KONSEP OGOH-OGOH SEKAA TERUNA KERTA SARI 2019
SEKAA TRUNA KERTA SARI BANJAR ADAT KERTA DESA PAKRAMAN KERTA KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR 2019
Tema Ogoh-ogoh ST. Kerta Sari : TARU MENYAN Sejarah Desa Trunyan Bali Meski terkenal dengan cara pemakaman unik yang disebut mepasah, masyarakat Desa Trunyan Bali ternyata juga terkadang melakukan prosesi penguburan mayat lho. Di desa Bali Aga ini, terdapat tiga lokasi pemakaman untuk masyarakat sekitar. Tiga lokasi tersebut adalah Sema Wayah, Sema Bantas serta yang terakhir adalah Sema Nguda. Sema Wayah digunakan secara spesifik untuk mayat yang dimakamkan secara mepasah. Sementara untuk Sema bantas dipakai untuk jenis pemakaman khusus untuk mayat yang dikubur. Dan yang terakhir, Sema Nguda merupakan lokasi pemakaman yang bisa digunakan baik untuk mayat mepasah ataupun mayat yang dikubur. Lalu bagaimana kriteria mayat yang dikubur ataupun mayat mepasah? Mayat yang dikubur biasanya adalah mereka yang meninggal karena penyakit. Selain itu, mayat yang meninggal karena kecelakaan, anak kecil yang giginya belum tanggal, meninggal secara tidak wajar, dibunuh ataupun merupakan mayat orang bunuh diri dimakamkan secara dikubur. Sementara mayat mepasah adalah untuk masyarakat Desa Trunyan Bali yang meninggal setelah berumah tangga. Para bujangan dan anak kecil yang giginya telah tanggal juga masuk dalam kategori mayat mepasah. Dan meski ditelantarkan begitu saja, mayat mepasah pun ternyata tidak berbau busuk, malah wangi. Hal ini karena keberadaan pohon taru menyan yang mempunyai fungsi untuk menghilangkan bau bangkai mayat mepasah. Ada cerita legenda tersendiri terkait pohon taru menyan yang ada di Desa Trunyan Bali ini. Konon di zaman dahulu, wangi pohon taru menyan sanggup menghipnotis empat bersaudara yang berasal dari Keraton Surakarta yang tengah melakukan perjalanan melintasi lautan. Alhasil, empat orang ini pun akhirnya tiba di Desa Trunyan. Tidak dinyana, sulung dari empat bersaudara itu jatuh cinta pada seorang Dewi penunggu pohon taru menyan. Keduanya pun akhirnya menikah, dan mendirikan sebuah kerajaan kecil di Desa Trunyan Bali, dan pangeran sulung menjadi raja kecil bergelar Ratu Sakti Pancering Jagat. Dalam kepemimpinannya itu, dia pun merasa kalau bau harum dari taru menyan bisa membahayakan Desa Trunyan. Akhirnya, dia pun memerintahkan agar mayat orang yang meninggal tidak lagi dikubur, tetapi dibiarkan saja di dekat taru menyan. Sejak itu, bau wangi taru menyan pun tidak lagi menyebar dan di waktu yang bersamaan mayat yang diletakkan di atas tanah tidak membusuk.
Sulur-sulur pohon yang memanjang dianggap menyerap apa saja yang ada di sekitarnya. Bahkan ada yang bilang jika aura negatif juga diserap oleh pohon ini sehingga kawasan ini jadi bersih. Meski terlihat mengerikan kawasan Trunyan justru bersih baik dari segi lahiriah maupun batiniah
MAKNA OGOH-OGOH ST. KERTA SARI : Dengan demikian kami ST. Kerta sari mengambil tema ogoh-ogoh pada hari raya nyep caka 1941 berkaitan dengan sejarah desa trunyan yang memiliki pohon ajaib yang di namakan Taru Menyan, dimana pohon ini mampu menyerab bau dari mayat orang-orang yang meninggal di desa trunyan dan menghasilkan bau wangi. Sama halnya dengan ogoh-ogoh yang di buat ST. kerta sari dimana ogohogoh ini walaupun terlihat mengerikan namun mampu menetralisir hawa/aura negatif dan menghasilkan suasana yang aman dan nyaman serta jauh dari hal-hal negatif.
PENUTUP Sekian uraian yang dapat kami sampaikan, jika ada salah-salah kata kami ST. Kerta Sari mohon maaf. Akhir kata kamu ucapkan terimakasih.