BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Asuhan gizi di rumah sakit dan di masyarakat mempunyai peranan penting dalam asuhan pasien secara komprehensif, yang berkaitan dengan angka penyembuhan, lama perawatan dan biaya perawatan. Salah satu factor penting yang mempengaruhi keberhasilan upaya perbaikan gizi adalah keadaan ketenagaan gizi adalah terbatasannya jumlah tenaga gizi yng ada dengan lingkup permasalahan ataupun program yang berkembang. Program studi S1 gizi sebagai program akademik, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tenaga ahli gizi berkualitas di Indonesia yang dapat memberikan alternative strategi untuk menghadapi dan memecahkan masalah-masalah kesehatan masyarakat yang makin kompleks berkaitan dengan masalah gizi. Untuk meningkatkan kemampuan dan spesifikasi keahlian tenaga gizi perlu diupayakan keahlian dalam bentuk terprogram yaitu praktikum dietetic penyakit infeksi dan komunikasi, konsultasi dan pelatihan gizi. Praktikum gizi ini adalah suatu praktikum yang di laksanakan setelah mendapatkan kuliah secara langsung atau mendapatkan teori dari dosen yang bersangkutan selama satu semester di institute teknologi dan kesehatan Avicenna kendari. Sehubungan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk merumuskan penentuan praktikum dietetic penyakit infeksi dan komunikasi, konsultasi dan pelatihan gizi sebagia acuan penyelenggaraan praktikum ini.
2. Tujuan a. Tujuan Umum Tujuan umum dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu: -membuat perencanaan intervensi dan pelayan gizi yang sesuai dengan kebutuhan -melaksanakan intervensi dan pelayanan gizi yang sesuai dengan rencana intervensi -melaksanakan kegiatan monitoring pelaksanaan intervensi dan pelayanan gizi` -mengkaji, menilai, dan mengidentifikasi keadaan gizi individu, kelompok, atau masyarakat.
-melakukan promosi gizi dan melakukan mobilisasi social untuk pencegahan dan penanganan masalah gizi -memahami pentingnya kerja sama lintas sector, lintas di siplin dan lintas profesi dalam menangani masalah -melakukan persiapan-persiapan yang diperlukan untuk kegiatan advokasi dalam menangani masalah gizi.
b.
Tujuan bidang materi dan kompetensi
Tujuan khusus dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu: -menjelaskan pengertian, kekuatan dan kelemahan, gangguan dan hambatan serta cara mengatasi dalam komunikasi interpersonal, mampu mengidentifikasi terapi, pesan-pesan gizi pada individu pada proses rehalibitasi dalam konseling gizi -menilai status gizi pasien dan mengidentifikasi individu dengan kebutuhan gizi tertentu -Mendesain asuhan gizi pasien (nutrition care) -menetapkan diskripsi sesuai dengan kondisi penyakit dan diitnya -merencanakan pelayanan makanan enteral dan parenteral (memilih,memantau, dan mengevaluasi) serta membuat rekomendasi perubahan pemberian makanan pasien -melakukan konsultasi secara harmonis dengan anggota tim kesehatan dari berbagai di siplin -Menyampaikan kebutuhan gizi khusus pasien kepada dokter dan keluarga (pendamping/ pengasuh)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Defenisi Anemia Anemia adalah suatu kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah yang mengandung hemoglobin untuk menyebarkan oksigen ke seluruh organ tubuh. Dengan kondisi tersebut, penderita biasanya akan merasa letih dan lelah, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas secara optimal. Anemia dapat terjadi dalam jangka waktu pendek maupun panjang, dengan tingkat keparahan ringan sampai berat. Pengobatan kondisi ini bervariasi tergantung pada penyebabnya. Anemia dapat diobati dengan mengonsumsi suplemen secara rutin atau prosedur pengobatan khusus
a. Gejala Anemia Anemia dapat dikenali dari gejala-gejala berikut ini:
Badan terasa lemas dan cepat lelah.
Kulit terlihat pucat atau kekuningan.
Detak jantung tidak beraturan.
Napas pendek.
Pusing dan berkunang-kunang.
Nyeri dada.
Tangan dan kaki terasa dingin.
Sakit kepala.
Sulit Berkonsentrasi.
Kaki kram.
Pada awalnya, gejala anemia sering kali tidak disadari oleh penderita. Gejala anemia akan semakin terasa apabila kondisi yang diderita semakin memburuk. Konsultasi pada dokter sebaiknya dilakukan jika seseorang kerap merasakan lelah tanpa sebab yang jelas.
b. Penyebab Anemia Anemia terjadi pada saat tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang mengandung hemoglobin. Terdapat sekitar 400 kondisi yang dapat menyebabkan anemia pada seseorang dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
Tubuh tidak cukup memproduksi sel darah merah.
Terjadi perdarahan yang menyebabkan tubuh kehilangan darah lebih cepat dibanding kemampuan tubuh untuk memproduksi darah.
Kelainan pada reaksi tubuh dengan menghancurkan sel darah merah yang sehat. Berikut ini adalah uraian singkat mengenai jenis-jenis anemia berdasarkan penyebabnya,
di antaranya:
Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini merupakan yang paling umum terjadi di seluruh dunia. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan tubuh mengalami anemia dikarenakan sumsum tulang membutuhkan zat besi untuk membuat sel darah. Anemia dapat terjadi pada wanita hamil yang tidak mengonsumsi suplemen penambah zat besi. Anemia juga dapat terjadi pada perdarahan menstruasi yang banyak, tukak organ (luka), kanker, dan penggunaan obat
pereda nyeri seperti aspirin. Gejala-gejala yang umumnya dialami penderita anemia kekurangan zat besi adalah: o Memiliki nafsu makan terhadap benda-benda aneh seperti kertas, cat atau es (kondisi ini dinamakan pica). o Mulut terasa kering dan pecah-pecah di bagian sudutnya. o Kuku yang melengkung ke atas (koilonychia).
Anemia akibat kekurangan vitamin. Selain membutuhkan zat besi, tubuh juga membutuhkan vitamin B12 dan asam folat untuk membuat sel darah merah. Kekurangan dua unsur nutrisi tersebut dapat menyebabkan tubuh tidak dapat memproduksi sel darah merah sehat dalam jumlah cukup sehingga terjadi anemia. Pada beberapa kasus, terdapat penderita anemia akibat lambung tidak dapat menyerap vitamin B12 dari makanan yang dicerna. Kondisi tersebut dinamakan
anemia
pernisiosa.
Gejala-gejala
yang
umumnya
dialami
oleh
penderita anemia kekurangan vitamin B-12 dan asam folat adalah:
o
Geli dan rasa menggelenyar di bagian tangan dan kaki.
o
Kehilangan kepekaan pada indera peraba.
o
Sulit berjalan.
o
Mengalami kekakuan pada kaki dan tangan.
o
Mengalami demensia.
Anemia akibat penyakit kronis. Sejumlah penyakit dapat menyebabkan anemia karena terjadinya gangguan pada proses pembentukan dan penghancuran sel darah merah. Contoh-contoh penyakit tersebut adalah HIV/AIDS, Kanker, rheumatoid arthritis, penyakit ginjal, penyakit Crohn, dan penyakit peradangan kronis. Gejala-gejala yang dapat muncul pada kasus anemia akibat penyakit kronis di antaranya adalah: o
Warna mata dan kulit menjadi kekuningan.
o
Warna urine yang berubah menjadi merah atau cokelat.
o
Borok pada kaki.
o
Gejala batu empedu.
o
Keterlambatan perkembangan pada anak-anak.
Anemia aplastik. Anemia aplastik merupakan kondisi yang langka terjadi namun berbahaya bagi hidup penderita. Pada anemia aplastik, tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah dengan optimal. Anemia aplastik dapat disebabkan oleh infeksi, efek samping obat, penyakit autoimun, atau paparan zat kimia beracun.
Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Beberapa penyakit seperti leukemia atau mielofibriosis dapat mengganggu produksi sel darah merah di sumsum tulang dan menimbulkan anemia. Gejala yang ditimbulkan dapat bervariasi, dari ringan hingga berbahaya.
Anemia hemolitik. Anemia hemolitik terjadi pada saat sel darah merah dihancurkan oleh tubuh lebih cepat dibanding waktu produksinya. Beberapa penyakit dapat mengganggu proses dan kecepatan penghancuran sel darah merah. Anemia hemolitik dapat diturunkan secara genetik atau bisa juga didapat setelah lahir.
Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Anemia ini bersifat genetis dan disebabkan oleh bentuk hemoglobin yang tidak normal sehingga menyebabkan sel darah merah berbentuk seperti bulan sabit, bukan bulat bikonkaf seperti sel darah merah Sel darah merah berbentuk sabit memiliki waktu hidup lebih pendek dibanding sel darah merah normal. Gejala yang dialami oleh penderita anemia sel sabit adalah: o
Kelelahan.
o
Mudah terkena infeksi.
o
Nyeri tajam pada bagian sendi, perut, dan anggota gerak.
o
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak.
Anemia jenis lain, yang disebabkan oleh thalassemia atau penyakit malaria.
Beberapa fakor risiko yang dapat meningkatkan risiko munculnya anemia pada diri seseorang adalah:
Kekurangan vitamin dan zat besi. Membiasakan diri mengonsumsi makanan yang rendah vitamin B12, asam folat, dan zat besi dapat meningkatkan risiko terkena anemia.
Gangguan pencernaan pada usus. Beberapa penyakit seperti penyakit Crohn dan penyakit celiac dapat menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi di usus sehingga meningkatkan risiko terkena anemia.
Menstruasi. Umumnya wanita yang masih mengalami menstruasi memiliki risiko terkena anemia lebih besar dibandingkan dengan wanita yang sudah menopause atau pria. Hal tersebut disebabkan oleh kehilangan darah pada saat terjadinya menstruasi.
Mengandung. Ibu hamil yang tidak mengonsumsi suplemen asam folat dalam jumlah cukup memiliki risiko terkena anemia yang lebih tinggi.
Penyakit kronis. Jika seseorang menderita kanker, gagal ginjal, atau penyakit kronis lainnya, maka risiko terkena anemia akan meningkat akibat kekurangan sel darah merah. Luka pada organ dalam yang diiringi perdarahan juga dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat besi sehingga meningkatkan risiko terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi.
Riwayat anemia di keluarga. Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat anemia bawaan, memiliki risiko tinggi untuk terkena kondisi yang sama. Umumnya anemia yang diwariskan adalah anemia sel sabit (sickle cell anemia).
Usia. Penambahan usia akan meningkatkan risiko seseorang terkena anemia. Anemia karena kekurangan vitamin B12 dan asam folat lebih umum terjadi pada lansia di atas 75 tahun.
Faktor lain, seperti infeksi, kelainan darah, penyakit autoimun, kecanduan alkohol, terkena zat kimia beracun, dan efek samping dari obat dapat meningkatkan risiko anemia pada seseorang.
c. Komplikasi Anemia
Jika tidak ditangani, anemia berisiko menyebabkan beberapa komplikasi berikut ini:
Kelelahan berat. Tanpa penanganan yang baik, anemia dapat menimbulkan kelelahan berat pada penderitanya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Rentan terkena infeksi. Kekurangan zat besi yang menyebabkan anemia dapat berpengaruh pada kemampuan sistem imun dalam memerangi berbagai patogen, sehingga penderita anemia lebih rentan terkena penyakit infeksi.
Komplikasi dan gangguan kehamilan. Wanita hamil yang kekurangan asam folat berisiko mengalami gangguan kehamilan dan perkembangan janin. Selain itu, anemia juga dapat menyebabkan sang ibu mengalami depresi pasca kelahiran melahirkan dan gangguan pada bayi yang dilahirkan, seperti:
o
Kelahiran prematur sebelum minggu 37.
o
Berat badan di bawah normal.
o
Masalah pada kandungan zat besi dalam darah.
o
Hasil tes kemampuan mental yang kurang
Gangguan jantung. Anemia dapat menyebabkan detak jantung menjadi tidak beraturan (aritmia) akibat harus memompa darah lebih keras untuk mengompensasi kekurangan oksigen dalam darah. Kondisi tersebut dapat menyebabkan pembesaran jantung atau gagal jantung.
Kematian. Beberapa anemia yang bersifat bawaan, seperti anemia sel sabit, bisa menjadi serius dan mengancam hidup penderitanya. Kehilangan darah dengan tanpa penanganan yang baik dapat menyebabkan anemia berat dan kematian.
Diagnosis Anemia Untuk mengetahui apakah seorang pasien mengalami anemia atau tidak, dokter akan melakukan langkah-langkah diagnosis sebagai berikut:
Pemeriksaan darah lengkap. Metode penghitungan sel darah digunakan untuk menghitung jumlah sel darah merah yang ada di dalam darah. Pada diagnosis anemia, parameter yang diukur oleh dokter adalah hematokrit dan hemoglobin dalam darah. Patokan jumlah hematokrit normal pada orang dewasa berbeda-beda di setiap
laboratorium, akan tetapi umumnya berkisar di 40-52% untuk pria dan 35-47% untuk wanita. Hemoglobin normal pada orang dewasa pria berkisar di 14-18 gram/desiliter dan 12-16 gram/desiliter untuk wanita. Pada pemeriksaan darah lengkap, dapat juga diperiksa: o
Bentuk dan ukuran sel darah. Tes ini bertujuan untuk melihat struktur sel darah merah guna menentukan apakah struktur dan warna sel darah merah tersebut nomal atau tidak, terutama pada pasien anemia sel sabit.
o
Kandungan vitamin B12 dan asam folat. Jika dokter menduga penyebab anemia adalah kekurangan vitamin B12 dan asam folat, maka dokter akan memeriksa kandungan kedua zat tersebut dalam tubuh penderita untuk memastikannya.
o
Kandungan zat besi dalam darah. Apabila ada dugaan anemia diakibatkan oleh kekurangan zat besi, dokter akan melakukan pemeriksaan kadar protein besi dalam darah yang disebut serum ferritin. Kadar serum ferritin yang rendah mengindikasikan bahwa anemia yang diderita disebabkkan oleh kekurangan zat besi.
Pemeriksaan tambahan lain untuk menentukan penyebab utama terjadinya anemia. Beberapa kasus anemia didasari oleh masalah kesehatan tertentu, seperti luka pada suatu organ, sehingga diharuskan untuk dilakukannya pemeriksaan guna memastikannya. Pemeriksaan sumsum tulang dapat dilakukan untuk menilai fungsi sumsum tulang dalam meregenerasi sel darah.
Pada saat melakukan diagnosis, dokter juga akan menanyakan beberapa hal kepada pasien untuk membantu mengetahui penyebab utama anemia, yaitu:
Pola
makan untuk
menentukan
apakah
pasien
mengonsumsi makanan
dengan
kandungan zat besi, vitamin B-12, dan asam folat yang tinggi.
Pengobatan yang sedang dijalani. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan terjadinya perdarahan pada lambung atau usus, misalnya aspirin atau ibuprofen.
Siklus menstruasi. Jarak menstruasi yang terlalu dekat, durasi yang panjang dan jumlah perdarahan yang banyak dapat menyebabkan anemia.
Riwayat dalam keluarga. Untuk mencari informasi apakah ada anggota keluarga yang mengalami anemia, perdarahan gastrointestinal, atau kelainan pada darah.
Jadwal donor darah. Dokter akan menanyakan apakah pasien melakukan donor darah secara rutin.
Jika dokter tidak menemukan penyebab yang pasti setelah melakukan pengecekan riwayat medis serta gejala anemia pada pasien, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik. Jenis-jenis pemeriksaan fisik yang mungkin dilakukan adalah:
Pemeriksaan pada bagian perut untuk memeriksa apakah ada perdarahan internal pada saluran pencernaan pada pasien.
Pengecekan gejala-gejala gagal jantung seperti pembengkakan pada pergelangan kaki. Gagal jantung memiliki gejala yang mirip dengan anemia
Pemeriksaan rektal (colok dubur) untuk memeriksa perdarahan atau kelainan pada usus bagian bawah dan anus.
Pemeriksaan pelvis untuk memeriksa perdarahan yang menyebabkan anemia saat menstruasi. Pemeriksaan pelvis tidak akan dilakukan tanpa persetujuan dari pasien.
Pengobatan Anemia Pengobatan anemia berbeda-beda tergantung jenis anemia yang diderita oleh pasien. Prinsip pengobatan anemia adalah menemukan penyebab utama anemia. Pengobatan terhadap anemia sebaiknya tidak dilakukan hingga diketahui penyebab utamanya. Hal ini dikarenakan pengobatan untuk satu jenis anemia bisa berbahaya untuk anemia jenis lain. Beberapa contoh pengobatan anemia berdasarkan jenisnya antara lain:
Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini dapat diatasi dengan mengonsumsi suplemen penambah zat besi, serta memperbanyak konsumsi makanan yang kaya zat besi. Selain itu, pasien juga dapat diberikan vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi. Perlu diperhatikan bahwa suplemen yang mengandung kalsium dapat menghambat penyerapan zat besi.Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen penambah zat besi untuk mendapatkan dosis yang tepat.
Kelebihan zat besi pada tubuh dapat berbahaya bagi pasien karena dapat menimbulkan kelelahan, mual, diare, sakit kepala, penyakit jantung dan nyeri sendi. Untuk meringankan efek samping dari konsumsi suplemen zat besi, pasien dapat mengonsumsi suplemen setelah makan. Jika efek samping berlanjut segera temui dokter kembali.
Anemia akibat kekurangan vitamin. Anemia jenis ini dapat diobati dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan asam folat dan vitamin B12, serta mengonsumsi suplemen yang mengandung keduanya. Jika tubuh pasien memiliki gangguan penyerapan asam folat dan vitamin B12, pengobatan dapat melibatkan injeksi vitamin B12 setiap hari. Setelah itu pasien akan diberikan injeksi vitamin B12 setiap bulan satu kali yang dapat berlangsung sepanjang hidup atau tergantung kepada kondisi pasien.
Anemia akibat penyakit kronis. Tidak ada pengobatan yang spesifik pada jenis ini karena tergantung pada penyakit yang mendasari terjadinya anemia. Jika anemia bertambah parah, dokter dapat memberikan transfusi darah atau injeksi eritropoietin, yaitu suatu hormon peningkat produksi darah dan penghilang rasa lelah.
Anemia akibat perdarahan. Jika seseorang mengalami perdarahan dan kehilangan darah dalam jumlah banyak, pengobatan utama yang harus dilakukan adalah mencari dan mengobati sumber perdarahan. Setelah sumber perdarahan diatasi, pasien dapat diberikan transfusi darah, oksigen, dan suplemen penambah darah yang mengandung zat besi dan vitamin.
Anemia Aplastik. Pengobatan anemia aplastik dapat diawali dengan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah merah. Jika diperlukan, dapat dilakukan pencangkokan sumsum tulang apabila sumsum tulang tidak bisa lagi memproduksi sel darah merah yang sehat.
Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Pengobatan anemia jenis ini dapat bervariasi sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. Pengobatan dapat melibatkan kemoterapi dan pencangkokan sumsum tulang.
Anemia Hemolitik. Penanganan anemia hemolitik dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung faktor penyebabnya. Penanganan bisa dengan menghindari obat-obatan yang memiliki efek samping hemolisis, dengan mencari dan mengobati infeksi yg menjadi penyebab hemolitik, atau dengan imunosupresan untuk menekan sistem imun yang diduga merusak sel darah.
Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Pengobatan utama anemia sel sabit adalah dengan mengganti sel darah merah yang hancur melalui transfusi darah, suplemen asam folat, dan antibiotik. Pengobatan lainnya adalah dengan mengonsumsi obat penghilang rasa sakit serta menambahkan cairan melalui oral maupun intravena untuk mengurangi nyeri dan menghindari komplikasi. Pencangkokan sumsum tulang dapat digunakan untuk mengobati anemia sel sabit pada kondisi tertentu. Obat untuk kanker hidroksiurea dapat juga digunakan untuk mengobati anemia sel sabit.
Thalassemia. Thalassemia dapat diobati melalui transfusi darah, konsumsi suplemen asam folat, splenektomi untuk mengambil limpa, serta pencangkokan sel punca darah dan sumsum tulang.
Pencegahan Anemia Beberapa jenis anemia tidak dapat dihindari, akan tetapi anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin dan zat besi dapat dicegah dengan cara mengatur pola makan. Beberapa makanan yang dapat membantu mencegah anemia antara lain adalah:
Makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging sapi, kacang-kacangan, sereal yang diperkaya zat besi, sayuran berdaun hijau gelap, dan buah kering.
Makanan yang kaya akan asam folat, seperti buah-buahan, sayuran berdaun hijau gelap, kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, gandum, sereal, pasta, dan nasi.
Makanan yang kaya akan vitamin B12, seperti daging, susu, keju, sereal, dan makanan dari kedelai (tempe atau tahu).
Makanan yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, merica, brokoli, tomat, melon, dan stroberi. Makanan-makanan tersebut dapat membantu penyerapan zat besi.
Jika terdapat kekhawatiran bahwa makanan yang dikonsumsi tidak mengandung cukup vitamin, disarankan untuk mengonsumsi multivitamin. Bagi vegetarian, hendaknya berkonsultasi kepada ahli gizi untuk mengatur pola makan agar kebutuhan zat besi bagi tubuh tetap tercukupi dengan baik.
Jika pada keluarga terdapat riwayat munculnya penderita anemia bawaan seperti anemia sel sabit atau thalassemia, hendakya dikonsultasikan kepada dokter. Konsultasi ini bertujuan untuk memperkirakan jika terdapat risiko anemia serupa yang dapat muncul pada anak. Anemia juga dapat muncul sebagai komplikasi dari penyakit malaria. Jika akan bepergian ke tempat yang umum ditemukan penyakit malaria, konsultasikan ke dokter terkait obat pencegah malaria. Pencegahan dapat juga dilakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk, misalnya menggunakan kelambu, obat anti nyamuk, atau insektisida.
1.2. Defenisi Hemoroid Ambeien atau hemoroid adalah pembengkakan pembuluh darah di area rektum. Vena hemoroid terletak di daerah terendah dari rektum dan anus. Kadang-kadang vena tersebut membengkak sehingga dinding pembuluh darah menjadi liat, tipis, dan sakit ketika terlewati feses atau tinja. Hemoroid diklasifikasikan ke dalam dua kategori umum: hemoroid internal dan eksternal.
Hemoroid Internal Ini terletak cukup jauh di dalam rektum sehingga tidak dapat terlihat atau dirasakan. Hemoroid internal biasanya tidak terluka karena ada beberapa saraf nyeri di rektum. Perdarahan mungkin satu-satunya tanda bahwa mereka berada di sana. Kadang-kadang hemroid internal menjadi prolaps, atau membesar dan menonjol keluar sfingter anal. Ketika ini terjadi, penderita mungkin dapat melihat atau merasakan vena hemoroid internal ini sebagai suatu bantalan kulit mukosa merah muda yang menonjol dari daerah sekitarnya. Hemoroid yang prolaps dapat terluka. Hemoroid internal yang prolaps dalam stadium awal masih dapat masuk ke dalam rektum sendiri; jika stadiumnya meningkat, maka seringkali penderita perlu memasukkan kembali hemoroid internal dengan cara lembut didorong kembali ke tempatnya sampai pada
stadium akhir ketika hemoroid benar-benar tidak mampu didorong masuk kembali, itu artinya sudah mencapai stadium akhir.
Hemoroid Eksternal Hemoroid eksternal terletak dalam anus dan biasanya menyakitkan. Jika prolaps hemoroid eksternal menuju keluar, penderita dapat melihat dan merasakannya. Gumpalan darah kadang-kadang terbentuk, menyebabkan kondisi yang sangat menyakitkan disebut trombosis. Jika hemoroid eksternal mengalami trombosis, maka warnanya berubah ungu atau biru, dan mungkin bisa berdarah. Meskipun penampakannya menyeramkan, hemoroid yang mengalami trombosis ini biasanya bukanlah sesuatu yang serius, tetapi terasa sangat menyakitkan. Hemoroid yang mengalami trombosis ini akan reda sendiri dalam beberapa minggu. Jika rasa sakit tak tertahankan, kunjungi dokter untuk menghentikan rasa sakit.
Pendarahan dubur dan nyeri apapun harus dievaluasi oleh dokter yang berkualitas; dokter juga mampu mengidentifikasi kondisi yang mengancam jiwa, seperti kanker kolorektal. Namun, hemoroid adalah penyebab terbanyak untuk perdarahan dubur dan biasanya jarang berbahaya, tetapi diagnosis pasti dari perawatan dari dokter memang penting.
Penyebab Ambeien Sekitar 30-40 persen dari orang menderita ambeien, dan biasanya terjadi antara usia 2050 tahun. Para peneliti tidak yakin apa yang menyebabkan ambeien. Dinding vena yang lemah, sehingga mengarah ke ambeien dan kelainan varises lainnya, dapat diwariskan dari genetik orangtua.
Peningkatan tekanan perut yang ekstrem juga dapat menyebabkan pembuluh darah membengkak dan menjadi rentan terhadap iritasi. Tekanan dapat disebabkan oleh obesitas, kehamilan, berdiri atau duduk untuk waktu yang lama, mengejan saat buang air besar, batuk, bersin, muntah, dan menahan napas saat berusaha untuk melakukan kerja fisik seperti mengangkat beban berat setiap hari.
Diet memiliki peran penting dalam menyebabkan dan mencegah wasir. Orang-orang yang secara konsisten makan diet tinggi serat cenderung terhindar dari wasir. Diet rendah serat atau asupan cairan yang tidak memadai dapat menyebabkan konstipasi, yang dapat berkontribusi untuk menjadi hemoroid dalam dua cara: Hal ini memicu tindakan mengejan saat buang air besar dan juga memperburuk wasir dengan memproduksi tinja yang keras sehingga mengiritasi vena yang membengkak.
.
BAB III
PEMBAHASAN
ASSESMENT
A. Data dasar pasien
a. Diagnosa Medis
Anemia Hemoroid
b. Keluhan utama
Pasien sebelum masuk rumah sakit pernah jatuh dipanti sosial dan mengalami pendaranhan sehingga terjadinya anemia pada pasien.
c. Riwayat penyakit dahulu Ada benjolan besar yang menggantung dari anus diderita sudah cukup lama d. Riwayat Penyaki dahulu Tidak ada e. Skrining gizi a. Antropometri TB:155 cm BB:45 kg IMT = BB TB(m)² = 45 (1,55)² = 45 2,40 =18,7(status gizi normal) BBI=(TB-100)-10% (TB-100) =(155-100)-10%
=55-10% (70) = (55-5,5) kg = 49,5 kg b. Data Biokimia Pemeriksaan
Hasil
N
Hemoglobin
3,4 g/dl
12,1 g/dl-15,1 g/dl
Ureum
3,4 mg/dl
6-20 mg/dl
Creatinin
0,19 mg/dl
0,5-1,1 mg/dl
f. Fisik/klinis Pemeriksaan
Hasil
normal
Ket
Tensi
90/60
120/80
rendah
Nadi
80x/menit
80-100
normal
Suhu
37,2 °c
36°C
Normal
RR
20X/menit
66-100 x/menit
Rendah
g. Riwayat gizi Makanan di rumah sakit kadang tidak di habiskan karena kurangnya nafsu makan pasien. Hasil Recall: Energy:1022,2 kkal (74%) Karbohidrat:123,0 g (16%) Protein:29,5 g (21%) Lemak:45,7 g (33%) Pola makan: -Makan utama, nasi 3x/hari -Sumber lauk pauk:2-3x/hari Tempe goreng 1x/hari Tahu goreng 1x/hari Telur ayam 1x/hari -Sayuran yang sering di konsumsi sayur bayam,wortel,kangkung, kacang panjang -buah yang sering di konsumsi buah pisang. IDENTIFIKASI MASALAH
Penurunan kadar hemoglobin 3,4 mg/dl
Ureum 3,4 mg/dl menurun
DIAGNOSA GIZI No
Problem
NI-5.7.1
Kekurangan
mengosumsi protein Di tandai dengan
intake protein
yang rendah
NC-2.2
NB-1.4
Etiologi
Perubahan nilai Berkaitan laboratorium
nilai gizi
Kurangannya
Berkaitan
Symton
hasil recall 24 jam dengan Di tandai dengan Hb=3,4 (rendah) dengan Di tandai dengan
monitoring diri tentang pola makan kurangnya sendiri
yang baik
pemahaman tentang gizi yang baik
untuk
konsumsi
di