Krisis Dan Ketidakmampuan.docx

  • Uploaded by: rissaalhuzna
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Krisis Dan Ketidakmampuan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,816
  • Pages: 16
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah ,atas limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan tugastentang “ASUHAN KEPERAWATA KLIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS DAN KETIDAK MAMPUAN” Makalah salah satu

tugas mata

ini

disusun

sebagai

kuliah KEPERAWATAN JIWA. Dalam kesempatan ini kami

mengucapkan terimakasih kepada Yth : 1. Dosen pembimbing yohana sitanggang 2. Rekan – rekan satu kelompok yang telah membantu dalam pembuatan makalah Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa, atau pun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuklebih baik di masa yang akan datang.

Martapura kamis, 4 April 2019

Penyusun

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................

1

DAFTAR ISI.......................................................................................................

2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.............................................................................................

3

B. Rumusan Masalah .......................................................................................

4

C. Tujuan ..........................................................................................................

5

D. Manfaat ........................................................................................................

5

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian...................................................................................................... 6 B. Faktor predisposisi ................................................................................ ........ 6 C. Patofisiologi .................................................................................................. 7 D. Gejala ............................................................................................................ 8 E. Komplikasi .................................................................................................... 9 F. Penatalaksanaan ............................................................................................ 9 G. Asuhan Kebidanan Pada Kaus Abortus Tertunda ......................................... 10

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS DAN KETIDAKBERDAYAAN A. Kesimpulan ................................................................................................... 16 B. Saran-Saran ................................................................................................... 16

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................... 16 B. Saran-Saran ................................................................................................... 16

DAPTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronis Penyakit kronis yang diderita oleh orang didunia ini, salah satunya penyakit stroke. Sekitar 85% kasus penyakit stroke penyebabnya iskemik yaitu berasal dari trombosis dan emboli, 10% disebabkan oleh perdarahan intraserebral dan 5% akibat perdarahan arakhoid. Stroke merupakan 12% kematian di dunia (Bradley, 2007). Cerebrovascular Disease atau Stroke ( istilah yang tidak tepat ) atau dalam bahasa Indonesia gangguan peredaran darah otak ( GPDO ) adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak yang timbul secara mendadak atau secara cepat dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu Harsono, 2005 ( dalam cholik 2014 ). Menurut WHO (2012), diperkirakan setiap tahun di Indonesia terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia. Pasien stroke yang disebabkan infark atau penyumbatan maupun hemoragik atau perdarahan akan mengalami kelemahan wajah, lengan, kaki dan paralisis wajah. Tidak hanya itu akan mengalami berjalan tidak mantap (ataksia) dan kesulitan membentuk kata serta kesulitan berbicara. Pasien stroke dalam pemberian nutrisi akan mengalami kesulitan karena kesulitan menelan (Tutu,2012). Angka kejadian hipertensi diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2.025 dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 37,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas dimana wanita beresiko lebih tinggi dari pada laki-laki. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% resiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi 3

penyebab kematian pada semua umur di Indonesia. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dari tahun 2013-2014 di Puskesmas Kedung Kandang – Malang mengalami peningkatan tercatat padatahun 2013 dengan jumlah 425,650 jiwa, dan pada 2014 tercatat 440,505 jiwa. Peningkatan jumlah penderita ini disebabkan oleh karena masyarakat jarang mengontrolkan tekanan darah ke Puskesmas sehingga terjadi tekanan darah yang tidak terkontrol. Peran keluarga diharapkan dapat meningkatkan perawatan bagi pasien stroke guna meminimalkan terjadinya kecacatan fisik dan ketergantungan pasien stroke dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Peran dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah akan meningkat (Tamher dan Noorkasiani, 2009) dan peran keluarga dapat diberikan dalam bentuk memberikan semangat, motivasi, dan dorongan kepada individu agar dapat menerima kondisi dan berusaha dengan kuat untuk sembuh. Dukungan ini seperti dapat membangun perasaan individu untuk bangga pada dirinya sendiri, merasa mampu dan merasa dihargai, diantaranya dukungan instrumental dan dukungan informasional. Menurut penelitian bahwa butuh waktu pemulihan stroke secara keseluruhan dalam enam bulan pertama dan keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Berdasarkan pengamatan pada beberapa keluarga pasien stroke rawat jalan di Puskesmas Kedung Kandang sebagian besar tidak mendapat perhatian khusus dari keluarganya karena berbagai penyebab. Salah satunya adalah keluarga dengan stroke memiliki pendidikan dan ekonomi yang rendah serta terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai petani dan buruh rumah tangga yang waktunya dihabiskan seharian untuk melakukan kegiatan tersebut. Keluarga hanya bertugas mengantarkan ke dokter ketika jadwal kontrol saja dan terkadang keluarga lupa dengan jadwal kontrol rutin pasien, keluarga jarang memperhatikan pola makan sehari-harinya, kurang dapat memodifikasi lingkungannya, dan kurang dapat 3 memotivasi serta membantu anggota keluarganya yang mengalami stroke tersebut untuk menjalani latihan. Berdasarkan data permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul peran keluarga dalam upaya meminimalisasi serangan stroke pada pasien hipertensi di rumah di wilayah kerja puskesmas Kedungkandang.1.2Rumusan MasalahBagaimanakah peran keluarga dalam upaya meminimalisasi serangan stroke selama dirumah?1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak 4

dicapai dalam penelitian ini adalah ingin membahas atau mengkaji tentang peran keluarga dalam upaya meminimalisasi serangan stroke pada pasien hipertensi dirumah. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1Manfaat hasil penelitian studi kasus bagi pasien dan keluarga Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi keluarga terkait upaya meminimalisasi serangan stroke pada pasien hipertensi di rumah. Pasien dan keluarga diharapkan bisa lebih terbuka dalam menyampaikan keluhan dan masalah-masalahnya baik pada keluarga atau perawat sehingga bisa merawat dan meminimalisasi sendiri di rumah. 1.4.2Manfaat hasil penelitian studi kasus bagi perawat Untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang upaya meminimalisasikan serangan stroke dan keluarga bagaimana cara mencegah terjadinya stroke. Perawat diharapkan dapat lebih memahami pasien yang menderita stroke dan mampu mengajarkan ke keluarga dalam meminimaliasi serangan stroke di rumah dan dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada penderita stroke . 4 1.4.3Manfaat hasil penelitian studi kasus bagi institusi pendidikan Sebagai bahan acuan lebih lanjut dalam melakukan studi kasus tentang masalah meminimalisasikan stroke pada lansia. Penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi pendidikan keperawatan. Peran keluarga sebagai caregiver selama mendampingi pasien sangat penting dalam pemulihan pasien stroke, sehingga penting dipelajari tentang cara meminimalisasi serangan stroke dan peran dalam keluarga.

5

BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN PENYAKIT KRONIK DAN KETIDAKMAMPUAN 1. Penyakit Kronik Suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. Contoh : penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases, penyakit arthritis 2. Ketidakmampuan/Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa sehgala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.

B. SIFAT PENYAKIT KRONIK 1. Progresi Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh : penyakit jantung. 2. Menetap Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada individu. 3. Kambuh Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama atau berbeda.

C. DAMPAK PENYAKIT KRONIK TERHADAP KLIEN 1. Dampak Psikologis Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku: a. Klien menjadi pasif b. Tergantung c. Kekanak-kanakan d. Merasa tidak aman 6

e. Bingung f. Merasa menderita 2. Dampak Somatik Keluhan somatik sesuai dengan keadaan penyakitnya. Contoh : DM adanya TRIAS P’ 3. Dampak Terhadap Gangguan Seksual Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual). 4. Dampak Gangguan Aktivitas Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan sosial dapat terganggu baik secara total atau sebagian.

D. FAKTOR-FAKTOR

YANG

MEMPENGARUHI

PENYAKIT

KRONIK

DAN

KETIDAKMAMPUAN 1. Persepsi klien terhadap situasi 2. Beratnya penyakit 3. Tersedianya support sosial 4. Temperamen dan kepribadian 5. Sikap dan tindakan lingkungan 6. Tersedianya fasilitas kesehatan

E. RESPON KLIEN TERHADAP PENYAKIT KRONIK Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon BIO-SIKO-SOSIALSPIRITUAL ini akan meliputi respon kehilangan. 1.

Kehilangan Kesehatan Klien merasa takut, cemas dan pandangan tidak realistic, aktifitasnya terbatas.

2. Kehilangan Kemandirian Ditunjukkan melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan. 3. Kehilangan Situasi Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga / kelompoknya. 7

4. Kehilangan Rasa Nyaman Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti : panas, nyeri, dll. 5. Kehilangan Fungsi Fisik Contoh : klien gagal ginjal harus dibantu melalui haoinodialisa. 6. Kehilangan Fungsi Mental Klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berfikir efisien sehingga klien tidak dapat berfikir secara rasional. 7. Kehilangan Konsep Diri Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi tubuh sehingga klien tidak dapat berfikir secara rasional (body image) peran serta identitasnya. Hal ini akan mempengaruhi idealisme diri dan harga diri menjadi rendah. 8. KEHILANGAN PERAN DALAM KELOMPOK DAN KELUARGA

F. PSIKODINAMIKA PENYAKIT KRONIK 1. Dinamika Individu a. Protes dan pengingkaran Pada fase ini klien mengekspresikan rasa tidak percaya pada kenyataan. “mengapa kejadian ini menimpa saya?” Pada fase ini terjadi proses perubahan konsep diri, ini terjadi selama kondisi klien dalam keadaan stress tetapi Setelah keadaan ini berlalu klien mulai masuk kedalam fase berikutnya. b. Depresi Cemas Dan Marah Pada fase ini emosi klien mulai meningkat. Depresi, cemas dan marah muncul Kerika klien tidak mampu mengatasi masalahnya dan merasa tidak berdaya. “bagaimana mengatasi masalah ini?” Manifestasi depresi ; sedih, kadang-kadang menangis, bingung ketergantungan, tidak dapat mengambil keputusan, tidak punya harapan. Kecemasan yang dialami pasien dialihkan menjadi kemarahan yang diproyeksikan pada diri sendiri, keluarga dan petugas. c. Pelepasan dan reinvestasi 8

Klien mulai mengidentifikasi peningkatan keadaan cemas, depresi dan perasaan marahnya. Klien mulai mengumpulkan kekuatan yang dimiliki untuk mengurangi respon yang memperberat keadaan stress, apabila penyakit ini terjadi progressif fase ini akan berlangsung siklik. Disini klien mulai ada kerja sama. Klien mulai melepaskan dari obyek yang hilang, mulai membina hubungan dan penyesuaian diri terhadap realita. 2. Dinamika Keluarga Respon keluarga bersama dengan respon emosi klien ; pengingkaran, marah, cemas dan depresi. 3. Dinamika Lingkungan Dengan kesadaran bervariasi menimbulkan dinamika bagi klien STIGMA SOSIAL ketidakmampuan melakukan aktivitas sosial perubahan peran dalam kelompok sosial merupakan hambatan dalam melaksanakan fungsi sosial secara normal. a. Respon perawat Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus menunjukkan sikap professional dan tulus dengan pendekatan yang baik pada saat pasien mengalami fase pengingkaran perawat harus dapat menghadirkan fakta. b. Analisa diri perawat Kesadaran diri yang kuat dan perilaku yang ideal diperlukan perawat dalam terapi. Contoh : Bagaimana perasaan saya pada saat melihat orang mengalami kesulitan. Bagaimana perasaan saya tentang penyakit klien dalam keadaan kritis. Apakah keyakinan saya tentang penyakit kronik sama/berbeda dengan klien/keluarga.

9

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KRONIK DAN KETIDAKMAMPUAN

PENYAKIT KRONIK 1. Pengkajian a. Pengkajian terhadap klien Perlu dikaji bagaimana upaya klien dalam mengatasi kehilangan dan perubahan yang terjadi. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain : 1) Respon emosi klien terahadap diagnose 2) Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi 3) Upaya klien dalam mengatasi situasi 4) Kemampuan dalam mengambil dan memilik pengobatan 5) Persepsi dan harapan klien 6) Kemampuan mengingat masa lalu. b. Pengkajian keluarga Perawat perlu mengetahui persepsi keluarga terhadap penyakit klien dan sejauh mana pengaruhnya terhadap keluarga, kelebihan dan kekurangan yang memerlukan dukungan dan intervensi. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain : 1) Respon keluarga terhadap klien 2) Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya. 3) Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui 4) Kapasitas dan sistem pendukung yang ada. 5) Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan fungsional 6) Proses pengambilan keputusan 7) Identifdikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan dan perubahan yang terjadi. c. Pengkajian Lingkungan 1) Sumberdaya yang ada. 2) Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit 3) Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan 4) Ketersediaan fasilitas partisipasi dalam asuhan keperawatan kesempatan kerja. 10

2. Diagnosa Keperawatan a. Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan kehilangan dan perubahan. b. Kecemasan yang meningkat berhubungan dengan ketidakmampuan mengekspresikan perasaan. c. Gangguan berhubungan (menarik diri) berhubungan dengan d. Ketidakmampuan melakukan aktivitas hidup sehari-hari (ADL) e. Gangguan body image berhubungan dengan dampak penyakit yang dialami f. Resiko tinggi terjadinya gangguan identitas berhubungan dengan adanya hambatan dalam fungsi seksual. 3. Perencanaan 1) Tujuan a) Klien dapat mengidentifikasi respon pengingkaran terhadap kenyataan. b) Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas c) Klien mau membina hhubungan dengan keluarga dan petugas d) Klien dapat menerima realitas/keadaan dirinya saat ini. e) Klien tidak mengalami gangguan fungsi seksual. 2) Intervensi terhadap klien a) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan cemas, marah, frustasi dan depresi. b) Bantu klien untuk menggunakan koping yang konstruktif c) Berikan informasi secara benar dan jujur d) Bantu klien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan e) Beri penjelasan mengenai perubahan fungsi seksual yang dialami terhadap penyakitnya. f) Ciptakan lingkungan yang mendukung penyembuhan. 3) Intervensi terhadap keluarga a) Bantu keluarga untuk mengidentifikasi kekuatannya. b) Beri informasi tentang klien kepada keluarga secara jelas c) Bantu keluarga untuk mengenali kebutuhan klien d) Berikan motivasi pada keluarga untuk memberikan perhatian kepada klien e) Tingkatkan harapan keluarga terhadap keadaan klien 11

f) Optimalkan sumber daya yang ada g) Beri informasi tentang penyakit ynag jelas h) Beri motivasi pada lingkungan untuk membantu klien dalam proses penyembuhan i) Upayakan fasilitas kesehatan yang memadai sesuai dengan kondisi.

KETIDAKBERDAYAAN 1. Pengkajian Data-data yang biasa ditampilkan pada pasien dengan ketidakberdayaan adalah Mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi. a. Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu b. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri c. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan diberikan d. Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya e. Apatis, pasif f. Ekspresi muka murung. g. Bicara dan gerakan lambat h. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan i. Tidur berlebihan j. Menghindari orang lain. 2. Diagnosa Keperawatan Karena ketidakberdayaan dapat menyebabkan gangguan harga diri maka diagnosa keperawatan dapat dirumuskan : 1) Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan ketidakberdayaan. 3. Rencana Tindakan Keperawatan a. Tujuan umum : Pasien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan situasi kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri. b. Tujuan khusus : Pasien dapat membina hubungan terapeutik dengan perawat 4. Tindakan : a. Lakukan pendekatan yang hangat, menerima pasien apa adanya dan bersifat empati. 12

b. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (misalnya, rasa marah, frustasi dan simpati). c. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif. d. Beri waktu untuk pasien berespons. 1) Pasien dapat mengenali dan mengekspresikan emosi a) Tunjukkan respon emosional dan menerima pasien b) Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi, klarifikasi c) Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaanya d) Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol. e) Dorong

untuk

menyatakan

secara

verbal

perasaan-perasaannya

yang

berhubungan dengan ketidakmampuan. 2) Pasien dapat memodifikasi pola kognitif negative a) Diskusikan tentang masalah yang dihadapi pasien tanpa memintanya untuk menyimpulkan. b) Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkannyamelalui interupsai atau substitusi. c) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif d) Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat pasie. Identifikasi persepsi pasien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional. e) Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya f) Bantu pasien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan perubahan yang terjadi. 3) Pasien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perwatannya. a) Libatkan pasien dalam menetapkan tujuamn-tujuan perawatannya yang ingin dicapai. b) Motivasi pasien untuk mem buat jadwal aktifitas perawatan dirinya c) Berikan pasien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan. d) Berikan “reinforcement” positif untuk keputusan yang dibuat. 13

e) Beri pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus. f) Motivasi pasien untuk mempertahankan penampilan sehari-hari. 4) Pasien dapat termotivasi aktif untuk mencapai tujuan yang realistis a) Bantu pasien untuk menetapkan tujuan-tujuan yang realistic. Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu. b) Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya. c) Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh pasien. Dorong untuk berpartisipasi dalam

aktivitas-aktivitas

tersebut

dan

berikan

penilaian

positif

untuk

berpartisipasi dan pencapaiannya. d) Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu pasien menurunkan perasaan ketidakberdayaan.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Krisis adalah suatu kondisi dimana individu tak mampu mengatasi masalah dengan cara (mekanisme koping) yang biasa dipakai. Krisis dapat terjadi akibat ketidakseimbangan psikologis, yang merupakan hasil dari peristiwa menegangkan atau mengancam integritas diri. Hal ini merupakan bagian dari kehidupan yang dapat terjadi dengan bentuk dan penyebab yang bermacam-macam, dan dapat disebabkan karena factor eksternal maupun internal. B. Saran 14

Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya tiap tahap dipengaruhi kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam kehidupannya. Penyelesaian krisis dapat menghasilkan keadaan individu yang sama dengan sebelum krisis karena hasil pemecahan masalah efektif, lebih baik daripada sebelum krisis karena individu menemukan sumber dan cara penanganan yang baru atau lebih rendah dari sebelum krisis karena masalah individu menimbulkan prilaku yang maladaptive (individu dapat mengalami depresi, curiga, atau agresif)

DAFTAR PUSTAKA

Videbeck,Sheila L.Buku Ajar Keprawatan Jiwa. Jakarta: EGC Suliswati,dkk.Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC Carpenito (2000),Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis,Ed. Ke-6. Jakarta: EGC Dirjen Pelayanan Medik, DEPKES RI. 1994. Pedoman Perawatan Psikiatrik. Jakarta Niven, Neil. 2000. Psikologi Kesehatan. Jakarta. EGC. Maramis, W.E. 1980. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya. Airlangga University Press.

15

16

Related Documents


More Documents from ""

Bab_i[1].docx
December 2019 4
Bab I.docx
November 2019 4
Tgs Pak Razi.docx
December 2019 6