Intervensi Krisis

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Intervensi Krisis as PDF for free.

More details

  • Words: 776
  • Pages: 3
INTERVENSI KRISIS: PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL Seorang psikolog diantara jeda dalam pelatihan PFA beberapa waktu lalu bertanya, bagaimana Pekerja Sosial (social Work) dapat membantu dan berperan efektif dalam tim yang multidisplin untuk mengatasi masalah psikososial dalam situasi darurat. Tentu saja pertanyaan ini sangat penting untuk ditanggapi, khususnya bagi profesi pekerja sosial yang tengah tumbuh untuk mampu berkontribusi dalam penanganan dampak krisis, baik dalam pengertian krisis akibat bencana alam ataupun bencana sosial. Sebagai profesi yang relatif muda, praktek pekerjaan sosial masih sering disalahpahami sebagai tindakan kesukarelaan. Padahal profesi pekerjaan sosial tumbuh dan berkembang dengan landasan pengetahuan, ketrampilan dan nilai yang kuat. Hingga tindakan praktek pekerjaan sosial dalam aras intervensi mikro (pertolongan kepada individu), mezzo (bekerja dengan kelompok) dan makro (bekerja dengan masyarakat) selalu didasarkan tidak hanya oleh pengetahuan mendalam dan ketramplian khusus tapi juga dibimbing oleh nilai nilai praktek yang perlu dipertanggungjawabkan. Hal ini berbeda dengan pekerjaan sosial yang banyak dipahami masyarakat, sebagai tindakan pertolongan spontan dan didorong oleh motivasi keagamaan atau nilai nilai kemanusian. Dalam konteks intervensi krisis maka praktek pekerjaan sosial yang bekerja dalam satu tim dengan profesi lain, seperti dokter, psikolog, perawat kesehatan jiwa dan paraprofesional lainnya perlu dengan jelas mengungkapkan pengetahuan mendasar, ketrampilan khusus dan nilai apa yang menjadi landasan mereka bekerja dalam tim yang multidispliner. Tulisan singkat yang serba sederhana ini ingin mengungkap hal tersebut diatas agar dapat memberikan pemahaman kepada rekan profesional lainnya dalam mengembangkan tim psikososial yang tanggung. Asumsi mendasar : Keberfungsian Sosial Tugas utama profesi pekerja sosial adalah membantu individu, kelompok dan masyarakat untuk berfungsi sosial. Keberfungsian sosial dipahami sebagai sebuah kondisi dimana individu, kelompok dan masyarakat puas dengan dirinya sendiri, puas dengan peran peran dalam kehidupannya dan puas dengan hubungnnya dengan orang lain (lihat misalnya dalam Thakeray, Faley & Skidmore, 1994). Segitiga keberfungsian sosial inilah yang melandasi praktek pekerjaan sosial dalam berbagai konteks intervensi (mikro, mezzo dan makro).

Sebagai contoh, dalam perspektif ini; situasi bencana alam dan sosial dipandang sebagai situasi dimana individu, kelompok dan masyarakat mengalami rawan atau mala-adaptif keberfungsiaan sosial. Dimana suatu sistem atau populasi diperkirakan tidak mampu memanfaatkan sumber sumber personal, interpersonal dan kelembagaan ketika menghadapi kerusakan fisik, emosional dan sosial secara tiba tiba. Dititik inilah, praktek pekerjaan sosial berfungsi untuk mengembalikan kemampuan individu, kelompok dan masyarakat agar kembali mampu mengakses sumber daya personal, interpersonal dan sosial dalam mengatasi atau mengurangi masalah yang terkait dengan kehilangan kemampuan fisik (kecacatan), psikis (trauma) dan/atau sosial (ketunaan). Intervensi Pekerjaan Sosial Untuk mengembalikan keberfungsian sosial inilah, intervensi pekerjaan sosial memiliki ke khas-annya. Jika intervensi psikolog lebih berfokus pada masalah kejiwaan atau profesi medis menitik beratkan pada aspek kesehatan fisik, maka pekerjaan sosial berfokus pada aspek biopsikososial. Artinya intervensi pekerjaan sosial akan dilandasi kerangka pemikiran yang menempatkan kompleksitas masalah penyintas dalam hubungan timbal baliknya dengan lingkungannya. Sistem manusia-dalam-lingkungan atau yang lebih dikenal sebagai person in environment (PIE) ini menjadi suatu metode untuk menjelaskan, mengklasifikasikan dan mengkoding masalah umum yang akan dilayani pekerjaan sosial (James M Karls, 2008). Bagi pekerja sosial PIE dapat dianalogikan dengan DSM (Diagnostic and Statistical Manual IV-TR) bagi psikiatri atau ICDM (Internasional Classification of Diseases) untuk kedokteran umum. PIE membantu pekerja sosial dalam merencanakan intervensinya bagi penyintas melalui sistem 4 faktor dimana masing masing faktor mendeskripsikan unsur dalam situasi masalah penyintas. Keempat faktor tersebut adalah : I. Masalah dalam peran berfungsi sosial. Mencakup masalah peran sosial, jenis masalah, keparahan dan lama masalah, serta kapasitas penyintas untuk mengatasinya II. Masalah dalam lingkungan. Menjelaskan lingkungan yang mempengaruhi fungsi sosial penyintas III. Masalah kesehatan jiwa yang dialamai penyintas IV. Masalah kesehatan fisik yang derita penyintas . Dalam penerapannya di situasi riil, keempat faktor PIE ini membantu efektifitas pekerjaan sosial dalam bekerja didalam tim bantuan psikososial. Melalui langkah langkah bantuan dalam memfasilitasi

pencatatan penemuan assessment untuk mengidentifikasikan masalah terkait dengan indikasi gangguan interaksi sosial atau peran sosial, jenis masalah, keparahan masalah, indikasi lama masalah dan keputusan klinis (faktor 1); identifikasi masalah dalam lingkungan penyintas terkait dengan lembaga sosial yang ada, yakni sistem ekonomi/kebutuhan dasar, sistem pendidikan/pelatihan, sistem yuridis, sistem kesehatan, kesejahteraan dan keamanan, sistem asosiasi sukarela, dan sistem dukungan afeksi (Faktor 2), mendaftar masalah kesehatan jiwa penyintas menggunakan aksis 1 dan 2 dalam DSM dan membantu sumber diagnosis (Faktor 3), dan mendaftar masalah kesehatan fisik sebagaimana didiagnosa oleh dokter dan dilaporkan oleh penyintas. Tentu saja dalam tindakan intervensinya langkah langkah ini diterjemahkan oleh pekerja sosial menjadi 7 tahap intervensi krisis (Roberts, 1990) berupa mengakses kebutuhan mendesak dan makna krisis bagi penyintas, mengembangkan kepercayaan, pengembangan metode dalam situasi buruk, dukungan perasaan nyaman, penjajagan alternative dalam penyesuain diri secara cepat, merumusakn rencana tindaklanjut dan pengembangan sistem rujukan. Demikianlah sekilas bantuan yang dapat dilakukan oleh profesi pekerja sosial dalam penangganan masalah penyintas dalam berbagai situasi kedaruratan. Semoga Bermanfaat. (Erwin Novianto, Social Work Practice Resource Center/SWPRC)

Related Documents

Intervensi Krisis
June 2020 4
Intervensi
June 2020 46
Krisis Ekonomi.docx
December 2019 15
Krisis Hipertensi
October 2019 31
Global Krisis
May 2020 27