waluyo, Blitar persyaratan administratif sudah lengkap (Informed consent, alat, dan lainnya)

b.

Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan

c. 2.

Persiapan dilakukan sebelumnya.

Evaluasi Proses : a.

Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.

b.

Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan

3.

Evaluasi Hasil : a.

Klien puas dengan hasil kegiatan.

b.

Masalah klien dapat teratasi.

c.

Perawat dapat : 1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis. 2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien. 3) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis 4) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien. 5) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan. 6) Meningkatkan kemampuan justifikasi 7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja. 8) Meningkatkan

kemampuan

keperawatan

237

memodifikasi

rencana

asuhan

2.2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA

DENGAN

MASALAH

KEPERAWATAN

UTAMA

KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN PERIFER 2.2.1 Anemia 1 Pengertian a. Anemia berarti kekurangan sel darah merah dapat disebabkan oleh hilangnya darah terlalu cepatatau kerena terlalu lambatnya produksi sel darah merah (Guyton, 1997:538) b.

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999:569 ).

c.

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006:256).

d.

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar HB atau hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan sutu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. (Smeltzer, 2002:935 ) .

e. Anemia ialah keadaan dimana massa eritrosit dan/atau massa hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. (Bakta, 2003:12) f. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).

2

Epidemiologi Prevalensi anemia aplastik yang tinggi terdapat di bagian tropik yang dapat mencapai hingga 40 % di daerah tertentu. Prevalensi anemia aplastik lebih rendah di dapat juga di daerah Mediteranian, Saudi Arabia dan beberapa bagian di India. Anemia aplastik adalah anemia yang terjadi akibat rusaknya sumsum tulang belakang yang paling banyak didapat. Pembawa sifat diturunkan secara dominan. Insiden diantara orang Amerika berkulit hitam

238

adalah sekitar 8 % sedangkan status homozigot yang diturunkan secara resesif berkisar antara 0,3 – 1,5 %. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal 535).

3

Penyebab Penyebab dari anemia antara lain : a. Gangguan produksi sel darah merah, yang dapat terjadi karena; •

Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia



Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient



Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu



Inflitrasi sum-sum tulang

b. Kehilangan darah •

Akut karena perdarahan



Kronis karena perdarahan



Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah)

c. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) yang dapat terjadi karena; •

Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD



Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit

d. Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada Ini merupakan penyebab tersering dari anemia dimana terjadi kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat.

4 Tanda Dan Gejala Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).

239

Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.(Price ,2000:256-264). Manifestasi klinis Area

Manifestasi klinis

Keadaan umum

Pucat , penurunan kesadaran, keletihan berat , kelemahan, nyeri kepala, demam, dipsnea, vertigo, sensitive terhadap dingin, BB turun.

Kulit

Jaundice (anemia hemolitik), warna kulit pucat, sianosis, kulit kering, kuku rapuh, koylonychia, clubbing finger, CRT > 2 detik, elastisitas kulit munurun, perdarahan kulit atau mukosa (anemia aplastik)

Mata

Penglihatan kabur, jaundice sclera, konjungtiva pucat.

Telinga

Vertigo, tinnitus

Mulut

Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis, perdarahan gusi, atrofi papil lidah, glossitis, lidah merah (anemia deficiency asam folat)

Paru – paru

Dipsneu, takipnea, dan orthopnea

Kardiovaskuler

Takikardia, lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak waktu kerja, angina pectoris dan bunyi jantung murmur, hipotensi, kardiomegali, gagal jantung

Gastrointestinal

Anoreksia, mual-muntah, hepatospleenomegali (pada anemia hemolitik)

Muskuloskletal

Nyeri pinggang, sendi

System persyarafan

Sakit kepala, pusing, tinnitus, mata berkunangkunang, kelemahan otot, irritable, lesu perasaan dingin pada ekstremitas.

(Bakta, 2003:15)

240

5 Patofisiologi Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan

destruksi

sel

darah

merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. (Smeltzer & Bare. 2002 : 935 ).

6 Pathway (terlampir)

7 Klasifikasi Klasifikasi anemia menurut faktor morfologi : a.

Anemia hipokromik mikrositer : MCV < 80 fl dan MCH < 27 pg Sel darah merah memiliki ukuran sel yang kecil dan pewarnaan yang berkurang atau kadar hemoglobin yang kurang (penurunan MCV dan penurunan MCH)

b.

1)

Anemia defisiensi besi

2)

Thalasemia major

3)

Anemia akibat penyakit kronik

4)

Anemia sideroblastik

Anemia normokromik normositer : MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg Sel darah merah memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung jumlah hemoglobin dalam batas normal. 1. Anemia pasca perdarahan akut 241

2. Anemia aplastik 3. Anemia hemolitik didapat 4. Anemia akibat penyakit kronik 5. Anemia pada gagal ginjal kronik 6. Anemia pada sindrom mielodisplastik 7. Anemia leukemia akut c.

Anemia normokromik makrositer : MCV > 95 fl Sel darah merah memiliki ukuran yang ukuran yang lebih besar dari pada normal tetapi tetapi kandungan hemoglobin dalam batas normal (MCH meningkat dan MCV normal). 1. Bentuk megaloblastik

a) Anemia defisiensi asam folat b) Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa 2.

Bentuk non-megaloblastik

a)

Anemia pada penyakit hati kronik

b)

Anemia pada hipotiroidisme

c)

Anemia pada sindrom mielodisplastik

Klasifikasi anemia menurut faktor etiologi : a. Anemia karena produksi eritrosit menurun 1. kekurangan bahan unuk eritrosit (anemia defisiensi besi, dan anemia deisiensi asam folat/ anemia megaloblastik) 2. gangguan utilisasi besi (anemia akibat penyakit kronik, anemia sideroblastik) 3. kerusakan jaringan sumsum tulang (atrofi dengan penggantian oleh jaringan lemak:anemia aplastik/hiplastik, penggantian oleh jaringan fibrotic/tumor:anemia leukoeritoblastik/mielopstik) 4. Fungsi sumsum tulang kurang baik karena tidak diketahui. (anemia diserotropoetik, anemia pada sindrom mielodiplastik) b. Kehilangan eritrosit dari tubuh. 1. Anemia pasca perdarahan akut. 2. Anemia pasca perdarahan kronik c. Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh (hemolisis) 1. Faktor ekstrakorpuskuler 242

-

Antibody terhadap eritrosit: (Autoantibodi-AIHA, isoantibodiHDN)

-

Hipersplenisme

-

Pemaparan terhadap bahan kimia

-

Akibat infeksi

-

Kerusakan mekanik

2. FaKtor intrakorpuskuler -

Gangguan membrane (hereditary spherocytosis, hereditary elliptocytosis)

-

Gangguan enzim (defisiensi piruvat kinase, defisiensi G6PD)

-

Gangguan

hemoglobin

(hemoglobinopati

structural,

thalasemia) (Bakta, 2003:15,16)

Anemia yang terjadi akibat menurunnya produksi SDM antara lain : • Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan hipokromik (konsentrasi Hb kurang), mikrositik yang disebabkan oleh suplai besi kurang dalam tubuh. kurangnya besi berpengaruh dalam pembentukan Hb sehingga konsentrasinya dalam SDM berkurang, hal ini akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen keseluruh jaringan tubuh. Pada keadaan normal kebutuhan besi orang dewasa adalah 2- 4 gm. Pada laki-laki kebutuhan besi adalah 50 mg/kgBB dan pada wanita 35 mg/kgBB ( Lawrence M Tierney, 2003) dan hamper 2/3 terdapat dalam Hb. Absorbsi besi terjadi dilambung, duodenum dan jejunum bagian atas adanya erosi esofagitis, gaster, ulser duodenum, kanker dan adenoma kolon akan mempengaruhi absobsi besi. • Anemia megaloblastik Anemia yang disebabkan karena rusaknya sintesis DNA yang mengakibatkan tidak sempurnanya SDM. Keadaan ini disebabkan karena defisiensi vitamin B12 dan asam folat.karakteristik SDM ini adalah adanya megaloblas abnormal, Prematur dengan fungsi yang tidak normal dan dihancurkan

semasa

dalam

sumsum

243

tulang

sehingga

terjadinya

eritropoeisis dengan masa hidup eritrosit yang lebih pendek.yang akan mengakibatkan leucopenia, trombositopenia . • Anemia defisiensi vitamin B12 Merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya faktor intrinsik yang diproduksi di sel parietal lambung sehingga terjadi gangguan absobsi vitamin B12 . • Anemia defisiesi asam folat Kebutuhan folat sangat kecil biasanya terjadi pada orang yang kurang makan sayuran dan buah-buahan, gangguan pada pencernaan, alkolik dapat meningkatkan kebutuhan folat, wanita hamil, masa pertumbuhan. Defisiensi asam folat juga dapat mengakibatkan sindrom malabsobsi • Anemia aplastik Terjadi akibat ketidak sanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel – sel darah. Kegagalan tersebut disebabkan oleh kerusakan primer atau zat yang dapat merusak sumsum tulang (Mielotoksin).

Anemia karena meningkatnya destruksi atau kerusakan SDM dapat terjadi karena hiperaktifnya RES. Meningkatnya destruksi SDM dan tidak adekuatnya produksi SDM biasanya karena faktor-faktor : • Kemampuan respon sumsum tulang terhadap penurunan SDM kurang karena meningkatnya jumlah retikulosit dalam sirkulasi darah • Meningkatnya SDM yang masih muda dalam sumsum tulang dibandingkan yang matur atau matang . • Ada atau tidaknya hasil destruksi SDM dalam sirkulasi (peningkatan kadar bilirubin)

Anemia yang terjadi akibat meningkatnya destruksi/kerusakan SDM antara lain: • Anemia hemolitik Anemia hemolitik terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit sehingga usia SDM lebih pendek yang disebabkan oleh : 5% dari jenis 244

anemia, herediter, Hb abnormal, membran eritrosit rusak, thalasemia, anemia sel sabit, reaksi autoimun, toksik, kimia, pengobatan, infeksi, kerusakan fisik . • Anemia sel sabit Anemia sel sabit adalah anemia hemolitk berat yang ditandai dengan SDM kecil sabit, dan pembesaran limfa akibat kerusakan molekul Hb

8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges, 1999 :572) • Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt) : 3,9 juta per mikro liter pada wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria • Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun. • Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis). • Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia). • LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi. • Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek. • Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB). • SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik) Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6000 – 10.000 permokro liter • Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)

245

Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000 – 400.000 per mikro liter darah Hemoglobin

elektroforesis

:

mengidentifikasi

tipe

struktur

hemoglobin. Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik). • Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi • Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik) • TBC serum : meningkat (DB) • Feritin serum : meningkat (DB) • Masa perdarahan : memanjang (aplastik) • LDH serum : menurun (DB) • Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP) • Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB). • Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI • Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP). • Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).

9. Komplikasi Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batukpilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu 246

perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemia berat, gagal jantung kongesti dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain itu dispnea, nafas pendek dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengurangan oksigen (Price &Wilson, 2006)

10. Penatalaksanaan Tujuan utama dari terapi anemia adalah untuk identifikasi dan perawatan karena penyebab kehilangan darah,dekstruksi sel darah atau penurunan produksi sel darah merah.pada pasien yang hipovelemik: • pemberian tambahan oksigen, pemberian cairan intravena, • resusitasi pemberian cairan kristaloid dengan normal salin. • tranfusi kompenen darah sesuai indikasi (Catherino,2003:416) Evaluasi Airway, Breathing, Circulation dan segera perlakukan setiap kondisi yang mengancam jiwa. Kristaloid adalah cairan awal pilihan. (Daniel, direvisi tanggal 22 Oktober 2009) Acute anemia akibat kehilangan darah: 1. Pantau pulse oksimetri, pemantau jantung, dan Sphygmomanometer. 2. Berikan glukokortikoid serta agen antiplatelet (aspirin) sesuai indikasi. 3. Berikan 2 botol besar cairan intravena dan berikan 1-2 liter cairan kristaloid dan juga pantau tanda-tanda dan gejala gagal jantung kongestif iatrogenik pada pasien.. 4. Berikan plasma beku segar (FFP), faktor-faktor koagulasi dan platelet, jika diindikasikan. 5. Pasien dengan hemofilia harus memiliki sampel terhadap faktor deficiency yang dikirim untuk pengukuran. 6. Pasien hamil dengan trauma yang ada kecurigaan terhadap adanya Feto-transfer darah ibu harus diberikan imunoglobulin Rh-(Rhogam) jika mereka Rh negatif.

247

7. Setelah pasien stabil, mulailah langkah-langkah spesifik untuk mengobati penyebab pendarahan. (Daniel, direvisi tanggal 22 Oktober 2009)

Terapi yang diberikan pada pasien dengan anemia dapat berbeda-beda tergantung dari jenis anemia yang diderita oleh pasien. Berikut ini beberapa terapi yang diberikan pada pasien sesuai dengan jenis anemia yang diderita: d. Anemia Deficiensi Besi Setelah diagnosa ditegakkan maka dibuat rencana pemberian terapi berupa: •

Terapi kausal: tergantung pada penyebab anemia itu sendiri, misalnya pengobatan menoragi, pengobatan hemoroid bila tidak dilakukan terapi kausal anemia akan kambuh kembali.



Pemberiian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi di dalam tubuh. Besi per oral (ferrous sulphat dosis 3x200 mg, ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, ferrous suuccinate). Besi parentral, efek sampingnya lebih berbahaya besi parentral diindikasikan untuk intoleransi oral berat, kepatuhan berobat kurang, kolitis ulseratif, dan perlu peningkatan Hb secara cepat seperti pada ibu hamil dan preoperasi. (preparat yang tersedia antara

iron

dextran

complex,

iron

sorbitol

citric

acid

complex)Pengobatan diberikan sampai 6 bulan setelah kadar hemoglobin normal untuk cadangan besi tubuh. •

Pengobatan lain misalnya: diet, vitamin C dan transfusi darah. Indikasi pemberian transfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah pada pasien penyakit jantung anermik dengan ancaman payah jantung, anemia yang sangat simtomatik, dan pada penderita yang memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat.dan jenis darah yang diberikan adalah PRC untuk mengurangi bahaya overload. Sebagai premediasi dapat dipertimbangkan pemberian furosemid intravena. (Bakta, 2003:36)

e. Anemia Akibat Penyakit Kronis

248

Dalam terapi anemia akibat penyakit kronik, beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah: •

Jika penyakit dasar daat diobati dengan baik, anemia akan sembuh dengan sendirinya.



Anemia tidak memberi respon pada pemberian besi, asam folat, atau vitamin B12.



Transfusi jarang diperlukan karena derajaat anemia ringan.



Sekarang pemberian eritropoetin terbukti dapat menaikkan hemoglobin, tetapi harus diberikan terus menerus.



Jika anemia akibat penyakit kronik disertai defisiiensi besi pemberian preparat besi akan meningkatkan hemoglobin, tetapi kenaikan akan berhenti setelah hemoglobin mencapai kadar 9-10 g/dl. (Bakta, 2003:41)

f. Anemia Sideroblastik Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan anemia sideroblastik adalah: •

Terapi untuk anemia sideroblastik herediter bersifat simtomatik dengan transfusi darah.



Pemberian vittamin B6 dapat dicoba karena sebagian kecil penderita responsif terhadap piridoxin. (Bakta, 2003:44)

g. Anemia Megaloblastik Terapi utama anemia defisiensi vitamin B12 dan deficiensi asam folat adalah terapi ganti dengan vitamin B12 atau asam folat meskipun demikian terapi kausal dengan perbaikan gizi dan lain-lain tetap harus dilakukan: •

Respon terhadap terapi: retikulosit mulai naik hari 2-3 dengan puncak pada hari 7-8. Hb harus naik 2-3 g/dl tiap 2 minggu. Neuropati biasanya dapat membaik tetapi kerusakan medula spinalis biasanya irreverrsible. (Bakta, 2003:48)



Untuk deficiensi asam folat, berikan asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan.

249



Untuk deficiensi vitamin B12: hydroxycobalamin intramuskuler 200 mg/hari, atau 1000 mg diberikan tiap minggu selama 7 minggu. Dosis pemeliharaan 200 mg tiap bulan atau 1000 mg tiap 3 bulan.

h. Anemia Perniciosa Sama dengan terapi anemia megaloblastik pada umumnya maka terapi utama untuk anemia pernisiosa adalah: •

Terapi ganti (replacement) dengan vitamin B12



Terapi pemeliharaan



Monitor kemungkinan karsinoma gaster. (Bakta, 2003: 49)

i. Anemia Hemolitik Pengibatan anemia hemolitik sangat tergantung keadaan klinik kasus tersebut serta penyebab hemolisisnya karena itu sangat bervariasi dari kasus per kasus. Akan tetapi pada dasarnya terapi anemia hemolitik dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu: • Terapi gawat darurat Pada hemolisis intravaskuler, dimana terjadi syok dan gagal ginjal akut maka harus diambil tindakan darurat untuk mengatasi syok, mempertahankan

keseimbangan

cairan

dan

elektrolit,

sertaa

memperbaiki fungsi ginjal. Jika terjadi anemia berat, pertimbangan transfusi darah harus dilakukan secara sangat hati-hati, meskipun dilakukan cross matchng, hemolisis tetap dapat terjadi sehingga memberatkan fungsi organ lebih lanjut. Akan tetapi jika syok berat telah teerjadi maka tidak ada pilihan lain selain transfusi. • Terapi Kausal Terapi kausal tentunya menjadi harapan untuk dapat memberikan kesembuhan total. Tetapi sebagian kasus bersifat idiopatik, atau disebabkan oleh penyebab herediter-familier yang belum dapat dikoreksi. Tetapi bagi kasus yang penyebabnya telah jelas maka terapi kausal dapt dilaksanakan. (Bakta, 2003:69) • Terapi Suportif-Simtomatik Terapi ini diberikan untuk menek proses hemolisis terutama di limpa. Pada anemia hemolitik kronik familier-herediter sering diperlukan transfusi darah teratur untuk mempertahankan kadar 250

hemoglobin.

Bahkan

pada thalasemia mayor dipakai

teknik

supertransfusi atau hipertransfusi untuk mempertahankan keadaan umum dan pertumbuhan pasien. Pada anemia hemolitik kronik dianjurkan pemberian asam folat 0,15-0,3 mg/hari untuk mencegah krisis megaloblastik.

251

PATHWAY

252

BAB 3 KEGIATAN DAN LAPORAN RONDE KEPERAWATAN

3.1 MEKANISME KEGIATAN

a. Topik

: Ronde Keperawatan kelompok 2 di Ruang Melati “Ny. S 53Th Anemia+Melena dengan diagnosa keperawatan Ketidakefektfan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan Hipoksia”

b. Hari/tanggal : Kamis, 14 Februari 2019 c. Waktu

: 09.00 – 11.00

d. Materi

:

1. Pemaparan hasil pengkajian keperawatan Ny. S 2. Analisa diagnosa keperawatan pada Ny. S 3. Intervensi dan implementasi yang telah dilakukan pada Ny. S e. Metode

:

1. Diskusi 2. Tanya jawab f. Media

:



SAP Ronde Keperawatan



Hasil pengkajian, diagnosa serta laporan intervensi dan implementasi

g. Denah

:

Ahli Gizi Kepala Ruang Wakil Karu (ruang Melati) Pembimbing Institusi Karu (mahasiswa) RUANG DISKUSI

Katim (mahasiswa) PP (mahasiswa)

253

3.2 STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN •

Kepala Ruang

: Melinda Fandasari S.Kep (Mahasiswa Profesi Ners)



Katim

: Nelcy Elvina G B. S.Kep (Mahasiswa Profesi Ners)



Perawat Pelaksana

:

1. Safitri S.Kep 2. Laurentina Dos Reis Lopes S.Kep •

Kepala Ruang Melati : Eko Sugiyono, S.Kep, Ns



Wakil Kepala Ruang Melati: Sri Anah P L Skep. Ns



Pembimbing Institusi : Ns.Sih Ageng Lumadi, Skep.MKep.

3.3 PELAKSANAAN KEGIATAN Tahap Pra-Ronde

Kegiatan Pembukaan :

Waktu

Tempat

09:00

Ruang Diskusi di

1. Salam pembuka

Ruang Melati

2. Memperkenalkan diri ronde 3. Menyampaikan identitas dan masalah pasien 4. Menjelaskan tujuan ronde Ronde

Penyajian masalah :

09.10

1. Memberi salam dan

Ruang Diskusi di Ruang Melati)

memperkenalkan pasien dan keluarga kepada tim ronde 2. Menjelaskan riwayat penyakit dan keperawatan pasien 3. Menjelaskan masalah pasien dan rencana tindakan yang telah dilaksanakan dan serta menetapkan prioritas yang perlu didiskusikan

Validasi data

09.25

Ruang Diskusi di Ruang Melati

254

4. Mencocokkan dan menjelaskan kembali data yang telah disampaikan 5. Diskusikan antar anggota tim dan pasien tentang masalah keperawatan tersebut 6. Pemberian justifikasi oleh

09.35

perawat primer atau konselor atau

Ruang Diskusi di Ruang Melati

kepala ruang tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang dilakukan 7. Menentukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ditetapkan Post-Ronde

1. Evaluasi dan rekomendasi

11.00

intervensi keperawatan

Ruang Diskusi di Ruang Melati

2. Penutup

3.4 EVALUASI

a) Struktur 1. Ronde keperawatan dilaksanakan di ruang diskusi Ruang Melati 2. Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan 3. Persiapan (kontrak waktu dengan pasien dan keluarga pasien dilakukan 1 hari sebelumnya) 4. Acara berjalan tepat waktu hanya persiapan kurang matang b) Proses 1. Undangan diberikan kepada ahli gizi, dokter, karu dan wakaru melati, tetapi dokter berhalangan hadir karena ada kepentingan lainnya 2. Persiapan alat dan bahan materi masih kurang 3. Semua peserta aktif berperan, namun masih ada yang tidak sesuai dengan peran masing-masing 4. Saran dan masukan dari hasil pelaksanaan ronde keperawatan : •

Pemahaman terkait proses ronde keperawatan masih kurang sehingga proses ronde keperawatan belum berjalan secara optimal 255



Diagnosa prioritas perlu di perbaiki dan disesuaikan dengan kondisi pasien



LP dan ASKEP perlu disertakan sebagai laporan dalam ronde keperawatan dan di gandakan sejumlah peserta yang hadir

c) Hambatan Selama pelaksanaan role play, semua kegiatan berjalan sesuai dengan alur yang sudah direncanakan, waktu pelaksanaan tepat sesuai jadwal, undangan yang datang juga sudah sesuai yang diharapkan yaitu ada pembimbing klinik, pembimbing akademik dan juga supervisor, Ruangan sangat mendukung dilakukannya ronde keperawatan, karena sampai saat ini belum bisa dilakukan ronde keperawatan di ruangan. Dukungan diberikan dalam bentuk pemberian fasilitas kepada mahasiswa untuk melakukan praktek ronde keperawatan di ruang Melati. Selain itu dukungan juga diperoleh dari tim kesehatan lain seperti ahli gizi d) Hasil 1. Pasien senang dan antusias dalam kegiatan ronde keperawatan 2. Perawatan dan masalah pasien dapat ditingkatkan 3. Perawat dapat : •

Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis



Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan, menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorietasi pada masalah pasien



Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan



Meningkatkan kemampuan justifikasi

256

BAB 4 RESUME KEPERAWATAN

4.1 Data Umum •

Nama Pasien

: Ny.S



Usia

: 50 Tahun



No RM

: 546xxx



Alamat

: JL. Natuna RT 01 RW 09 Sananwetan



Tgl MRS

: 11 Februari 2019

Keluhan Utama

: Panas, Batuk, dan Pusing

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan sering mengalami pusing sejak bulan Desember. Pada tanggal 11 februari 2019 tiba-tiba pasien mengeluh kepalanya sangat pusing dan badan terasa lemas. Pada saat itu juga Pasien langsung dibawa Puskesmas Kecamatan Sananwetan dan dilakukan pemeriksaan darah dan didapatkan Hb 5,2 g/dl pasien langsung dirujuk ke IGD RSUD. Mardi Waluyo, Blitar. Di IGD dilakukan tindakan pemasangan infus dan pemberian tranfusi darah PRC 1 labu setelah itu pasien dibawa keruangan Melati untuk dilakukan tindakan selanjutnya. Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga : tidak terdapat penyakit keluarga. Perkembangan vital sign Rata-rata tensi pasien dari tanggal 11 februari 2019 sampai 13 februari 2019, sistole 120 mmHg dan diastole 70 mmHg. Nadi antara 80-85 x/menit. Selama perawatan suhu pasien rata rata (36°-37,5°C), dan respiratory rate rata-rata 20x/menit Pemeriksaan Fisik B1

: Tidak ada keluhan sesak nafas RR 20x/menit, Bentuk dada simetris,

pergerakan dinding dada simetris .Tidak terdapat retraksi otot bantu nafas intercostae. Keluhan batuk kering dan sakit tenggorokan rhonci - -

wheezing - -

- -

- -

perkusi sonor sonor sonor sonor sonor

257

B2

: Irama jantung reguler, CRT <3 detik, S1S2 tunggal, tidak terdapat keluhan

nyeri dada, akral hangat dan basah, terdapat konjungtiva anemia B3

: GCS = 456, kesadaran composmentis, pupil isokor, tidak ada gangguan

penciuman, penglihatan, dan pendengaran. B4

: BAK spontan warna kuning pekat tidak ada gangguan saat berkemih, tidak

terdapat pembesaran kandung kemih. pasien hanya makan pisang dan susu. Belum BAB sudah 2 minggu dan sering pipis lebih dari 3x sehari B5

: Mulut bersih, mukosa lembab, nafsu makan menurun, peristaltik usus

12x/menit nilai laboratorium albumin 2.12 g/dl, Hemoglobin 10,2 mg/dl. B6

:Kemampuan pergerakan sendi bebas, kekuatan otot tidak terdapat kelainan

ekstremitas, pada integumen bersih tidak ada luka maupun bekas luka Endokrin : Sistem endokrin tidak terdapat hiperglikemia, hipoglikemia, pembesaran kelenjar tiroid maupun pembesaran kelenjar getah bening. Pengkajian Psikososial : Ekspresi klien terhadap penyakitnya klien terlihat agak murung. Klien kurang kooperatif ketika diajak berkomunikasi. Personal Hygiene dan kebiasaan : Klien mandi sehari 2x. Klien berganti pakaian setiap hari. Daftar Masalah Keperawatan : 1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer 2. Resiko jatuh Masalah keperawatan yang muncul No 1 2

Tanggal ditemukan Masalah 12 Februari 2019 1. Ketidakefektifan jaringan perifer 12 Februari 2019 Resiko jatuh

Riwayat pemberian terapi TERAPI Ns Transfusi ambumin Drip carbazochrome

PZ 1000 cc 1x1 1x1

258

Tanggal teratasi perfusi Belum Teratasi Belum teratasi

sodium sulfonate Inj ranitidin kalnex Vit k Riwayat Pemeriksaan Lab

2x1 3x1 1x1

HEMATOLOGI

NILAI NORMAL

Leukosit Limfosit Eritrosit

Hb

PVC/ Hematokrit

MCHC Trombosit LED Albumin

TANGGAL 11/2/2019

13/2/2019

4000-10.000 sel/mm

5.500

3.660

L14-62%/3-5%/15-45%

77.5.18

L 4.4-5.6 P 5.8-3.0 jt sel/mm L 13.5-16.5 P 1-15, 1gr L 40-50 P 37-44 35-36%/ 20-34 Pg/ 80-100 pg 150.000-400.000 sel/mm L 1-15 P 1-20 mm/jam

2.28

3.20

5.2

10.2

10.4

32.3

27.23.85

11.4

594.000

481.000

594.000

General 3.8-5.5 g/dl

2.12

Faal Ginjal Urea

17.43 mg/dl

18.75

Kreatinin

0.6-1.3 mg/dl

0.77

259

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, H, et all. (1993), Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya. Carpenito, L inda Jual (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta Doenges et al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta Doengoes, M, et all, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I

Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta.

Engram, B, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa Suharyati S, volume 1, EGC, Jakarta Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dokter Soetomo, Surabaya Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto. Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi, Lab. Ilmu Penyakit Paru FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta. Tucker, M et all (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin Aih, volume 4, edisi V, EGC, Jakarta. Wilson, S and Thompson, J(1990), Respiratory Disorders, Mosby Year Book, Toronto.

260

INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : ………………………………….. Umur : ………………………………….. Alamat : ………………………………….. Menyatakan SETUJU/TIDAK SETUJU Untuk dilakukan ronde keperawatan terhadap diri saya sendiri/ suami/ istri/ orang tua/ anak/ ayah/ ibu/ nenek/ kakek, dengan : Nama : ………………………………….. Umur : ………………………………….. Jenis Kelamin : ...................................................... Alamat : ………………………………….. Ruang : Melati RSUD Mardi Waluyo, Blitar No. RM. : ………………………………….. Dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Pasien/keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerja sama dalam ronde keperawatan 2) Pasien dan keluarga telah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan dilakukan ronde keperawatan 3) Pasien dan keluarga menerima untuk dilakukan ronde keperawatan 4) Pasien dan keluarga memberikan persetujuan untuk dilakukan ronde keperawatan Ketentuan ronde keperawatan tersebut diatas telah dijelaskan oleh perawat dan saya telah mengerti dengan sepenuhnya. Demikianlah persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Blitar, 14 Februari 2019 Yang membuat pernyataan Perawat Primer Pasien

Saksi-saksi : 1. ……………………………..

(……………………)

2. ……………………………..

(..…………………..)

261

DOKUMENTASI RONDE KEPERAWATAN I. IDENTITAS KLIEN Nama Klien

:

Umur

:

Jenis Kelamin

:

Ruangan / Bed

:

Rekam Medis No.

:

Diagnosa Medis

:

II. MASALAH-MASALAH KEPERAWATAN 1.................................................................................................. 2................................................................................................. 3................................................................................................. 4................................................................................................. 5................................................................................................. 6.................................................................................................

III. SARAN ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ ................................................................................................................................ ............ Blitar, 14 Februari 2019 Kepala Ruangan

(

Perawat Primer

)

(

262

)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG TAHUN 2018/2019

DAFTAR HADIR PEMBIMBING DALAM PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN

NO

NAMA PEMBIMBING

1

2

3

4

5

6

7

8

263

TTD

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG TAHUN 2018/2019 DAFTAR HADIR MAHASISWA DALAM PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN

NO

NAMA MAHASISWA

1

Laurentina Dos Reis Lopes

2

Lufi Yetur Romzi

3

Muhkhammad Agus Sholi

4

Melinda Fandasari

5

Nelci Elvina G B

6

Refi Andi Alamsyah

7

Ria Rosanti

8

Safitri

9

Sifra Parinussa

10

Siska Putri Utami

11

Vannessia Prasetya Cia

264

TTD

DOKUMENTASI RONDE KEPERAWATAN

265

PROPOSAL TIMBANG TERIMA PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN MAHASISWA PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO BLITAR

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 2:

Laurentina Dos Reis Lopes

1814314901019

Lufi Yetur Romzi

1814314901005

Muhkhammad Agus Sholi

1814314901006

Melinda Fandasari

1814314901023

Nelci Elvina G B

1814314901007

Refi Andi Alamsyah

1814314901008

Ria Rosanti

1814314901009

Safitri

1814314901011

Sifra Parinussa

1814314901025

Siska Putri Utami

1814314901012

Vannessia Prasetya Cia

1814314901016

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG 2019

266

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PROPOSAL TIMBANG TERIMA PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN MAHASISWA PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO BLITAR

Telah disetuji Hari

:

Tanggal :

Blitar,

Maret 2019

Mengetahui, Kepala Ruangan Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar

Eko Sugiyono S, Kep., Ns NIP. 196702031988031010

Pembimbing Lahan

Pembimbing Intitusi

Sri Anah Puji Lestari S.Kep., Ns

Ns. Sih Ageng Lumadi., M.Kep

NIDK. 8812710016

NIDN. 0729018101

267

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Manajemen keperawatan adalah proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Profesionalisme

dalam

pelayanan

keperawatan

dapat

dicapai

dengan

mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang fektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektivitasnya adalah saat pergantian shift (timbang terima pasien) (Nursalam, 2008: 195). Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Disini dituntut tugas manajer keperawatan untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan seefektif dan seefisien mungkin bagi individu keluarga dan masyarakat (Gillis,1996). Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan dalam pembenahan manejemen keperawatan, karena dengan adanya faktor kelola yang optimal diharapkan mampu menjadi wahana peningkatan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan. Salah satu upaya yang dapat di gunakan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan klien adalah dengan melakukan timbang terima saat pergantian dinas. Timbang terima merupakan teknik atau cara menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima dilakukan oleh Perawat primer ke perawat asosiate yang bertanggung jawab pada dinas sore atau dinas malam. Timbang terima yang efektif dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Tujuan dari timbang terima adalah agar semua perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna, meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat dan yang lebih penting adalah agar terjadi suatu hubungan kerjasama

268

antar perawat serta terlaksananya asuhan perawatan terhadap klien yang berkesinambungan . Ruang Melati sebagai satu unit pelayanan keperawatan yang merupakan salah satu ruangan percontohan yang sudah mulai menerapkan sistem/metode SP2KP, yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiat, untuk itu diperlukan ilmu dan kiatnya secara optimal. Untuk itu diperlukan bentuk kerjasama yang berkesinambungan dan saling mempunyai komitmen ynag tinggi demi perkembangan pelayanan keperawatan dalam melaksanakan timbang terima yang benar.

1.2 TUJUAN 1.2.1

Tujuan umum Meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan yang komprehensif

1.1.2 Tujuan khusus 1.

Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

2. Meningkatkan hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim perawat serta terlaksana asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan. 1.3 MANFAAT 1.3.1 Bagi Perawat 1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat 2. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat. 3. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang berkesinambungan. 4. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. 1.3.2 Bagi Pasien 1. Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.

269

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 DEFINISI TIMBANG TERIMA Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerim sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien dengan tujuan menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum klien menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti olehdinas berikutnya, tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya. (Nursalam, 2002). Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.

2.2 TUJUAN TIMBANG TERIMA Tujuan timbang terima sebagai berikut; 1. Menyampaikan kondisi dan keadaan klien 2. Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dalam asuhan keperawatan pada klien 3. Menyampaikan permasalahan keperawatan klien yang masih ada dan yang sudah terselesaikan. 4. Menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh dinas berikutnya 5. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya Timbang terima yang efektif dapat dilakukan secara lisan atau tulisan. Timbang teima yang baik bila semua perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara kontinu dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi perawat, kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim perawat.

2.3 KETENTUAN DALAM TIMBANG TERIMA Ketentuan timbang terima adalah sebagai berikut : 1. Dilaksanakan pada setiap pergantian shift 2. Dipimpin oleh perawat primer sebagai penanggung jawab 270

3. Diikuti perawat, mahasiswa dinas yang telah maupun akan berdinas 4. Terdapat unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab 5. Informasi

yang

disampaikan

harus

akurat,

singkat,

sistematis,menggambarkan keadaan klien saat ini dan tetap menjaga kerahasiaan klien 6. Timbang terima yang dilakukan harus berorientasi pada permasalahan keperawatan, rencana, tindakan dan perkemabangan kesehatan klien.

klien

Diagnosa medis/masalah kolaboratif

Diagnosa keperawatan

Rencana tindakan

Yang telah dilakukan

Yang akan dilakukan

Perkembangan keadaan klien

Perencanaan : teraatasi keseluhan, sebagian, belum teratasi dan terdapat masalah baru

271

Mekanisme Timbang Terima

Kepala Ruangan Membimbing, mengarahkan dan menyelesaikan masalah/problem solving

Diskusi di nurse station (Karu, PP,PA) kondisi klien bersifat rahasia

Timbang terima disamping klien, Karu, PP,PA

dokumentasi

2.4 TIMBANG TERIMA DENGAN SABR Komunikasi efektif saat timbang terima yang dilaksanakan dengan baik dapat membantu mengidentifikasi kesalahan serta memfasilitasi kesinambungan perawatan pasien.Prinsip komunikasi efektif dalam timbang terima menurut. Komunikasi yang tidak efektif dapat mengancam keselamatan pasien di rumah sakit. Alvarado, et al (2006) mengatakan ketidakakuratan informasi dapat menimbulkan dampak yang serius pada pasien, hamper 70% kejadian sentinel yaitu kejadian yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius di rumah sakit disebabkan karena buruknya komunikasi.

Sejalan dengan prinsip

komunikasi efektif di atas, Nursalam (2012)membagi kegiatan timbang terima menjadi beberapa tahapan yaitu tahappersiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap post timbang terima. Menurut

Jefferson

(2012),

dalam

melakukan

timbang

terima

ada

perkembangan alternatif komunikasi efektif yang dapat dilakukan yaitu metode SBAR. Rekomendasi WHO2 pada tahun 2007, mewajibkan untuk anggota Negara WHO dalam memperbaiki pola komunikasi pada saat melakukan operan jaga harus menggunakan suatu standard yang strategis yaitu dengan mengunakan metode komunikasi S-BAR. Proses komunikasi S-BAR terbukti telah menjadi alat komunikasi yang efektif dalam pengaturan perawatan akut untuk tingkatan komunikasi yang urgen, terutama antara dokter dan perawat.

272

2.5 DEFINISI SBAR Komunikasi SBAR merupakan komunikasi yang dilaksanakan secara face to face yang terdiri dari 4 komponen yaitu: 1.

S (Situation): merupakan suatugambaran yang terjadi pada saat itu.

2.

B (Background): merupakan sesuatuyang melatar belakangi situasi yang terjadi.

3.

A (Assessment): merupakansuatu pengkajian terhadap suatu masalah.

4. R (Recommendation):merupakan suatu tindakan dimana meminta saran untuk tindakan yangbenar yang seharusnya dilakukan untuk masalah tersebut (Jefferson,2012). Penggunaan komunikasi yang tepat dengan read back telah menjadi salah satu sasaran dari program keselamatan pasien yaitu peningkatan komunikasi yang efektif. Selain itu dengan menggunakan komunikasi SBAR dapat menghemat waktu sehingga perawat yang akan dinas dapat melakukan tindakan segera terutama terhadap pasien kritis seperti di ruang intensif (Smith, et al, 2008; Rushton, 2010; JCAHO, 2013). SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.

2.6 RUANG LINGKUP SBAR Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background, Assessment, Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri.Diharapkan

dokumentasi

catatan

perkembangan

pasien

terintegrasi dengan baik.sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien. 1. Situation : a. Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan 273

b. Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien. c. Diagnosa medis d. Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan 2. Background : a. Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan situasi b. Obat saat ini dan alergi c. Tanda-tanda vital terbaru d. Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes sebelumnya untuk perbandingan e. Riwayat medis f. Temuan klinis terbaru 3. Assessment: a. berbagai hasil penilaian klinis perawat b. Apa temuan klinis ? c. Apa analisis dan pertimbangan perawat ? d. Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan? 4. Recommendation : a. Apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan? b. Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki masalah? c. Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter ? d. Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien? e. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi ? Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan : 1. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini. 2. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan. 3. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang harus dilanjutkan. 4. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian perawat shift sebelumnya. 5. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian. Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima : 1. Situation (S) : 274

Nama : Ny Sri Ainis umur 26 tahun, tanggal masuk 16 Februari 2019 sudah 3 hari perawatan, diagnosa medis : DBD Masalah keperawatan: a.

Kelebihan Volume cairan

b.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Background (B) : a.

Keadaan umum cukup, kesadaran compos metis, GCS 4,5,6

b.

Albumin: 2,17 g/dl

c.

Pasien terpasang pluq

3. Assessment (A) : a. Kesadaran composmentis, TD 100/80 mmHg, Nadi 85x/menit, suhu 37 0C, RR 20 x/menit, tidak sesak napas, bab lancar, bak lancar b.

Hasil laboratorium terbaru : albumin 2,17 g/dl

4. Recommendation (R) : a.

Observasi tekanan darah

b.

Batasi asupan cairan

c.

Fungsi asites

d.

Observasi albumin

275

BAB 3 PELAKSANAAN DAN LAPORAN KEGIATAN

3.1 PROSEDUR TIMBANG TERIMA TAHAP

Persiapan

KEGIATAN

1. Timbang

WAKTU

terima

dilaksanakan

setiap

pergantian shift/overan 2. Prinsif timbang terima, semua pasien baru masuk dan

pasien

yang

dilakukan timbang terima khususnya pasien yang memiliki

permasalahan

yang belum dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut. 3. PP

menyampaikan

timbang terima pada PP berikutnya, hal yang perlu disampaikan

dalam

timbang terima: • Jumlah pasien • Identitas

klien

dan

diagnose medis • Data (keluhan/subjektif dan objektif) • Masalah

keperawatan

yang masih muncul • Intervensi keperawatan yang sudah dan belum

276

5 menit

TEMPA

PELAKSANAA

T

N

Nurse

PP dan PA

Station

dilaksanakan

(secara

umum) • Intervensi

kolaboratif

dan dependen • Rencana

umum

dan

persiapan yang perlu dilakukan operasi,

(persiapan pemeriksaan

penunjang dan lain-lain. Pelaksanaa 1. Kedua kelompok dinas n

sudah siap (shift jaga) 2. Kelompok

yang

bertugas

akan

menyiapkan

buku catatan 3. Kepala

ruangan

membuka acara timbang terima 4. Perawat yang melakukan timbang

terima

melakukan Tanya

klarifikasi jawab

melakukan terhadap

dapat

dan validasi

hal-hal

telah terimakan menanyakan

yang

ditimbang dan

berhak

mengenai

hal-hal yang kurang jelas 5. Kepala menanyakan

ruangan/PP kebutuhan

dasar pasien 6. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat

277

20 menit

Ners

KARU, PP dan

station

PA

7. Perawat

yang

melaksanakan

Ruang

timbang

perawata

terima mengkaji secara

n

penuh terhadap masalah keperawatan, kebutuhan dan

tindakan

yang

telah/belum dilaksanakan serta

hal-hal

lainnya

penting

selama

masa

perawatan 8. Hal-hal

yang

sifatnya

khusus dan memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya 9. Lama

timbang

terima

untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit. 1. Diskusi

5 menit

2. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung

pada

timbang

terima

format yang

ditandatangani oleh PP yang jaga saat itu dan PP yang

jaga

diketahui

berikutnya, oleh

kepala

ruangan

278

Ners

KARU, PP dan

Station

PA

3. Ditutup

oleh

kepala

ruangan

3.2 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift 2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP) 3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas 4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien 5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien 6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup, sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung didekat klien 7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shjock sebaiknya dibicarakan di ners station.

3.3 RENCANA STRATEGI TIMBANG TERIMA 1. Pelaksanaan Timbang Terima Hari/tanggal

: Rabu, 2O Februari 2O19

Pukul

: 09.00 WIB

Topik

: Penyampaian kondisi dan keadaan klien: -

Penyampaian hal-hal yang sudah dilakukan dalam asuhan keperawatan.

-

Penyampaian permasalahan keperawatan klien yang masih ada dan sudah terselesaikan.

-

Penyampaian

hal-hal

ditindaklanjuti. Tempat

: Ruang Melati KMR IIIC

2. Metode a. Diskusi b. Tanya Jawab 3. Media a. Status Klien 279

yang

penting

yang

harus

b. Buku timbang terima c. Alat tulis d. Sarana dan prasarana keperawatan 4. Pengorganisasian Kepala Ruangan

: Nelci E.G Benamen S.Kep

Perawat Primer (pagi)

: Siska Putri Utami S.Kep

Perawat Associate (pagi)

: Vannessia Prasetya Cia S.Kep Laurentina Dos Reis Lopes S.Kep

Perawat Associate (sore)

: Refi Andi Alamsyah S.Kep Lufi Yetur S.Kep Sifra Parinussa S.Kep

Perawat Associate (malam)

: Ria Rosanti S.Kep M. Agus Sholi S.Kep

Perawat Associate (libur)

: Saftri S.Kep

Pembimbing/Supervisior

: Sri Anah Puji Lestari., S.Kep.Ns

5. Uraian Kegiatan a. Prolog Pada hari Rabu jan 14.00 seluruh perawat (PP dan PA), shift pagi dan sore serta kepala ruangan berkumpul di ners station untuk melakukan timbang terima b. Sesi 1 di ners station Kepala ruangan memimpin dan membuka acara yang didahului dengan doa dan kemudian mempersilahkan PP dinas pagi untuk melaporkan keadaan dan perkembangan pasien selama bertugas kepada PP yang akan berdinas selanjutnya (sore). PP dan PA shift sore memberikan klarifikasi keluhan, intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara umum), intervensi kolaboratif dan dependen, rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan penunjang dan lain-lain), hal yang belum jelas atas laporan yang telah disampaikan. Setelah melakukan timbang terima di ners station berupa laporan tertulis dan lisan, kemudian diteruskan di ruangan perawatan pasien.

280

c. Sesi 2 si ruang perawatan pasien Seluruh perawat dan kepala ruangan bersama-sama melihat ke tempat pasien. PP dinas selanjutnya mengklarifikasi dan memvalidasi data langsung kepada pasien atau keluarga yang nemngalami masalah khusus. Untuk pasien yang tidak mengalami masalah khusus, kunjungan tetap dilaksanakan. Lamanya kunjungan tidak lebih 5 menit per pasien. Bila terdapat hal-hal yang bersifat rahasia bagi pasien dan keluarga perlu diklarifikasi, maka dapar dilakukan di ners station setelah kunjungan ke pasien. d. Epilog Kembali ke ners station. Diskusi tentang keadaan pasien yang bersifat rahasia. Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka kedua PP mendata laporan timbang terima dengan diketahui oleh kepala ruangan e. Evaluasi 1) Struktur (input) Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang yang telah tersedia antara lain: catatan timbang terima, status klien, dan kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan selalu memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift, yaitu malam ke pagi dan pagi ke sore. Kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer yang bertugas saat itu. 2) Proses Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di ners station kemudian ke ruang perawatan pasien dan kemudian lagi ke ners station. Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnosis keperawatan dan intervensi yang belum/sudah dilakukan. Waktu untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke pasien. 3) Hasil Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Stiap perawat dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

281

6. Laporan Kegiatan Nama Pasien : Tn A

Tanggal : 13 februari 2019

Umur

Dx medis : typoid

: 23 tahun

Asuhan Keperawaran

Timbang terima Shif Sore

Data

DS : Pasien mengatakan deman turun naik DO : K/U cukup, kes CM, GCS 456, infusi terpasang asering 20 tpm, TD: 100/90 mmHg, N: 72 x/m, S: 38,9 RR: 20 x/m, bab lancar, bak lancar, akral panas

Masalah keperawatan

Hipertermi

Intervesi yang sudah dilakukan

-

Observasi TTV

-

Ajarkan keluarga berikan kompres hangat

Intervensi

yang

-

Injeksi ceftriaxon 1 g 2x1

-

Inf: paracetamol 3x1

belum

dilakukan Evaluasi

S : pasien mengatakan masih panas O : K/U cukup, GCS 456, Kes CM, akral panas, terpasang asering 20 tpm, TD: 100/70 mmHg, N: 80x/m, S: 38,4, RR: 20 x/m

Hal yang perlu diperhatikan -

Lab DL

(lab, obat, advis medis)

-

Injeksi novaldo 3x1

-

Inf: paracetamol 2x1

282

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2002, Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profisional, Selemba Medika, Jakarta. Gilles. 1989. Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem, Edisi Terjemah. Jakarta: Alih Bahasa Dika Sukmana Dkk. PSIK. 2003. BukuPanduan Manajemen Keperawata: Program Pendidikan Ners. Surabaya. Supinganto, Agus, dkk. 2015. Identifikasi Komunikasi Evektif SBAR (Situational,Background, Assessment, Recommendatin) di RSUD Kota Mataram.

283

FORMAT TIMBANG TERIMA Nama Pasien :

Tanggal :

Umur

Dx medis :

:

Asuhan Keperawaran

Timbang terima Shif ...............

Data

DS : ………………. DO : .........................

Masalah keperawatan

Hipertermi

Intervesi yang sudah dilakukan

-

......

-

…..

-

…..

-

…..

Intervensi yang belum dilakukan ……………………… Evaluasi

S : …………… O : ....................

Hal yang perlu diperhatikan (lab, -

…………..

obat, advis medis)

-

…………..

-

…………..

284

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DIABETES MILITUS DAN SENAM KAKI DIABETES DI RUANG MELATI RSUD. MARDI WALUYO KOTA BLITAR

OLEH KELOMPOK 2 Laurentina Dos Reis Lopes

1814314901019

Lufi Yetur Romzi

1814314901005

Muhkhammad Agus Sholi

1814314901006

MelindaFandasari

1814314901023

Nelci Elvina G B

1814314901007

Refi Andi Alamsyah

1814314901008

Ria Rosanti

1814314901009

Safitri

1814314901011

Sifra Parinussa

1814314901025

Siska Putri Utami

1814314901012

Vannessia Prasetya Cia

1814314901016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG TAHUN 2019

285

LEMBAR PENGESAHAN DAN PERSETUJUAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DIABETES MILITUS DAN SENAM KAKI DIABETES DI RUANG MELATI RSUD. MARDI WALUYO KOTA BLITAR

Disusun Oleh

: Mahasiswa Profesi Ners Stikes Maharani Malang

Prodi

: Profesi Ners

Program Studi

: Profesi Ners

Blitar, 20 Febuari 2019

Mengetahui, Kepala Ruangan Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar

Eko Sugiyono S, Kep., Ns NIP. 196702031988031010

Pembimbing Lahan

Pembimbing Intitusi

Ns. Sih Ageng Lumadi., M.Kep NIDN. 0729018101

Sri Anah Puji Lestari S.Kep., Ns NIDK. 8812710016

286

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik

: Diabetes Militus dan Senam Dm

Hari/Tanggal

: Kamis, 21 Febuari 2019

Waktu/Jam

: 09.00 - Selesai WIB

Tempat

: Ruang Melati

Peserta

: Keluarga & pasien Ruang Melati Kamar 3C

Alokasi Waktu

: 30 menit

Penyuluh

: Mahasiswa Stikes Maharani Malang

I.Tujuan A. Tujuan Umum Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga klien mampu memahami tentang Penyakit Diabetes Militus dan Cara Senam Diabetes Militus. Tujuan Khusus Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit keluarga klien mampu mengetahui : a. Pengertian DM b. Penyebab DM c. Klasifikasi DM d. Tanda dan gejala DM e. Pengelolaan DM f. Pemeriksaan penunjang g. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan. II. Manfaat a. Bagi mahasiswa Sebagai penerapan teori yang diperoleh dari kampus atau institusi, menambah pengetahuan dan pengalaman serta merupakan kesempatan untuk mempelajari lebih jauh permasalahan yang ada. b. Bagi masyarakat atau keluarga pasien Sebagai tambahan informasi kepada klien tentang Penyakit Diabetes Militus dan Cara Senam Diabetes Militus.

287

III. Sub Pokok Bahasan 1. Pengertian DM 2. Penyebab DM 3. Klasifikasi DM 4. Tanda dan gejala DM 5. Pengelolaan DM 6. Pemeriksaan penunjang 7. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan 8. Cara senam DM IV. Setting Tempat

V. Media Leaflet, SAP, dan LCD

VI. Metode Ceramah dan tanya jawab

VII. Pengorganisasian 1. Moderator

: M.agus Sholli

2. Penyaji

: 1) Safitri Suwarno 2) Vannessia Prasetya Cia

3. Fasilitator

: 1) Refi Andi Alamsyah 2) Melinda Fandasari 3) Lufi Yetur Romzi 288

4) Siska Putri Utami 5) Nelci Elvina G B 4. Observer

: 1) Ria Rosanti 2) Sifra Parinussa 3) Laurentina

VIII. Kegiatan Penyuluhan No 1

Tahapan Waktu

Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Peserta

Metode Dan Media

Pembukaan

Memberi salam

a. Menjawab

(5 menit)

Memperkenalkan diri

b. Mendengarkan dan tanya jawab

Kontrak waktu Menjelaskan

Ceramah dan

memperhatikan tujuan c. Menyetujui

pembelajaran

2

Kegiatan Inti

Penyampaian

materi Mendengarkan

(15 menit)

penyuluhan

secara memperhatikan

dan Media

LCD

dan Leaflet

berurutan dan teratur: a. Menjelaskan

tentang

Penyakit DM b. Menjelaskan makanan yang dipantang dan juga diperbolehkan c. Memperagakan Cara Senam DM

3

Tanya Jawab

Memberikan kesempatan Mengajukan

(5 menit)

peserta untuk bertanya

pertanyaan penyaji

289

Tanya jawab pada

4

Penutupan

a. mengevaluasi

(5 menit)

pengetahuan peserta b. kesimpulan

a. menjawab

Ceramah dan

b. mendengarkan

tanya jawab

dari

dan

pembelajaran

memperhatikan

c. salam penutup

c. mendengarkan

IX. Evaluasi 1. Evaluasi struktur a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta b. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya c. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media promosi kesehatan sesuai dengan yan dibutuhkan 2. Evaluasi proses a. Tim promosi kesehatan mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan b. Peserta bisa mendengarkan dan berpatisipasi aktif sampai akhir kegiatan 3. Evaluasi hasil Prosedur: Peserta mampu menjawab pertanyaan secara lisan Butir-butir pertanyaan.

290

Lampiran Materi DIABETES MELITUS

A. PENGERTIAN Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara efektif. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pancreas, yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula kedalam sel sehingga bias menghasilkan energy atau disimpan sebagai cadangan energi.

B. PENYEBAB 1. Keturunan 2. Usia 3. Kegemukan 4. Kurang gerak 5. Kehilangan insulin 6. Alkoholisme 7. Obat-obatan

C. TANDA DAN GEJALA 1. Sering merasa haus 2. Sering kencing terutama malam hari 3. Pandangan menjadi kabur 4. Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas dan mengantuk 5. Penurunan berat badan 6. Kulit terasa kering 7. Sering menderita sariawan atau infeksi (misalnya bisul) yang sulit sembuh 8. Mati rasa atau kesemutan di kaki dan tangan 9. Mual dan muntah

291

D. PENGELOLAAN DM Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena pengobatan dan perawatan DM membutuhkan waktu yang lama. Cara Perawatan Pasien DM di Rumah adalah dengan jalan : 1. Minum obat secara teratur sesuai program 2. Diet yang tepat 3. Olahraga yang teratur 4. Kontrol GD teratur 5. Pencegahan komplikasi

E. MAKANAN YANG DIPANTANG DAN DIPERBOLEHKAN Proporsi diet/ makanan harian yang benar bagi penderita DM : Berdasarkan anjuran dari PERKENI (perkumpulan Endokrinologi Indonesia ) diet harian penderita DM disusun sebagai berikut: a. Karbohidrat : 60-70 % b. Protein

: 10-15%

c. Lemak

: 20-25%

Jenis Makanan yang Harus diKonsumsi yang dikonsumsi oleh penderita DM diklasifikasikan sebagai berikut : a. Jenis Makanan yang TIDAK BOLEH dikonsumsi : 1. Manisan Buah 2. Gula pasir 3. Susu Kental Manis 4. Madu 5. Abon 6. Kecap 7. Sirup 8. Es Krim b. Jenis makanan Yang BOLEH DIMAKAN TETAPI HARUS DIBATASI : 1. Nasi 2. Singkong 3. Roti 4. Telur 292

5. Tempe 6. Tahu 7. Kacang Hijau 8. Kacang Tanah 9. Ikan c. Jenis Makanan YANG DIANJURKAN UNTUK DIMAKAN : 1. Kol 2. Tomat 3. Kangkung 4. Bayam 5. Kacang Panjang 6. Pepaya 7. Jeruk 8. Pisang 9. Labu Siam

F. KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan baik sehingga gula darah selalu tinggi adalah : 1. Ginjal

: Gagal Ginjal, Infeksi

2. Jantung

: Hipertensi, Gagal Jantung

3. Mata

: Glaukoma, Katarak, Retinopati

4. Syaraf

: Neuropati, mati rasa

5. Kulit

: Luka lama, gangren

6. Hipoglikemi 7. Ketoasidosis a. Untuk mencegah komplikasi sebaiknya yang dilakukan adalah : 1. Diet dengan benar 2. Minum obat teratur 3. Kontrol gula darah teratur 4. Olahraga ( jalan kaki, senam, sepeda santai, dsb) 5. Bila saat aktifitas kemudian PUSING,KERINGAT DINGIN maka cepat MINUM TEH MANIS 293

6. Mencegah kulit terluka : pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak licin, tangga ( undak-undakan tidak tinggi) 7. Cegah Kegemukan

b. Cara mencegah atau menghindari agar tidak terjadi luka pada kaki pada penderita DM : 1. Hindari terlalu sering merendam kaki 2. Hindari penggunaan botol panas/penghangat kaki dari listrik 3. Hindari

penggunaan

pisau/silet

untuk

memotong

kuku

atau

menghilangkan kalus 4. hindari kaos kaki / sepatu yang terlalu sempit 5. Hindari Rokok

c. Mengapa pengidap DM beresiko terhadap Ulkus Diabetik 1. Sirkulasi darah kaki kurang baik 2. Indera rasa kedua kaki berkurang sehingga kaki mudah terluka 3. Daya Tahan tubuh terhadap infeksi menurun d. Tindakan yang bisa dilakukan bila kaki terluka: 1. Bila luka kecil : bersihkan dengan antiseptik, tutup luka dengan kasa steril dan bila dalam waktu dua hari tidak sembuh segera periksa ke dokter 2. Bila luka cukup besar / kaki mengalami kelainan segera pergi ke dokter.

e. Perawatan kaki Diabetik : 1. Saat mandi bersihkan dengan sabun, bila perlu gunakan batu apung / sikat halus 2. Keringkan dengan handuk terutama sela-sela jari 3. Periksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna ( pucat,kemerahan), bentuk (pecah-pecah,lepuh,kalus,luka),Suhu (dingin,lebih panas) 4. Bila kaki kering,olesi dengan lotion 5. Potong kuku / kikir tiap 2 hari,jangan terlalu pendek. Bila kuku terlalu keras kaki direndam dahulu dalam air hangat ( 37,5’C ) selama 5 menit. 6. Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun / wol

294

7. Pakailah alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin ada sesuatu didalamnya. Lepas alas kaki setiap 4-6 jam dan gerakkan pergelangan kaki dan jari-jari kaki agar sirkulasi darah lancar 8. Lakukan senam kaki 9. Jangan biarkan luka sekcil apapun

f. Cara Memilih Sepatu yang baik bagi penderita DM : 1. Ukuran : Jangan terlalu sempit/ longgar kurang lebih ½ inchi lebih panjang dari kaki 2. Bentuk : Ujung sepatu jangan runcing,tinggi tumit < 2 inchi 3. Bahan sepatu terbuat dari bahan yang lembut 4. Insole terbuat dari bahan yang tidak licin

295

SENAM KAKI DIABETES MILITUS

A. Pengertian Senam Kaki Diabetes Senam kaki diabetes adalah latihan gerakan-gerakan kaki yang dapat meningkatkan aliran darah ke kaki. Pada area kaki yang kaku, atau area yang ototnya ketat atau kram dapat merasa lebih baik. Latihan kaki merupakan gerakan sederhana pada kedua kaki yang dilaksanakan dengan posisi duduk.

B. Manfaat Senam Kaki Diabetes

Manfaat dari senam kaki diabetes ini yaitu : 1. Memperbaiki sirkulasi darah 2. Memperkuat otot-otot kecil 3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki 4. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha 5. Mengatasi keterbatasan gerak sendi 6. Mengurangi rasa nyeri, kram dan kaku

C. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Senam Kaki Diabetes 1. Senam kaki dapat dilaksanakan bila pasien memiliki gula darah dan tekanan darah yang terkontrol. 2. Senam kaki hanya boleh dilaksanakan oleh pasien diabetes yang tidak memiliki luka di kaki. 3. Pelaksanaan senam dapat dilaksanakan tiga kali sehari, pada pagi, siang, dan sore hari, masing-masing selama 10-20 menit. 4. Latihan dilaksanakan 2 jam setelah makan

D. Cara Melakukan Senam Kaki Diabetes

1. Duduk dengan baik di atas kursi sambil meletakkan kaki ke lantai

296

2. Sambil meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas dan dibengkokkan ke bawah sebanyak 10 kali.

3. Sambil meletakkan tumit di lantai, angkat telapak kaki ke atas. Kemudian, jari-jari kaki diletakkan di lantai sambil tumit kaki diangkat ke atas. Langkah ini diulangi sebanyak 10 kali

4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian depan kaki diangkat ke atas dan putaran 360 º dibuat dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali

5. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan putaran 360º dibuat dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali

297

6. Kaki diangkat ke atas dengan meluruskan lutut. Putaran 360º dibuat dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali

7. Lutut diluruskan dan dibengkokkan ke bawah sebanyak 10 kali. Ulangi langkah ini untuk kaki yang sebelah lagi

8. Letakkan sehelai kertas koran di lantai. Remas kertas itu menjadi bola dengan kedua kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi kertas yang lebar menggunakan kedua belah kaki. Langkah ini dilakukan sekali saja.

298

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah M. Medikal bedah untuk mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press; 2012. Ruben dkk. 2016. Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Enemawira. eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1 Soeparman dkk, 1987, Ilmu Penyakit dalam, Jilid 1, edisi 2. UI Press, Jakarta. Tarwanto, Wartonah, Taufiq I, et al. Keperawatan Gangguan Sistem Endokrin. Ed 1. Jakarta; CV Trans Info Media. Wahyuni A Dan Arisfa N. 2016. Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan Ankle Brachial Index Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Ipteks Terapan: Research Of Applied Science And Education V9.I2 (155-164)

299

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG TAHUN 2018/2019

DAFTAR HADIR SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Materi Penyuluhan

:

Sasaran

:

Tempat

:

Hari/ Tanggal

:

Pemateri

:

Metode

:

Media

:

NO

NAMA

ALAMAT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

300

TTD

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

301

DOKUMENTASI PENYULUHAN

302

LEAFLET PENYULUHAN

303

304

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG TAHUN 2018/2019

DAFTAR HADIR PEMBIMBING SEMINAR DESTIMINASI AWAL

NO

NAMA PEMBIMBING

1

2

3

4

5

6

7

8

305

TTD

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG TAHUN 2018/2019 DAFTAR HADIR MAHASISWA SEMINAR DESTIMINASI AWAL

NO

NAMA MAHASISWA

1

Laurentina Dos Reis Lopes

2

Lufi Yetur Romzi

3

Muhkhammad Agus Sholi

4

Melinda Fandasari

5

Nelci Elvina G B

6

Refi Andi Alamsyah

7

Ria Rosanti

8

Safitri

9

Sifra Parinussa

10

Siska Putri Utami

11

Vannessia Prasetya Cia

306

TTD

DOKUMENTASI DESTIMINASI AWAL

307

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG TAHUN 2018/2019

DAFTAR HADIR PEMBIMBING SEMINAR DESTIMINASI AKHIR

NO

NAMA PEMBIMBING

1

2

3

4

5

6

7

8

308

TTD

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG TAHUN 2018/2019 DAFTAR HADIR MAHASISWA SEMINAR DESTIMINASI AKHIR

NO

NAMA MAHASISWA

1

Laurentina Dos Reis Lopes

2

Lufi Yetur Romzi

3

Muhkhammad Agus Sholi

4

Melinda Fandasari

5

Nelci Elvina G B

6

Refi Andi Alamsyah

7

Ria Rosanti

8

Safitri

9

Sifra Parinussa

10

Siska Putri Utami

11

Vannessia Prasetya Cia

309

TTD

DOKUMENTASI DESTIMINASI AKHIR

310

DOKUMENTASI IMPLEMENTASI KEGIATAN (POA)

311

TIME TABLE KEGIATAN PRAKTIK MANAGEMEN DI RUANG MELATI RSUD MARDI WALUYO WAKTU NO

KEGIATAN

Minggu 1 4

1.

Pengumpulan data

2. 3.

Pengkajian Desiminasi awal

4. 5. 6.

Revisi Implementasi Role Play

7.

Timbang terima

8.

10.

Discharge Planning Penerimaan pasien baru Penyuluhan

11.

Desiminasi akhir

12.

Revisi

13.

Pengumpulan Laporan

9.

6

7

8

9

Minggu 2 10

11

12

13

14

15

16

Minggu 3 17

18

19

20

21

22

23

: Hari Minggu

Kuning

: Dispensasi Try Out UKNI

25

DISPENSASI TRY OUT UKNI

Keterangan : Merah

Minggu 4 24

Hitam

312

: Pelaksanaan Kegiatan

26

27

28

29

30

1

2

JADWAL DINAS PERAWAT KAMAR 3C RUANG MELATI RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR

NO 1

3 4 5 6

Laurentina Dos reis L Lufi Yetur Romzi Mukhammad Agus Sholi Melinda Fandasari Nelcy Elvina G Benamen Refi Andi Alamsyah

4Feb

5Feb

6Feb

7Feb

8Feb

9Feb

10Feb

11Feb

12Feb

13Feb

14Feb

15Feb

16Feb

TANGGAL 17- 18- 19Feb Feb Feb

20Feb

21Feb

P

P

P

P

P

P

L

S

S

P

P

M

L

P

P

S

S

P

P

P

P

P

P

P

L

P

P

S

M

L

P

P

S

S

M

L

P

P

P

P

P

L

S

S

S

M

L

P

P

S

S

M

L

P

P

P

P

P

P

P

L

M

M

L

P

P

S

S

M

L

P

P

P

P

P

P

P

L

M

S

L

P

P

S

S

M

L

P

M

L

P

P

P

P

P

P

L

P

S

S

M

L

P

P

S

M

L

P

7

Ria Rosanti

P

P

P

P

P

P

L

P

P

M

L

P

P

S

M

L

P

P

8

Safitri Sifra Parinnussa Siska Putri Utami Vannessia Prasetya Cia

P

P

P

P

P

P

L

M

M

L

P

P

S

M

L

P

P

P

P

P

P

P

P

L

S

P

P

S

S

S

M

L

P

P

S

P

P

P

P

P

P

P

L

P

P

P

S

M

L

P

P

S

S

P

P

P

P

P

P

L

M

S

L

P

S

S

M

L

P

P

P

P

9 10 11

22Feb

23Feb

24Feb

DISPENSASI TRYOUT UKNI

2

NAMA

25Feb

26Feb

27Feb

1Mar

2Mar

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

Keterangan : Kepala Ruang

Perawat Pengganti

Hari Libur

Destiminasi Awal

Ketua Tim

Perawat Pelaksana

Dispensasi

Destiminasi Akhir

313

28Feb

Related Documents

Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84
Laporan
December 2019 84
Laporan
October 2019 101

More Documents from "Maura Maurizka"

Cover.docx
November 2019 24
Tugas Cipa.docx
November 2019 11
Dapus.docx
November 2019 16
Ttd Ronde Keperawatan.docx
November 2019 12
M5 Terbaru.docx
November 2019 24