1
LAPORAN KEGIATAN PPDH ROTASI KLINIK Yang dilaksanakan di CITRAPET AND VET CIBUBUR DRH. VICI EKO HANDAYANI Kasus Bedah Kelompok HERNIA DIAFRAGMATIKA PADA KUCING MEOW
Oleh: NINA SUTRISNO, S.KH
170130100011029
KHUSNUL KHOWATIMI S, KH
170130100011030
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018
2
A. ANAMNESA Pada tanggal 14 Juli 2018, Kucing meow yang merupakan pasien rujukan dari klinik hewan lain datang dengan membawa hasil x ray yang telah didiagnosa sebagai suspect Hernia Diafragmatika. Klien mengatakan kucing Meow mengalami sesak napas dan napas cepat selama 2 minggu. B. SIGNALEMEN Nama
: Meow
Ras/Breed
: Kucing/DSH
Warna Rambut
: Clasical Tabby
Berat Badan
: 3,48 kg
Suhu
: 38,50C
Sex
: Jantan
Usia
: 3 tahun
Gambar 1. Kondisi anjing Lemon
Gambar 1. Kucing Meow (dokumentasi pribadi, 2018)
3
C. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum Perawatan
:
Baik
Habitus/Tingkah laku
:
Gizi
:
Baik
Pertumbuhan Badan
:
Baik
Sikap berdiri
:
Membungkuk/ kiposis
Ekspresi wajah
:
Bereaksi
Adaptasi lingkungan
:
Responsif
Suhu tubuh
:
38,5 oC
Frekuensi nadi
:
164x/ menit
Frekuensi napas
:
67x/menit
Capillary Refill Time (CRT)
:
≤ 2 detik
Aspek rambut
:
Kotor dan sedikit kusam
Kerontokan
:
Kerontokan sedang
Kebotakan
:
Tidak ada kebotakan
Turgor kulit
:
≤ 2detik
Permukaan kulit
:
Pigmentasi normal
Bau Kulit
:
Bau khas kulit
2. Kulit dan Rambut
3. Kepala dan Leher
4
a. Inspeksi Ekspresi wajah
:
Bereaksi
Pertulangan wajah
:
Kompak
Posisi tegak telinga
:
Tegak
Posisi kepala
:
Menunduk
Palpebrae
:
Membuka dan menutup sempurna
Cilia
:
Melengkung keluar
Konjunctiva
:
Rose, basah dan tidak ada kerusakan
Membran nictitans
:
Tidak terlihat
Palpebrae
:
Membuka dan menutup sempurna
Cilia
:
Melengkung keluar
Konjunctiva
:
Rose, basah, tidak ada kerusakan
Membran nictitans
:
Tidak terlihat
Sclera
:
Putih
Kornea
:
Bening
Iris
:
Hitam kecoklatan
Limbus
:
Rata, tidak ada kelainan
Refleks pupil
:
Ada, pupil membesar dan mengecil dengan sempurna
Mata dan Orbita Kiri
Mata dan Orbita Kanan
Bola Mata Kiri
Tidak ada kelainan
5
Lensa
:
Vasa Injection
:
Tidak ada
Sklera
:
Putih
Kornea
:
Bening
Iris
:
Hitam kecoklatan
Limbus
:
Rata
Refleks pupil
:
Ada, pupil dapat membesar dan mengecil dengan
Bola Mata Kanan
sempurna. Lensa
:
Tidak ada kelainan
Vasa Injection
:
Tidak ada
Bentuk pertulangan
:
Simetris
Aliran udara
:
Aliran udara terkadang dari hidung terkadang dari
Hidung dan Sinus
mulut Cermin hidung
:
Basah, bersih dan licin
Defek bibir
:
Tidak terdapat perubahan.
Mukosa
:
Rose, basah dan tidak ada kerusakan
Lidah
:
Pucat, basah, licin dan tidak ada kerusakan.
Gigi geligi
:
Ada karang gigi
Mulut dan Rongga Mulut
6
Telinga Posisi
:
Terkulai kesamping keduanya
Bau
:
Bau khas serumen
Permukaan daun telinga
:
Telinga bersih, rose pale, tidak ada kelainan
Krepitasi
:
Tidak ada
Reflek panggilan
:
Ada
Perototan
:
Kompak
Trakea
:
Teraba, tidak ada refleks batuk saat di palpasi
Esofagus
:
Teraba dan kosong
:
Teraba
Lobulasi
:
Jelas
Konsistensi
:
Kenyal
Kesimetrisan
:
Simetris, tidak ada pembengkakan
Ln. Retropharingeal
:
Tidak teraba
Ln.Axilaris
:
Tidak teraba
Ln.Prefemoralis
:
Tidak teraba
Ln.Popliteus
:
Teraba
Lobulasi
:
Jelas
Konsistensi
:
Kenyal
Kesimetrisan
:
Simetris tidak ada pembengkakan
Leher
Kelenjar Pertahanan Ln.Mandibularis
7
4. Thoraks a. Sistem Pernafasan Inspeksi Bentuk rongga thoraks
:
Simetris
Tipe pernapasan
:
Abdominalis
Ritme pernapasan
:
Tidak teratur (takipneu dan dyspneu)
Intensitas
:
Sedang
Frekuensi
:
67x/menit
Trakea
:
Teraba
Refleks batuk
:
Tidak ada
Penekanan rongga thoraks
:
Sangat kesakitan
Penekanan M. intercostalis
:
Ada reaksi kesakitan
Lapangan Paru-Paru
:
Tidak teridentifikasi
Gema Perkusi
:
Tidak teridentifikasi
Suara pernapasan
:
Pekak (menunjukkan adanya konsistensi padat)
Suara ikutan
:
Tidak terdengar
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
b. Sistem Peredaran Darah
8
Inspeksi Ictus cordis
:
Tidak ada
Frekuensi
:
164x/menit
Intensitas
:
Sedang
Ritme
:
Ritmis
Suara ikutan
:
Tidak ada
Sinkron Pulsus dan
:
Sinkron
Auskultasi
Jantung 5. Abdomen dan Organ Pencernaan Inspeksi Ukuran rongga abdomen
:
Terdapat penyempitan ruang abdomen
Bentuk rongga abdomen
:
Simetris
Epigastrikus
:
Ada reaksi kesakitan
Mesogastrikus
:
Ada reaksi kesakitan
Hipogastrikus
:
Reaksi kesakitan jika diraba ventral
Palpasi
hipogastrikus Auskultasi Suara peristaltik usus
:
Terdengar
Suara borboritmis
:
Tidak terdengar
9
Anus Daerah sekitar anus
:
Bersih
Refleks sphincter ani
:
Terdapat refleks mengkerut
Kebersihan perianal
:
Bersih
:
Teraba.
Mukosa Vulva
:
Rose, basah, licin tidak terdapat discharge.
Kelenjar mamae
:
Tidak ada kelainan
Tengkorak
:
Pertulangan tegas
Collumna vertebralis
:
Tidak ada reaksi kesakitan pada saat palpasi.
Reflek
:
Ada
Gangguan kesadaran
:
Tidak ada gangguan
Perototan kaki depan
:
Simetris
Perototan kaki belakang
:
Simetris
Spasmus otot
:
Tidak ada
Tremor
:
Tidak ada
Cara berjalan
:
Koordinatif
6. Sistem Urogenital Vesica Urinaria Alat Kelamin Betina
7. Sistem Saraf
8. Alat Gerak Inspeksi
10
Bentuk pertulangan
:
Tuber coxee dan tuber ischii
Tidak ada penonjolan :
Simetris
Palpasi Struktur Pertulangan Kaki kanan depan
:
Tegas dan kompak
Kaki kanan belakang
:
Tegas dan kompak
Kaki kiri depan
:
Tegas dan kompak
Kaki kiri belakang
:
Tegas dan kompak
Konsistensi pertulangan
:
Keras
Reaksi saat palpasi
:
Tidak ada reaksi kesakitan
Panjang kaki depan ka/ki
:
Sama panjang, simetris
Panjang kaki belakang ka/ki
:
Sama panjang, simetris
Reaksi saat palpasi otot
:
Tidak ada rasa sakit
11
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Radiografi xray pada daerah rongga thorax dan abdomen dengan posisi lateral recumbency. Hasil Radiografi Deskripsi radiografi
Rongga thoraks ( lingkaran merah ) : menunjukkan
adanya
perubahan
opasitas, terlihat ada organ abdomen yang masuk ke rongga thoraks sehingga rongga Gambar 2. X-ray meow posisi lateral
thoraks
terlihat
lebih
radioopaque menyebabkan siluet jantung tidak terlihat jelas dan paru-paru hanya terlihat pada bagian caudalis. Diafragma (lingkaran biru) : tidak menunjukkan batas yang jelas antara rongga thoraks dan rongga abdomen Rongga abdomen ( lingkaran kuning ): terlihat lebih radiolucent, organ pada rongga abdomen mendesak ke cranial
E. DIAGNOSA Hernia Diafragmatika F. TERAPI Reposisi Hernia Diafragmatika G. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hernia Diafragmatika
12
Kucing meow datang ke klinik citrapet atas rujukan dokter hewan lain yang sebelumnya telah didiagnosa hernia diafragmatika, untuk dilakukan penanganan operasi reposisi hernia diafragmatika dan pengobatan lanjutan. Diagnosa hernia diafragmatika pada kucing meow berdasarkan adanya temuan klinis dyspneu dan takipnue. Serta ditunjang dengan hasil x-ray yang menunjukan tidak adanya batas yang jelas antara rongga thorax dan rongga abdomen (Gambar 2). Hernia Diafragmatika adalah masuknya organ-organ abdomen melalui defek pada diafragma kedalam rongga thorax, umumnya disebabkan karena trauma atau kelainan yang bersifat kongenital (Baines, 2005). Diafragma tersusun atas otot dan tendon, yaitu musculus diafragmaticus pars costalis dextra et sinistra, pars lumbalis, dan pars sternalis. Foramen diafragmaticus dibagi menjadi 3 yaitu caval foramen, esophageal hiatus dan aortic hiatus. Caval foramen akan dilewati oleh vena cava. Esophageal hiatus akan dilewati oleh esophagus dan aortic hiatus akan dilewati oleh aorta, vena azygous, vena hemiazygous dan duktus thorakalis (Gambar 3, Gambar 4).
Gambar 3. Gambaran hernia diafragmatika
13
Gambar 4. Anatomi Diafragma (King, 2004) Kucing meow mengalami hernia diafragmatika kemungkinan disebabkan oleh trauma fisik, yang menyebabkan robeknya struktur diafragma. Menurut King 2004, kasus hernia difragmatika pada anjing dan kucing 85% disebabkan oleh traumatik 85% dan kongenital 15%. Traumatik pada hernia diafragmatika terbagi menjadi 3 tipe yaitu, direct, indirect dan iatrogenic. Hernia diafragmatika direct disebabkan karena trauma langsung pada diafragma seperti tergigit, tertusuk atau tertembak. Hernia diafragmatika indirect disebabkan karena hasil dari suatu trauma pada rongga abdomen seperti tertabrak, tendangan, terjatuh ataupun berkelahi. Hernia diafragmatika iatrogenic dapat terjadi pada saat thoracocentesis, pemasangan drain pada rongga thorax ataupun pada saat pembuatan incisi pada abdomen. Traumatik hernia diafragmatika dengan persobekan pada bagian muskulus dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan lokasi persobekan yaitu circumferential, radial dan combination (Gambar 5). Persobekan tipe circumferential, sobekan berbentuk melengkung didaerah muskularis antara pars sternalis sampai pars costalis. Persobekan tipe radial, sobekan berbentuk vertikal dari pars sternalis menuju ke arah esophageal hiatus. Persobekan tipe kombinasi, sobekan yang terbentuk merupakan kombinasi antara tipe circumferential dan radial.
14
Gambar 5. Tipe persobekan pada muskulus diafragmatika (King, 2004) 2. Penanganan Hernia diafragmatika 2.1 Pre Operasi a. Alat dan Bahan Operasi Alat yang digunakan antara lain 2 duk klem, 3 Arteri klem lurus , 3 Arteri klem bengkok, 1 scalpel dan blade no 23, 1 pinset anatomis, 1 pinset cirurgis , 1 needle holder , 1 gunting tajam- tajam, 1 gunting tajam -tumpul, Drapes, Surgical dress, Endotracheal tube (ETT) no 3, meja operasi, lampu operasi, wing needle. Bahan yang digunakan yaitu ketamin 10%, xylazine 5%, isofluran, alkohol, kasa steril, plester, povidone iodine 3%, NaCl 100 ml, syringe 1cc dan 3cc, glove, head cap, masker, benang monosyn 3-0, amoxin, meloxicam. b. Persiapan Hewan Teknik Pre operasi diawali dengan hewan dipuasakan 6 – 8 jam, kemudian pemasangan IV cath dan diinfus dengan cairan NaCl. Dilakukan injeksi antibiotik Amoxin® 0,4 ml SC (dosis: 10 mg/kgBB), injeksi analgesik Meloxicam 0,17 ml SC (dosis 5 mg/kgBB). Induksi anastesi menggunakan kombinasi ketamin 0,2 ml IV (dosis 10-20 mg/kgBB) dan xylazine 0,1 ml IV (dosis 1-2 mg/kgBB), setelah hewan teranastesi dilakukan pemasangan endotracheal tube no. 3 yang dihubungan dengan mesin anastesi inhalasi yang berisi isofluran sebagai maintance anastesi.
15
Amoxin® merupakan antibiotik yang mengandung amoxicillin dan asam clavulanat sebagai bakterisidal untuk mencegah infeksi bakteri pada saat operasi. Pemberian meloxicam sebagai anti inflamasi, analgesik dan antipiretik bertujuan untuk mengontrol luka dan inflamasi post operasi (Plumb, 2008). Induksi anastesi menggunakan ketamin dimaksudkan untuk memberikan efek anastesi yang cepat dan tenang serta durasi anastesi yang lama, namun dapat meningkatkan tonus otot dan salivasi, maka pemakain ketamin dikombinasikan dengan xylazine bertujun sebagai muskulo relaksan dan pemulihannya cepat (Plumb, 2008). Anastesi inhalasi menggunakan isoflurance karena induksinya dan pemulihannya cepat, tidak iritatif dan sebagai bronchdilator. Anastesi inhalasi lain yang dapat digunakan adalah halotan, tetapi halotan memiliki efek menekan miokardium. Menurut Plumb (2008), konsentrasi isoflurance yang digunakan selama maintainence anastesi selama operasi adalah 1,5-2,5% pada hewan. Isoflurance kurang larut dalam darah jika dibandingkan dengan halotan, dan perubahan pengaturan pada mesin Vaporizer berpengaruh pada perubahan tingkat anastesia. Pemasangan endotracheal tube dilakukan setelah hewan teranastesi dengan diposisikan rebah dorsal dengan kepala ditegakkan kemudian membuka mulut hewan, semprot mulut hewan dengan lidocaine dilanjutkan dengan menarik lidah, memasukkan laringoskop untuk membuka epiglottis dan memasukkan ETT hingga ada refleks batuk kemudian mengeluarkan laringoskop dan mengisi balon dengan udara. menggunakan tali
dan diikat
Fiksasi ETT
pada kepala hewan dilanjutkan
dengan
menyambungkan ETT dengan anastesi inhalasi. Desinfeksi daerah yang diinsisi dimulai setelah kucing teranaestesi, dimulai dengan fiksasi keempat kaki menggunakan tali, pencukuran rambut di daerah insisi, kemudian dilakukan pembersihan menggunakan Nacl fisilogis, dilanjutkan dengan desinfeksi menggunakan alkohol 70% dan povidon iodin 10 %. Tujuan dilakukan desinfeksi yaitu untuk meminimalkan terjadinya kontamiansi bakteri disekitar daerah insisi yang akan menyebebabkan infeksi post operasi (Little, 2012).
16
c. Persiapan operator dan asisten Operator dibantu oleh 2 asisten yitu asisten operator dan asisten anastesi. Perlengkapan bedah khusus operator dan asisten dibungkus kain yang berurutan terdiri dari gloves, pakaian bedah, lap handuk tangan, masker dan tutup rambut. Seluruh perlengkapan ini harus dalam keadaan sudah disterilisasi sehingga dapat digunakan dengan aman. Operator dan asisten menggunakan masker dan penutup kepala kemudian mencuci tangan menggunakan desinfektan dibilas dengan air mengalir. Operator dan asisten memakai baju operasi kemudian menggunakan gloves. 2.2 Operasi Proses reposisi hernia diafragmatika diawali insisi kulit, subkutan dan muskulus dari ventral midline mulai prosesus xypoideus sampai ke umbilikus. Pada saat operator menginsisi bagian muskulus maka pada mesin anastesi inhalasi harus dilakukan metode pernapasan tertutup atau menutup katup pada mesin anastesi. Hal ini berfungsi untuk membuat tekanan negatif pada rongga thoraks. Menurut Tobias (2010) pada saat hewan mengalami hernia diafragmatika, maka pada saat menginsisi bagian muskulus pernapasan hewan harus terhubung dengan ventilator untuk membantu pernapasan hewan tersebut.
Gambar 8. Insisi daerah kulit Pada saat rongga abdomen sudah terbuka, dilakukan eksplorasi pada bagian diafragma yang mengalami trauma. Pada kasus ini diafragma sobek dengan tipe sobekan kombinasi dimana sobekan membuat garis mulai dari pars costalis bagian
17
sinister menuju ke arah dexter kemudian membentuk garis vertikal. Setelah mengetahui trauma pada diafragma dilanjutkan dengan memeriksa organ – organ abdomen yang masuk ke rongga thoraks. Tobias (2010) menjelaskan apabila dibutuhkan insisi dinding abdomen dapat diperluas untuk mengekspose diafragma dan menjepit dinding abdomen menggunakan retraktor.
Gambar 9. Eksplorasi diafragma Reposisi organ- organ abdomen yang masuk ke rongga thoraks dapat dilakukan secara perlahan ditarik kemudian dimasukkan dedalam rongga abdomen. Pada kasus ini organ-organ yang masuk kedalam rongga thoraks adalah hati, limpa, lambung dan usus. Apabila organ- organ yang masuk rongga thoraks mengalami pembesaran dan adhesi maka dapat dilakukan perluasan insisi diafragma untuk memudahkan reposisi organ - organ tersebut (Tobias, 2010).
Gambar 10. Reposisi organ –organ abdomen dari rongga thoraks
18
Penjahitan diafragma dimulai dari sobekan bagian sinister dimana pada jahitan pertama benang dikaitkan dengan costae terakhir agar jahitan lebih kuat dan tidak mudah lepas dan dilanjutkan menggunakan jahitan menerus sederhana agar lebih mudah dan cepat serta tidak banyak simpul yang dibuat.
Gambar 11. Penjahitan diafragma
Sebelum menutup jahitan terakhir pad diafragma, disiapkan wing needle dan spuit untuk dimasukkan kedalam rongga thoraks. Tujuan dari penggunaan wing needle dan spuit ini adalah untuk mengaspirasi cairan yang ada didalam rongga thoraks. Cairan yang berada dirongga thoraks dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat melakukan inspirasi dan ekspirasi dengan baik sehingga dapat mengganggu pernapasan hewan. Pada kasus ini tidak terdapat cairan didalam rongga thoraks.
Gambar 12. Aspirasi cairan menggunakan wing needle dan spuit
Selanjutnya menarik wing needle dan memasukkan selang yang telah dialirkan dengan air di dalam wadah untuk membuang udara yang berada didalam rongga thoraks. Posisi selang terhadap air didalam wadah yaitu sesuai gravitasi,
19
dimana apabila terdapat gas didalam rongga thoraks maka selang akan mengeluarkan gelembung didalam air tersebut. Apabila gas sudah berhasil dikeluarkan maka selang ditarik dari rongga thoraks bersamaan dengan penutupan jahitan terakhir pada diafragma, agar tidak ada lagi udara yg masuk kedalam rongga thoraks.
Gambar 13. Aspirasi udara didalam rongga thoraks
Teknik selanjutnya yaitu penutupan luka insisi. Penjahitan otot dan subkutan menggunakan jahitan menerus sederhana menggunakan benang monosyn 3-0 dan pada penjahitan intradermal menggunakan jahitan subcutis menggunakan benang monosyn 3-0.
Gambar 14. (A) penajahitan otot dan subkutan (B) penjahitan intradermal
Pada luka insisi diberi povidone iodine sebagai desinfeksi untuk meminimalkan terjadinya kontamiansi bakteri disekitar daerah insisi yang akan
20
menyebabkan infeksi post operasi dan diberi softratulle sebagai antibiotik untuk melindungi luka dan terakhir diberi kasa dan ditutup menggunakan hipafix.
Gambar 15. Penutupan luka 2.3 Post Operasi a. X- ray Post Operasi Kontrol post operasi meliputi x- ray pasca operasi, terapi rawat inap dan observasi pernapasan post operasi. X-ray post operasi bertujuan untuk memastikan bahwa organ – organ yang masuk kedalam rongga thoraks telah direposisi ke rongga abdomen dan untuk mengetahui bahwa antara rongga thoraks dan rongga abdomen terlihat batas yang jelas yang dipisahkan oleh diafragma.
Gambar 7. radiografi kucing Meow posisi lateral (A) sebelum dilakukan reposisi hernia diafragmatika (B) setelah dilakukan reposisi hernia diafragmatika.
Terapi rawat inap antara lain dilakukan observasi luka post operasi setiap 2 hari sekali dan dijaga agar luka operasi tetap dalam kondisi kering. Diberikan antibiotik, anti inflamasi dan analgesik pada kucing Meow untuk mengontrol luka
21
post operasi agar tidak terkontaminasi bakteri dan kucing tidak mengalami kesakitan yang berlebih. Observasi pernapasan kucing Meow didapatkan sebelum operasi kucing mengalami dyspneu, takipneu dan tipe pernapasan abdominalis, sedangkan setelah operasi kucing tampak tenang, napas teratur dan tipe pernapasan thoracoabdominalis. b. Rawat Inap Tanggal 14 Juli 2018
Kondisi Pasien
Terapi
Pagi: pasien datang dengan -clavamox drop 1 ml bid gejala
dyspnoe,
takipnoe,
sudah
membawa
rontgen
dengan
hasil diagnosa
-meloxicam 0,1 ml SC sid -tramadol 0,1 ml SC sid
hernia diafragmatika Siang: pukul 14.00 WIB reposisi hernia diafragmatika Sore:
39,2ᵒC,
respirasi:
29x/menit, lemas, tidak aktif, tidak mau makan 15 Juli 2018
Pagi: suhu 38,7ᵒC, respirasi: -clavamox drop 1 ml bid 25x/menit, urinasi normal, feses normal, lesu, makan disuap Sore:
suhu
respirasi:24x/menit,
39ᵒC,
-meloxicam 0,1 ml SC sid -tramadol 0,1 ml SC sid
makan
disuap lahap 16 Juli 2018
Pagi: suhu 38,5ᵒC, respirasi: -clavamox drop 1 ml bid 26x/menit, mulai mau makan sendiri
22
Sore: suhu 38,5ᵒC, respirasi: -meloxicam 0,1 ml SC 27x/menit, dijemput pulang sid oleh pemilik (pindah rawat
-tramadol 0,1 ml SC sid
inap karena lokasi klinik terlalu jauh)
H. KESIMPULAN Kucing Meow didiagnosa menderita Hernia Diafragmatika berdasarkan temuan klinis yang ditemukan yaitu sesak napas dan pada saat dilakukan palpasi abdomen tampak kosong dan diperkuat dengan pemeriksaan X-Ray menunjukkan ketidakjelasan batas antara rongga thorax dan rongga abdomen, jantung tidak terlihat dengan jelas dan thorax terlihat lebih radiopaque. Terapi yang dilakukan adalah reposisi Hernia Diaframatika. Terapi post operasi meliputi pemberian antibiotik dan analgesik.
23
DAFTAR PUSTAKA
King, Lesley G. 2004. Textbook of Respiratory Disease in Dogs and Cats. Missouri. Saunders Little, Susan. 2012. The Cat: Clinical Medicine and Management. Missouri: Elseiver
Saunnders
Plumb, D. C., 2008. Plumb’s Veterinary Drug Handbook 6th edition. The IOWA State University Press. Ames. Tobias, Karen. 2010. Manual of Small Animal Soft Tissue Surgery. USA: WileyBlackwell