Laporan Diagnosa Klinik Veteriner Anjing.docx

  • Uploaded by: rowena yutifri
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Diagnosa Klinik Veteriner Anjing.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,017
  • Pages: 6
LAPORAN DIAGNOSA KLINIK VETERINER “PEMERIKSAAN ANJING”

OLEH : NAMA

: ROWENA YUTIFRI SYAHIDA

NIM

: 155130107111027

KELAS

:C

Oleh:

KELOMPOK : 6 ASISTEN

: EKA ADITYA K.

LABORATORIUM DIAGNOSA KLINIK VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

A. HASIL Gambar

Keterangan

Pengukuran berat badan pada anjing sebagai bagian dari pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik yang meliputi kondisi umum dan kulit serta rambut. Pemeriksaan kondisi umum didapatkan BCS (Body Condition Score) grade 2. Sedangkan pemeriksaan kulit dan rambut didapatkan hasil normal, tidak ditemukan adanya alopesia.

Pemeriksaan membran mukosa didapat hasil yang normal yaitu berwarna pink. Sedangkan pemeriksaan CRT (Capillary Refill Time) didapat hasil normal, yaitu <2 detik.

B. PEMBAHASAN Pemeriksaan fisik adalah suatu tindakan untuk mengetahui kondisi hewan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Pemeriksaan hewan penting dilaksanakan terutama dalam menentukan diagnosa suatu penyakit berdasarkan gejala klinis yang tampak. Pemeriksaan fisik memeliki 4 metode pemeriksaan, diantaranya adalah dilakukan dengan pengamatan visual (inspeksi), perabaan pada tubuh (palpasi), pendengaran (auscultasi) dan pukulan (perkusi). Kemudian semua informasi yang diperoleh harus dicatat pada catatan medis (ambulator) untuk di evaluasi oleh dokter hewan (Maspaitellla, 2015). 1. Inspeksi Langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat, mengamati kondisi fisik hewan. Inspeksi yang dapat dilakukan yaitu pengamatan kebersihan kulit dan bulu, status gizi, pemeriksaan mukosa dan suhu tubuh. Temperatur tubuh dipengaruhi oleh lingkungan, jenis hewan, dan kondisi hewan. Temperatur tubuh yang meningkat dari normal (10C di atas normal) disebut dengan fever (demam) sedangkan temperatur dibawah normal disebut dengan hipotermia. Temperatur normal anjing adalah 37,6 – 39,40C (Gillette, 2008). Kemudian ada frekuensi pernafasan yang dipengaruhi oleh ukuran tubuh, umur hewan, aktivitas fisik, kegelisahan, suhu lingkungan, kebuntingan, adanya gangguan pada saluran pencernaan, kondisi kesehatan dan posisi hewan. Frekuensi nafas normal anjing 24-42 kali/menit (Sajuthi dkk, 2011) Kondisi yang menunjukkan status gizi hewan pada pemeriksaan fisik secara umum dapat dilihat secara inspeksi yang dapat dilihat dari fisik hewan yang gemuk, kurus atau ideal. Hewan dengan kondisi gizi yang baik akan menunjukan tubuh yang diselimuti oleh otot daging yang tebal, sedangkan hewan yang kurus akan menunjukan beberapa kerangka / tulang yang menonjol seperti tulang rusuk costae, pinggul, dan tulang punggung (Sanusi, 2007). Pemeriksaan kesehatan anjing dapat dilihat dari warna membran mukosa pada konjungtiva bawah, hidung, gusi dan penis/vulva. Sewaktu

memeriksa membran mukosa, yang harus diperhatikan adalah warna, kebasahan, dan kondisi permukaan. Pada anjing normalnya berwarna merah muda. Pada hidung, gusi dan penis pada keadaan normalnya selalu basah dan berwarna merah muda (Cunningham, 2013). Capillary Refill Time (CRT) adalah kecepatan kembalinya warna membran mukosa setelah dilakukan penekanan yang lembut dengan jari. CRT diamati dengan menekan gusi anjing menggunakan jari hingga gusi dibawah daerah penekanan menjadi pucat, kemudian jari dilepaskan dan hitung kembalinya warna gusi seperti semula. Apabila penekanan dilepaskan kapiler akan terisi kembali oleh darah dengan cepat dan warnanya akan kembali, menandakan bahwa jantung masih mampu untuk menghasilkan tekanan darah yang cukup. Nilai CRT yang lama (lebih dari 2 detik) menandakan pengisian jaringan oleh darah tidak optimal dan aliran darah ke jaringan menurun (Sajuthi dkk, 2011). 2. Palpasi Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah kedua pada pemeriksaan fisik dan digunakan untuk menambah data yang telah diperoleh melalui inspeksi sebelumnya. Metode pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara perabaan pada bagian tubuh hewan ini akan dapat mengetahui keadaan bagian luar dari tubuh hewan seperti jika ada benjolan pada tubuh hewan (Sanusi, 2007). Selain itu pemeriksaan dengan cara palpasi dapat dilakukan untuk memeriksa frekuensi nadi dan jantung pada hewan. Untuk mengetahui frekuensi nadi pada hewan dapat dirasakan dengan palpasi ringan dengan menekan pembuluh darah arteri. Pengukuran frekuensi nadi pada anjing dapat dengan menekan arteri femoralis yang terletak dipaha bagan medial (dalam) (Suprayogi dkk, 2009). Pada keadaan patologis, pulsus meningkat dapat ditemukan pada kasus demam, keracunan, anemia serta penyakit jantung. Frekuensi pulsus yang menurun dapat terjadi pada kasus penurunan aktivitas jantung. Frekuensi pulsus normal anjing 76-148 kali/menit (Sajuthi dkk, 2011).

3. Perkusi Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengetuk bagian tubuh tertentu pada hewan yang terlihat mengalami gangguan atau kelainan. Pemeriksaan dengan ketukan atau pukulan, dapat dilakukan dengan menggunakan alat ketuk (plexor atau percussion hammer) dan dampalan (fleximeter atau percussion plate) yang terbuat dari logam. Teknik pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui kelainan- kelainan yang mungkin ada di rongga dada dan rongga perut. Bila dibawah tepat pengetukan terdapat rongga udara atau kosong maka akan terjadi bunyi nyaring atau tympanis dan bila dibawah tempat pengetukan keadaannya masif, yang terdengar adalah bunyi dup – dup (Cunningham, 2013). 4. Auskultasi Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung, pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen dengan alat bantu stetoskop. Auskultasi adalah teknik terakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera abdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular. Suara terauskultasi dijelaskan frekuensi (pitch), intensitas (keras lemahnya), durasi, kualitas (timbre) dan waktunya. Pemeriksa akan mengauskultasi suara jantung, suara tekanan darah (suara Korotkoff), suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus, dan suara organ tubuh (Sajuthi dkk, 2011).

C. KESIMPULAN Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada anjing yang telah dibawa menunjukkan hasil normal, mulai dari temperatur, frekuensi pulsus, frekuensi nafas, dan hasil inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Hasil yang didapat diantaranya temperatur yaitu 38,60C, frekuensi pulsus 104 kali/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, dan CRT <2 detik dimana sesuai literatur hasil tersebut

termasuk dalam kondisi normal, sehingga diagnosa yang diberikan adalah normal atau anjing dalam kondisi sehat dan tidak perlu diberikan terapi.

DAFTAR PUSTAKA Cunningham, James G. and Bradley G. Klein. 2013. Textbook of Veterinary Physiology 5th Edition. Missouri : Elsevier. Gillette, R.L. 2008. Temperature Regulation of The Dog. London : John Wiley and Sons. Maspaitella, I. Vania. 2015. Status Praesen Anjing Pelacak Polri Subdit Satwa Polda Bali. Denpasar : FKH Udayana. Sajuthi, D., Widodo, S., Choliq, C., Wijaya, A., Wulansari, R., dan Lelalana, R.P.A. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press. Sanusi, S. 2007. Mengenal Anjing. Depok : Penebar Swadaya. Suprayogi, A., Huda S. Darusman, Iqbal Ngabdusani. 2009. Perbandingan Nilai Fisiologis Kardiorespirasi dan Suhu Rektal Anjing Kampung Dewasa dan Anak. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 14 No. 3.

Related Documents


More Documents from ""