Laporan Akhir Apotek Kf 355_nadia.docx

  • Uploaded by: nadia rahadian
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Akhir Apotek Kf 355_nadia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,782
  • Pages: 38
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA LEMAH NEUNDEUT 355 BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Praktik Kerja Profesi Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani

NADIA RAHADIAN PUTRI 3351171112

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2018

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, definisi Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat praktik kefarmasian oleh apoteker. Seorang apoteker bertanggung jawab atas pengelolaan apotek, sehingga pelayanan obat kepada masyarakat akan lebih terjamin keamanannya, baik kualitas maupun kuantitasnya. Mengingat pentingnya kesehatan, maka dibutuhkan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi masyarakat. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun social dan ekonomis yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.(1) Sarana yang berperan dalam upaya kesehatan salah satunya adalah apotek, terutama dalam pendistribusian dan pemberian informasi obat kepada masyarajat. Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan (promotif), mencegah penyakit (preventif), menyembuhkan atau mengobati penyakit (kuratif), serta memulihkan atau memelihara kesehatan (rehabilitatif). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.(2) Apotek mempunyai nilai lain yaitu nilai bisnis dan nilai sosial yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Sehingga dalam pengelolaannya seorang apoteker harus dapat mengikuti setiap perubahan-perubahan yang terjadi dengan selalu meningkatkan

kemampuan

dan

keahliannya

secara

berkelanjutan.

Pada

kenyataannya peran apoteker di apotek umumnya kurang berperan dibanding

pemilik sarana apotek (pengusaha). Dengan kata lain, fungsi bisnis di apotek lebih dominan dibandingkan fungsi farmasis sebagai profesi pelayanan kesehatan.

Pelayanan kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana. Dalam kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk memperoleh keuntungan, terkait dengan investasi yang ditanam dalam apotek dan operasionalnya sebagai unit bisnis. Kegiatan yang bersifat farmasi klinik, fungsi apotek adalah menyediakan obatobatan yang dibutuhkan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

1.2 Tujuan PKPA Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek adalah : a. Agar para calon apoteker mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab seorang apoteker serta fungsi dan peranan Apoteker di Apotek. b. Agar peserta praktek kerja memiliki wawasan, pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas mengenai peran Apoteker di Apotek. c. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang biasa terjadi di apotek, melihat bagaimana cara penyelesaiannya, dan mengetahui hal-hal lain yang belum diperoleh di bangku kuliah. d. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari strategi

dan

kegiatan-kegiatan

yang

dapat

dilakukan

dalam

rangka

pengembangan praktek farmasi komunitas di apotek, e. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang professional.

1.3 Manfaat PKPA Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek adalah : a. Mengetahui serta memahami tugas, dan tanggung jawab apoteker dalam mengelola apotek. b. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di apotek. c. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang professional. 1.4 Waktu dan Pelaksanaan PKPA Praktek kerja profesi apoteker di Apotek Kimia Farma 355 Jl Lemahnendeut No. 1E Bandung dilaksanakan mulai tanggal 1 Maret sampai dengan 31 Maret 2018. Pada latihan kerja profesi ini penulis mendapat tugas khusus “Peta Pasar”.

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1 Tinjauan Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker.(3) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, menyebutkan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sedangkan apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.(2) 2.1.1 Fungsi Apotek(2) Fungsi apotek adalah : a. Sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. b. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapan sumpah jabatan c. Sarana farmasi untuk melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. d. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Seperti yang disebutkan diatas bahwa seorang apoteker memiliki wewenang untuk melakukan pekerjaan kefarmasian. Dalam menjalankan tugasnya diapotek,

seorang apoteker dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan atau tenaga teknis kefarmasian. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek disamping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotek. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan Apoteker pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di Apotek lain.(4) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.(2) Apoteker yang telah diregistrasi akan diberikan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) sebagai bukti tertulis yang dikeluarkan oleh menteri yang berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 5 tahun apabila memenuhi syarat. Untuk memperoleh STRA, apoteker harus memenuhi persyaratan : a. Memiliki ijazah apoteker b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi c. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji apoteker d. .Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek, dan e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.(2)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.889/Menkes/Per/V/2011 mengenai registrasi, izin praktik dan izin kerja tenaga kefarmasian. Dijelaskan bahwa: 1. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan 2. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan : a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar.(5) 2.1.2. Perizinan Apotek(5) Menurut Permenkes RI No. 09 Tahun 2017, izin Apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan wewenang pemberian izin Apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. A. Prosedur permohonan izin Apotek : i.

Permohonan izin Apotek diajukan kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir 1.

ii.

Permohonan sebagaimana dimaksud pada sebelumnya harus ditandatangani oleh Apoteker disertai dengan kelengkapan dokumen administratif meliputifotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli;fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker; fotokopi peta lokasi dan denah bangunan;dan daftar prasarana, sarana, dan peralatan.

iii.

Dengan menggunakan Formulir 2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan Apotek melakukan kegiatan.

iv.

Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan dengan dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) setempat dengan menggunakan contoh Formulir 3. v.

Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerima laporan sebagaimana dimaksud pada point (iv) dan dinyatakan memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi dengan menggunakan Formulir 4.

vi.

Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada point (iv) dinyatakan masih belum memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mengeluarkan surat penundaan paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja dengan menggunakan Formulir 5.

vii.

Tehadap permohonan yang dinyatakan belum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada point (6), pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam waktu 1 (satu) bulan sejak surat penundaan diterima.

viii.

Apabila pemohon tidak dapat memenuhi kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada point (vii), maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan dengan menggunakan Formulir 6.

ix.

Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA melebihi jangka waktu sebagaimana dimaksud pada point (5), Apoteker pemohon dapat menyelenggarakan Apotek dengan menggunakan BAP sebagai pengganti SIA.

B. Perubahan Surat Izin Apotek(5) Perubahan surat izin apotek diperlukan apabila terjadi pergantian nama apotek,terjadi perubahan nama jalan dan nomor bangunan untuk alamat apotek tanpa pemindahan lokasi apotek, surat izin apotek hilang atau rusak, terjadi pergantian Apoteker Pengelola Apotek, pergantian Pemilik Sarana Apotek, SIK Apoteker Pengelola Apotek dicabut dalam hal Apoteker Pengelola Apotek bukan

sebagai Pemilik Sarana Apotek, terjadi pemindahan lokasi apotek, bila Apoteker Pengelola Apotek meninggal dunia. Apabila Apoteker Pengelola Apotek meninggal dunia, maka dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam ahli waris Apoteker Pengelola Apotek

wajib

melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker Pendamping, maka pada pelaporan mengenai Apoteker Pengelola Apotek telah meninggal dunia kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota disertai dengan laporan mengenai penyerahan resep, obat-obat narkotika dan psikotropika, obat-obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. C.

Pencabutan Surat Izin Apotek(4)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI 7 Tahun 2012, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin Apotek apabila: i. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan Apoteker Pengelola Apotek. ii. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pekerjaan kefarmasiannya. iii. Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus. iv. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan tentang obat keras, tentang kesehatan, tentang narkotika, psikotropika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. v.Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut. vi. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang Obat. vii.Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Pelaksanaan pencabutan izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan serta dilakukan pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek. Pencairan kembali pembekuan izin Apotek dapat dilakukan apabila Apotek telah terbukti memenuhi seluruh

persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan dan dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat

2.2. Peranan Apoteker di Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Yang dimaksud Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana.(2) Keberadaan apotek turut membantu pemerintah dalam memelihara dan menjaga kesehatan masyarakat. Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan RI, sesungguhnya menaruh harapan yang besar kepada peran serta profesi apoteker (khususnya apoteker pengelola apotek) yang merupakan ujung tombak dalam pendistribusian perbekalan farmasi kepada masyarakat. Hal yang tidak kalah penting adalah bahwa apotek merupakan suatu jenis bisnis retail yang harus dikelola dengan baik agar memperoleh keuntungan guna menutup beban biaya operasional dan menjaga kelangsungan hidupnya. Untuk dapat mengelola apotek, seorang apoteker tidak cukup dengan berbekal ilmu teknis kefarmasian saja, karena mengelola sebuah apotek sama saja mengelola sebuah

perusahaan.

Dibutuhkan

kemampuan

manajerial

yang

meliputi

pengelolaan administrasi, persediaan, sarana, keuangan dan pengelolaan sumber daya manusia.(6) Melihat pemaparan diatas, secara umum peran seorang apoteker dalam apotek dapat kita bagi menjadi 3 bagian, yaitu peran profesional, peran manager, dan peran retail. Seorang apoteker pengelola apotek haruslah menjalankan ketiga peran tersebut dengan sebaik-baiknya.(6)

2.3 Tugas dan Fungsi Apoteker Menurut WHO, tugas dan fungsi apoteker di lingkungan farmasi komunitas antara lain : a. Care giver ( Pemberi pelayanan ) Dalam memberikan pelayanan mereka harus memandang pekerjaan mereka sebagai bagian dan terintegrasi dengan sistem pelayanan kesehatan dan profesi lainnya. Pelayanannya harus dengan mutu yang tinggi. b. Decision maker ( Pembuat keputusan ) Penggunaan sumber daya yang tepat, bermanfaat, aman dan tepat guna seperti SDM, obat-obatan, bahan kimia, perlengkapan, prosedur dan pelayanan harus merupakan dasar kerja dari apoteker. Pada tingkat lokal dan nasional apoteker memainkan peran dalam penyusunan kebijaksanaan obat-obatan. Pencapaian tujuan ini memerlukan kemampuan untuk mengevaluasi, menyintesa informasi dan data serta memutuskan kegiatan yang paling tepat. c. Communicator ( Komunikator ) Apoteker adalah merupakan posisi ideal untuk mendukung hubungan antara dokter dan pasien dan untuk memberikan informasi kesehatan dan obat-obatan pada masyarakat. Dia harus memiliki ilmu pengetahuan dan rasa percaya diri dalam berintegrasi dengan profesi lain dan masyarakat. Komunikasi itu dapat dilakukan secara verbal (langsung) non verbal, mendengarkan dan kemampuan menulis. d. Manager ( Manajer ) Apoteker harus dapat mengelola sumber daya (SDM, fisik dan keuangan), dan informasi secara efektif. Mereka juga harus senang dipimpin oleh orang lainnya, apakah pegawai atau pimpinan tim kesehatan. Lebih-lebih lagi teknologi informasi akan merupakan tantangan ketika apoteker melaksanakan tanggung jawab yang lebih besar untuk bertukar informasi tentang obat dan produk yang berhubungan dengan obat serta kualitasnya. e. Life long learner ( Pembelajar Seumur Hidup ) Adalah tak mungkin memperoleh semua ilmu pengetahuan di sekolah farmasi dan masih dibutuhkan pengalaman seorang apoteker dalam karir yang lama. Konsepkonsep, prinsip-prinsip, komitmen untuk pembelajaran jangka panjang harus

dimulai disamping yang diperoleh di sekolah dan selama bekerja. Apoteker harus belajar bagaimana menjaga ilmu pengetahuan dan ketrampilan mereka tetap up to date. f. Teacher ( Guru ) Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk membantu pendidikan dan pelatihan generasi berikutnya dan masyarakat. Sumbangan sebagai guru tidak hanya membagi ilmu pengetahuan pada yang lainnya, tapi juga memberi peluang pada praktisi lainnya untuk memperoleh pengetahuan dan menyesuaikan ketrampilan yang telah dimilikinya. g. Leader ( Pemimpin ) Dalam situasi pelayanan multi disiplin atau dalam wilayah dimana pemberi pelayanan kesehatan lainnya ada dalam jumlah yang sedikit, apoteker diberi tanggung jawab untuk menjadi pemimpin dalan semua hal yang menyangkut kesejahteraan pasien dan masyarakat. Kepemimpinan apoteker melibatkan rasa empati dan kemampuan membuat keputusan, berkomunikasi dan memimpin secara efektif. Seseorang apoteker yang memegang peranan sebagai pemimpin harus mempunyai visi dan kemampuan memimpin. h. Researcher ( Peneliti ) Apoteker harus dapat menggunakan sesuatu yang berdasarkan bukti (ilmiah, praktek farmasi, sistem kesehatan) yang efektif dalam memberikan nasehat pada pengguna obat secara rasional dalam tim pelayanan kesehatan. Dengan berbagi pengalaman apoteker dapat juga berkontribusi pada bukti dasar dengan tujuan mengoptimalkan dampak dan perawatan pasien. Sebagai peneliti, apoteker dapat meningkatkan akses dan informasi yang berhubungan dengan obat pada masyarakat dan tenaga profesi kesehatan lainnya.

BAB III TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA 355 JL. LEMAH NEUNDEUT 1E BANDUNG

3.1 Pendahuluan PT Kimia Farma Apotek merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, bergerak dalam bidang retail farmasi yang terdiri dari beberapa jaringan apotek dengan status kepemilikan milik sendiri, sewa bangunan maupun kerja sama operasi yang tersebar di seluruh Indonesia dan terkoordinasi dalam 34 Bisnis Manajer. PT Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang direktur utama yang membawahi dua direktur yaitu direktur operasional dan direktur keuangan. Unit Business Manager (BM) Kimia Farma Apotek Bandung meliputi wilayah Bandung, Cimahi, Garut, Tasikmalaya dan Sumedang.(7) 3.2 PT. Kimia Farma Apotek Kimia Farma merupakan salah satu perusahaan terdepan dalam industri farmasi Indonesia. Perusahaan farmasi pertama didirikan pada awal tahun 1817 di Hindia Timur yang bernama NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Pada tahun 1958 dengan

adanya

kebijakan

nasionalisasi

perusahaan-perusahaan

Belanda,

pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT. Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma menjadi perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. PT. Kimia Farma pada tahun 2002 membentuk 2 anak perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading & Distribution. PT. Kimia Farma Apotek sekarang memiliki 412 Apotek yang tersebar di seluruh Indonesia, sedangkan PT. Kimia Farma Trading & Distribution saat ini memiliki 3 wilayah

pasar (Sumatra, DKI & Jateng, dan Jatim & Indonesia wilayah timur), dan 41 cabang PBF (Pedagang Besar Farmasi).(8) Tujuan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. adalah turut serta dalam melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya kegiatan usaha di bidang industri kimia, farmasi, biologi, dan kesehatan serta industri makanan dan minuman. Selain itu juga bertujuan untuk mewujudkan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai salah satu pemimpin pasar (market leader) di bidang farmasi yang tangguh. Terdapat dua jenis apotek di Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator yang sekarang disebut sebagai Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan. BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. BM bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada di bawahnya. Melalui konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang didapat melalui konsep BM adalah : a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah. b. Apotek-apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan, sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan berdampak pada peningkatan penjualan. c. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi. d. Meningkatkanbargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber barang dagangan yang lebih murah. Fokus dari apotek pelayanan adalah pelayanan perbekalan farmasi dan informasi obat pasien sehingga layanan apotek yang berkualitas dan berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan setinggi-tingginya.(9)

3.3 Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek Visi PT. Kimia Farma Apotek adalah menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia. Adapun misi PT. Kimia Farma Apotek adalah menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui : a. Jaringan layangan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya. b. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk principal. c. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (FeeBased Income).(10) 3.4 Tinjauan Khusus Apotek Kimia Farma 355 Apotek Kimia Farma 355 Bandung merupakan salah satu apotek pelayanan yang berada di bawah naungan Unit Business Manager Kimia Farma Bandung. Lokasi bangunan Apotek Kimia Farma 355 sangat strategis karena berada di pusat keramaian Bandung yang merupakan daerah perkantoran, perhotelan, bank, dan pertokoan, sehingga mudah diakses dan banyak pasien/pengunjung yang datang. Fasilitas utama operasional apotek terdiri atas area penerimaan resep, area peracikan, area penyimpanan obat, kasir, area penyerahan dan pemberian informasi obat, dan area swalayan farmasi (penjualan obat bebas dan alat kesehatan). Adapun fasilitas pendukung bagi perkembangan usaha Apotek Kimia Farma 355, antara lain gudang obat, mushola, toilet, dan tempat parkir 3.4.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi: a. Perencanaan Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di Apotek Kimia Farma 355 disusun berdasarkan perhitungan Pareto. Kelompok A merupakan Kelompok obat yang paling cepat laku, dan mayoritas obat diapotek. Oleh karena itu Kelompok A di monitoring dengan sangat ketat. Sedangkan kelompok B merupakan obat yang penjualannya

agak

lambat,

jadi

cukup

dikendalikan

dengan

menggunakan Kartu Stok. Kelompok C adalah kelompok obat yang

penjualannya paling lambat dibandingkan dengan kelompok B. Apoteker seharusnya

secara

Periodik

memonitoring

Kelompok

C

untuk

menentukan apakah obat tersebut masih diperlukan dalam persediaan. b. Pengadaan

Pengadaan rutin dilakukan setiap minggu yaitu satu minggu sekali. Pengadaan ini dilakukan berdasarkan kebutuhan tiap apotek yang dikumpulkan secara otomatis melalui sistem aplikasi terpadu yang disebut KIS (Kimia Farma Information System). Pengadaan obat narkotika di Apotek Kimia Farma 355 dilakukan dengan cara pembuatan surat pesanan dengan SP khusus yaitu Formulir 1 yang ditandatangani oleh APA. Untuk pemesanan obat narkotika surat pemesanannya hanya berlaku untuk satu jenis obat narkotika saja dan pembeliannya hanya boleh ke distributor Kimia Farma. Sedangkan pengadaan obat psikotropika dan obat mengandung prekursor dilakukan dengan cara yang sama dan menggunakan SP psikotropika yaitu yang terdiri dari 2 rangkap, tetapi untuk satu SP boleh berisi beberapa jenis obat dengan syarat barang yang hendak dipesannya tersedia di PBF yang sama, dan pemesanannya dapat dilakukan ke PBF yang menyediakan obat tersebut. Pengadaan CITO yaitu pengadaan yang terjadi karena barang kosong dalam jumlah besar di apotek sedangkan apotek membutuhkan obat tersebut dengan segera maka Apotek Kimia Farma 355 menghubungi BM (Business Manager) untuk melakukan pemesanan barang dengan segera dan selanjutnya BM akan menghubungi distributor untuk mengirim barang yang dibutuhkan ke apotek dengan segera. Konsinyasi yaitu suatu bentuk kerjasama antara Apotek Kimia Farma 355 Bandung dengan suatu perusahaan atau distributor yang ingin menitipkan produknya di Apotek. Konsinyasi dilakukan dengan ketentuan produk dari perusahaan tersebut dititipkan di Apotek Kimia Farma 355 Bandung untuk dijual, dengan persetujuan BM. Kemudian

setiap bulan dilakukan pengecekan dari pihak perusahaan tersebut untuk mengetahui jumlah dari produknya yang terjual. Adapun pembayaran dilakukan oleh BM dengan cara petugas membawa catatan bukti penjualan. c. Penerimaan Barang yang diterima dapat berasal dari BM atau PBF. Saat menerima barang, petugas apotek memeriksa nama apotek yang dituju dan kesesuaian faktur dengan fisik barang diantaranya nama, jenis, kadar obat, jumlah, tanggal kadaluarsa dan kondisi barang. Jika barang yang dikirim telah sesuai, selanjutnya apotek memberikan tanda tangan penerima dan cap apotek. Namun jika barang yang dikirim tidak sesuai, maka barang dapat di retur. Kemudian barang disimpan pada tempat yang sesuai. Barang yang disimpan dicatat dalam kartu stok masingmasing berupa tanggal masuk, asal barang, nama, jumlah, tanggal kadaluarsa dan paraf petugas. d. Penyimpanan Sistem penyimpanan barang di Apotek KF 355 disusun berdasarkan bentuk sediaan, stabilitas, kondisi, merek, harga, generik dan paten, farmakologi dan alfabetis. Penyimpanan narkotik sudah sesuai dengan undang-undang yaitu diletakkan terpisah. Lemari penyimpanan terbuat dari kayu dan memiliki kunci ganda. Demikian juga untuk obat psikotropik disimpan terpisah dari obat lain. Untuk barang-barang OTC (Over The Counter) di swalayan farmasi disusun berdasarkan kategori dan sub kategori, grup, kegunaan/farmakologi dan alfabetis agar memudahkan konsumen dalam mencari obat yang diinginkan dan menimbulkan rasa ingin tahu bagi setiap konsumen yang datang. Setiap barang ethical yang masuk maupun yang keluar harus tertulis di dalam kartu stok.

e. Pendistribusian Sistem pendistribusian barang dilakukan secara FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). FIFO adalah sistem dimana produk yang dijual terlebih dahulu merupakan barang yang paling awal datang sedangkan FEFO adalah sistem barang dimana barang yang keluar terlebih dahulu adalah barang yang lebih dekat dengan tanggal kadaluarsanya. Tujuannya yaitu untuk mencegah adanya produk yang kadaluarsa sebelum dijual. Pengeluaran produk dapat berupa penjualan tunai maupun kredit. Penjualan tunai terdiri dari pelayanan berdasarkan resep dokter, dan pelayanan non resep, yang terdiri dari pelayanan obat bebas, pelayanan swamedikasi atau upaya pengobatan diri sendiri (UPDS), serta pelayanan alat kesehatan. Pelayanan obat tanpa resep dokter dilakukan atas permintaan langsung dari pasien. Obat-obat yang dapat dilayani tanpa resep dokter meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras yang termasuk daftar obat wajib apotek (DOWA), obat tradisional, kosmetik serta alat kesehatan. Penjualan kredit meliputi pelayanan resep kredit yang diberikan kepada instansi atau badan usaha yang telah mempunyai ikatan kerjasama (IKS) dengan Apotek KF 355. Instansi yang bekerjasama dengan Apotek KF 355 Bandung diantaranya PLN, UK Maranatha, dan lain sebagainya. Salah satu keuntungan dari adanya IKS yaitu apotek mendapatkan pelanggan yang tetap dari pegawai instansi, yang diarahkan ke Apotek KF 355 bila sedang membutuhkan pelayanan farmasi. f. Pengendalian Pengendalian obat di apotek bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, serta terjadinya kehilangan. Pengendalian obat di Apotek Kimia Farma 355 yang dilakukan meliputi uji petik, laporan stock opname, dan catatan penolakan resep.

Stock opname merupakan pemeriksaan terhadap persediaan barang yang bertujuan untuk mengetahui modal yang berbentuk barang, mengetahui adanya barang yang hilang, rusak dan sudah kadaluarsa, dan mengetahui barang yang kurang laku atau tidak laku. Sedangkan uji petik dilakukan untuk menyesuaikan antara jumlah fisik barang yang ada di apotek dengan yang ada di form, juga untuk mengetahui expire date obat serta kerusakan obat, uji petik dilakukan setiap hari. Pengendalian terhadap barang di Apotek Kimia Farma 355 yang rusak serta kadaluarsa dapat dilihat pada saat penerimaan barang dari BM maupun PBF dengan cara melihat kondisi fisik barang serta tanggal kadaluwarsanya, pengendalian untuk kehilangan barang dapat dilihat dari kegiatan stok opname dengan mencocokkan dan menghitung jumlah persediaan yang tersisa secara manual dengan bantuan kartu stok dan di cocokkan dengan data di komputer. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan. Untuk resep obat dengan obat narkotika, dan psikotropika pada saat pengambilan obat ditulis di kartu stok jumlah pengeluarannya dengan menuliskan nomor resep yang tertera. g. Pemusnahan

Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan menggunakan Formulir 1.

Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2. h. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan untuk mempermudah pengawasan terhadap persediaan obat, setiap obat memiliki kartu stok yang berguna untuk mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran obat. Sistem pelaporan di Kimia Farma, terdiri dari sistem pelaporan Eksternal dan internal. Untuk sistem pelaporan eksternal terdiri dari : pelaporan narkotika. Untuk pelaporan penggunaan obat narkotika dan psikotopika di Apotek Kimia Farma 355, pertama adalah mencatat setiap penggunaan obat narkotika dan

psikotropika

di

buku

catatan

penggunaan

narkotika

dan

psikotropika, selanjutnya direkap dan kemudian dilaporkan. Di Apotek Kimia Farma 355 membuat laporan penggunaan narkotika dan psikotropika berdasarkan nama bahan sediaan, stok awal, stok akhir, jumlah penerimaan dan pengeluaran. Pelaporan penggunaan obat psikotropika dilakukan setiap bulan menggunakan Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) secara online. Dan selanjutnya di print untuk dilampirkan di surat penggunaan obat narkotika dan psikotropika yang kakan dikirim ke Balai Besar POM. Sedangkan untuk pelaporan internal di Apotek Kimia Farma 355, pelaporan keuangan di apotek yaitu bukti setoran kas dimaksudkan untuk melihat total yang diperoleh apotek dalam penjualan satu hari, yang terdiri dari penjualan tunai maupun kredit dan keeseokkan harinya jumlah setoran kemudian di setorkan ke bank ke rekening Kimia Farma. Biasanya menggunakan LIPH (Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian). Laporan ikhtisar penerimaan harian ini sendiri merupakan rincian penjualan selama satu hari, LIPH (laporan ikhtisar penerimaan harian) dibuat untuk mengetahui pendapatan dan penjualan

barang apa saja pada hari tersebut. Penjualan tersebut berasal dari penjualan obat dengan resep dokter dan tanpa resep dokter, atau dari penjualan secara tunai. 3.4.2 Pelayanan farmasi klinik di Apotek Kimia Farma 355

a. Pengkajian resep Tujuan dari pengkajian resep adalah untuk menjamin ketepatan dan keamanan serta memaksimalkan tujuan terapi dari pasien. b. Dispensing Dalam melakukan kegiatan dispensing, Kimia Farma memiliki alur secara

garis

besar

sebagai

berikut

:

penyiapan,

pengerjaan

(compounding), pelabelan atau pemberian etiket, dan pengecekan kembali kesesuaian obat dengan yang diresepkan oleh dokter. c. Pelayanan Informasi Obat (PIO) Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Pelayanan Informasi Obat yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 355 meliputi : Nama obat, kekuatan sediaan, bentuk sediaan, aturan pakai, pemberian label untuk obat dengan instruksi khusus, rute dan metoda pemberian, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping yang mungkin ditimbulkan, cara penyimpanan dan ketersediaan dan harga. d. Konseling Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga

untuk

meningkatkan

pengetahuan,

pemahaman,

kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.

BAB IV TUGAS KHUSUS PETA PASAR KIMIA FARMA 355 4.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi, semakin banyak usaha yang berkembang secara modern sepertiapotek. Apotek sekarang ini membuat persaingan dalam bidang usaha menjadi bertambah ketat. Tidak mengherankan apabila jenis usaha ini sangat diminati oleh kalangan pengusaha, maupun para apoteker sendiri karena tidak menanggung biaya produksi. Ditambah dengan berkembangnya berbagai aplikasi yang memberikan kemudahan kepada pasien atau konsumen untuk membeli obat. Konsumen merupakan sumber pendapatan bagi perusahaan dan faktor terpenting yang harus dijadikan perhatian serius, memenuhi kebutuhan pasien dan melengkapi produk yang disediakan di apotek merupakan salah satu strategi penting yang harus dilaksanakan demi kepuasan pelanggan. Konsumen akan kembali membeli jika pelayanannya baik dan produk yang mereka cari juga tersedia. Pelayan yang baik adalah perlu seperti keramah-tamahan, harga murah, tata ruang yang tidak terlalu sempit dan tidak terlalu luas dan lainnya. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perushaan agar dapat sukses dalam persaingan

adalah

berusaha

mencapai

tujuan

untuk

menciptakan

dan

mempertahankan pelanggan. Agar tujuan tersebut tercapai, maka setiap perusahaan harus berupaya menghasilkan dan menyampaikan barang dan jasa yang diinginkan konsumen dengan harga yang pantas (reasonable). Dengan demikian,setiap perusahaan harus mampu memahami perilaku konsumen pada pasar sasarannya. Karena kelangsungan hidup perusahaan tersebut sebagai organisasi yang berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada perilaku konsumennya. Melalui pemahaman perilaku konsumen, pihak manajemen perusahaan dapat menyusun strategi dan program yang tepat dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada dan mengungguli para pesaingannya.

Perilaku konsumen sendiri merupakan tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh,menggunakan dan menentukan produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut.(11) 4.2 Tinjauan Pustaka Menurut PP nomor 51 tahun 2009, Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Apoteker termasuk dalam tenaga kefarmasian yang bertugas untuk melakukan pekerjaan kefarmasian. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Apotek juga merupaan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayan kesehatan Rumah Sakit dan terorientasi kepada pelayanan pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian.(12) Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional yang harus dilakukan oleh apoteker. Jadi semestinya masyarakat yang datang ke apotek ditemui oleh apoteker, konsultasi tentang masalah obat yang mereka konsumsi, diberi alternatif solusi dan diakhiri dengan membayar jasa pelayanan. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di apotek meliputi sarana yang memiliki fungsi: 1.

Ruang penerimaan resep

2.

Ruang pelayanan resep dan peracikan

3.

Ruang penyerahan obat

4.

Ruang konseling

5.

Ruang penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai

6.

Ruang arsip

Menurut Permenkes nomor 35 tahun 2014, peran apoteker dalam melakukan pelayanan kefarmasian adalah: 1.

Pemberi pelayan

2.

Pengambil keputusan

3.

Komunikator

4.

Pemimpin

5.

Pengelola

6.

Pembelajar seumur hidup

7.

Peneliti

8.

Enterpreneur

Apoteker adalah seorang enterpreaneur, maka dari itu juga, sorang apoteker harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan suatu usaha seperti apotek. Apoteker harus mampu melihat situasi suatu usaha, tempat dilakukannya usaha, keuntungan dan kerugian yang akan dialami saat akan emulai suatu usaha baru. Penting bagi apoteker untuk melakukan suatu analisis pasar terlebih dahulu.(12) 4.2.1 Pasar Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keingainan tertentu serta mau dan mampu dalam melakukan pertukaran untuk memenuhi kebutuhan atau keninginan. Ukuran suatu pasar tergantung pada jumlah pembeli yang berada dalam pasar tersebut. Pembei potensial memiliki tiga karakteristik pokok, yaitu mempunyai minat, penghasilan dan akses. Lima level pasar yaitu: 1.

Pasar potensial(potential market), yaitu sekumpulan konsumen yang

memiliki tingkat minat tertentu terhadap penawaran pasar tertentu. 2.

Pasar yang tersedia (available market) , yaitu sekumpulan konsumen yang

memiliki minat, penghasilan dan akses pada penawaran pasar tertentu. 3.

Pasar tersedia yang memenuhi syarat (qualified available market), yaitu

sekumpulan konsumen yang memiliki minat, penghasilan, akses, dan kualifikasi untuk penawaran pasar tertentu. 4.

Pasar yang dilayani (served market atau target market), yaitu sebagian

dari qualified available market yang ingin dimasuki perusahaan.

5.

Pasar penetrasi (penetration market), yaitu sekumpulan konsumen yang

benar-benar telah membeli produk.(1) 4.2.2

Analisis pasar

Pasar hendaknya ditentukan agar konsumen dan pesaing dapat dianalisis secara tepat. Menurut Kotler (2000), syarat adanya pasar adalah harus terdapat orangorang dengan kebutuhan dan keinginan tertentu dan satu atau lebih produk yang dapat memuaskan kebutuhan ini. Selain itu, para pembeli juga mau dan mampu membeli produk yang memuaskan kebutuhan keinginan mereka. Pasar produk merupakan produk khusus yang dapat memuaskan sejumlah kebutuhan dan keinginan manusia yang mau dan mampu membelinya (Cravens, 2000). Istilah produk menunjukkan produk fisik atau jasa pelayanan. Defenisi ini memadukan manusia atau organisasi dengan kebutuhan dan keinginan yang hampir sama terhadap suatu kategori produk yang dapat memuaskan keinginan tersebut.

4.2.3

Analisa persaingan

Persaingan antar merk dapat terjadi pada semua struktur pasar produk. Biasanya perusahaan tidakbersaing langsung dengan semua perusahaan dalam industri. Karenanya harus dilakukan identifikasi perusahaan mana yang merupakan pesaing utama. Pengevaluasian strategi, kekuatan, kelemahan dan rencana para pesaing juga merupakan aspek kunci analisa situasi. Evaluasi ini penting untuk identifikasi pesaing yang sudah ada dan potensial. Hanya beberapa perusahaan dalam industrinya yang menyimpulkan para pesaing utama. Cravens (2000) menyatakan bahwa analisa pesaing meliputi pendefenisian arena persaingan, penganalisisan group strategis, pengambaran dan pengevaluasian tiap pesaing utama. Analisis tersebut harus menunjukan kekuatan dan kelemahan pesaing.(13) 4.3 Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial antar individu atau kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang memiliki nilai antar satu individu dengan yang lain. Besarnya pasar tergantung dari jumlah orang yang memiliki kebutuhan, mempunyai sumber daya yang diminati orang lain, dan mau menawarkan sumber daya itu untuk ditukar supaya dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Ada pasar keinginan pasar produk, pasar demografis, dan pasar geografis. Dalam konsep pemasaran tersebut terdapat 3 faktor dasar, yaitu: 1.

Seluruh perencanaan dan kegiatan perusahaan harus berorientasi pada

konsumen/pasar. 2.

Volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan perusahaan,

dan bukannya volume untuk kepentingan pribadi 3.

Seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dikoordinaskan dan

diintegrasikan secara organisatoris 4.4Konsumen Penting bagi pengusaha untuk mengetahui perilaku konsumen, karena konsumen sumber keuntungan bagi pengusaha seperti apotek. Konsumen berkaitan erat dengan pasar, dimana perilaku dari setiap konsumen tersebut berbeda-beda, oleh sebab itu pemasar harus dapat memahami perilaku konsumen agar strategi pemasaran yang akan dijalankan dapat berjalan dengan efektif. Perilaku pembelian seseorang adalah hal saling berpengaruh mempengaruhi dari semua faktor-faktor kultural, sosial, pribadi, dan psikologi yang kompleks. Banyak dari faktor tersebut tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, akan tetapi faktor-faktor itu berguna untuk mengidentifikasikan dan memahami konsumen tertentu. Variabel yang terdapat dalam marketing mix antara lain: 1.

Produk: Dalam pengelolaan produk termasuk pula perencanaan dan

pengembangan produk jasa yang baik untuk dipasarkan oleh perusahaan. 2.

Harga: Dalam kebijakan manajemen harus menentukan harga dasar dari

produknya kemudian menentukan kebijakan menyangkut potongan harga, pembayaran ongkos kirim, dan lain-lainnya yang berhubungan dengan harga. 3.

Distribusi: memilih perantara yang aan digunakan dalm suatu distribusi,

serta mengmbangkan distribusi yang secara fisik menangani dan menyangkut produk, agar produk dapat mencapai pasar tepat waktu. 4.

Promosi: dipakai untuk memberitahu dan mempengaruhi pasar terhadap

produk perusahaan yang termasuk dalam promosi adalah periklanan, personal selling, promosi penjualan dan publisitas.(1)

4.5 Strategi meningkatkan omzet Menurut Porter, jika perusahaan atau suatu saha ingin meningkatkan usahanya dalam persaingan yang semakin ketat, perusahaan harus memilih prinsip berbisnis, yaitu produk dengan harga yang tinggi atau produk dengan biaya rendah, bukan keduanya. Berdasarkan prinsip tersebut, Porter menyatakan ada 3 prinsip

generik

strategi,

yaitu:

Strategi

diferensiasi

(differentiation),

Kepemimpinan biaya menyeluruh (overall cost leadership) dan fokus.(14)

4.5 Strategi Bersaing Menurut Kotler dan Amstrong (2001;230) terdapat lima tujuan pelaksanaan strategi bersaing yaitu: 1.

Membentuk positioning yang tepat

Perusahaan berusaha untuk menunjukkan suatu image atau citra tersendiri menganai perusahaan kepada pelanggan atau pasar sasaran. 2.

Mempertahankan pelanggan yang setia

Pelanggan yang setia bagaikan kekayaan untuk masa depan, yang jika dikelola dengan baik akan memberikan aliran pemasukan seumur hidup yang baik kepada perusahaan. 3.

Mendapatkan pangsa pasar yang baru

Perusahaan berusaha untuk mendapatkan dan memperhias pangsa pasar dengan menggunakan strategi bersaing mereka masing-masing untuk meraih pasar seluasluasnya. 4.

Memaksimalkan penjualan

Proses untuk memaksimalkan laba atau keuntungan tergantung dari efektivitas strategi bersaingnya, selain itu juga tergantung pada seluruh sistem yang ada dalam perusahaan serta unit-unit fungsional lainnya. 5.

Menciptakan kinerja bisnis yang efektif, agar bisnis mereka dapat dikelola

secara strategis, yaitu dengan mendefinisikan: kelompok pelanggan yang akan dipenuhi, serta teknologi yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut Jenis-jenis persaingan berdasarkan tingkat substitusi produk: 1.

Persaingan

Merk:

Perusahaan

dapat

melihat

pesaingnya

sebagai

perusahaan lain yang menawarkan produk dan jasa yang sama atau sejenis kepada pelanggan yang sama dengan kisaran harga yang sama pula. 2.

Persaingan Industri: Perusahaan dapat melihat pesaingnya lebih luas lagi,

yaitu perusahaan menganggap pesaing utamanya sebagai semua perusahaan yang membuat produk atau jenis produk yang sama. 3.

Persaingan Bentuk: Perusahaan dapat melihat pesaingnya dengan lebih

luas lagi yaitu semua perusahaan yang menghasilkan produk yang memberikan manfaat yang sama. 4.

Persaingan Umum: Perusahaan dapat memandang pesaing utamanya

dalam arti lebih luas lagi yaitu semua perusahaan yang bersaing untuk konsumsi rupiah yang sama. Proses Perencanaan Strategi adalah analisa situasi dengan maksud untuk menghimpun unsur-unsur yang termasuk ke dalam kelompok pengenalan situasi, yaitu: 1.

Harapan Masyarakat adalah harapan pemegang saham, pelanggan,

pemasok, kreditur dan komunitas. 2.

Harapan Perusahaan adalah harapan manajemen puncak, manajemen lain

serta karyawan. 3.

Data dasar merupakan prestasi masa lalu dan situasi saat ini serta

peramalan. 4.

Analisis SWOT merupakan perpaduan antara kekuatan dan kelemahan

perusahaan. Serta peluang dan ancaman lingkungan.(15)

2. DATA N O

1

DATA SARANA KESEHATAN

Klinik Revital

PERKIRAAN JUMLAH PASIEN HARI

5

BULAN

JUMLAH DOKTER PRAKTEK UMUM

1

SPESIALIS

1

JARAK DARI KIMIA FARMA TERDEKAT

300 M

JENIS PELAYANAN

1. perawatan kecantikan wajah, kulit dan rambut 2. slim care

2

Klinik Duta Kartini

35

2

5

50 M

1. apotek 2. praktek dokter 3. lactalea 4. laboratorium 5. EKG 6, Home Care service 7. Medical check up 8. Rontgen

3

Praktek Dokter Gigi

15

-

3

500 M

1. konservasi gigi 2. ortodontik

4

Klinik Lineation

20

3

1

200 M

1. klinik utama 2. apotek (praktek apoteker) 3. fisioterapi

5

K24

40

7

2

1000 M

1. Praktek dokter 2. Praktek apoteker 3. Pasien BPJS 4. Psikolog

JAM OPERASION AL

senin- kamis pagi : 09.0017.00 senin- jumat : 07.00-20.00 sabtu : sesuai janji

senin-jumat: 09.00-20.00

senin-minggu: 11.00-16.00

Senin-Jumat : 07.00-20.00 Sabtu : 15.0020.00 atau sesuai janji

3. HASIL PENGOLAHAN DATA

5

6

Resep 7 8

7

1

2

Apotek Kimia 15 22 15 9 10 Farma 355 Apotek K-24 18 17 20 21 18

6

3

Klinik Duta Kartini

10 7

13 16 13

4

Klinik Lineation

2

5

3

1

5

Praktek dokter gigi

7

11

9

6

Klinik Revital

8

12 13 16

1

Fasilitas Kesehatan

1

2

3

10 11 12 13

14

Rata-rata Serapan

16 12

8

10 17 11

18

13

12

8

16

5

8

10

8

16

13

8

6

11

9

17 20 15

4

2

11

2

1

5

1

2

6

7

2

2

3

12 10

4

7

14 13 11 18 19

6

3

10

9

10

3

2

9

8

4

7

9

4

1

1

6

15

Grafik Lembar Resep Masuk ke KF 355 14 12 10

Jumlah Resep

No

8 6

4 2 0 Apotek Kimia Farma 355

Apotek K-24

Klinik Duta Klinik Lineation Praktek dokter Klinik Revital Kartini gigi

No

10 11 12 13

14

Rata-rata pasien

48

53

2

Apotek Kimia 39 40 71 60 41 47 49 50 42 76 81 47 51 Farma 355 Apotek K-24 49 58 80 77 51 59 63 61 58 77 79 50 55

57

62

3

Klinik Duta Kartini

35 36 41 51 44 40 43 33 31 36 50 43 34

41

39

4

Klinik Lineation

40 33 31 35 24 45 41 36 38 34 32 31 34

33

34

5

Praktek dokter gigi

34 41 35 36 34 32 31 29 28 34 33 32 32

31

33

6

Klinik Revital

37 38 41 34 33 38 39 40 42 44 40 37 36

34

38

1

Fasilitas Kesehatan

1

2

3

4

5

6

Pasien 7 8

9

Rata-rata pasien 70 60 50 40 30 20 10 0 Apotek Kimia Farma 355

Apotek K-24

1

2

Klinik Duta Kartini Klinik Lineation 3

4

Praktek dokter gigi

Klinik Revital

5

6

Perbandingan pasien dan resep

No

Fasilitas Kesehatan

Pasien

Resep

1. Apotek Kimia Farma 355

53

13

2. Apotek K-24

62

13

3. Klinik Duta Kartini

39

11

4. Klinik Lineation

34

3

5. Praktek dokter gigi

33

10

6. Klinik Revital

38

8

Perbandingan pasien dan resep 70 60

50 40 30 20 10 0 Apotek Kimia Farma 355

Apotek K-24

Klinik Duta Kartini Klinik Lineation Pasien

Resep

Praktek dokter gigi

Klinik Revital

4.PEMBAHASAN Seperti data diatas, Kimia Farma 355 memiliki pemasukan resep yang sama dengan apotek kompetitor seperti K24 dengan memperoleh serapan sebesar 13 resep/14 hari. Hal ini dapat dibuktikan dari segi kelengkapan barang seperti obat-obatan yang lengkap, sehingga kebutuhan pasien terpenuhi. Harga yang terjangkau membuat pasien atau pelanggan K24 memilih untuk menebus resep di apotek tersebut, ditambah lagi dengan pelayanan khusus disediakan meja apoteker untuk konsultasi gratis tanpa batasan waktu walaupun pasien datang ke apotek tersebut tidak untuk membeli obat. Kelebihan apotek K24 adalah memiliki waktu pelayanan yang cepat, berbeda dengan apotek KF 355 yang terkadang kekurangan SDM untuk melayani pelanggan. Sehingga, dalam hal ini diperlukan pembenahan dalam hal jumlah SDM di KF 355 untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan waktu yang efektif dan sebijak mungkin. Namun, diapotek K24 memiliki kekurangan seperti lahan parkir yang hanya cukup untuk beberapa motor saja, sehingga pelanggan yang datang menggunakan mobil kesulitan untuk menyimpan kendaraannya dengan nyaman dan terkadang menimbulkan kemacetan. Pelayanan yang menonjol dalam KF 355 adalah sistem delivery service bagi pasien atau pelanggan yang tidak bisa datang namun membutuhkan obat atau personal care. Kemudian disediakan pemesanan obat untuk pasien yang ingin membeli obat tetapi kesulitan untuk mendapatkannya, di apotek KF 355 dapat dipesankan dan kemudian akan dikonfirmasi mengenai waktu kedatangan obat dan harga. Dua hal ini, membuat pelanggan tertarik untuk datang kembali ke apotek 355. Kemudian adanya strategi tangible seperti greeting merupakan cara untuk menarik minat dengan menonjolkan keramahan kepada pelanggan sehingga pelanggan merasa nyaman dan kembali datang ke apotek dengan rasa senang. Fasilitas kesehatan seperti klinik utama, seringkali banyak didatangi pasien untuk berobat karena lebih cepat dan efektif daripada ke Rumah Sakit. Salah satunya seperti klinik duta kartini memiliki apotek tersendiri di dalamnya, tidak jarang banyak pasien menebus obat di apotek tersebut dan memiliki serapan sebesar 11 resep/14 hari. Kemudian klinik revital memiliki serapan 8 resep/14 hari, dan klinik lineation sebesar 3 resep/14 hari. Untuk klinik revital dan klinik lineation merupakan klinik kecantikan yang jarang sekali mengeluarkan resep, melainkan lebih ke perawatan diri dan konsultasi secara langsung dengan dokter spesialis kecantikan. Sebagai strategi dalam peningkatan pelayanan kesehatan, KF 355 dapat memberikan layanan seperti pemeriksaan kesehatan (medical check up), konsultasi dan pemeliharaan kesehatan dan kecantikan.Dapat juga membangun

kerjasama antar klinik untuk meningkatan pelayanan kesehatan bersama Adapula strategi lain dengan cara mengikuti analisis SWOT, seperti :

Strength / kekuatan : Kimia Farma merupakan perusahaan yang mengeluarkan produk-produk kesehatan untuk masyarakat. Banyak produk-produk kimia farma yang menjadi inovator dengan mengembangkan obat-obatan serta rumusan kimia baru baik dengan kemampuan sendiri ataupun melalui aliansi strategis dengan mitra internasional. Serta banyak menghasilkan produk-produk baru yang berbasis teknologi tinggi. Obat generik merupakan salah satu produk farmasi yang kompetitif karena memiliki keunggulan harga lebih murah 2 – 8 kali harga obat paten/merek dagang pertamanya dan memiliki kualitas yang sama dengan obat merek dagang pertamanya. Kebijakan memasarkan obat generik yang dilakukan oleh perusahaan juga sejalan dengan meningkatnya jumlah permintaan konsumen akan obat secara keseluruhan, dan potensi pasar bisnis industri farmasi di Indonesia masih belum terpenuhi. Hal tersebut menjadi peluang bisnis yang kompetitif bagi industri farmasi yang ada di Indonesia termasuk PT. Kimia Farma Tbk. untuk lebih mengembangkan obat generik sehingga mampu memiliki daya saing strategis dan dapat meningkatkan omzet perusahaan. Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan oleh PT. Kimia Farma Tbk. dalam menghadapi persaingan bisnis obat generik meliputi ; pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap kualitas obat generik, faktor peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, merupakan keseluruhan faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam memasarkan obat generik. Weakness / kelemahan : Atribut kemasan dan variasi (keragaman) obat generik memiliki penilaian yang negatif, sehingga pihak manajemen perusahaan perlu menetapkan upaya untuk lebih meningkatkan kemasan produk agar lebih menarik perhatian dan meyakinkan konsumen serta menambah varian-varian baru agar konsumen memiliki pilihan alternatif dalam mengkonsumsi obat generik.

Opportunity / peluang : 1. Banyaknya penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi obat menyebabkan pasar potensial yang bisa dikembangkan (mengembangkan potensi obat generik dengan kemasan yang menarik). 2. Kecenderungan berkembangnya Sistem Penanganan Kesehatan yang wajar yang dapat menyalurkan tenaga dokter termasuk dokter spesialis yang dibutuhkan, seperti dokter spesialis kecantikan. Threat / ancaman : 1. Adanya kompetisi internal yang cukup keras, terutama terjadi di jalur pemasaran.Lebih spesifik lagi, di produk-produk farmasi yang berada di kategori yang sama. 2. Adanya krisis ekonomi telah membuat daya beli obat rakyat Indonesia menurun sehingga mengancam kelangsungan hidup industri farmasi nasional terutama untuk pasar lokal. 3. Legal sistem belum dapat menanggulangi obat palsu secara efektif sehingga harga obat menjadi lebih sulit dikontrol. 4. Semakin luasnya pasar yang ingin dicapai, yaitu menembus pasar internasional akan semakin meningkat pula pesaing-pesaing bisnis farmasi.

5.KESIMPULAN 1. Melakukan pengembangan fasilitas di Kimia Farma 355 agar pasien lebih tertarik untuk membeli obat ke KF 355 daripada ke apotek kompetitor, seperti ruang konsultasi apoteker, dan kursi ruang tunggu. 2. Melakukan kerja sama dengan klinik terdekat didaerah sekitar KF 355 agar setiap obat yang biasa diresepkan kepada pasien bisa disiapkan di KF 355, kelengkapan obat bisa menjadi salah satu faktor kesetiaan pelanggan untuk datang kembali ke KF 355 3. Melakukan kerja sama dengan praktek dokter di sekitar KF 355 agar obat yang dibutuhkan oleh praktek dokter tersebut bisa disediakan oleh KF 355.

DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Departemen Kesehatan Republil Indonesia. Jakarta: 2009. 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Departemen Kesehatan Republil Indonesia. Jakarta: 2009. 3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: 2016. 4. Departemen Kesehatan RI. Keputusan Kementrian Kesehatan RI No.1332/Menkes/Sk/X/2002, tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 992/Menkes/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek. Jakarta:2009. 5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2017 tentang Apotek. Jakarta. 6. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta : 2011. 7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. 8. PT. Kimia Farma, Tbk. http://www.kimiafarma.co.id

Profil

Kimia

Farma.

Tersedia

dalam

9. Supranto, J. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Meningkatkan Pangsa Pasar. Rineka Cipta. Jakarta: 2006. 10. Kotler, P. Marketing Management “Analysis, Planning, Implementation and Control”. 9th edition. New Jersey: Prentice Hall Internasional, Inc. 1997. 11. Irawan, H. Indonesian Customer Stasfaction-Frontier Marketing and Reserch Consultan. Elex Media Komputindo : Jakarta. 2003. 12. Alim H. Nur. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Membeli Obat Di Apotik. 2008. 13. Belakang AL. No Title. 2013;1–40. 14. Faktor A, Mengetahui U, Strategi E, Too M. Analisis Faktor. :95–120.

15. Ponangsera OT. Pelayanan Melalui Metode ( Studi Empiris pada Pelanggan PT . Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Yogyakarta ). 22(2):1–27. 16. Prawiades; Heriyanto M. Analisis Strategi Bersaing Industri Bisnis Farmasi/Apotek di Kota Pekanbaru. Jom Fisip. 2015;2(2):1–14

Related Documents

Laporan Apotek Lengkap.docx
December 2019 24
Laporan Akhir
August 2019 66
Apotek
December 2019 34
Laporan Akhir
May 2020 42

More Documents from "Dheriz LopeLope DeCha"