BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gastr
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari makalah ini adalah mahasiswa mampu memahami konsep penyakit Gastritis dan mempelajari asuhan keperawatan pada pasien Gastritis serta memberikan pemahaman pada mahasiswa agar dapat berfikir secara logis dan ilmiah sesuai dengan kenyataan yang ada di lahan. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini yaitu mahasiswa mampu : a. Menggambarkan proses pengkajian pada penyakit Gastritis b. Menggambarkan proses penentuan diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit Gastritis c. Menggambarkan proses penyusunan intervensi keperawatan yang tepat untuk penyakit Gastritis d. Menggambarkan proses implementasi keperawatan pada penyakit Gastritis e. Menggambarkan proses evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada penyakit Gastritis
C. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat melakukan pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitarnya agar tidak terkena penyakit Gastritis. Penyusunan makalah ini juga berfungsi untuk mengetahui antara teori dan kasus nyata 1
yang terjadi dilapangan sinkron atau tidak, karena dalam teori yang sudah ada tidak selalu sama dengan kasus yang terjadi. Sehingga disusunlah makalah ini. 2. Manfaat Praktis a)
Bagi Rumah Sakit Manfaat praktis penyusunan makalah bagi rumah sakit yaitu dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan bagi pasien khususnya dengan gangguan sistem Gastrointestinal dan melakukan pencegahan dengan memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien yang beresiko menjadi penyakit Gastritis.
b) Bagi Perawat Manfaat praktis penyusunan makalah bagi perawat yaitu perawat dapat menentukan diagnosa dan intervensi keperawatan yang tepat pada pasien dengan gangguan sistem Gastrointestinal. c)
Bagi Instansi Akademik Manfaat praktis bagi instansi akademik yaitu dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang asuhan keperawatan dengan gangguan system Gastrointestinal.
d) Bagi Pasien dan Keluarga Manfaat praktis penyusunan makalah bagi pasien dan keluarga yaitu supaya pasien dan keluarga dapat mengetahui gambaran umum tentang gangguan system gastrointestinal beserta perawatan yang benar bagi klien agar penderita mendapat perawatan yang tepat dalam keluarganya. e)
Bagi Pembaca Manfaat penyusunan makalah bagi pembaca yaitu menjadi sumber referensi dan informasi bagi orang yang membaca karya tulis ini supaya mengetahui dan lebih mendalami bagaimana cara merawat pasien yang terkena penyakit gastritis.
2
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. A a. lambung
Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di antara bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus. Lambung merupakan ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada di bawah diafragma, terletak pada regio epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri pada regio abdomen (Tortora & Derrickson, 2009). lambung normalnya memiliki panjang kira-kira 25 cm dan merupakan organ yang dapat meregang yang mampu menmpung mencapai volume 4 liter air dan makanan. Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu kardiak, fundus, badan (body), antrum, dan pilori. Kardia adalah daerah kecil yang berada pada hubungan gastroesofageal (gastroesophageal junction) dan terletak sebagai pintu masuk ke lambung Fundus adalah daerah berbentuk kubah yang menonjol ke 3
bagian kiri di atas kardia. Badan (body) adalah suatu rongga longitudinal yang berdampingan dengan fundus dan merupakan bagian terbesar dari lambung. Antrum adalah bagian lambung yang menghubungkan badan (body) ke pilorik dan terdiri dari otot yang kuat. Pilorik adalah suatu struktur tubular yang menghubungkan lambung dengan duodenum dan mengandung spinkter pilorik (Schmitz & Martin, 2008). lambung dilapisi epitel kolumnar, yaitu sel-sel penghasil mukosa. epitel tersebut memiliki jutaan lubang keluar asam lambung sehingga kelenjar gastrik dapat menghasilkan 4-5 liter asam lambung per hari. kelenjar gastrik mengandung berbagai sel-sel sekretorik yang menghasilkan substansi atau zat untuk melindungi lambung dari tercerna oleh asam lambung, menyekresi asam hidroklorat dan faktor intrinsic, dan membantu mengatur motilitas gastrik. b. fisiologi sekresi getah lambung Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung. Sel-sel yang bertanggung jawab untuk fungsi sekresi, terletak di lapisan mukosa lambung. Secara umum, mukosa lambung dapat dibagi menjadi dua bagian terpisah : (1) mukosa oksintik yaitu yang melapisi fundus dan badan (body), (2) daerah kelenjar pilorik yang melapisi bagian antrum. Sel-sel kelenjar mukosa terdapat di kantong lambung (gastric pits), yaitu suatu invaginasi atau kantung pada permukaan luminal lambung. Variasi sel sekretori yang melapisi invaginasi ini beberapa diantaranya adalah eksokrin, endokrin, dan parakrin (Sherwood, 2010). Ada tiga jenis sel tipe eksokrin yang ditemukan di dinding kantung dan kelenjar oksintik mukosa lambung, yaitu : 1) Sel mukus yang melapisi kantung lambung, yang menyekresikan mukus yang encer. 2) Bagian yang paling dalam dilapisi oleh sel utama (chief cell) dan sel parietal. Sel utama menyekresikan prekursor enzim pepsinogen. 3) Sel parietal (oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik. Oksintik artinya tajam, yang mengacu kepada kemampuan sel ini untuk menghasilkan keadaan yang sangat asam.
4
Semua sekresi eksokrin ini dikeluarkan ke lumen lambung dan mereka berperan dalam membentuk getah lambung (gastric juice ) (Sherwood, 2010). Sel mukus cepat membelah dan berfungsi sebagai sel induk bagi semua sel baru di mukosa lambung. Sel-sel anak yang dihasilkan dari pembelahan sel akan bermigrasi ke luar kantung untuk menjadi sel epitel permukaan atau berdiferens6iasi ke bawah untuk menjadi sel utama atau sel parietal. Melalui aktivitas ini, seluruh mukosa lambung diganti setiap tiga hari (Sherwood, 2010). Kantung-kantung lambung pada daerah kelenjar pilorik terutama mengeluarkan mukus dan sejumlah kecil pepsinogen, yang berbeda dengan mukosa oksintik. Sel-sel di daerah kelenjar pilorik ini jenis selnya adalah sel parakrin atau endokrin. Sel-sel tersebut adalah sel enterokromafin yang menghasilkan histamin, sel G yang menghasilkan gastrin, sel D menghasilkan somatostatin. Histamin yang dikeluarkan berperan sebagai stimulus untuk sekresi asetilkolin, dan gastrin. Sel G yang dihasilkan berperan sebagai stimuli sekresi produk protein, dan sekresi asetilkolin. Sel D berperan sebagai stimuli asam (Sherwood, 2010).
B. Konsep Medik Penyakit Gastritis 1.
Definisi Gastritis Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2012). Menurut Hirlan dalam (Suyono, 2008) gastritis merupakan proses inflamasi pada mukosa lambung dan submukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Secara histopatologi dapat dibuktikan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Sedangkan menurut Suratun (2010), gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan istilah sakit “mag” atau sakit ulu hati ialah suatu peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan ketidakaturan 5
diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Yuliarti, 2009). Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakaturan dalam pola makan, misalnya terlambat makan, makan terlalu banyak, cepat, makan makanan yang terlalu berbumbu dan pedas. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadiya gastritis.
2.
Klasifikasi Gastritis Klasifikasi gastritis Menurut Mustakim (2009), gastritis dibagi 2 yaitu : a. Gastritis Akut Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan dan dapat disembuhkan atau sembuh sendiri merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin, bakteri, alkohol, kafein, dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang sering, obat-obatan lain seperti NSAID juga terlibat. Beberapa makanan berbumbu termasuk cuka, lada, atau mustard dapat menyebabkan gejala yang mengarah pada gastritis. b. Gastritis kronik Gastritis kronik ditandai oleh atropi progresif epitel kelenjar disertai dengan kehilangan sel pametel dan cref cell. Gastritis kronis diduga merupakan predisposisi timbulnya tukak lambung akut karsinoma. Insiden kanker lambung khususnya tinggi pada anemia pernisiosa. Sedangkan menurut (Suratun & Lusianah, 2010), klasifikasi gastritis terbagi 2 yaitu : 1) Gastritis
akut,
merupakan
peradangan
pada
mukosa
lambung
yang
menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan setelah terpapar pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung. a) Gastritis kronik, merupakan gastritis yang terkait dengan atropi mukosa gastrik sehingga produksi HCl menurun dan menimbulkankondisi achlorhidria dan ulserasi peptic. Gastritis kronik dapat diklasifikasikan 6
pada tipe A dan Tipe B. Tipe A merupakan gastritis autoimun. Adanya antibody terhadap sel parietal menimbulkan reaksi peradangan yang pada akhirnya dapat menimbulkan atropi mukosa lambung. Pada 95% pasien dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastitis atropi kronik memilki antibody terhadap sel parietal. Biasanya kondisi ini merupakan tendensi terjadinya Ca lambung pada fundus atau korpus. b) Tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat infeksi oleh helicobacter phyori. Terdapat inflamasi yag difuse pada lapisan mukosa sampai muscularis, sehingga sering menyebabkan perdarahan dan erosi. Sering mengenai antrum.
3.
Etiologi dan Faktor Risiko Menurut (Potter, 2008), terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan, sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Menurut Suratun & lusiana, (2010), penyebab gastritis yaitu : a. Konsumsi obat-obatan kimia (asetaminofen/aspirin, steroid kortikosteroid), digitalis. Asetaminofen dan kortikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung, NSAIDS (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs) dan kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin sehingga sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam sehingga menimbulkan iritasi mukosa lambung. b. Konsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung. c. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka, lada) menyebabkan kerusakan mukosa lambung dan menimbulkan edema dan perdarahan. d. Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan saraf pusat) merangsang peningkatan prouksi HCL lambung. e. Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, eschericia coli, salmonella dan lainlain.
7
4. Patofisiologi Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan local. Patofisiologi terjadinya gastritis dan tukak peptic ialah bila terdapat ketidakseimbangan factor penyerang (ofensif) dan factor pertahanan (defensive) pada mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan factor ofensif dan atau penurunan kapasitas defensive mukosa. Factor ofensif tersebut meliputi asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim pancreas, infeksi Helicobacter pylori yang bersifat gram-negatif, OAINS, alcohol dan radikal bebas. Sedangkan system pertahanan atau factor defensive mukosa gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni elemen preepitelial, epithelial, dan subepitelial ( Pangestu, 2003). Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama adalah berupa lapisan mucus bicarbonate yang merupakan penghalang fisikokimiawi terdapat berbagai bahan kimia termasuk ionhidrogen (Kuma,2005). Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosive). Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi lambung dalam autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan merusak mukosa. Kehadiran HCl dimukosa lambung menstimulasi perubahahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intrasel ke ekstrasel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul perdarahan pada lambung. Biasanya lambung dapat melakukan regenerasi mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya. Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi terus-menerus. Jaringan yang meradang akan di isi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun atau hilang sehingga cobalamin (vitamin B12 ) tidak dapat diserap di usus halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel darah merah. Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia. Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan.
8
a.
Gastritis akut. Gastritis Akut Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan (Price & Wilson, 2006)
b.
Gastritis kronik Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory (H. pylory). Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis) mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum) ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus ke dalam lambung (Smeltzer, Suzanne, Bare, & Brenda, 2002). 9
5. Manifestasi Klinis a.
Gastritis akut yaitu anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada hemeostatis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.
b.
Gastritis kronik. Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati anorexia, nausea dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan. Gejala gastritis atau maag di antarnya yaitu tidak nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, lambung terasa penuh, kembung, bersendawa, merasa cepat kenyang, perut keroncongan dan sering kentut serta timbulnya luka pada dinding lambung. Gejala ini bisa menjadi akut, berulang dan kronis. Disebut kronis bila gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terusmenerus dan gastritis ini dapat ditangani sejak awal yaitu: mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil, berhenti mengkonsumsi makanan pedas dan asam, berhenti merokok serta minuman beralkohol dan jika memang diperlukan dapat minum antasida sekitar setengah jam sebelum makan atau sewaktu makan (Misnadiarly, 2009). Tanda dan Gejala
Penyebab
Mual
HCl meningkat Adanya penekanan terhadap saraf vagus, dan memberikan
Muntah
reflek ingin muntah Karena lambung banyak terisi HCl maka lambung akan terasa penuh, selain itu rasa mual juga dapat menyebabkan
Tidak Nafsu Makan
tidak nafsu makan
Nyeri
Peradangan oleh agen iritasi lambung terhadap lambung Perdarahan lambung akibat erosi oleh agen iritasi lambung
Hematesis
yang mengenai pembuluh darah di lambung
Dalam tinja terdapat Perdarahan lambung akibat erosi oleh agen iritasi lambung darah
yang mengenai pembuluh darah di lambung Lambung yang terisi HCl yang penuh dapat menyebabkan
Mulut terasa asam
HCl terasa sampai di rongga mulut 10
6. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Suratun (2010. Hal: 71) pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan gastritis meliputi : a. Darah lengkap bertujuan untuk mengetahui adanya anemia. b. Pemeriksaan serum vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui adanya defesiensi B12. c. Analisa feses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses. d. Analisa
gaster
bertujuan
untuk
mengetahui
kandungan
HCI
lambung. Acholohidriamenunjukkan adanya gastritis atropi. e. Test antibody serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya antibody sel pariental dan faktor instrinsik lambung terhadap helicobacter pylori. f. Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum. g. Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.
7. Komplikasi Gastritis a. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi. b. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. c. Perdarahan saluran cerna bagian atas dan Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin.
8. Penatalaksanaan Gastritis a. Penatalaksanaan Medis Pada klien yang mengalami mual dan muntah anjurkan pasien untuk bedrest, status NPO (Nothing Peroral), pemberian antiemetic dan pasang infuse ntuk mempertahankan cairan tubuh klien. Pasien biasanya sembuh spontan dalam beberapa hari. Bila muntah berlanjut perlu dipertimbangkan pemasangan NGT 11
(Naso Gastric Tube). Antasida diberikan untuk mengatasi perasaan begah (penuh) dan tidak enak di abdomen dan menetralisir asam lambung dengan peningkatan pH lambung sekitar 6. Antagonis H2 (seperti rantin atau ranitidine, simetidin) dan inhibitor pompa proton (seperti omeprazol atau lansoprazole) mampu menurunkan sekresi asam lambung. Antibiotik diberikan bila dicurigai adanya infeksi oleh helicobacter pylori. Kombinasi dua atau tiga antibiotic dapat diberikan untuk mengeradikasi helicobacter pylori (seperti clarithromycin dan amoksisilin). Bila telah terjadi perdarahan akibat erosi mukosa lambung maka perlu dilakukan transfuse darah untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh dan dilakukan lavage (bilas) lambung. Bila tidak dapat dikoreksi maka pembedahan gastritis adalah gastrectomi parsial, vagotomi atau pyloroplasti. Injeksi intravena cobalamin dilakukan bila terdapat anemia pernisiosa. (Suratun & Lusianah, 2010). Sedangkan menurut (Suyono, 2008), penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2 inhibition pompa proton, antikolinergik, dan antasida juga ditujukan sebagai sifoprotektor berupa sukralfat dan prostaglandin. b. Penatalaksanaan Keperawatan Menurut (Suratun & Lusianah, 2010), Focus intervensi keperawatan adalah bagaimana mengevaluasi dan mengeliminasi factor penyebab gastritis antara lain anjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi alkohol, kafein, teh panas, atau zat iritan bagi lambung serta merubah gaya hidup dengan pola hidup sehat dan meminimalisasi stress. 1) Pemeriksaan Fisik Gastritis - Kesadaran : pada awalanya CM(compos mentis), perasaan tidak berdaya - Respirasi : tidak mengalami gangguan - Kardiovaskuler : hypotensi, takikardia,disritima, nadi perifer lemah, pengisisna kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pusat,sianosis,kulit/membrane mukosa berkeringat(status syok,nyeri akut) - Persyarafan
:
sakit
kepala,
kelemahan,tingkat
terganggu,disorientasi/binggung ,nyeri epigastrium. 12
kesadarandapat
- Pencernaan : anoreksia,mual ,muntah oleh karena luka duodenal,nyeri uluh hati ,tidak toleransi terhadap makanan (coklat,pedas), membrane mukosa kering. Factor pencetus : makanan ,rokok ,alcohol,obat-obatan dan stressor psikologi - Gemetourenarial :-s biasanya tidak mengalami gangguan - Mulskuloskeletal : kelemahan,kelelahan - Intergritas ego : factor stress akut,kronis,perasaan tidak berdaya ,adanya tanda ansintas : gelisah ,pucat , berkeringat. 2) Tindakan Mandiri - Berikan diet tinggi kalori sesuai toleransi - Berikan terapi antasida dan antibiotik 3) Manajemen Gizi a) Diet Untuk Penderita Gastritis Berikut adalah tiga tips diet sehat bagi penderita gastritis : - Makan Teratur Makan dengan jarak teratur adalah prinsip utama bagi penderita gastritis. Makanlah dalam porsi kecil setiap 3 jam sekali. Jangan pernah membiarkan perut terlalu lama kosong. Selain mengurangi makan, cobalah lebih teratur berolahraga, misalnya jalan kaki selama 30 menit sehari. - Step By Step Sebaiknya, usaha menurunkan berat badan tidak dilakukan secara drastis. Capailah berat badan ideal dalam beberapa tahap. Misalnya, tahap pertama adalah menentukan target penurunan berat badan sekitar 5-10 % atau 4-9 kg dari berat badan saat ini. Setelah target pertama tercapai, barulah menentukan target kedua dan selanjutnya. - Perkecil porsi makanan Kurangi jumlah makanan hingga 1/3 atau ½ dari porsi yang biasa anda makan. Sebagai gantinya, makanlah buah-buahan segar yang tidak asam serta minum susu nonfat tanpa gula atau teh hangat tanpa gula. Sebagai teman minum teh, anda bisa memilih biskuit sehat. Selain itu, hindari makanan yang diolah dengan minyak atau santan kental. Jika 13
anda dinyatakan positif menderita gastritis, sebaiknya kenali jenis-jenis makanan yang tidak mengganggu gastritis anda. Salah satu cara untuk mengurangi kambuhnya gasritis adalah makan dalam porsi kecil, namun frekuensinya sering. Misalnya, anda sering mengosumsi makanan ringan tiap 1 atau 2 jam sekali sebelum atau sesudah makan besar guna menghindari perut dalam keadaan kosong. b) Tinjauan Tentang Pola Makan Pada Pasien Gastritis Pola makan dapat diartikan suatu kebiasaan menetap dalam hubungan dengan konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan : makanan pokok, sumber protein, sayur, buah dan berdasarkan frekuensi : harian, 28 mingguan, pernah, dan tidak pernah sama sekali. Dalam hal pemilihan makanan dan waktu makan manusia dipengaruhi oleh usia, selera pribadi, kebiasaan, budaya, dan social ekonomi (Almatsier, 2002). Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes, 2014).Adapun jenis makanan yang dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan gastritis adalah jenis makanan yang berbumbu dan asam seperti cuka, makanan pedas yang dapat menyebabkan terjadinya pengeluaran asam lambung secara berlebihan atau mengiritasi lambung dan makanan yang kurang terjaga kebersihannya sehingga terkontaminasi oleh kuman penyebab penyakit. Maka dalam pola makan sehari-hari
seseorang harus
memperhatikan jenis, jumlah dan keteraturan makan mempertahankan kesehatan status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit gastritis. Beberapa hal yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis adalah infeksi bakteri, pemakaian obat penghilang nyeri secara terus-menerus, konsumsi alkohol secara berlebihan, penggunaan kokaina, stress fisik, kelainan system kekebalan tubuh, radiasi dan kemoterapi, serta penyakit bile refluks. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh (Putra, 2013). 14
Selain beberapa penyebab tersebut, gastritis dapat disebabkan oleh makanan. Sebagaimana dilansir dalam (Putra, 2013), gangguan pada lambung sering disebabkan oleh tingginya kadar asam lambung. Selain karena 29 terlambat makan ataupun stress, yang juga turut mempengaruhi naiknya kadar asam lambung adalah jenis makanan jenis makanan yang masuk ke dalamnya. Berikut adalah tujuh jenis makanan yang disarankan oleh keda ahli otolaringologi tersebut agar dikurangi asupannya : - Cokelat Kandungan kakao, kafeina, dan stimulan lain, seperti theobromine dapat menyebabkan kadar asam di lambung meningkat. Selain itu, cokelat juga banyak mengandung lemak. Sementara itu, lemak dapat berpengaruh pada asam lambung. - Minuman Bersoda Minuman yang mengandung soda atau berkarbonasi adalah salah satu penyebab utama gangguan pada lambung. Pasalnya, minuman jenis ini sifatnya sangat asam, ditambah dengan efek karbonasi, yang membuat perut jadi kembung, sehingga membuat kondisi makin tidak nyaman. - Makanan yang digoreng Makanan ini juga bisa berpengaruh pada asam lambung karena memiliki kadar lemak yang tinggi. Selain itu, hobi makan gorengan kerap menimbulkan gangguan Heartburn, yaitu rasa nyeri yang terdapat di ulu hati. - Minuman Beralkohol Konsumsi bir, minuman keras, dan anggur dapat berpengaruh terhadap naiknya asam lambung. Memang, ada beberapa jenis minuman alkohol yang sifatnya tidak terlalu asam, tetapi para ahli menyatakan bahwa akohol 30 dapat melemaskan saluran dibagian bawah esophagus dan hal tersebut dapat menyebabkan naiknya asam lambung.
15
- Produk olahan susu yang tinggi lemak Makanan tinggi lemak dapat meningkatkan kadar asam lambung. Sementara itu, banyak produk olahan susu yang sudah bersifat asam. - Daging yang berlemak Selain kandungan lemaknya tinggi, daging sapi, kambing ataupun domba dapat bertahan lama dalam perut, sehingga meningkatkan kemungkinan naiknya asam lambung. - Kafeina Kebiasaan minum kopi yang berlebihan dapat berkontribusi terhadap gangguan lambung. Dalam masalah ini yang paling penting adalah memberikan health education terhadap pasien gastritis untuk menghindari makanan yang dapat merangsang atau mengiritasi lambung seperti makanan pedas, makanan berbumbu tajam, makanan asam, serta pola makan yang tepat baik dari segi jenis, jumlah, dan jadwal/keteraturan makan. Disamping itu pula kebersihan makanan harus diperhatikan agar tidak terkontaminasi oleh Helicobacter Pylori penyebab penyakit. Pemberian Health education kepada penderita untuk mengenali secara dini gejala gastritis dan secepatnya berobat ke puskesmas terdekat bila gejala gastritis itu kambuh adalah salah satu cara yang paling baik untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah dari penyakit tersebut. Selain itu, para penderita gastritis dan radang lambung disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang dapat mengurangi serangan nyeri lambung, seperti kentang, pisang, brokoli, bubur, serta lainnya namun dengan memperhatikan kandungan serat pada makanan karena makanan dengan kadar serat yang tinggi dapat merangsang saluran cerna. Berikut adalah penjelasan detailnya. Kentang Kentang merupakan sumber karbohidrat yang baik dan mampu memberikan rasa kenyang cukup lama. Mengonsumsi bubur kentang atau jus kentang yang bersifat basa di pagi hari dapat 16
bermanfaat guna menetralisasi asam lambung sebelum menyantap makanan lain. Pisang Pisang mengandung kalium, yang bermanfaat menyeimbangkan pH (derajat keasaman) didalam lambung. Pisang juga mampu memberi rasa kenyang, sehingga amat baik dikonsumsi di antara waktu makan. Selain itu, pisang juga kaya akan potasium, yang mampu menormalkan peningkatan tekanan darah akibat serangan stres. Brokoli Brokoli merupakan sumber kalium dan sulfur yang baik. Sulfur mampu berperan sebagai antioksidan pelindung lapisan dalam kulit lambung. Brokoli juga kaya akan vitamin C, yang baik untuk memelihara stamina tubuh. Makanan lain yang mengandung sulfur adalah bawang merah dan bawang putih. Lidah Buaya Tanaman yang konon dikenal dengan khasiatnya yang dapat memanjangkan rambut ini bermanfaat guna meredakan panas dalam dan mempercepat penyembuhan luka. Kandungan saponin pada lidah buaya mempunyai kemampuan antiseptic. Sedangkan, kandungan
antrakuinon
dan
kuinonnya
berkhasiat
sebagai
antibiotik, penghilang rasa sakit, dan merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit. Tidak ketinggalan, kandungan mukopolisakarida di dalam lidah buaya juga berguna untuk memulihkan radang, termasuk radang saluran pencernaan dan arthritis.
9. Terkait Perkembangan Sasaran Banyak hal yang dapat menjadi penyebab gastritis terkait sesuai perkembangan diantaranya : a. Infeksi Bakteri Diketahui penyebab utama dari penyakit mag atau gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter pylori, namun infeksi tersebut semata-mata tidak akan 17
menyebabkan orang terkena gastritis, tetapi faktor lain seperti genetik, kebiasaan merokok, dan makanan yang tidak sehat juga berperan penting. b. Penggunaan Obat Anti Nyeri Berkepanjangan penggunaan obat-obatan yang tergolong dalam OAINS (obat anti inflamasi non steroid) seperti aspirin, ibuprofen, meloxicam, diclofenac berperan penting dalam terjadinya gastritis karena obat-obat tersebut bersifat merusak dinding pertahanan yang ada pada lambung. c. Usia Tua Pada orang tua, imbuh dr Anshory, dinding pertahanan pada lambung juga terjadi penuaan sejalan dengan usia sehingga lebih mungkin muncul gastritis dibandingkan orang usia muda. d. Merokok dan Penggunaan Alkohol Berlebihan Zat pada rokok dan alkohol dapat menyebabkan erosi pada dinding lambung yang dapat menyebabkan gastritis e. Stress Stres yang muncul baik psikologis maupun fisiologis seperti pada orang-orang yang menjalani operasi besar, kecelakaan, luka bakar, infeksi berat dapat memicu terjadinya gastritis. f. Autoimun Adanya gangguan pada sistem imun yaitu sistem kekebalan tubuh yang menyerang diri sendiri dalam hal ini mengenai sel-sel yang bertugas melindungi lambung. Hal ini jarang namun dapat terjadi. "Gastritis autoimun sering terjadi pada orang-orang yang mengalami penyakit autoimun lain seperti diabetes mellitus tipe 1, hashimoto disease, lupus. Kondisi lain seperti infeksi virus, parasit, dan lain-lain,"
18
BAB III PENUTUP
A. Penutup Menurut Hirlan dalam (Suyono, 2008) gastritis merupakan proses inflamasi pada mukosa lambung dan submukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Secara histopatologi dapat dibuktikan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Sedangkan menurut Suratun (2010), gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau local. Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan istilah sakit “mag” atau sakit ulu hati ialah suatu peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan ketidakaturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Yuliarti, 2009) Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakaturan dalam pola makan, misalnya terlambat makan, makan terlalu banyak, cepat, makan makanan yang terlalu berbumbu dan pedas. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadiya gastritis.
B. Saran Diharapkan mahasiswa keperawatan maupun pembaca sebaiknya mengetahui gangguan pada
penyakit
Gastritis.
Mahasiswa
keperawatan
juga
diharapkan
mampu
mengimplementasikan bagaimana cara melakukan pendidikan kesehatan terkait masalah tersebut, memahami Asuhan Keperawatan dan melakukan penanganan terhadap serangan Gastritis pada pasien-pasien terkait.
19
DAFTAR PUSTAKA
Priscilla LeMone, Karen M. Burke, Gerene Bauldoff. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah-Gangguan gastrointestinal Edisi 5. Jakarta: EGC Brunner & Suddarth. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC Price, Sylvia A & M.Wilson Lorraine. 2000. Buku Patofisiologi, Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit Edisi 4. Jakarta:EGC Chandrasoma & parakrama (2005). Ringkasan patofisiologi Anatomi edisi 2. Jakarta : EGC. Doengoes,Marilyn.E.dkk.2015.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Bruner & Sudart, (2014), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta.
20