Kualitatif Fix.docx

  • Uploaded by: Oktavia Niyenti
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kualitatif Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,413
  • Pages: 25
PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN “Persepsi dan Perilaku Merokok pada Mahasiswa di Kota Pekanbaru”

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3 A.2016.2 Ipudaniati Simanjuntak (1611123294) Endah Rizki Ayunita

(1611123423)

Oktavia

(1611123438)

Dosen Pembimbing :Ns. Arneliwati, M.Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU 2019

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok adalah hal yang dianggap biasa pada era globalisasi seperti sekarang ini. Masamasa perubahan yang memiliki kesamaan dan kesempatan yang sama baik di Negara berkembang maupun negara maju. Merokok merupakan kegiatan yang sering kita jumpai di masyarakat, tidak hanya masyarakat di Indonesia tetapi juga masyarakat di dunia (Aliansi Pengendalian Tembakau Indonesia,2013). Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia yang belum menandatangani FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) atau traktat pengendalian rokok. Oleh karena itu, kebijakan dan aturan tentang merokok sangat minimal di Indonesia (Prawitasari, 2012). Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun tembakau yang telah dicacah (Jaya,2009). Kandungan dalam rokok terdapat 4000 zat kimia seperti nikotin yang bersifat kasinogenik yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit yaitu gangguan pencernaan, gangguan kehamilan dan janin, bronchitis, kanker dan akan memacu kerja dari susunan sistem saraf pusat dan susunan saraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat (Bensley,2009). Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) tahun 2011 terdapat 3,8 miliar perokok dunia. Sedangkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia jumlah perokok dari waktu ke waktu semakin meningkat, pada kelompok umur 15 tahun keatas yang merokok setiap hari pada 5 provinsi di Indonesia yang tertinggi ditemukan di provinsi Kalimantan Tengah (36,0%), Kepulaan Riau (33,4%), Sumatra Barat (33,1%), Nusa Tenggara Timur dan Bengkulu (33%), sedangkan 5 provinsi dengan perokok terendah dijumpai di provinsi Sulawesi Tengah (22%), DKI Jakarta (23,9%), Jawa Timur (25,1%), Bali (25,1%), dan Jawa Tengah (25,3%) (Riskesdas,2010). Prevalensi perokok pada masyarakat Indonesia pada umur 20-24 tahun perokok setiap hari sebanyak 27,2% dan perokok kadang-kadang 6,9%, pada 25-29 tahun perokok setiap hari 29,8%, perokok kadang-kadang 5,0% ini terjadi tidak hanya pada kalangan dewasa saja namun sudah merambat pada kalangan remaja. Prevalensi pada kalangan remaja umur 10-14 tahun perokok setiap hari 0,5%, perokok kadang-kadang 0,9%, laki-laki 47,5% perokok setiap hari

perokok kadang-kadang 9,2% sedangkan perokok setiap hari pada perempuan 1,1% dan perokok kadang-kadang 0,1% (Riskesdas,2013). Setiap orang dalam kehidupannya pernah mengalami suatu peristiwa atau permasalahan yang mengakibatkan stres. Berbagai sumber mengatakan mahasiswa yang mengalami stres seperti masalah akademik, prestasi akademik yang rendah, kegagalam dalam menyelesaikan tugas, tuntutan orang tua agar cepat menyelesaikan study nya, dan masalah kesehatan. Beban stres yang dirasa terlalu berat dapat memicu gangguan memori konsentrasi, penurunan kemampuan penyelesaikan masalah dan kemampuan akademik, sehingga mahasiswa percaya bahwa rokok memiliki fungsi sebagai penenang saat mereka cemas dan stres (Sunaryo,2011). Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan, tidak hanya bagi individu yang merokok tetapi juga pada orang-orang disekitar perokok, salah satu penyebab perilaku merokok yaitu karena faktor stres, peningkatan jumlah stres akademik akan menurunkan kemampuan akademik yang berpengaruh terhadap indeks prestasi, beban stres yang dirasa berat dapat memicu seseorang untuk merokok. Kerugian yang terjadi bisa dari sisi kesehatan dan ekonomi (Bensley,2009). Berdasarkan data yang telah disajikan diatas, dapat diketahui bahwa jumlah prevalensi merokok di Indonesia tergolong tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai survey dan penelitian yang telah dilakukan di wilayah Pekanbaru dan didapatkan hasil mahasiswa yang merokok cukup banyak, hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti kurangnya pengetahuan, sikap dan tingkat stres yang dialami mahasiswa. Fenomena merokok dikalangan mahasiswa sudah tidak bisa ditutup-tutupi lagi.Mereka terkesan cuek dengan kebiasaan ini yang umumnya masih dipandang sebelahmata oleh sebagian orang.Berdasarkan fenomena diatas, maka penelitiingin melakukan penelitian yang berjudul, “Persepsi dan Perilaku Merokok pada Mahasiswa.”

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti membuat perumusan masalahyang bertujuan membatasi penelitian agar lebih terarah dan tidak terlalu luas sehinggatetap focuspada permasalahan yang akan di teleti. Rumusan masalah dalampenelitian ini adalah sebagi berikut:

1. Bagaimanakah persepsi merokok pada mahasiswa? 2. Bagaimanakah perilaku merokok pada mahasiswa? 3. Apa yang melatar belakangi mahasiswa merokok?

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui persepsi mahasiswa terhadap merokok. 2. Mengetahui perilaku mahasiswa terhadap merokok. 3. Mengetahuifaktor apa saja yang lebih mendominasi mahasiswa dalam membentuk persepsinya terhadap merokok. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan informasi yang dapat menambah wawasan bagi mahasiswa keperawatan mengenai persepsi dan perilaku mahasiswa terhadap merokok. 2. Bagi Mahasiswa Memberikan sumbangan pemikiran, pengetahuan, gambaran dan informasi mengenai persepsi dan perilaku merokok pada mahasiswa. Dengan demikian diharapkan para mahasiswa dapat memilih perilaku yang sesuai dengan norma, pantas dan sehat untuk dilakukan demi menunjang aktivitasnya sehari-hari. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data, informasi dasar, dan evidence based informasi bagi peneliti selanjutnya mengenai persepsi dan perilaku merokok pada mahasiswa.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Persepsi 1. Pengertian persepsi Menurut pendapat David Krech disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataannya. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi dijelaskan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek,peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci utama memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan sebuah penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi

2. Faktor yang mempengaruhi persepsi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Liliweri dalam bukunya komunikasi serba ada serba makna (2011:155) terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi,yaitu: 1) Fisiologis: a. Visual dan audio b. Fisik c. Umur 2) Kebudayaan: a. Kepercayaan b. Nilai-nilai c. Pemahaman d. Asumsi taken-for-granted 3) Standpoint Theory: a. Komunitas Sosial b. Ras, etnisitas, gender, kelas ekonomi, agama, spiritualitas, umur, orientasi seksual

c. Posisi kekuasaan dalam hierarki sosial 4) Peranan sosial: a. Peranan sosial ketika berkomunikasi dengan kita b. Harapan terhadap kepenuhan peran c. Pilihan karir d. Kemampuan kognitif dan kompleksitas kognitif.

3. Tahap- tahap persepsi Proses presepsi ini dapat terjadi dalam tiga tahapan utama, yaitu : a. Individu memperhatikan dan membuat seleksi. b. Individu mengorganisasikan objek yang ditangkap oleh indera. c. Individu membuat interpretasi. Namun, pada umumnya para pemerhati psikologi komunikasi mengikuti lima tahapan utama, yakni stimulation, organization, interpretation– evaluation, memory, dan recall. Tahap 1 STIMULATION  

Sense Organs Meaningful Stimuli

Tahap 2 STIMULATION   

Organization by rules Schemata Script

Tahap 3 INTERPRETATION & EVALUATION 

PERSEPS I Tahap 6 RECALL

Tahap 5 MEMORY

Based on past experiences, knowledge, ect.

Gambar 1.1 Proses Persepsi Manusia Sumber: Liliweri. 2011:158. Komunikasi : Serba Ada Serba Makna Proses persepsi manusia selalu mengikuti 5 tahapan diatas, yakni :

1. Pada tahap 1, individu menerima stimulus ( rangsangan dari luar), di saat ini sense organs atau indra akan menangkap makna terhadap stimulus (meaningful stimuli). 2. Pada tahap 2, stimulus tadi diorganisasikan berdasarkan tatanan tertentu misalnyaberdasarkan schemata (membuat semacam diagram tentang stimulus) atau dengan script (reflex prilaku). 3. Pada tahap 3, individu membuat interpretasi dan evaluasi terhadap stimulus berdasarkan pengalaman masa lalu atau pengetahuan tentang apa yang dia terima itu. 4. Pada tahap 4, stimulus yang sudah diorganisasikan itu terekam dalam memori. 5. Pada tahap 5, semua rekaman itu dikeluarkan, itulah persepsi. 4. Jenis – Jenis Persepsi Beberapa jenis persepsi menurut Liliweri (2011:160) sebagai berikut: a. Persepsi Diri. Persepsi diri individu (self-perception)merupakan cara seseorang menerima diri sendiri. Persepsi diri berbasis pada self-esteem (apa yang dikagumi)– sejauh mana objek dipersepsi itu bernilai bagi dia, misalnya apa yang dia yakini sebagai sesuatu yang akan memberikan perasaan aman atau mungkin tidak nyaman. Konsep diri atau self- concept itu dibentuk oleh bagaimana individu diterima dalam suatu kelompok tertentu, juga dibentuk berdasarkan pengalaman masa lalu, atau yang berbasis pada self-efficacy (asas manfaat) dari informasi yang diterima. b. Persepsi Lingkungan.. Persepsi lingkungandibentuk berdasarkan konteks dimana informasi itu diterima.Ini menunjukan bahwa persepsi terhadap kata – kata atau informasi yang dibuat atau diucapkan bisa mengalami perubahan makna.Ini berarti bahwa lingkungan di sekeliling kita dapat membentuk penyaring mental bagi persepsi manusia terhadap informasi. c. Persepsi Yang Dipelajari. Persepsi yang dipelajari merupakan persepsi yang terbentuk karena individu mempelajari sesuatu dari lingkungan sekitar, misalnya dari kebudayaan teman – teman dan kebiasaan orang tua. Persepsi yang dipelajari (learned perceptions) berbentuk pikiran, ide, atau gagasan dan keyakinan yang kita pelajari dari orang lain. Jadi, reaksi setiap individu berbasis pada persepsi yang dia telah pelajari, perhatikan bagaimana anak – anak mengikuti perangai dan kepribadian orang tua mereka.

d. Persepsi Fisik. Persepsi fisik dibentuk berdasarkan pada dunia yang serba terukur (the tangible world), misalnya secara fisik kita mendengar dan melihat sesuatu lalu diikuti dengan bagaimana kita memproses apa yang dilihat itu dalam pikiran dan akal. e. Persepsi Budaya. Persepsi budaya berbeda dengan persepsi lingkungan sebab persepsi budaya mempunyai skala yang sangat luas dalam masyarakat, sedangkan persepsi lingkungan menggambarkan skala yang sangat terbatas pada sejumlah orang tertentu. Persepsi budaya sangat bervariasi dari satu desa ke desa lain, dari satu kota ke kota lain, dari satu bangsa ke bangsa lain (Liliweri, 2011:160)

B. Perilaku Merokok 1. Pengertian Perilaku Merokok Perilaku merokok adalah perilaku yang dinilai sangat merugikan dilihat dari berbagai sudut pandang baik bagi diri sendiri maupun orang lain disekitarnya (Aula, 2010). Perilaku merokok merupakan perilaku yang membakar salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu ataubentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotina tabacum, nicotinarustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar,dengan atau tanpa bahan tambahan (Kemenkes, 2013). Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku dalam penelitian ini adalah reaksi individu yang diwujudkan dengan tindakan atau aktivitas terhadap suatu rangsangan tertentu.Dalam hal ini rangsangan tersebut adalah rokok.

2. Penyebab Perilaku Merokok Menurut Hutapea (2013), faktor faktor penyebab merokok dapat di bagi dalam beberapa golongan: a. Faktor genetik Beberapa studi menyebutkan faktor genetik sebagai penentu dalam timbulnya prilaku merokok dan bahwa kecendrungan menderita kanker. Studi menggunakan pasangan kembar untuk membuktikan adanya pengaruh genetik, karena kembar identik walaupun di

besarkan terpisah akan memiliki kebiasaan merokok yang sama bila di bandingkan kembar non identik b. Faktor kepribadian Banyak peneliti mencoba menetapkan tipe kepribadian merokok tetapi studi statistik tidak dapat memberikan pebedaan yang cukup besar antara pribadi yang merokok dan yang tidak merokok. Lebih bermanfaat menggunakan pengamatan dan studi observasi di lapangan c. Faktor sosial Beberapa penelitian telah mengungkapkan adanya pola yang konsisten dalam beberapa faktor sosial penting, ilustrasi lain dari pengaruh sosial ini di tunjukkan oleh perubahan dalam pola merokok di kalangan wanita berusia di atas 40 tahun. Bukan saja jumlah mereka yang semakin banyak tapi mereka merokok lebih berat dan mulai merokok pada usia muda. d. Faktor kejiwaan Dua teori yang paling masuk akal adalah merokok merupakan suatu kegiatan kompensasi dari kehilangan kenikmatan oral yang dini atau adanya suatu rasa rendah diri tak nyata. Ahli lainnya berpendapat bahwa merokok merupakan semacam pemuasan kebutuhann oral yang tidak di penuhi semasa bayi.

3. Tipe-tipe Perokok Menurut WHO (2013), tipe perokok dibagi 3 yaitu: a. Perokok ringan merokok 1-10 batang per hari b. Perokok sedang merokok 11-20 batang per hari c. Perokok berat merokok lebih dari 20 batang per hari

4. Dampak Perilaku Merokok Dikutip dari jurnal online Centers for Disease Control and Preventiontentang Dampak Merokok bagi Kesehatan yang dipublikasikan pada tahun 2015, merokok dapat merusak setiap organ tubuh, menyebabkan berbagai macam penyakit, dan tentunya menurunkan kesehatan tubuh perokok itu sendiri. Menurut Poltekes Depkes Jakarta 1 (2012), beberapa penyakit yang di timbulkan oleh kebiasaan merokok di antaranya:

a. Impotensi Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi. b. Osteoporosis Karbon monoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut oksigen darah perokok sebesar 15%, mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80 % lebih lama untuk penyembuhan. c. Gangguan kehamilan Mmerokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan dapat meningkatkan resiko berat badan lahir rendah. Resiko keguguran pada wanita perokok 23 kali lebh sering karena karbon monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen. d. Jantung koroner Penyakit pembuluh darah perifer (PPDP) yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah atau tangan sering di temukan pada dewasa muda perokok berat, baisanya aka berakhir dengan amputasi. e. Sistem pernafasan Kerugian jagka pendek sistem pernafasan akibar rokok adalah kemampuan rokok untuk mebunuh sel rambut getar (silia) di salur pernafasan, ini adalah awal dari bronkitis, iritasi,batuk. Sedangkan jangka panjang berupa kanker paru, emphycema atau hilangnya elastisitas paru paru dan bronkitis kronis. Adapun dampak rokok bagi kesehatan menurut Tarwoto (2010) adalah sebagai berikut: a. Dampak bagi paru-paru Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru.Pada saluran nafas besar, sel mukosa membesar dan kelenjar mukus bertambah banyak.Pada saluran nafas kecil terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.Akibat perubahan anatomi saluran nafas, akan timbul perubahan pada fungsi paru dengan berbagai macam gejala klinisnya. Hal tersebutlah yangmenjadi dasar utama terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Menahun yang biasa disingkat dengan sebutan PPOM. Dikatakan bahwa merokok merupakan penyebabutama timbulnya PPOM, termasuk enfisema, paru-paru, bronchitis kronis dan asma.

Asap rokok adalah penyebab utama timbulnya kanker paru. Partikel pada asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan dikenal sebagai bahan karsinogen yang berisiko menimbulkan kanker paru. Kemungkinan timbulnya kanker paruparu pada perokok mencapai 10-30 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok. Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir. Didapatkan hubungan yang erat antara kebiasaan merokok dengan kejadian kanker paru-paru terutama pada sigaret (Tarwoto, 2010). b. Dampak terhadap jantung Tarwoto (2010) menyatakan bahwa merokok menjadi faktor utama penyakit jantung dan pembuluh darah. Bukan hanya itu merokok juga dapat berakibat buruk bagi otak dan parifer. Asap pada perokok dibagi menjadi dua bagian yaitu asap utama yang merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok. Sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.

5. Aspek-aspek perilaku merokok. Umumnya setiap individu dapat menggambarkan setiap perilaku menurut tiga aspek. Aspekaspek perilaku menurut Smet dalam (Alawiyah, 2015) adalah sebagai berikut: a. Frekuensi Frekuensi adalah sering tidaknya perilaku muncul. Frekuensi sangatlah bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana perilaku merokok seseorang dengan menghitung jumlah munculnya perilaku merokok sering muncul atau tidak. Dari frekuensi merokok seseorang,dapat diketahui perilaku merokok seseorang yang sebenarnya. b. Lamanya berlangsung Lamanya berlangsung adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Aspek ini sangatlah berpengaruh bagi perilaku merokok seseorang. Dari aspek inilah dapat diketahui perilaku merokok seseorang apakah dalam menghisapnya lama atau tidak. c. Intensitas Intensitas adalah banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku tersebut. Aspek intensitas digunakan untuk mengukur seberapa dalam dan seberapa banyak seseorang

menghisap rokok. Dimensi intensitas merupakan cara yang paling subjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang. Menurut Rasmiyati dalam (Alawiyah, 2015) aspek-aspek perilaku merokok antara lain: 1) Aktivitas individu yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, diukur melalui intensitas merokok, tempat merokok, waktu merokok dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari. 2) Sikap permisif orangtua terhadap perilaku merokok yaitu bagaimana penerimaan keluarga terhadap perilaku merokok 3) Lingkungan teman sebaya, yatu sejauh mana individu mempunyai teman sebaya yang merokok dan memiliki penerimaan positif terhadap perilaku merokok. 4) Kepuasan psikologis, yaitu efek yang diperoleh dari merokok yang berupa keyakinan dan perasaan yang menyenangkan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku merokok. Menurut Alamsyah (2009) ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai kebiasaan merokok. Secara umum dapat dibagi dalam 3 bagian: a. Faktor farmakologis, salah satu zat yang terdapat dalam rokok adalah nikotin yang dapat mempengaruhi perasaan atau kebiasaan b. Faktor sosial, yaitu jumlah teman yang merokok. Faktor psikososial dari merokok yang dirasakan antara lain lebih diterima dalam lingkungan teman dan merasa lebih nyaman. c. Faktor psikologis, yakni merokok dapat dianggap meningkatkan konsentrasi atau hanya sekedar untuk menikmati asap rokok. Disamping itu ada faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku merokok, yaitu adalah pengetahuan tentang rokok, pengaruh iklan dan sarana yang mendukung perilaku merokok.

C. Kerangka Konsep Adapaun yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengetahuan Mahasiswa sebagai kelompok transisi remaja akhir menuju dewasa awal mengalami banyak perubahan. Perubahan tersebut meliputi pola aktivitas sehari-hari termasuk pola

makan dan istirahat, dan pola berfikir/rasionalisasi. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek atau peristiwa tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan merupakan trigger bagi terbentuknya sikap dan kemudian akan menimbulkan kecenderungan terjadi perilaku merokok (Papalia et al., 2010). 2. Sikap Keyakinan individu erat kaitannya dengan sikap individu terhadap perilaku merokok. Sikap ini timbul akibat adanya trigger dari faktor pemodifikasi. Semakin kuat pengaruh faktor pemodifikasi maka semakin kuat sikap akan terbentuk pada individu terhadap perilaku merokok (Papalia et al., 2010). 3. Tingkat Stres Stres dapat diartikan sebagai respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap satu tuntutan beban atau stres juga dapat diartikan gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan. Misalnya bagaimana respon tubuh seseorang manakala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya maka tidak terjadi gangguan fungsi organ, sebaliknya maka akan terjadi gangguan fungsi organ dan orang tersebut dapat dikatakan mengalami stress (Hidayat, 2012). Stres dapat terjadi pada mahasiswa ketika ia harus meninggalkan rumah untuk melanjutkan studi di tempat lain (Santrock, 2011). Pada saat itu terjadi beberapa perubahan pola yang mengharuskan mahasiswa untuk beradaptasi dengan keadaan yang baru. Di saat yang bersamaan, mahasiswa dituntut untuk melakukan tugas dan peran secara mandiri sehingga timbul stress. Koping yang negatif dalam menghadapi stress membuat mahasiswa melakukan aktivitas negatif, diantaranya adalah merokok (Hidayat, 2012). Skema 2.1 Kerangka Konsep Pengetahuan Sikap

Tingkat stres

Persepsi dan prilaku merokok pada mahasiswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab 3 dalam penelitian ini memaparkan desain dan metode penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, etika penelitian, pengumpul data, prosedur pengumpulan data, analisa data, dan validasi data. Metode penelitian ini bertujuan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian. A. Desain dan Metode Penelitian Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa, sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Desain penelitian dipilih untuk mencapai tujuan penelit, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Setiadi, 2013). Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi dan perilaku mahasiswa terhadap merokok. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang pada umumnya menjelaskan dan memberikan pemahaman dan interpretasi tentang berbagai perilaku dan pengalaman manusia dalam berbagai bentuk (Afiyanti & Rachmawati, 2014). Pendekatan fenomenologi ini memudahkan peneliti mengerti apa dan bagaiman suatu pengertian yang dikembangkan oleh subjek pada peristiwa didalam kehidupan sehari-hari.Tahapan metode fenomenologi yaitu memberikan pertanyaan dalam wawancara, melakukan analisa

sesuai interaksi yang

dilakukan, menulis makna dari pengalaman dalam bentuk narasi, menulis narasi sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan (Putra, 2012). Fokus pendekatan fenomenologi adalah memahami keunikan fenomena dunia kehidupan individu, bahwa kehidupan masing-masing individu berbeda-beda, dalam hal ini adalah respon-respon unik dan spesifik yang dialami tiap individu termasuk interaksinya dengan orang lain, untuk selanjutnya mengeksplorasi makna atau arti dari fenomena tersebut (Afiyanti & Rachmawati, 2014).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah Universitas yang ada di Kota Pekanbaru. Pertimbangan peneliti dalam memilih lokasi ini tidak menyebutkan universitas dari

mahasiswa guna menjaga nama baik dari masing masing universitas. Sehingga lokasi penelitian ini bebas dilakukan pada universitas mana saja namun dalam lingkup wilayah pekanbaru. 2. Waktu dan jadwal penelitian Kegiatan penelitian dimulai dari perumusan masalah sampai dengan seminar hasil peneltiian. Proposal peelitian disusun dari bulan Maret sampai dengan Juni 2017 dengan tahapan yaitu izin penelitian, pelaksanaan penelitian, pengolahan data dan seminar hasil. Untuk lebih jelasnya penelitian secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Jadwal kegiatan dan waktu penelitian Kegiatan

Waktu Pelaksanaan Mar Apr Mei Jun Jul 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Perumusan Masalah Penyusunan Proposal Seminar Peoposal Pelaksanaan Penelitian Pengolahan Data Hasil Penelitian Seminar Hasil Penelitian C. Partisipan Penelitian Penelitian kualitatif tidak terdapat istilah populasi karena penelitian kualitatif berasal dari kasus tertentu pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi diberikan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Teknik pengambilan sampel untuk penelitian ini akan menggunakan teknik non-probability sampling. Non-probability sampling adalah teknik pengambilan sampel tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi. Sampel dalam penelitian kualitatif disebut sebagai partisipan, partisipan pada penelitian ini adalah mahasiswa perokok aktif. Ukuran sampel yang diperlukan pada penelitian ini disesuaikan dengan ketercapaian kelengkapan informasi atau dengan kata lain telah tercapai

kejenuhan (saturated) atau tidak terdapat informasi yang baru ditentukan, jumlah sampel penelitian kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologi sebanyak 1-10 orang partisipan (Afiyanti & Rachmawati, 2014). Jumlah partisipan pada penelitian ini sebanyak lima orang mahasiswa perokok aktif. Penelitian ini memiliki kriteria tambahan yang dibuat oleh peneliti dalam memilih partisipan yang disebut dengan kriteria inklusi. Kriteria inklusi merupakan karakteristik partisipan yang dapat terjangkau dan yang akan diteliti (Nursalam, 2008). Kriteri inklusi dalam penelitian ini adalah: 1. Mahasiswa aktif yang berkuliah di Universitas wilayah Kota Pekanbaru. 2. Mahasiswa yang memiliki perilaku sebagai perokok aktif. 3. Mahasiswa yang mampu berkomunikasi dengan baik. 4. Mahasiswa yang bersedia menjadi partisipan.

D. Etika Penelitian Prinsip dasar etik merupakan landasan untuk mengatur kegiatan suatu penelitian. Pengaturan ini dilakukan untuk mencapai kesepakatan sesuai kaidah penelitian antara peneliti dan subjek penelitian. Subjek pada penelitian kualitatif adalah manusia dan peneliti harus mengikuti seluruh prinsip etik penelitian selama melakukan penelitian (Afiyanti & Rachmawati, 2014).

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara individual dengan wawancara semi-struktur. Jenis wawancara ini termasuk in-dept interview dimana pelaksanaanya lebih bebas dan dapat menemukan permasalahan lebih terbuka, dimana partisipan diminta pendapat dan ide-idenya. Saat melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mecatat apa yang dikemukakan oleh subjek (Sugiyono, 2014). Jenis wawancara ini memaparkan deskripsi kehidupan partisipan serta mempunyai tanggung jawab menyimpulkan makna dari fenomena yang dideskripsikan oleh para partisipan (Afiyanti & Rachmawati, 2014). Menurut gunawan (2015) peneliti perlu memperhatikan hal-hal tertentu dalam melakukan wawancara meliputi pedoman wawancara. Pedoman tersebut merupakan tidak terjebak pada

penjelasan yang panjang sehingga perlu menggunakan penjelasan standar, tidak menyimpang dari pengantar studi atau rumusan pertanyaan, tidak membiarkan individu lain menjawab dan memberikan saran terhadap pertanyaan yang diberikan kepada partisipan, tidak pernah menyarankan suatu jawaban atau menyetujui/tidak menyetujui dengan suatu pandangan pribadi. Peneliti tidak dibolehkan memberikan ide-ide dari pandangan pribadinya, tidak menafsirkan arti suatu pertanyaan cukup hanya mengulangi pertanyaan dan memberikan instruksi atau klarifikasi, tidak memperbaiki seperti menambahkan kategori jawaban atau membuat perubahan susunan kata-kata. Alat yang digunakan untuk mendukung wawancara ini adalah handphone sebagai alat perekam agar semua informasi dari partisipan dapat terekam dengan baik dna peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada partisipan. Wawancara ini menggunakan pedoman yang disusun sedemikian rupa untuk mendapatkan informasi dan menjawab pertanyaan penelitian yang ingin diketahui oleh peneliti. Pedoman utama wawancara dalam penelitian ini menggunakan 8 pertanyaan dan dapat diperdalam sesuai kebutuhan pada saat wawancara. Pedoman wawancara bukan berupa jadwal penelitian serta urutan pertanyaan pada tiap partisipan tidaklah sama bergantung pada proses wawancara dan jawaban dari partisipan (Afiyanti & Rachmawati, 2014). Pertemuan wawancara yang dilakukan dalam penelitian sebanyak tiga kali sampai empat kali pertemuan kepada setiap partisipan dalam rentang waktu sekitar 60-90 menit dikediaman partisipan menggunakan alat perekam (Afiyanti & Rachmawati, 2014). Pada pertemuan pertama peneliti melakukan perkenalan, menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian. Perkenalan ini berguna untuk menjalin hubungan saling percaya agar partisipan dapat nyaman, percaya dan terbuka saat wawancara. Tujuan dan prosedur penelitian berguna untuk meyakinkan partisipan bahwa peneliti ini tidak akan merugikan pihak manapun, apabila partisipan mengerti dan setuju menjadi partisipan untuk dilakukan penelitian maka peneliti memberikan lembar informed consent untuk ditandatangani. Selanjutnya peneliti dan partisipan menentukan tempat dan waktu untuk melakukan wawancara, penentuan ini harus disetujui oleh kedua belah pihak. Pada pertemuan kedua, peneliti melakukan wawancara kepada partisipan sesuai waktu dan tempat yang telah ditentukan dan disepakati peneliti akan merekam wawancara dan mencatat semua keadaan yang sedang berlangsung dalam lembar catatan lapangan. Setelah wawancara

peneliti melakukan transkip data dari hasil wawancara kemudian dikonsulkan kepada dosen pembimbing dan melakukan kontrak waktu dengan partisipan untuk pertemuan selanjutnya. Hal ini untuk mengetahui kelengkapan informasi yang di dapat saat wawancara yang dinilai oleh dosen pembimbing apabila informasi kurang tergali maka peneliti melakukan wawancara ulang untuk menambah informasi yang ingin di dapat, sekaligus untuk melakukan konfirmasi kembali transkip yang sudah dibuat oleh peneliti setelah itu peneliti melakukan terminasi kepada partisipan. Pada pertemuan terakhir peneliti melihatkan hasil transkip data dari hasil wawancara yang telah dibuat oleh peneliti apakah hasil transkip tersebut sesuai dengan informasi yang disampaikan partisipan, dan apabila terdapat data yang kurang peneliti dapat melakukan wawancara kembali kepada partisipan. Setelah data lengkap peneliti melakukan terminasi kepada partisipan, kemdian peneliti mengkonsultasikan lagi hasil transkip data wawancara yang telah dibuat.

F. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap persiapan Tahap persiapan dalam penelitian ini merupakan tahap peneliti menentukan masalah dan judul penelitian dilanjutkan dengan mengurus surat izin pra-riset untuk melakukan studi pendahuluan dengan menanyakan fenomena apa yang terjadi distudio tersebut untuk penentuan partisipan penelitian kemudian menyiapkan perlengkapan penelitian. 2. Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan pada penelitian ini terdapat 3 fase diantaranya fase orientasi, fase kerja, dan fase terminologi. Fase orientasi merupakan fase peneliti akan melakukan kontrak waktu, tempat dan membina hubungan saling percaya yang dilakukan oleh peneliti kepada partisipan. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada partisipan serta menjelaskan bahwa data yang di dapatkan akan dirahasiakan. Pada fase kerja peneliti melakukan wawancara kepada partisipan dengan menggunakan pedoman wawancara dan direkam untuk mendapatkan data dari partisipan sesuai tujuan. Wawancara ini dilakukan selama 60-90 menit dengan keadaan senyaman mungkin agar partisipan dapat mengeksplor semua pengalaman yang ia rasakan.

Fase terminasi merupakan peneliti akan mengakhiri wawancara mendalam dan mengucapkan terimakasih dan kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya. 3. Tahap akhir Tahap akhir pada penelitian ini dilakukan setelah validasi hasil transkip. Peneliti akan memberikan kesempatan kepada partisipan untuk mengoreksi ulang data yang dibuat oleh peneliti. Apabila data yang telah dibuat sudah cukup dan partisipan menyetujui maka pengumpulan data akan diberhentikan.

G. Analisa Data Teknik analisa dalam penelitian kualitatif dilihat dari pendekatan yang digunakan, pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah fenomenologi. Langkah-langkah analisa data pada studi fenomenologi menurut Polit & Beck (2010) adalah: 1. Mendengarkan hasil rekaman pada file Peneliti mendengarkan hasil rekaman dan menyalin kata demi kata yang diucapkan partisipan kemudian membaca transkip data yang telah disalin keseluruhan untuk mendapatkan ide pokok yang dianggap penting dari percakapan yang dilakukan. 2. Melihat kembali hasil keseluruhan transkip dan mengutip pernyataan partisipan yang dianggap penting. Peneliti membaca transkip wawancara berulang-ulang untuk memperoleh ide yang dimaksud oleh partisipan dan menemukan kata kunci yang di dapat oleh peneliti di garis bawahi dan di highlight. 3. Menguraikan atau mengembangkan makna pernyataan penting yang diucapkan partisipan seperti kata yang berbeda dengan makna yang sama atau hampir sama. Peneliti mengelompokkan kata kunci yang telah di dapatkan dan akan digabungkan menjadi kategori. 4. Mengelompokkan kata dengan makna yang sama kedalam kelompok sub-tema kemudian lihat transkip asli untuk memvalidasi kategori makna kata tersebut. Catat perbedaan diantara berbagai kategori dan hindari mengabaikan data atau tema yang tidak sesuai. Peneliti mengelompokkan kategori menjadi sebuah subtema. Peneliti harus akan berhatihati terhadap perbedaan diantara kategori dan menggabungkan data yang tidak sesuai.

5. Sub tema mempunyai makna yang sama dan terkait dirumuskan dalam bentuk yang terstruktur dan konseptual yang disebut tema. Peneliti melakukan pengelompokkan subtema untuk menemukan tema yang tepat berdasarkan sub-tema yang telah dikelompokkan sesuai dengan penelitian. 6. Mengintegrasikan keseluruhan hasil dalam bentuk deskriptif naratif dari fenomena yang diteliti. Pada penelitian ini setelah tema ditentukan, peneliti mengintegrasikan hasil secara keseluruhan dalam bentuk deskriptif naratif. 7. Menanyakan kembali kepada partisipan tentang kesimpulan sebagai langkah akhir untuk validasi data. Skema 3.1 Teknik analisa data Baca transkip data secara berulang-ulang

Mengelompokkan kata-kata kunci Membuat kategori-kategori

Mengelompokkan kategori-kategori ke subtema

Merumuskan tema

Mengintegrasikan hasil analisis kedalam bentuk deskriptif

Menanyakan kepada pasrtisipan tentang kesimpulan/ pendapat

H. Validasi Data Validasi data merupakan bentuk keabsahan yang dilakukan setelah analis data, ada beberapa bentuk keabsahan data menurut Prastowo (2016) yaitu: 1. Ujii Credibility (Keterpecayaan) Uji kredibilitas data ini memiliki dua fungsi, yang pertama melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat dipercaya. Kedua yakni memperlihatkan tingkat kepercayaan hasil-hasil penelitian dengan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan catatan lapangan dan member check. Catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti dilakukan dari hasil observasi selama wawancara.

Member check yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan pemeriksaan kembali hasil wawancara untuk memastikan bahwa temuan tersebut sesuai dengan temuan yang ada.

2. Uji Transferbilitas (Validitas/Generafisasi) Nilai transferbilitas pada penelitian kualitatif bergantung pada pasrtisipan hingga hasil penelitian tersebut digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain. Memahami hasil penelitian kualitatif dan menerapkan hasil penelitian ini pembuatan laporan hasil penelitian harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya sehingga pembaca menjadi jelas dengan hasil penelitian ini dan dapat memutuskan akan mengaplikasikan atau tidaknya hasil penelitian ini. Peneliti melakukan penguraian secara rinci, sistematis, jelas, dan selengkap mungkin dari hasil wawancara yang telah dilakukan kemudian membuat dalam bentuk narasi semua data hasil observasi, rekaman wawancara, catatan lapangan, dan dihubungkan dengan jurnal terkait.

3. Uji Dependabilitas (Ketergantungan) Uji dependabilitas dilakukan dengan melaksanakan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dapat dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing untuk memeriksa keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian seperti menentukan masalah/focus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan. Pada penelitian ini auditor independen dilakukan oleh pembimbing skripsi yang berkompeten di bidangnya.

4. Uji Konfirmabilitas Uji konfirmabilitas dapat dikatakan objektif jika hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian yang dihubungkan dengan proses penelitian yang dilakukan. Uji konfirmabilitas mirip dengan uji dependabilitas sehingga pengujiannya dapat bersamaan. Jika hasil penelitian ini merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, penelitian ini telah memenuhi standar konfirmabilitas.

Peneliti meneliti tentang pengalaman yang bersifat subjektif agar hasil penelitian bersifat objektif maka hasil penelitian harus disepakati oleh beberapa orang. Konfirmabilitas sejalan dengan dependebiliti dimana peneliti mengumpulkan data-data, alat pendukung penelitian, dan hasil penelitian yang ditemukan selama penelitian kepada teman sejawat dan dosen pembimbing agar dapat memberikan pendapat mengenai hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA Afiyanti, Y., & Rachmawanti, N. (2014). Metode penelitian kualitatif dalam riset keperawatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Alamsyah, R.M. (2009). “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Kota medan 2007”. Tesis S2 Universitas Sumatera Utara Medan, 2009. Tesis diakses pada tanggal 10 Desember 2011 dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6703/1/09E02236.pdf Alawiyah, H. M. 2015. Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Dan Pengetahuan Tentang Rokok Dengan Perilaku Merokok Remaja. Skripsi. Aliansi Pengendalian Tembakau Indonesia. (2013). Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau Indonesia. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa Barat: CV. Jejak Aula., & Lisa. (2010). Stop Merokok (Sekarang atau Tidak Sama Sekali). Yogyakarta: Garailmu. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Bensley, R.J., & Fisher, J.B. (2009). Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hidayat, T. (2012). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok pada Mahasiswa Keperawatan di Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Tesis, Universitas Indonesia.

Diakses

melalui

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/14640/SKRIPSI.pdf?sequence =1 Hutapea, R. (2013). Why Rokok? Tembakau dan Peradaban Manusia. Jakarta: Bee Media Indonesia. Jaya, M. (2009). Pembunuh berbahaya itu bernama rokok. Sleman: Riz’ma. Kuswana & Sunaryo, W. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Liliweri, A.(2011). Komunikasi serba ada serba makna.Kencana : Jakarta.

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Selemba Medika. Papalia, D. E., Olds & Fieldman (2010). Human Development, Usa, The Mcgraw Hill Companies. Polit, D., & Beck. T. C. (2010). Essentials of nursing research. China: Library of congress cataloging. Poltekkes Depkes Jakarta I. (2012). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika. Prastowo, A. (2016). Metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan penelitian. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. Prawitasari, J.E. (2012) Psikologi Terapan Melintas Batas Disiplin Ilmu. Jakarta: Penerbit Erlangga. Putra. (2012). Metode penelitian kualitatif pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Riskesdas. (2013). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian kesehatan Repblik

Indonesia

tahun

2013.

Diperoleh

4

April

2019

dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf Riskesdas. (2010). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian kesehatan Repblik Indonesia. Jakarta. Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development. New York, Mc Graw-Hill. Setiadi. (2013). Konsep dan praktik penulisan riset keperawatan Edisi 2. Konsep dan praktik penulisan riset keperawatan Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tarwoto. (2010). Kesehatan Remaja : Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika. World Health Organization. (2011). WHO Report on the Global Tobacco Epidemic. Warning about the danger of tobacco, Jenewa. World Health Organization. (2013). WHO Report on the Global Tobacco Epidemic. Country Profile Indonesia. Yusuf, A, M. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan Edisi Pertama. Jakarta: Perpustakaan Nasional.

Related Documents

Kualitatif
November 2019 49
Analisis Kualitatif
May 2020 28
Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113
Riset Kualitatif
May 2020 34
Data Kualitatif
June 2020 24
Kualitatif Fix.docx
October 2019 31

More Documents from "Oktavia Niyenti"

Kualitatif Fix.docx
October 2019 31
Tugas Klipping.docx
June 2020 32
Kerangka Tubuh.docx
November 2019 51
Mading Kamar 4.docx
December 2019 34
Bab I.docx
October 2019 40
Rangkuman.docx
May 2020 11