Laporan Blm Beres.docx

  • Uploaded by: junaidin la taa
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Blm Beres.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,721
  • Pages: 29
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran umum penyakit Tuberkulosis (TB) ialah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah sputum atau dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan turun. (dahulu TB disebut penyakit "konsumsi" karena orang-orang yang terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan.) Infeksi pada organ lain menimbulkan gejala yang bermacammacam. . Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah sputum atau dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan turun. (dahulu TB disebut penyakit "konsumsi" karena orang-orang yang terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan.) Infeksi pada organ lain menimbulkan gejala yang bermacammacam. TBC disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB) yang dapat menyebar melalui udara. Bakteri ini dapat terhirup jika terjadi kontak dengan penderita tuberculosis atau melalui udara yang sudah dicemari penyakit TBC melalui batuk.

B. Data dasar pasien 1. Indentitas pasien Nama

: Ny. Asma Abbas

Umur

: 49 thn

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jl.banteng Andonohu

No. reka medik

: 548044

Tanggal MRS

: 12 February 2019

Tanggal studi kasus : 1 Maret 2019 Diagnosa medis

: Tuberklosis

Ruang perawatan

: Laika Waraka B

Data subjektif a. Riwayat penyakit sekarang Tuberklosis b. Riwayat penyakit dahulu Tuberklosis c. Riwayat gizi sekarang Nafsu makan pasien baik, rata - rata asupan sebelum intervensi Energi = 1109.0 (52.89 %) Protein = 72.6 (3.46 %), Lemak= 26.5 (1.26 %), Karbohidrat = 140.5 (6.70 %)

d. Riwayat siosial ekonomi Pasien adalah seorang pekerja wiraswasta dan beragama islam.

2. Data objektif a. Antropometri TB = 148 cm BB = 35 kg BB

IMT = TB(m)² 35

= (1,48)² 35

= 2,19 = 15,98 (sangat kurus ) BB = ( TB-100) = (148-100) = 48 kg

b. Pemeriksaan laboratorium Analyte

Ct

EndPt

Name

Analyte

Probe

Result

Check Result

SPC

26.5

306

c. Periksaan fisik / klinis Tekanan Darah : 80/60 mmHg Nadi : 80 x/ menit Suhu : 34°C Respirasi : 80/60 mmHg

PASS

PASS

d. Riwayat makan - Makan yang di makan sebelum intervensi (lampiran) : - % Asupan zat gizi recall 24 jam sebelum intervensi : Tabel 1. % Asupan gizi sebelum intervensi Sebelum Energi Protein Lemak intervensi (kkal) (gr) (gr) 1109.0 72,6 26,5 Asupan 2100 74,8 33,2 Kebutuhan 3,46% 1,26% %kebutuhan 52,89`%

e. Scrining gizi Tabel 2. Skrining gizi No Indikator Sesak 1. Batuk berdarah 2. Muntah 3.

Hasil + -

KH (gr) 140,5 224,6 6,70%

BAB II PENENTUAN MASALAH GIZI DAN PROBLEM CLUE A. Diagnosa gizi 1. Domain intake Tabel 3. Distribusi Diagnosis Gizi Berdasarkan Domain Intake No 1.

Problem Asupan oral kurang

Etiologi

Sign/Simptons

dengan Nafsu hasil recall 24 jam sebelum makan intervensi: kurang, mual, Nyeri dada, Energi = 1125.16 (54 %) Protein = 36.73 (47 %) Lemak= 46,6 (24 %) Karbohidrat = 341 (63 %)

(NI-2.1) Asupan oral kurang berkaitan dengan Nafsu makan kurang, mual, Nyeri dada, ditandai dengan hasil recall 24 jam sebelum intervensi: Energi = 1125.16 (54 %) Protein = 36.73 (47 %) Lemak= 46,6 (24 %) Karbohidrat = 341 (63 %)

Tabel 4. Distribusi Diagnosis Gizi Berdasarkan Domain Intake No 2.

Problem TB on treatmen

Etiologi Paru-

Sign/Simptons SPC 360

paru

NC.2.1. gangguan utilisasi zat gizi yang di tandai dengan

BAB III RENCANA TERAPI GIZI

A. Rencana Asuhan Gizi 1.

Jenis diet

: TKTP

2.

Konsistensi

: Lunak

3.

Cara Pemberian

: Oral

4.

Tujuan Diet : a. Meningkatkan asupan makanan karbohidrat, lemak, dan protein sehingga tidak terjadi malnutrisi. b. Mencapai BBI. c. Memperbaiki pola makan yang salah.

5.

Syarat Diet : a. Energi cukup yaitu 1.940,4 b. Protein tinggi diberikan 20% dari kebutuhan energi total yaitu 72,6 gr. c. lemak cukup diberikan 20% dari kebutuhan energi total yaitu 26,5 gr. d. Karbohidrat diberikan 65% dari kebutuhan energi total yaitu 140,5 gr. e. Makanan mudah dicerna, berbentuk lunak.

6.

Perencanaan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi BBI = (TB – 100) = ( 148-100) = 48 kg

7. Rencana Motivasi dengan Penyuluhan dan Konsultasi Gizi

Tujuan : Agar pasien dan keluarga

a. mengetaui tentang diet yang diberikan b. menjalankan diet yang dianjurkan Sasaran: Pasien Waktu : 20 menit Tempat : Gedung Laika Waraka B Metode: Tanya jawab Materi: -

Diet TB

Pelaksana: Peserta Magang Gizi Klinik Prodi S1 Ilmu Gizi ITK Avicenna Kendari : LAODE IRZAN SALFAN Evaluasi: Melihat kepatuhan pasien menjalankan diet.

8. Rencana Motivasi dengan Penyuluhan dan Konsultasi Gizi Hal-hal yang akan dimonitor dan evaluasi menyangkut:



Data antropometri (berat badan) awal dan akhir intervensi.



Perubahan data hasil pemeriksaan laboratorium.



Perubahan data hasil pemeriksaan fisik klinis tiap hari.



Asupan energi dan zat gizi tiap hari.

B. Implementasi Asuhan Gizi

1. Diet Pasien Pasien dengan TB,Pada diet ini pasien diberikan energi sebesar 2.096,458 kkal, protein sebanyak 50,6 dari total energi (1350 gr/hari), lemak 20% dari total energi (30 gr/hari), karbohidrat 65,% dari total energi (219,3 gr/hari). Diet diberikan dengan konsistensi makanan lunak. 2. Susunan Menu

Tabel 5. Perencanaan Menu Waktu Pagi jam 07.00

Menu makan bubur

Bahan makanan Beras giling

Berat( gr) 100 gr

URT ¾ gelas

Telur saos tomat

Telur ayam

120 gr

1 butir

Minyak kelapa sawit Santan

10

Tempe kedelai murni Minyak kelapa sawit

50

½ sendok makan ½ sendok makan 2 potong

5

½ sendok makan

Kecap

5

Pisang

100

½ sendok makan Sepotong

Beras giling

200

¾ gelas

Ikan pepes

45

1 potong

Tempe kedelai murni Minyak kelapa sawit Garam

50

2 potong

5

Wortel

50

½ sendok makan 3⁄ sendok 4 makan 2 potong

Oseng tempe

Snack 10.00 Siang 12.00

Buah Bubur Ikan pepes kemangi Tempe BB bali

Cah wortel

10

5

Labu siam Buah

Snack 16.00 Malam 18.00

Bubur Ayam cah

Sambal goreng tahu

Sup ayam jamur

Buah

Minyak kelapa sawit Labu Semangka

5

½ sendok makan 2 potong Setengah potong ¾ gelas 1 potong ½ sendok makan ½ sendok makan Setengah potong ½ sendok makan 1 potong 3⁄ potong 4 3⁄ potong 4 1 potong

50 120 100 40 5

Ayam Minyak kelapa sawit Kecap

2

Tahu

25

Minyak kelapa sawit Ayam Jamur kuping

5 40 50

Jamur enoki

40

Semangka

100

3. Distribusi Makanan Sehari Distribusi pembagian Makanan pasien dibagi menjadi 3 kali makanan utama, dan 2 kali makanan selingan dengan distribusi dan porsi sebagai berikut :

Tabel 6. Distribusi Makanan Waktu

Pagi 07.00

Menu makanan

Bahan makanan

Berat

Bubur

( gr ) Beras merah 50 gram giling

URT

½

gls sedang

25 gram Telur BB bali

Telur ayam Minyak kelapa sawit

60 gram 5

1 butir ½ sendok makan

Snack 10.00

Pisang

Siang 12.00

Bubur

5

100 gram

1 biji

Beras putih giling

200 gram

2 gls sedang

Opor daging Daging sapi

100 gram

1 potong

Tempe BB bali

Snack 16.00

Kecap ,saos tomat dan santan Pisang ambon

Santan kental

60 ml

½ sendok makan

Gula pasir, gula merah

25 gram

½ sendok makan

Merica bubuk

10 gram

3⁄ 4

Tempe kedelai murni

sendok makan

50

2 potong

Minyak kelapa sawit Garam

5

Buah

Msemangka

50 gram

Pisang

Pisang raja

50 gram

½ buah sedang

Bubur

Beras putih giling

200 gram

2 gls sedang

Ikan cakalang Minya kelapa sawit Saus tomat Tahu Minyak kelapa Kecap

50 gram

1 potong

Malam Ikan goring BB saus 18.00

Tahu BB kecap

5

5 gram 10 gram 50 gram 5 gram

½ sendok makan 3⁄ sendok 4 makan ½ ptg sdang

3

sdm

½ sdm 1 potong

½ sdm 10 gram

½ sdm

Tabel 7. Distribusi Makanan Waktu

Pagi 07.00

Menu makanan

Bahan makanan

Berat

bubur

( gr ) Beras merah 50 gram giling

URT

½

gls sedang

25 gram Telur asam manis

Telur ayam

60 gram

1 butir

Minyak kelapa sawit

5

½ sendok makan

Kecap dan saos tomat

5

½ sendok makan

Snack 10.00

Pisang

Pisang ambon

100 gram

1 biji

Siang 12.00

Bubur

Beras putih giling

200 gram

2 gls sedang

100 gram

1 potong

Semur ayam Daging ayam Kaldu ayam rayco

60 ml

Miyak kelapa sawit Tahu

5 gram

5 gram

Buah

Minyak kelapa sawit Garam, kecap manis, gula dan air Msemangka

50 gram

½ ptg sdang

Pisang

Pisang raja

50 gram

½ buah sedang

Tahu BB sumur

Snack 16.00

50 gram

5 gram

½ sendok makan ½ sendok makan 1 potong ½ sendok makan 3⁄ sendok 4 makan

Bubur Malam Ikan woku 18.00

Beras putih giling

200 gram

2 gls sedang

Ikan cakalang Minya kelapa sawit Merica, gula dan garam Tahu Minyak kelapa Kecap

50 gram

1 potong

5 gram

3

sdm

10 gram

½ sdm

50 gram 5 gram

1 potong

½ sdm 10 gram

½ sdm Tempe kedelai murni Tempe BB saos

50

Minyak kelapa Saos tomat

5 gram

Wortel

50 gram

Buncis

50 gram

2 potong

½ sdm 10 gram

Sup sayuran

3⁄ sdm 4

1 potong 1⁄2 mangku

sedang

brokoli

25 gram

1⁄2 mangku

sedang

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis (TB) Paru

1.

Etiologi TB Paru Diabetes Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar dinding kuman terdiri dari asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA). Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi menjadi disenangi oleh kuman karena banyak mengandung lipid (Amin & Bahar, 2009).

2.

Cara Penularan Lingkungan yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi oleh M. tuberculosis biasanya secara inhalasi, sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibandingkan dengan organ lain. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung Basil Tahan Asam (Amin & Bahar, 2009).

3.

Patogenesis Penyakit Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya ultraviolet, ventilasi yang buruk, dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel ini dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi oleh neutrofil, kemudian baru makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya. Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini akan terbawa masuk ke organ lainnya. Kuman yang bersarang di dalam paru akan membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang ini bisa terdapat di seluruh bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit, terjadi lomfodenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menajalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier. Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (TB sekunder). Mayoritas reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun, diabetes, AIDS, malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, gagal ginjal (Amin & Bahar, 2009).

4.

Diagnosa Diabetes Melitus Kriteria diagnosis Diagnosis TB paru Dalam konsensus Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2006, untuk mendiagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan fisik atau jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan penunjang lainnya. Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik. Gejala respiratorik: batuk lebih dari 3 minggu, batuk

berdarah, sesak

nafas, nyeri dada.Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis pada saat medical check up. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar. Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan. Gejala sistemik: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru.Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak atau sulit sekali menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior ,serta daerah apex lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum. Pemeriksaan penunjang TB paru adalah sebagai berikut:

a) Pemeriksaan Bakteriologik. Pemeriksaan ini untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH). b) Pemeriksaan Radiologik Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral. Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif : Bayangan berawan atau nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah,kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular,bayangan bercak milier, efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang). Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif, yaitu sebagai berikut: Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas Kalsifikasi atau fibrotik Kompleks ranke Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura c) Pemeriksaan cairan pleura Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairan pleura perlu dilakukan pada penderita efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis.Interpretasi hasil analisis yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat sel limfosit dominan dan glukosa darah.

d) Pemeriksaan darah Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah (LED) jam pertama dan kedua sangat dibutuhkan. Data ini sangat penting sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai keseimbangan biologik penderita, sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi tingkat penyembuhan penderita. Demikian pula kadar limfosit bisa menggambarkan biologik/ daya tahan tubuh penderida , yaitu dalam keadaan supresi / tidak. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun kurang spesifik. e) Uji tuberkulin Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi TB di daerah dengan prevalensi tuberkulosis rendah.Di Indonesia dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi, pemeriksaan uji tuberkulin sebagai alat bantudiagnostik kurang berarti, apalagi pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi dari uji yang dilakukan satu bulan sebelumnya atau apabila kepositifan dari uji yang didapat besar sekali atau bula (PDPI, 2006). 5.

Patofisiologi Tuberkulosis a. Klasifikasi berdasarkan ORGAN tubuh yang terkena: 1) Tuberkulosis paru Adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus. 2) Tuberkulosis ekstra paru Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan DAHAK mikroskopis, yaitu pada TB Paru: 1) Tuberkulosis paru BTA positif

a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis. c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif. d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. 2) Tuberkulosis paru BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi: a) Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

6. Manifestasi Klinis Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah: a. Demam . b. Malaise . c. Anoreksia . d. Penurunan berat badan . e. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu – minggu sampai berbulan – bulan) . f. Peningkatan frekuensi pernapasan . g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit . h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi i. Demam persisten . j. Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat badan.

7. Penatalaksanaan Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan tuberklosis adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu : J I : Jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan. J 2 : Jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar. J 3 : Jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis). Diet pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain : a.

Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 20 %, protein 30 %.

b.

Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 15%, protein 15 %.

c.

Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.

d.

Diet B1 dan B¬2 diberikan untuk tuberklosis dengan gangguan paru. 

Indikasi diet A : Diberikan pada semua penderita tuberklosis pada umumnya.



Indikasi diet B : Diberikan pada penderita tuberklosis terutama yang : 1. Kurang tahan lapan dengan dietnya. 2. Mempunyai penyulit hipoalbuminemia 3. Telah menderita tuberklosis dari 20 tahun



Indikasi diet TB

a. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan memperbaiki kerusakan jaringan tubuh. b.

Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal. Usahakan berat badan seimbang dengan tinggi badan.

Syarat Diet Yang Dianjurkan Untuk Penderita TBC a.

Tinggi Energi Energi diberikan 40 – 45 kkal/kg BB. Oleh karena itu

penderita TBC perlu makan

lebih banyak daripada orang sehat (kurang lebih 1,5 x makan orang sehat). Energi .505 kcal. b.

Tinggi Protein Protein diberikan

2 – 2,5 gram/kg BB. Sebaiknya

sering mengkonsumsi

makanan sumber protein yang berkualitas tinggi seperti putih telur, daging, ayam, ikan dan susu ( lauk hewani). Sedangkan tempe, tahu, kacang-kacangan dan hasil olahannya dapat diberikan sebagai tambahan, karena jenis ini kualitas proteinnya tidak sebik pada lauk hewani. Protein 107 gr. c.

Cukup Lemak (84 gr) dan Karbohidrat ( 317 gr).

d. Makanlah secara cukup sumber vitamin terutama vitamin C, K dan B Kompleks seperti buah-buahan dan kacang-kacangan. e. Makanlah secara cukup sumber mineral terutama zat besi dan kalsium seperti hati, susu, ikan, daging, dsb Bahan Makanan Yang Diperbolehkan a. Semua sumber karbohidrat diperbolehkan seperti nasi, roti, mie, makaroni kentang, dsb. b. Semua sumber protein diperbolehkan seperti telur, ayam, daging ikan susu, tempe, tahu, kacang-kacangan, dsb. c.

Semua jenis sayuran diperbolehkan.

d. Semua jenis buah baik buah segar, buah kaleng, buah kering, maupun jus buah diperbolehkan. e. Minyak goreng, mentega, margarin, santan encer diperbolehkan, namun penggunaannya perlu dibatasi. f. Susu sangat dianjurkan untuk meningkatkan asupan kalsium. Madu, sirup, teh, kopi encer diperbolehkan. g. Bumbu tidak tajam seperti bawang merah, bawang putih, laos, salam, kecap, dsb diperbolehkan. Bumbu yang tajam seperti cabe dan merica sebaiknya dibatasi.

Sebaiknya hindari makanan yang dapat merangsang batuk seperti gorengan, minuman dingin (es), makan pedas dan masam.

Tabel 8: Pembagian makanan sehari

No

Pemberian Jenis

UKURAN RUMAH SAKIT

Makanan

PAGI

SIANG

SORE

1

Nasi

1½ gelas

1¾ gelas

1 ¾ gelas

2

Daging

1 potong

1 potong sedang

1 potong sedang

2 potong sedang

2 potong sedang

sedang 3

Tempe

1 potong sedang

4

Sayuran

1 gelas

1 gelas

1 gelas

5

Minyak

½ sendok

1 sendok

1 sendok

6

Susu segar

1 gelas

1 gelas

1 gelas

7

Roti ayam

1 porsi

-

-

8

Telur rebus

-

1 butir

-

Catatan :

Jam 10.00 ( susu segar dan roti ayam) Jam 16.00 (susu segar dan telur rebus) Jam 21.00 ( susu segar)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Monitoring 1. Monitoring Diet Pasien Dari hasil monitoring diet pasien menunjukkan bahwa selama di rawat inap di Rumah Sakit, pasien mendapatkan diet TKTP. Setelah melakukan perhitungan berdasarkan data antropometri pasien dan dengan mempertimbangkan kondisi pasien, jenis penyakit pasien, serta menimbang hasilhasil laboratorium yang ada, maka kami sebagai ahli gizi memberikan pasien diet TKTP dengan konsistensi lunak. Adapun hasil recall sebelum intervensi adalah :

Tabel 8. Asupan Zat Gizi sebelum Intervensi Sebelum intervensi Asupan Kebutuhan % Kebutuhan

Energi

Protein

Lemak

(kkal)

(gr)

(gr)

KH (gr)

1109.0

72.6

26.5

140.5

2100

74.8

33.2

224.6

1.26%

6.70%

52.89%

3,46%

Sumber : Data Primer Terolah, 2016 Dari hasil recall sebelum intervensi, pasien teridentifikasi (NI-5.2) Asupan energy yang tidak sesuai dengan kebutuhan zat gizi di sebabkan

kurangnya pengetahuan tentang gizi di tandai dengan malnutrisi.

Energi

= 1109.0 (52.89 %)

Protein

=72.6 (3,46%)

Lemak

= 26.5 (1.26 %)

Karbohidrat = 140.5 (6.70%)

Berdasarkan hasil anamnesis makanan pasien selama intervensi diketahui bahwa asupan makanan pasien menunjukkan adanya peningkatan pada hari pertama hingga hari ketiga dibandingkan sebelum intervensi, nampak dari asupan energi, protein, lemak, dan

KH meningkat, Adapun persentase asupan pasien selama intervensi adalah sebagai berikut Tabel 9. Konsumsi Zat Gizi Pasien Selama Intervensi Zat Gizi Tanggal Total Asupan 21/12 Standar Kebutuhan / 2016 % Asupan Total Asupan 22/12 Standar Kebutuhan / 2016 % Asupan

Energi (kkal)

Protein (gr)

Lemak (gr)

KH (gr)

1248,0

30,7

27,0

142,2

2100

78.5

46.6

341,2

59 %

39 %

58 %

42 %

1396,6

44,4

2100

78,5

67% 57% Sumber : Data Primer 2016

29,0

162,9

46,6

341,2

62%

48%

Secara umum, pada tahap intervensi hari 1, asupan pasien sedikit mulai membaik untuk energy, lemak dan karbohidrat namun protein masih rendah, hal ini disebabkan nafsu makan pasien yang kurang. Dengan nafsu makan yang kurang, mencoba memberikan edukasi-edukasi kepada pasien dan keluarganya terkait pentingnya diet yang diberikan serta agar memotivasi pasien untuk menghabiskan makanan yang ada. Di intervensi hari ke 2 asupan pasien untuk energy, protein, lemak dan karbohidrat mengalami kenaikan dikarenakan pasien sudah mulai membaik .

2. Monitoring Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 11. Pemeriksaan Laboratorium selama intervensi terakhir (20/12/2016) Pemeriksaan

Hasil

SPC

360

Sumber : Data Sekunder 2016 Berdasarkan tabel di atas, dari hasil laboratorium terakhir pasien Tn. B masih ditemukan beberapa hasil lab yang masih rendah dan tingg. Diantaranya Ureum rendah,glukosa tinggi penyakit kronik pasien dengan beberapa komplikasi seperti jantung,DM

asupan makan pasien masih kurang dan belum sesuai dengan kebutuhan

perhari pasien Pemeriksaan labora torium dilakukan pada tanggal 20 desember 2016. Pada intervensi hari ke-1 dan ke-2 pemeriksaan laboratorium tetap mengikuti tanggal 20 desember 2016. B.

Hasil Motivasi Diet Pasien

Selama melakukan intervensi dengan terapi edukasi, edukasi mendalam lebih banyak kami sampaikan langsung ke pasien dan istrinya dan anaknya, karena rata-rata di setiap kunjungan kami, hanya ada pasien dan suami serta anak yang menemani. Di awal intervensi, kami memberikan edukasi kepada pasien berupa motivasi akan pentingnya diet yang diberikan, pentingnya mengkonsumsi makanan yang diberikan RS, serta motivasi agar senantiasa mengontrol asupan makanannya. Hasil yang kami peroleh adalah pasien mampu menerima edukasi yang kami berikan, nampak dari antusias pasien memberikan tanggapan serta pertanyaan-pertanyaan sebagai

feedback dan motivasi yang kami berikan. Secara umum pasien dapat memahami dan menjalankan diet sesuai dengan anjuran dan arahan yang diberikan.

C. Evaluasi Asuhan Gizi Pasien 1. Konsumsi Energi dan Zat Gizi Pasien

Grafik 1. Asupan Zat Gizi Makro Pasien selama Intervensi

80

67 56

60 40

39

58

62 42

48

20 0 Asupan Energi (%) Asupan Protein Asupan Lemak (%) Asupan Hari 1 Intervensi Hasil 2 Intervensi Karbohidrat (%) (%)

Berdasarkan grafik diatas, pada tahap intervensi hari 1, persentase asupan pasien sedikit mulai membaik untuk lemak, energy, karbohidarat namun untuk asupan protein masih rendah, hal ini disebabkan nafsu makan pasien yang kurang dan mual muntah yang

dialami pasien. Dengan nafsu makan yang kurang, mencoba memberikan edukasi-edukasi kepada pasien dan keluarganya terkait pentingnya diet yang diberikan serta agar memotivasi pasien untuk menghabiskan makanan yang ada. Di intervensi hari ke 2, dengan edukasi-edukasi yang telah kami berikan sebelumnya, persentase asupan pasien untuk energy, protein, lemak dan karbohidrat sudah menunjukkan penigkatan di karenakan pasien sudah mulai membaik. di karenakan keluarga pasien terus memotivasi dan ikut membantu dalam merawat pasien sehingga pasien hampir menghabiskan semua makanan yang di berikan oleh rumah sakit ditandai dengan terpenuhinya energy, lemak dan karbohidrat namun untuk protein belum terpenuhi. Peningkatan asupan dari 2 hari intervensi yang dilakukan menandakan bahwa edukasi kami terhadap pasien dan keluarga akan diet yang diberikan mendapatkan respon yang baik. 2. Perkembangan Terapi Diet a. Diet awal yang diberikan sebelum intervensi Sebelum intervensi, pasien diberi diet khusus dan bentuk makanan lunak. Dari hasil recall sebelum intervensi, asupan pasien sangat kurang dari standar kebutuhan. Kurangnya asupan pasien karena nafsu makan menurun dirasakan pasien turut mempengaruhi asupan yang dapat dikonsumsi pasien. b. Diet Setelah Intervensi Berdasarkan identifikasi masalah pada data dasar sebelum intervensi pada diagnosis gizi, domain intakenya adalah

(NI-2.1) Asupan oral kurang

berkaitan dengan Nafsu makan kurang, mual, Nyeri dada, ditandai dengan hasil recall 24 jam sebelum intervensi: Energi = 1125.16 (54 %),Protein = 36.73 (47 %),Lemak= 46,6 (24 %),Karbohidrat = 341 (63 %)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan 1. Diagnosa medis Tn. B adalah jantung + DM 2. Diagnosa yang ditegakkan pada pasien selama intervensi yaitu NI.2.1, NC.2.1, N.C.2,NC.5.4 masih tetap menjadi diagnosa gizi pasca intervensi. 3. Hasil laboratorium pasien hingga hari kedua intervensi seperti tensi masih tinggi, ureum masih rendah, glukosa masih tinggi sedangkan SGOT, SGPT,CREATINIn normal 4. Kondisi fisik pasien masih lemah, sedangkan secara klinik, tekanan darah pasien tinggi sedangkan ,nadi dan suhu normal 5. Diet yang diberikan dari RS adalah DM II, Jantung C. Saran Perlu adanya dukungan dan motivasi yang kuat dari semua pihak baik tenaga kesehatan dan pihak keluarga agar pasien disiplin menjalani diet yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA Salazar GE, Schmitz TL, Cama R, et al. Pulmonary tuberkulosis in children in a developing country. Pediatrics. 2001; 108(2) p. 448. Budiman, N.E., Mauliku, D.A., 2010. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Paru Pada Fase Intensif Di Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi. Skripsi. Cimahi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan A.Yani Cimahi Abba K.dkk. 2010. Nutritional supplements for people being treated for active tuberculosis. Cochrane Collaboration. John Wiley & Son, Ltd. Available from: http://www.thecochranelibrary.com Ahmad S. 2011. Pathogenesis , Immunology, and Diagnosis of Latent Mycobacterium tuberculosis Infection. Kuwait Univ. 2011;1–17. Allison DB, Zhu SK, Plankey M, Faith MS, Heo M.2002. Differential associations of body mass index and adiposity with all-cause mortality among men in the first and second National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES I and NHANES II) follow-up studies. Int J Obesity. 2002;26:410-6. Crook MA, Hally V, Panteli JV.2001. The importance of the refeeding syndrome. Nutrition.;17:632–7. Deurenberg P, Kooy K, Hulshof T, Evers P.1989. Body mass index as a measure of body fatness in the elderly. Eur J Clin Nutr. 1989;43:231-6. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Fenton, M.J and Vermeulen, M.W., 1996. Immunopathology of Tuberculosis: Roles of Macrophages and Monocytes. Infection and immunity Fisher-Hoch SP,dkk.2008. Type 2 diabetes and multidrug-resistant tuberculosis. Scandinavian Journal of Infectious Diseases, 2008, 40:888–893. Global tuberculosis report 2013. Geneva: World Health Organization; 2013. Gupta, K. B., Gupta, R., Atreja, A., Verma, M., & Vishvkarma, S. 2009. Tuberculosis and nutrition. Lung India : Official Organ of Indian Chest Society, 26(1), 9–16. http://doi.org/10.4103/0970-2113.45198

Khalili L, Dashti-Khavidaki S, Rasoolinejad M, Rezaie L and Atmiani M. 2009. Antituberculosis drugs related hepatotoxicity; incidence, risk factor, pattern of changes in liver enzyme and outcomes. DARU, 2009; 3:163-67 Koncoro, H dan Suta, I.B., 2015. Peranan Prokalsitonin Dalam Bidang Pulmonologi. J Respir Indo Vol. 35 No. 3. [Online] available at : http://jurnalrespirologi.org/wpcontent/uploads/2015/08/JRI-Jul-2015-35-3193-202.pdf

Related Documents

Blm 2.5.1
November 2019 40
Blm Terjemah.docx
December 2019 39
Blm Selesaai.docx
December 2019 36

More Documents from "Helmy Fergiawan"