1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama pada masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mentalbaik pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011). Stroke merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke sudah dikenal sejak zaman dahulu, bahkan sebelum zaman hippocrates, dimana penyakit ini merupakan penyakit saraf yang paling banyak menarik perhatian (Harsono, 2009). Orang yang menderita stroke, biasanya mengalami banyak gangguan fungsional, seperti gangguan motorik, psikologis atau perilaku, dimana gejala yang paling khas adalah hemiparesis, kelemahan ekstremitas sesisi, hilang sensasi wajah, kesulitan bicara dan kehilangan penglihatan sesisi (Irfan, 2010). Menurut Ikawati (2011), bahwa stroke dapat menyebabkan kerusakan neurologis yang disebabkan adanya sumbatan total atau parsial pada satu atau lebih pembuluh darah serebral sehingga menghambat aliran darah ke otak. Hambatan tersebut umumnya disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah atau penyumbatan pembuluh oleh gumpalan (clot), yang menyebabkan kerusakan jaringan otak karena otak kekurangan pasokan oksigendan nutrisi.
2
Menurut Depkes (2011), stroke merupakan penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian. Dengan proporsi angka kejadian yaitu 15,4%, disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruksi kronis. Penyakit stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di negara maju setelah penyakit jantung dan kanker. Setiap tahun, hampir 700.000 orang Amerika mengalami stroke, dan stroke mengakibatkan hampir 150.000 kematian. Di Amerika Serikat tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke. Pada suatu saat, 5,8 juta orang di Amerika Serikat mengalami stroke, yang mengakibatkan biaya kesehatan berkenaan dengan stroke mendekati 70 miliar dolar per tahun. Pada tahun 2010, Amerika telah menghabiskan $ 73,7 juta untuk membiayai tanggungan medis dan rehabilitasi akibat stroke. Selain itu, 11% orang Amerika berusia 55-64 tahun mengalami infark serebral silent; prevalensinya meningkat sampai 40% pada usia 80 tahun dan 43% pada usia 85 tahun (Corwin, 2010). Organisasi Stroke Dunia mencatat hampir 85% orang yang mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila menyadari dan mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini. Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030 (Yayasan Stroke Indonesia, 2012). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang
3
terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) dibandingkan dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi stroke di perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan (5,7%). Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Aceh (2015) yang di diagnosis oleh tenaga kesehatan atau gejala yang menyerupai stroke, prevalensi stroke di NAD adalah 16,6% per 1000 penduduk. Menurut Kabupaten/Kota prevalensi stroke berkisar antara 5,0%-49,0% dan Nagan Raya mempunyai prevalensi lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya, baik berdasarkan diagnosis maupun gejala. Sedangkan prevalensi stroke di Kabupaten Aceh Utara berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas (2013) yaitu sebesar 11.9%. Berdasarkan data medical record yang penulis peroleh dari Rumah Sakit Umum Cut Mutia Aceh Utara dapat dilaporkan bahwa jumlah pasien stroke yang dirawat pada tahun 2015 sebanyak 121 orang dan pada tahun 2016 sebanyak 78 orang. Sedangkan pada tahun 2017 terhitung dari bulan Januari sampai Juni hanya 24 orang (Medikal Record RSU Cut Meutia Aceh Utara, 2017). Dahulu memang penyakit stroke sering diderita oleh orang tua terutama usia 60 tahun keatas, karena usia juga merupakan salah satu faktor resiko terkena penyakit jantung dan stroke. Namun sekarang ini ada kecenderungan juga diderita oleh pasien dibawah usia 40 tahun. Hal ini
4
terjadi karena adanya perubahan gaya hidup terutama pada orang muda perkotaan modern (Yeyen, 2013). Dalam kasus stroke sangat dibutuhkan pemahaman dan penanganan secara khusus baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat setempat dalam penatalaksanaannya, perawat harus memberikan pelayanan yang intensif pada penderita stroke seperti memberikan terapi ROM dan memberikan motivasi kepada penderita stroke agar bersemangat untuk melawan penyakitnya sehingga tidak memandang rendah dirinya. Rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat
yang cepat. Sehingga dapat
menurunkan angka kematian dan kecacatan stroke (Yeyen, 2013). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk menjadikan kasus stroke hemorogik ini sebagai bahan studi kasus untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah di Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Lhokseumawe dengan judul “Asuhan Keperawatan PadaPasien Tn. M Dengan Stroke Hemoragik di Ruang Perawatan Neurologi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara”.
5
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Tn. M dengan stroke hemoragik di Ruang Perawatan Neurologi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara. 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan gambaran tentang pengkajian keperawatan secara komprehensif pada pasienTn. M dengan stroke hemoragik di Ruang Perawatan NeurologiRumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara. b. Dapat mengidentifikasi serta mendiagnosa masalah yang timbul pada pasienTn. M dengan stroke hemoragik di Ruang Perawatan NeurologiRumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara. c. Dapat membuat rencana asuhan keperawatan pada pasienTn. M dengan stroke hemoragik di Ruang Perawatan NeurologiRumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara. d. Dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasienTn. M dengan stroke hemoragik di Ruang Perawatan NeurologiRumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara. e. Dapat
melaksanakan
evaluasi
terhadap
keberhasilan
asuhan
keperawatan pada pasienTn. M dengan stroke hemoragik di Ruang Perawatan NeurologiRumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten
6
Aceh Utarayang telah diberikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. f. Dapat mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan kasus stroke hemoragik di Ruang Perawatan Neurologi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
C. Metode Penulisan Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu sasaran penelitian dengan menggunakan teknik: 1. Studi kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan sistem penelaahan sejumlah sumber yang tertulis baik itu buku teks, majalah, artikel, web site, web page dan karya tulis ilmiah lain yang berhubungan dengan penulisan karya tulis ilmiah ini. 2. Studi kasus adalah pengalaman belajar lapangan secara langsung di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara yang akan dilakukan melalui pendekatan asuhan keperawatan terhadap pasienstroke hemoragik.
D. Sistematika Penulisan Untuk lebih terarahnya penjelasan dan pembahasan karya tulis ini, maka sistematika penulisan disusun atas lima bab, yaitu :
7
BAB I Pendahuluan : Latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teoritis : Konsep dasar (pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan komplikasi) dan Asuhan keperawatan (Pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan dan evaluasi). BAB III Tinjauan Kasus :Pengkajian, Diagnosa, Rencana, Tindakan serta Evaluasi. BAB IV Pembahasan : Pengkajian, Diagnosa, Rencana, Tindakan serta Evaluasi. BAB V Penutup : Kesimpulan dan Saran.
8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar 1. Pengertian Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization [WHO], 2014). Stroke adalah suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang mengalami kelumpuhan atau kematian karena terjadinya gangguan perdarahan di otak yang menyebabkan kematian jaringan otak. Stroke terjadi akibat pembuluh darah yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami penyumbatan dan ruptur, kekurangan oksigen menyebabkan fungsi kontrol gerakan tubuh yang dikendalikan oleh otak tidak berfungsi (American Heart Association [AHA], 2015).
2. Etiologi Menurut Smeltzer dan Bare (2013) stroke biasanya diakibatkan oleh salah satu dari empat kejadian dibawah ini, yaitu : a. Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher. Arteriosklerosis serebral adalah penyebab utama trombosis, yang adalah penyebab paling umum dari stroke. Secara umum, trombosis tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau paresthesia pada setengah tubuh dapat mendahului paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
9
b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya yang merusak sirkulasi serebral. c. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia terutama karena konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak. d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Pasien dengan perdarahan dan hemoragi mengalami penurunan nyata pada tingkat kesadaran dan dapat menjadi stupor atau tidak responsif. Akibat dari keempat kejadian di atas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen fungsi otak dalam gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.
10
3. Patofisiologi
Peningkatan Tekanan Sistemik Aneurisma Perdarahan Arakhnoid/Ventrikel Peningkatan Tekanan Sistemik Hematoma Cerebral PTIK/Herniasi Cerebral
Penurunan Kesadaran
Penekanan Saluran Pernafasan
Vasospasme Arteri Cerebral/Saraf Cerebral
Pola Nafas Tidak Efektif
Area Grocca
Kerusakan Fungsi N. VII dan N. XII Resiko Aspirasi
Resiko Trauma
Resiko Jatuh
Skema 2.1 Patologi Stroke Hemoragik Smeltzer And Bare (2013)
Kerusakan Komunikasi Verbal
11
4. Manifestasi Klinis Menurut Smeltzer dan Bare (2013) tanda dan gejala dari stroke adalah : a. Hipertensi. b. Gangguan motorik yang berupa hemiparesis (kelemahan) dan hemiplegia (kelumpuhan salah satu sisi tubuh). c. Gangguan sensorik d. Gangguan visual e. Gangguan keseimbangan f. Nyeri kepala (migran atau vertigo) g. Mual muntah. h. Disatria (kesulitan berbicara) i. Perubahan mendadak status mental j. Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
5. Klasifikasi Stroke Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi :(Yeyen, 2013) a. Stroke hemoragi Merupakan stroke yang disebabkan oleh perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhniod karena pecahnya pembuluh darah otak pada area tertentu sehingga darah memenuhi jaringan otak. Perdarahan yang terjadi dapat menimbulkan gejala neurologik dengan cepat karena tekanan pada saraf di dalam
12
tengkorang yang ditandai dengan penurunan kesadaran, nadi cepat, pernapasan cepat, pupil mengecil, kaku kuduk, dan hemiplegia. b. Stroke Iskemik Merupakan stroke yang disebabkan oleh suatu gangguan peredaran darah otak berupa obstruksi atau sumbatan yang menyebabkan hipoksia pada otak dan tidak terjadi perdarahan. Sumbatan tersebut dapat disebabkan oleh trombus (bekuan) yang terbentuk di dalam pembuluh otak atau pembuluh organ selain otak. Stroke ini ditandai dengan kelemahan atau hemiparesis, nyeri kepala, mual muntah, pendangan kabur, dan disfagia.
6. Penatalaksanaan Penatalaksanaan stroke menurut Wartonah (2010) adalah : a. Penatalaksanaan umum 1) Pada fase akut a) Pertahankan jalan nafas, pemberian oksigen, penggunaan ventilator. b) Monitor peningkatan tekanan intrakranial. c) Monitor fungsi pernafasan : Analisa Gas Darah. d) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG. e) Evaluasi status cairan dan elektrolit. f) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah resiko injuri. g) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung dan pemberian makanan.
13
h) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan. i) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial dan refleks. 2) Fase rehabilitasi a) Pertahankan nutrisi yang adekuat. b) Program managemen bladder dan bowel. c) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi (ROM). d) Pertahankan integritas kulit. e) Pertahankan komunikasi yang efektif. f) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari. g) Persiapan pasien pulang. b. Pembedahan Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3cm atau volume lebih dari 50ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan vebtrikulo-peritoneal bila ada hidrosefalus obstruktif akut. c. Terapi obat-obatan Terapi pengobatan tergantung dari jenis stroke : 1) Stroke iskemia a) Pemberian trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue – plasminogen).
14
b) Pemberian obat-obatan jantung seperti digoksin pada aritmia jantung atau alfa beta, kaptopril, antagonis kalsium pada pasien dengan hipertensi. 2) Stroke hemoragik a) Antihipertensi : kaptopril, antagonis kalsium. b) Diuretik : manitol 20%, furosemide. c) Antikonfulsan : fenitoin.
7. Pemeriksaan Penunjang Menurut Smeltzer & Bare (2013), pemeriksaan penunjang pada pasien stroke berupa : a. Angiografi untuk mendeteksi aneurisme serebrovaskuler, thrombosis serebral, hematoma, tumor dari peningkatan vaskularisasi, plaque serebral/spasme dan fistula serebral. Selain itu, angiografi berfungsi untuk mengevaluasi aliran darah serebral (penyebab peningkatan tekanan intrakranial). b. Computerized tomografi (scan CT) Untuk menunjukan hematoma, infark dan perdarahan. Scan CT ini juga dapat diandalkan untuk mendiagnosis lesi dengan diameter 1,5 cm atau lebih. c. Elektro
encephalogram
(EEG)
Dapat
membantu
melokalisasi
gelombang delta lebih lambat di daerah yang mengalami gangguan. d. Fungsi lumbal Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis, emboli serebral dan transient iskemik attack (TIA).
15
e. Magnetic resonance imaging (MRI). Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi arterio vena (MVA).
8. Komplikasi Menurut Mansjoer (2013), setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan: a. Berhubungan dengan immobilisasi nfeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis. b. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh. c. Berhubungan dengan kerusakan otak epilepsi dan sakit kepala. d. Hidrocephalus. e. Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteriarteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2010). Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah
16
satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2011). Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahanperubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2010). Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edma. Cairan didalam paru-paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan ditungkai
17
menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema (Amir, 2012). Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neron- neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2010).
B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Menurut (Nanda, 2014), fokus pengkajian pada pasien dengan penyakit stroke meliputi : a. Riwayat kesehatan yang berhubungan dengan faktor resiko, keadaan bio-psiko-sosial berupa riwayat merokok, adanya batuk, kesukaran bernafas, adanya suara nafas tambahan (ronchi). b. Nutrisi atau cairan berupa adanya riwayat diabetes militus, keluhan kehilangan nafsu makan. c. Eliminasi berupa adanya anuria inkontinensia urin, distensia abdomen, tidak ada bising usus. d. Adanya gangguan aktifitas pergerakan, ekstremitas lemah atau paralisis, tidak dapat menggenggam, kehilangan keseimbangan dalam berjalan. e. Kesukaran untuk istirahat karena kejang otot atau kelemahan secara umum.
18
f. Panas sering terjadi karena kekurangan cairan akibat dari kesukaran untuk menelan. g. Terjadi perubahan status mental tidak dapat bicara, bicara pelo, berkurangnya komunikasi secara verbal. h. Kenyamanan atau nyeri, berupa nyeri kepala tindakan yang selalu berhati-hati, gelisah, ekspresi wajah, tegang atau tention, kecemasan karena kehilangan pekerjaan, perubahan pola seksualitas, dan gangguan aktifitas spiritual karena kelemahan.
2. Diagnosa Keperawatan Menurut Nanda (2014), diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien dengan stroke adalah : a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. b. Kerusakan mobilitas fisik. c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan. d. Defisit perawatan diri. e. Konstipasi. f. Defisit pengetahuan.
19
C. Rencana Keperawatan Perencanaan
adalah
proses
penyusunan
berbagai
intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien (Nanda, 2014). Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut Nanda (2014) adalah : No 1
2
Diagnosa Keperawatan Perubahan perfusi jaringan serebral
Kerusakan mobilitas fisik
NOC Menunjukkan status sirkulasi adekuat ditandai dengan indikator berikut (sebutkan nilai 1-5: ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan) dengan KH : - Tekanan sistolik dan diastolik dalam rentang yang diharapkan - Tidak mengalami sakit kepala - Menunjukkan fungsi sensori-motor yang utuh - Mempunyai pupil yang sebanding (isokor) Menunjukkan tingkat mobilitas adekuat ditandai dengan indikator berikut (nilai 1: tidak berpartisipasi dalam beraktivitas, 2: membutuhkan bantuan orang lain dan alat, 3: membutuhkan bantuan orang lain untuk pengawasan, 4: mandiri dengan pertolongan alat bantu, dan 5: mandiri penuh) dengan KU : - Pergerakan sendi dan otot - Melakukan perpindahan
NIC - Pantau tanda-tanda vital - Ukur bentuk kesimetrisan dan reaktivitas pupil untuk mengetahui status neurologis - Pantau TIK dan respon neurologis pasien terhadap aktivitas perawatan - Letakkan kepala dengan posisi agak tinggi, sudut 30° dan dalam posisi anatomis - Kolaborasi pemberian oksigen dan obat sesuai indikasi.
- Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan atau ketahanan otot - Ajarkan teknik perpindahan atau pergeseran yang aman - Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstremitas yang tidak sakit - Awasi seluruh kegiatan mobilitas dan bantu pasien jika diperlukan - Lakukan dan bantu perpindahan
20
- Penampilan yang seimbang.
-
3
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Menunjukkan status gizi yang adekuat dengan KH : - Mempertahankan berat badan yang ideal - Melaporkan keadekuatan tingkat energi - Nilai laboraturium dalam batas normal.
-
-
-
-
-
-
4
Defisit perawatan diri
Mampu melakukan perawatan diri sesuai kebutuhan dengan KH : - Mendemonstrasikan teknik atau perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
-
-
-
gerak minimal 2 jam sekali jika memungkinkan bisa sering diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu Konsultasikan dengan ahli fisioterapi untuk latihan dan ambulasi pasien. Tinjau ulang patologi atau kemampuan menelan pasien secara individual. Timbang berat badan secara teratur sesuai dengan kebutuhan dengan rasional nutrisi Letakkan pasien pada posisi duduk atau tegak selama dan setelah makan dengan rasional menggunakan gravitasi untuk mempermudah proses menelan atau menurunkan resiko terjadinya aspirasi Berikan makanan dengan perlahan dan lingkungan yang tenang dengan rasional pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan Anjurkan pasien menggunakan sedotan untuk meminum cairan dengan rasional menguatkan otot fasial dan otot menelan dan menurunkan terjadinya resiko tersedak Pertahankan masukan dan keluaran dengan akurat Catat jumlah kalori yang masuk dengan rasional jika usaha menelan tak memadai untuk memenuhi kebutuhan cairan dan makanan. Kaji kemampuan dan kekurangan untuk melakukan ADL Berikan lingkungan yang nyaman dan menjaga privasi pasien Berikan peralatan bantu yang diperlukan
21
- Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri
5
Konstipasi
6
Defisit pengetahuan
- Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri - Dekatkan semua peralatan yang mendukung dalam perawatan diri - Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya Konstipasi tidak ada yang - Kaji harapan pasien tentang diindikasikan dengan defekasi normal gangguan eliminasi defekasi - Berikan penjelasan tentang sebagai berikut (sebutkan 1penyebab konstipasi 5 : ekstrem, berat, sedang, - Auskultasi bising usus ringan, tidak ada), ditandai - Anjurkan makan makanan yang dengan KH : banyak mengandung serat - Feses lembut dan - Lakukan mobilisasi sesuai berbentuk dengan keadaan pasien - Mengeluarkan feses tanpa - Kolaborasi untuk pemberian bantuan/ penggunaan obat laksatif jika diperlukan Menunjukkan peningkatan - Kaji tingkat pengetahuan pasien perawatan penyakit stroke dan keluarga dan penatalaksanaannya, - Berikan penyuluhan kesehatan ditandai dengan KH : tentang stroke dan - Berpartisipasi dalam penatalaksanaannya proses belajar - Dorong keluarga untuk bertanya - Mengungkapkan hal-hal yang belum dimengerti pemahaman tentang - Ciptakan lingkungan yang kondisi atau prognosis dan kondusif untuk belajar aturan terapeutik - Berikan umpan balik positif - Memulai gaya hidup yang pada setiap keberhasilan dalam diperlukan pemahaman terhadap penyakitnya
D. Implementasi Menurut Carpenito (2009), komponen implementasi dalam proses keperawatan mencakup penerapan ketrampilan yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi keperawatan. Ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus pada: Melakukan aktivitas untuk pasien atau membantu pasien. Melakukan pengkajian
22
keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah yang telah ada Memberi pendidikan kesehatan untuk membantu pasien mendapatkan pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan. Membantu pasien membuat keputusan tentang layanan kesehatannya sendiri. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang tepat. Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah kesehatan. Membantu pasien melakukan aktivitasnya sendiri. Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia. Sumberdaya dan dana keluarga yang memadai diharapkan dapat menunjang proses penyembuhan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi menjadi
lebih
baik.
Sedangkan
tingkat
pendidikan
keluarga
juga
mempengaruhi keluarga dalam mengenal masalah hipertensi dan dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang terkena hipertensi. Adat istiadat dan kebudayaan yang berlaku dalam keluarga akan mempengaruhi pengambilan keputusan keluarga tentang pola pengobatan dan penatalaksanaan penderita hipertensi, seperti pada suku pedalaman lebih cenderung menggunakan dukun daripada pelayanan kesehatan. Demikin juga respon dan penerimaan terhadap anggota keluarga yang sakit hipertensi akan mempengaruhi keluarga dalam merawat anggota yang sakit hipertensi.
23
E. Evaluasi Menurut Asmadi
(2008),evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan criteria hasil, pasien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, kajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditunjukkan untuk : Melihat dan menilai kemampuan pasien dalam mencapai tujuan. Menetukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif (Nanda, 2014) yaitu dengan SOAP, dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan, O adalah keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan, A adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon keluarga secara subjektif dan objektif, P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan tindakan. Dalam mengevaluasi harus melihat tujuan yang sudah dibuat sebelumnya. Bila tujuan tersebut belum tercapai, maka dibuat rencana tindak lanjut yang masih searah dengan tujuan.
24
BAB III TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulis menyajikan sebuah kasus tentang hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien stroke hemoragik yang dirawat di ruang perawatan neurologi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara yang dikaji pada tanggal 21 Juli 2017. Untuk mendapatkan data, penulis menggunakan metode anamnese/wawancara langsung dengan pasien dan keluarga serta dari referensi keadaan pasien yang termuat dalam status pasien. A. Pengkajian I.
Identitas Pasien Nama
: Tn. M
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 58 tahun
Status Perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Nisam
Tanggal Masuk
: 17-07-2017
No. Register
: 23-13-92
Ruang/Kamar
: Neurologi
Golongan Darah
:O
Tanggal Pengkajian
: 21-07-2017
25
Tanggal Operasi
:-
Diagnosa Medis
: Stroke Hemorogik
Penanggung Jawab Nama
: Ny. A
Hubungan dengan Pasien
: Istri
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Samudera
II. Keluhan Utama Pada saat pasien masuk rumah sakit, keluarga mengatakan pasientidak sadar, suara nafas mengorok serta mengerang.
III. Riwayat Kesehatan Sekarang P : Pasien menyatakan sakit kepala. Q : Nyeri hilang timbul. R : Nyeri dirasakan dibagian kepala belakang. S : Derajat nyeri yang dirasakan yaitu 4-5. T : Keluhan secara tiba-tiba dan akan berkurang jika istirahat.
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu a.
Penyakit yang pernah dialami : Keluarga mengatakan bahwa pasien pernah mengalami penyakit darah tinggi dan diabetes mellitus.
b.
Pengobatan atau tindakan yang dilakukan : Pasien sebelumnya hanya pernah berobat jalan ke rumah sakit untuk pemeriksaan darah tinggi/DM.
26
c.
Pernah dirawat/dioperasi : Pasien pernah dirawat dengan penyakit hipertensi, namun pasien tidak pernah dioperasi.
d.
Lamanya dirawat : Pasien pernah dirawat selama 5 hari di Rumah Sakit Umum Cut Meutia.
e.
Alergi : Pasien tidak ada alergi terhadap makanan atau obat-obatan.
f.
Imunisasi : Pasien tidak ingat tentang imunisasi
V. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga mengatakan bahwa di dalam keluarganya mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, hipertensi. Genogram Keluarga
Ket : = Laki-laki = Perempuan = Meninggal = Pasien = Tinggal Serumah
27
VI. Riwayat/Keadaan Psikologi a. Aspek Sosial Pasien dapat bersosialisasi dengan baik 1.
Hubungan antar keluarga : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga harmonis.
2.
Hubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan hubungan dengan orang lain juga baik.
b. Aspek Psikologi 1.
Persepsi Pasien : Pasien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dialaminya.
2.
Konsep diri : Bodi image, pasien mengatakan tidak ada masalah dengan tubuhnya.
3.
Emosi : Pasien mengatakan emosinya dapat dikontrol dan stabil.
4.
Adaptasi : Pasien mengatakan mudah beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya.
c. Aspek Spiritual:Pasien tidak mampu menjalankan sholatnya.
VII.Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum Keadaan pasien tampak lemah, kedua kaki kebas dan sulit digerakkan. b. Tanda-tanda Vital Suhu tubuh : 38,7 °C
Nadi
: 123x/m
TD
: 150/90 mmHg
RR
: 23x/m
TB
: 155 cm
BB
: 60 kg
28
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher 1. Kepala dan rambut a) Kapala : bentuk kepala simetris, kulit kepala tidak ada benjolan dan tidak ada lesi. b) Rambut : Distribusi rambut merata, warna hitam, lurus. c) Wajah : Bentuk wajah oval 2. Mata Mata simetris, palpera tidak ada peradangan dan edema, konjungtiva tidak anemia, sklera tidak ikterus pupil isokor, cornea dan iris refleks terhadap cahaya positif. 3. Hidung Bentuk hidung simetris (inspeksi), tidak ada lesi maupun benjolan (inspeksi dan palpasi), cuping hidung kotor, tidak ada nyeri tekan (palpasi). 4. Telinga Kedua telinga bentuknya simetris, pendengaran pasien dapat merespon suara depan, samping kanan, kiri dan belakang. 5. Mulut dan faring Kedua bentuk bibir simetris, warna bibir agak merah dan kering dan pecah-pecah, mulut tampak kotor, tidak ada karies pada gigi, lidah tampak kotor, gusi berwarna merah muda (inspeksi), kemampuan mengunyah tidak ada, nafas bau.
29
6. Leher Bentuk leher simetris, teraba nadi karotis (palpasi), tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid, kemampuan menggerakan leher tidak ada, reflek menelan ada. d. Pemeriksaan Integumen Keadaan kulit pasien tampak kusam dan kotor. e. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak Pemeriksaan payudara dan ketiak tidak dilakukan pemeriksaan. f. Pemeriksaan Thoraks/dada 1. Inspeksi thoraks Kedua bentuk dada simetris dan kotor, ekspansi dada seimbang, tidak ada benjolan maupun lesi, tidak ada nyeri tekan pada dada terbukti saat di palpasi. 2. Pemeriksaan paru Ada suara nafas ngorok, pernafasan menggunakan pernafasan abdomen. 3. Pemeriksaan jantung Bunyi jantung iregular terbukti saat auskultasi menggunakan stetoskop. g. Pemeriksaan Abdomen 1. Inspeksi Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan.
30
2. Auskultasi Normal 3. Palpasi Tidak ada lesi maupun benjolan (inspeksi dan palpasi). 4. Perkusi Bising usus normal terbukti saat di auskultasi abdomen menggunakan stetoskop. h. Pemeriksaan Kelamin dan Derah Sekitarnya 1) Genetalia
: Pasien tidak mau diperiksa genetalianya.
2) Anus dan Perinium : Pasien tidak mengizinkan untuk diperiksa anus dan periniumnya. i. Pemeriksaan Muskuloskeletal/ekstremitas Tangan dan kaki pasien tidak dapat bergerak secara normal. j. Pemeriksaan Neurologi 1. Tingkat kesadaran : compos metis GCS : 15 (tidak koma/kesadaran penuh), E : 4 (mata membuka spontan, misalnya pada saat disentuh), M : 6 (Mampu mengikuti mengikuti perintah sederhana), V : 5 (orientasi penuh/baik dan mampu berbicara. 2. Meningeal Sign :Tidak ada kaku kuduk. 3. Status Mental a) Kondisi emosi/perasaan : Pasien tampak tenang menghadapi penyakit yang dialaminya.
31
b) Orientasi : Hubungan pasien dengan tim kesehatan baik, pasien selalu dapat bekerja sama dalam setiap tindakan, didalam masyarakat pasien tidak pernah mengikuti kelembagaan masyarakat karena faktor kesehatannya. c) Proses berfikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan) Pasien masih bisa mengingat nama keluarga dan nama tempat. d) Motivasi (Kemampuan) Pasien sangat berharap bisa cepat pulang. e) Bahasa
: Pasien menggunakan bahasa aceh.
4. Fungsi Nervus Cranial Pasien dapat membedakan bau, seperti bau balsem dan jeruk. 5. Fungsi Motorik Kemampuan pergerakan sendi
terbatas,
kekuatan otot
4
ada kekakuan sendi. 6. Fungsi Sensori Reflekpasien masih dapat membedakan sensasi panas dan dingin. 7. Reflek Pasien masih bisa merasakan reflek saat dipukul dengan palu refleksi.
32
VIII. Pola Kebiasaan Sehari-hari a.
Pola tidur dan kebiasaan 1. Waktu tidur
: Waktu tidur malam selama 6-7 jam, sedangkan
tidur siang hampir tidak pernah. 2. Waktu bangun : Pasien
mengatakan
waktu
bangun
tidak
menentu. 3. Masalah tidur
: Pasien mengatakan sering susah tidur karena
memikirkan penyakitnya. b.
Pola eliminasi 1. BAB :Pasien mengatakan BAB hanya 1x / hari, lembek. 2. BAK :Warna kuning jernih, 4 – 6 x / hari(1600cc/hari).
c. Pola makan dan minum :Pasien mengatakan kurang nafsu makan, 3 x/hari perporsi tidak habis. d.
Kebersihan diri/personal hygiene 1. Pemeliharaan badan : Badan pasien kurang bersih karena jarang dibersihkan karena sulit bergerak. 2. Pemeliharaan gigi dan mulu:Kurang bersih. 3. Pemeliharaan kuku:Kurang bersih.
e.
Pola kegiatan/aktifitas Pasien tidak mampu melakukan aktivitasnya seperti biasa, tingkat ketergantungan setengah aktivitas dibantu keluarga dan perawat, seperti ke kamar mandi dan makan.
33
IX. Hasil Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik a. Diagnosa Medis : Stroke Hemorogik b. Pemeriksaan diagnostic/penunjang medis : Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan
Hasil
Rujukan
Keterangan
Haemoglobine
11, 2 %
12-18 % 11-16 %
Pria Wanita
Jml. Leukosit
54, 200
5000-10.000/mm
Jml. Trombosit
572, 000 150.000-350.000/mm
Metode
Hematologi
Hematokrit
31
36-48 %
308, 0
70-110 mg/dl
131, 9
135-155 mg/dl
Kalium, K
5, 4
3,5-5,0 mg/dl
Clorida, Cl
96, 9
80-120 mg/dl
Kalsium, Ca
7, 3
8,1,-10,5 mg/dl
Gula Darah Gula Darah Sewaktu
Pukul 09. 15 WIB
GOD PAP
Elektrolit Natrium, Na
Elektrolit Analizer. K Elektrolit Analizer. K Elektrolit Analizer. K CPC
X. Penatalaksanaan Dan Terapi No
Nama Obat
Dosis
Indikasi
1.
IVFD RL
20 tts x/menit
2.
Citicoline
250 gram/12 jam
3.
Ranitidin
1 amp/8 jam
Menetralisir asam lambung
5.
B12
3x1
Untuk menambah nafsu makan
Menambahkan cairan Merangsang sel-sel saraf yang baru
Efek Samping Oedema Shok dan anemia Gangguan fungsi hati dan ginjal
34
B. Analisa Data NO 1.
DATA DS : - Pasien mengeluh tangan dan kaki tidak dapat digerakan secara normal - Pasien mengeluh merasa lemah seperti tidak bertenaga dan terasa berat jika digerakan - Keluarga mengatakan pasienbisa mengangkat tangan dan kakinya bila dibantu oleh orang lain.
ETIOLOGI
MASALAH
- Gangguan peredaran darah Kerusakan diotak mobilitas - Suplai O2 dan glukosa ke fisik hemis perium cerebri dari lobus frontalis pada area pra sentralis terganggu - Ketidakmampuan pergerakan seperti personal higiene, BAB, berganti posisi miring kiri dan kanan - Kerusakan mobilitas fisik
DO : - Pasien tampak lemah - Pasien nampak bisa miring bila dibantu oleh orang lain. - Tangan dan kaki pasiendapat bergerak dengan bantuan perawat
2.
DS : - Keluarga mengatakan klien mempunyai luka. - Keluarga mengatakan luka sudah dibersihkan.
- Immobilisasi - Penekanan pada area yang tertekan ; bokong - Aliran darah ke area yang tertekan tidak lancar - Suplai O2 dan nutrisi ke area DO : yang tertekan berkurang - Terdapat luka dekubitus diarea - Terjadi nekrosis pada kulit bokong bagian bawah. bokong ditandai dengan terdapat luka dekubitus - Kerusakan integritas jaringan kulit ;dekubitus
Kerusakan integritas jaringan kulit
3.
DS : Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang kondisi pasien.
Kurang pengetahuan
DO : Keluarga bertanya-tanya tentang kondisi perawatan pasien
- Kurang informasi mengenai kondisi dan perawatan - Kurang pengetahuan
35
C. Diagnosa keperawatan a.
Kerusakan mobilitas fisik.
b.
Kerusakan integritas jaringan kulit ; dekubitus.
c.
Kurang pengetahuan.
D. Rencana Asuhan Keperawatan Nama Pasien :Tn. M Sex : Laki-laki Umur : 58 tahun No 1.
Diagnosa Keperawatan Kerusakan mobilitas fisik.
No. Register :091392 Diagnosa Medis :Stroke Hemoragik Tgl perencanaan : 21-07-2017 Perencanaan
NOC - Ekstremitas kembali normal dengan KU : Pasien dapat melakukan aktivitas mandiri
-
-
-
-
2.
Kerusakan integritas jaringan kulit.
Integritas kulit membaik secara optimal
NIC Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua kativitas Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur Inspeksi kulit terutama pada daerah-daerah yang menonjol Ubah posisi minimal setiap 2 jam Kolaborasi : konsultasi dengan ahli fisioterapi secara aktif
- Pertumbuhan jaringan membaik dan lesi psoarisis berkurang terhadap luka yang terjadi pada pasien - Lakukan tindakan peningkatan integritas jaringan - Evaluasi kondisi luka - Kolaborasi untuk intervensi debridemen
36
3.
Kurang pengetahuan
Pasien dan keluarga dapat menunjukan pemahaman tentang informasi yang diberikan oleh perawat dengan KH : - Pasien tidak tampak bingung lagi.
- Menjelaskan kepada pasien pengertian dan etiologi dari penyakitnya. - Diskusi keadaan patologi penyakit. - Identifikasi faktor-faktor resiko - Identifikasi tanda dan gejala yang menimbulkan kecemasan. - Menjelaskan cara tepat untuk mengatasi strike hemoragik.
37
E. Catatan Perkembangan Keperawatan No. Register :09-13-92 Tgl/Jam 21/07/2017 10.00 Wib
Diagnosa Medis :Stroke Hemoragik
No. Dx Tindakan Keperawatan I - Melatih pasien gerak aktif dengan menggerakan tangan kiri dan kanan - Mengatur posisidan mengubah posisi setiap 2 jam - Mengkaji kemampuan gerak pasien - Membantu pasien ke kamar mandi
Evaluasi (SOAP) S : Pasien mengeluh tangan dan kaki masih tidak dapat digerakan O :Keluarga mengatakan tangan dan kaki klien masih kaku A :Masalah belum teratasi. P: Intervensi dilanjutkan
21/07/2017 15.00 Wib
II
- Mengkaji kerusakan jaringan kulit yang terjadi pada pasien. - Melakukan perawatan luka yaitu mengganti verban dengan teknik steril. - Menyarankan pasien untuk makan diet TKTP untuk mempercepat penyembuhan luka seperti : telur, tahu, ikan. - Mengkaji keperluan perawatan luka dekubetus.
S : Pasien mengatakan luka sudah mulai dibersihkan. O : luka pasien tampak tumbuh jaringan baru. A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan
21/07/2017 16.05 Wib
III
- Menjelaskan pada pasien faktor resiko dari stroke hemoragic. - Meninjau ulang keterbatasan melakukan kembali aktivitas. - Menjelaskan cara mengatasi stroke.
S : Keluarga pasien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya. O : Pasien dan keluarga bingung meminta informasi mengenai kondisi pasien. A :Masalah ansietas belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan.
38
22/07/2017 10.00 Wib
I
- Mengatur posisidan mengubah posisi setiap 2 jam - Mengkaji kemampuan gerak pasien - Membantu pasien ke kamar mandi
S : Keluarga pasien mengatakan kaki masih susah digerakan. O : Keadaan umum lemah, aktivitas masih dibantu oleh perawat dan keluarga. A : Masalah sebagian teratasi. P : Intervensi dilanjutkan
22/07/2017 15.00 Wib
II
- Mengobservasi kemampuan mobilisasi pasien. - Mengganti balutan dan membersihkan luka bakar pasien dengan teknik steril. - Mengkaji keperluan perawatan luka. - Mengobservasi keadaan luka. - Mengevaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan.
S : Pasien mengatakan luka sudah mulai kering. O : Luka tampak tumbuh jaringan baru. A : Masalah teratasi sebagian. P : Intervensi dilanjutkan
22/07/2017 16.05 Wib
III
- Menjelaskan pada pasien faktor resiko dari stroke hemoragik. - Meninjau ulang keterbatasan melakukan kembali aktifitas. - Menjelaskan cara mengatasi stroke.
S : Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang penyakit. O : Pasien dan keluarga tidak bingung lagi. A : Masalah ansietas teratasi. P : Intervensi dihentikan.
39
23/07/2017 10.00 Wib
I
- Mengatur posisidan mengubah posisi setiap 2 jam - Mengkaji kemampuan gerak pasien - Membantu pasien ke kamar mandi
S : Keluarga pasien mengataka kedua kaki sudah bisa digerakkan. O : Keadaan umum lemah, aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat. A : Masalah kerusakan mobilitas teratasi sebagian. P : Intervensi dihentikan
23/07/2017 15.00 Wib
II
- Mengganti balutan dan membersihkan luka bakar dengan teknis steril. - Menyarankan pasien untuk makan diet TKTP untuk mempercepat penyembuhan luka. - Mengevaluasi kerusakan jaringan dan pertumbuhan jaringan baru.
S : Pasien mengatakan luka sudah mulai mengering. O : Luka pasien tampak mengering dan tumbuh jaringan baru. A : Masalah teratasi sebagian. P : Intervensi dihentikan
40
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis mencoba membahas mengenai masalah yang timbul selama penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien stroke hemoragik dengan melihat kesenjangan atau perbedaan yang terjadi antara teori yang menjadi rujukan dengan kasus yang penulis jumpai langsung dilapangan melalui tahap pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. A. Pengkajian Keperawatan Pada pasien dengan kasus stroke hemoragik, menurut rujukan yang penulis dapatkan, pengkajian yang dilakukan meliputi, riwayat kesehatan, nutrisi atau cairan, eliminasi, gangguan aktifitas pergerakan, kesukaran untuk istirahat, panas,terjadi perubahan status mental,kenyamanan atau nyeri (Nanda, 2014). Berdasarkanhasil pengkajian dengan kasus stroke hemoragik pada pasien Tn. M, umur 58 tahun, masuk ke Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara tanggal 17 Juli 2017, dengan keluhan utama pasien tidak sadar, suara nafas mengorok serta mengerang. Sebelumnya pasien pernah mengalami riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus. Berdasarkan hasil pengkajian Tn. M dengan stroke hemoragik, pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien lemah, dengan tanda-tanda vital : Suhu Tubuh38,7°C, Nadi 123×/m, TD 150/90 mmHg, RR 23×/m, TB 155 cm dan BB 60 kg.
41
Adapun kesenjangan yang ditemukan pada tahap pengkajian antara tinjauan teroritis dan tinjauan kasus adalah : Pada pengkajian teoritis terjadi perubahan status mental tidak dapat bicara, bicara pelo, berkurangnya komunikasi secara verbal, tidak dijumpai pada pasien karena pasiendapat berbicara dengan jelas dengan perawat maupun keluarga.
B. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan
tinjauan
teoritis
menurut
Nanda
(2014),
diagnosa
keperawatan yang timbul pada pasien stroke hemoragikadalah :Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, Kerusakan mobilitas fisik, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, Defisit perawatan diri, Konstipasidan Defisit pengetahuan. Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan pada Tn. M dengan stroke hemoragik di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara, penulis menganalisa beberapa permasalah yang timbul dan menyimpulkan beberapa diagnosa keperawatan, yaitu :Kerusakan mobilitas fisik, Kerusakan integritas jaringan kulit (dekubitus) dan Kurang pengetahuan. Dalam hal ini penulis menemukan diagnosa yang ada pada tinjauan kasus dan tidak ada pada tinjauan teoritis adalah :Kerusakan integritas jaringan kulit (dekubitus), dikarenakan pasien jarang mengubah posisi tidur dikarenakan sulit bergerak, sehingga terjadi penekanan pada daerah bokong yang menyebabkan aliran darah tidak lancar. Sedangkan yang ada pada tinjauan teoritis dan tidak ada pada tinjauan kasus yaitu :Ketidakefektifan perfusi jaringan serebraldan Konstipasi, karena berdasarkan hasil pengkajian bahwa tidak mengeluh sakit kepala dan BAB normal. Namun pada diagnosa menurut teori yaitu : Perubahan
42
nutrisi kurang dari kebutuhan dan Defisit perawatan diri ada dijumpai, namun tidak dilakukan pengkajian karena keterbatasan waktu.
C. Perencanaan Dari hasil analisa, yang menjadi diagnosa prioritas utama adalah :Kerusakan mobilitas fisik, karena mobilitas fisik merupakan kebutuhan fisiologi yang paling mendasar dalam melakukan segala aktifitas pasien dan itu dijumpai pada Tn. M. Dari hasil analisa kedua didapatkan Kerusakan integritas jaringan kulit (dekubitus), karena luka dekubitua dapat mengurangi rasa nyaman sehingga berpengaruh pada aktivitas pasien, oleh karena peningkatan integritas jaringan merupakan
masalah
penting
yang perlu diangkat
pada
pasien
stroke
hemoragik.Sedangkan hasil analisa terakhir adalah Kurang pengetahuan yang merupakan masalah penting karena peningkatan pengetahuan mempengaruhi bagaimana pasien mampu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya dalam proses perawatan.
D. Tahap pelaksanaan Implementasi untuk diagnosa I :Kerusakan mobilitas fisik. Implementasi ini dilakukan sesuai dengan teori yang ada diperencanaan misalnya melatih pasien gerak aktif, mengatur posisi pasien dan mengubah posisi setiap 2 jam, mengkaji kemampuan gerak dan membantu pasien beraktifitas. Implementasi untuk diagnosa II :Kerusakan integritas jaringan kulit (dekubitus). Implementasi dilakukan sesuai dengan tindakan kasus/teori yang
43
didapat misalnya mengkaji kerusakan jaringan kulit, melakukan perawatan luka, menyarankan pasien makan diet TKTP dan mengkaji keperluan perawatan luka. Implementasi untuk diagnosaIII :Kurang pengetahuan. Implementasi yang dilakukan pada tinjauan kasus yaitu menjelaskan faktor resiko, meninjau keterbatasan aktifitas dan menjelaskan cara magatasi stroke.
E. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, dimana terjadi umpan balik dan tindakan yang dibutuhkan. Evaluasi yang telah ditetapkan dalam tujuan untuk memulai perubahan serta kewajiban yang dicapai dan respon pasien setelah menjalani tindakan keperawatan maka dapatlah hasil bahwa : 1.
Diagnosa Kerusakan mobilitas fisik : Pada diagnosa ini masalah teratasi sebagian, karena keadaan pasien masih lemah dan aktifitas pasien masih dibantu oleh keluarga dan perawat.
2.
Diagnosa Kerusakan integritas jaringan kulit (dekubitus) : Pada diagnosa ini masalah sebagian teratasi karena pada daerah luka tampak mengering dan tumbuh jaringan baru.
3.
Diagnosa Kurang pengetahuan : Pada diagnosa ini masalah sudah teratasi karena pasien dan keluarga sudah mengerti dan tidak bingung lagi.
44
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis akan meringkaskan berupa kesimpulan dari keseluruhan isi Bab I sampai dengan Bab IV dan memberikan saran kepada semua pihak yang terlibat dalam proses asuhan keperawatan yang penulis berikan pada pasien Tn. M dengan Stroke Hemoragik di Ruang Perawatan Neurologi Rumah Sakit Umum Cut Mutia selama 3 hari mulai tanggal 21 sampai dengan 23 Juni 2017. A. Kesimpulan 1. Pengkajian pasien dengan stroke hemoragik harus dilakukan secara lengkap untuk mendapatkan hari pengkajian yang sesuai dan seimbang untuk penyembuhan dan harus diperlukan perawatan serta terapi khusus. 2. Diagnosa keperawatan yang penulis temukan pada pasien stroke hemoragik adalah : a. Kerusakan mobilitas fisik b. Kerusakan integritas jaringan c. Kurangnya tingkat pengetahuan 3. Pada rencana keperawatan yang penulis ambil berdasarkan diagnosa pada stroke hemoragik yang sesuai teori yaitu mengkaji kemampuan secara fungsional luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur dengan cara kaji derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan (0-4), mengubah posisi minimal miring kanan dan kiri setiap 2 jam sekali, melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada
45
semua ekstremitas, menganjurkan untuk melakukan latihan seperti melebarkan ( jari-jari tangan, kaki, telapak kaki dan kaki ), mengobservasi TTV, mengobservasi luka dekubitus, melakukan perawatan luka dekubitus, melakukan personal hygiene. Pada tujuan indikator waktu disesuaikan dengan kondisi pasien. 4. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan pasien dengan stroke hemoragik yang telah direncanakan dan diperlukan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga pasien, perawat ruangan dan dokter. 5. Dan hasil evaluasi yang didapat, penulis menyimpulkan bahwa ada 2 diagnosa keperawatan yang sebagian teratasi yaitu : a. Diagnosa 1 : Kerusakan mobilitas fisik. b. Diagnosa 2 : Kerusakan integritas jaringan. Namun ada satu diagnosa yang tertuntaskan yaitu tingkat pengetahuan pasien terhadap penyakit stroke.
B. Saran Setelah penulis membahas dan memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi pada perawatan pasien dengan stroke hemoragik, penulis dapat memberikan saran : 1. Pasien dan Keluarga agar lebih memperhatikan perawatan mobilisasi, personal hygiene, perubahan gaya hidup untuk mengendalikan faktor resiko misalnya berhenti merokok, mengkonsumsi nutrisi sesuai diet, pengendalian hipertensi guna mencegah terjadinya kembali penyakit
46
stroke dan mempelajari kembali cara perawatan untuk pasien stroke hemoragik. Hal ini penting agar lebih mengerti, memahami dan dapat melakukan rehabilitasi setelah pasien pulang dari rumah sakit. 2. Pihak rumah sakit khususnya Rumah Sakit Umum Cut Meutia untuk meningkatkan fasilitas kebutuhan pasien dan kebutuhan tenaga medis dan para medis seperti kelengkapan ruangan rawat inap, instrument laboratorium dan fisioterapi. 3. Diharapkan hasil penelitian ini, dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian yang berhubungan dengan stroke hemoragik. 4. Perawat harus bersikap dinamis dalam melakukan asuhan keperawatan dan mampu melakukan modifikasi tindakan. Evaluasi harus dilakukan secara berkesinambungan dan disusun dalam pendokumentasian yang lengkap dan jelas, sehingga dapat memberikan gambaran perkembangan pasien dan menilai hasil tindakan keperawatan yang dilakukan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. EGC. Jakarta. Amir, D. (2012). Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi) edisi 3. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang. American Heart Association (AHA). (2015). Heart Disease and Stroke StatisticsAt-a-Glance [Artikel]. http://www.heart.org Diakses pada 14 Juni 2017. Carpenito, L. J. (2009). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik (Terjemahan). Edisi 6. EGC. Jakarta. Corwin, Elizabeth J. (2010). Handbook of Pathophysiology edisi 3. USA: Lippincott Williams & Wilkins. Nike Budhi Subekti. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Pusat penelitian pengembangan kesehatan. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2011). 8 Dari 1000 Orang Di Indonesia Terkena Stroke. Jakarta. http://www.depkes.go.id/ index.php/berita/press-release/1703-8-dari-1000-orang-di-indonesiaterkena-stroke.html. Diakses pada 26 Juni 2017). Harsono. (2009). Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada Universitas Press. Jogjakarta. Irfan, Muhammad. (2010). Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Edisi Pertama. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. Ikawati, Z. (2011).Farmakoterapi Penyakit Sistem Saraf Pusat, Bursa Ilmu. Yogyakarta. Junaidi, Iskandar, (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. ANDI.Yogyakarta. Medical Record. (2017). Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia. Aceh Utara. Mansjoer, Arif, dkk. (2013). Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga edisi8. FKUI. Jakarta. Nanda. (2014). International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi: EGC. Jakarta. Profil Kesehatan Tahun 2015. Dinas Kesehatan Provinsi Aceh. Banda Aceh.
48
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Badan Litbangkes. Jakarta. Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddarth Edisi 8. EGC. Jakarta. Santoso, A. (2011). Statistik Untuk Psikologi. Universitas SanataDharma. Yogyakarta. Valente et al. (2015). Ischemic Stroke Due to Middle Cerebral Artery M1 Segment Occlusion: Latvian Stroke Register Data. Proceedings of the Latvian Academy of Sciences, Volume 69, Issue 5, Pages 274–277. http://www.degruyter.com. Diakses pada 21 Juni 2017. Wartonah, Eros SS. (2010). Keperawatan Medikal SistemPersarafan. CV Sagung Seto. Jakarta.
Yeyen,
Bedah
Gangguan
Mohammad. (2013). Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Pohawato Tahun 2012. Skripsi S-1. Universitas Negeri Gorontalo. http://eprints.ung.ac.id. Diakses pada 9 Juli 2017.
Yayasan Stroke Indonesia. (2012). Tahun 2020, Penderita Stroke Meningkat 2 Kali.Yayasan Stroke Indonesia. Jakarta.
49
BIODATA PENULIS
Nama
: Sri Yanti
Tempat/ Tgl. Lahir
: Langsa/13 Oktober 1997
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Mahasiswa
NIM
: 1407401013
Judul KTI
: Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Stroke Hemoragic Di Ruang Perawatan Neurologi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara 2017
No. HP
: 081370053513
Nama Orang Tua : Ayah
: Tarmizi
Ibu
: Samsiah
Alamat
: Desa Seuneubok Paya Bireuen
Riwayat Pendidikan : - MIN Blang Bladeh
: Tahun 2005 s/d 2011
- SMP Negeri 1 Jeumpa
: Tahun 2011 s/d 2013
- SMA Negeri 3 Bireuen
: Tahun 2013 s/d 2015
- Stikes Muhammadiyah Lhokseumawe
: Tahun 2015 s/d 2017
Lhokseumawe,
Oktober 2017
Penulis
( Sri Yanti )