Kmb Ar-3 Revisi.docx

  • Uploaded by: Aden Sagara
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kmb Ar-3 Revisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,681
  • Pages: 21
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN REUMATOID ARTRITIS Dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah: Enny Virda Yuniarti, S.Kep.Ns, M.Kes

Oleh : KELOMPOK 3 (3A)

1. Vera Sulistyowati

(201601010)

2. Adelia Intan Permatasari

(201601012)

3. Mei Fauzia

(201601015)

4. Silviana Manggasari Putri

(201601017)

5. Chania Putri Sherlita

(201601018)

6. Thad Qirotul Muntahar

(201601020)

7. Muzaqi Aden Sagara

(201601021)

8. Ridu Sandika Wahyudi

(201601026)

9. Wisnu Aji Nugroho

(201601029)

10. Rachmat Hidayat

(201601030)

11. Tri Agnus Dei

(201601036)

12. Nur Mazidatun Ni’mah

(201601037)

13. Sovia Fitria Tunizan

(201601038)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO 2018

KATA PENGANTAR Puji Syukur terlimpahkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan Keperawatan Atritis Rheumatoid. Dalam menyelesaikan penulisan makalah Asuhan Keperawatan Atritis Rheumatoid. Selanjutnya tidak lupa kami mangucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini, khususnya kepada : 1. Ana Zakiyah,S.Kep.Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan 2. Enny Virda Yuniarti,S.Kep.Ns, M.Kes selaku Dosen Keperawatan Medikal Bedah Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan serta kelemahan bagaikan pepatah mengatakan “Tiada Gading yang tak retak”, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak akan sangat berguna untuk penyempurnaan makalah ini dan semoga usaha kami ini mendapat ridho dari Allah SWT. Aamiin.

Mojokerto, Oktober 2018

Penulis

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2 DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUA ................................................................................................................ 4 1.1

Latar Belakang .............................................................................................................................. 4

1.2

Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 5

1.3

Tujuan ........................................................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................................................ 6 2.1

Definisi.......................................................................................................................................... 6

2.2

Etiologi.......................................................................................................................................... 7

2.3

Klasifikasi ..................................................................................................................................... 7

2.4

Patofisiologi .................................................................................................................................. 8

2.5

Faktor Resiko ................................................................................................................................ 9

2.6

Tanda dan Gejala ........................................................................................................................ 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................................... 11 3.1

Pengkajian ................................................................................................................................... 11

3.1

Diagnosis keperawatan ............................................................................................................... 13

3.2

Intervensi..................................................................................................................................... 13

3.3

Implementasi ............................................................................................................................... 18

3.4

Evaluasi ....................................................................................................................................... 19

3.5

Health education ......................................................................................................................... 19

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 21

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Arthritis merupakan istilah umum untuk peradangan (inflamasi) dan pembengkakan di daerah persendian. Terdapat lebih dari 100 macam penyakit yang mempengaruhi daerah sekitar sendi. Jumlah penderita arthritis atau gangguan sendi kronis lain di Amerika Serikat terus menunjukkan peningkatan. Pada tahun 1990 terdapat 37,9 juta penderita dari sebelumnya 35 juta pada tahun 1985. Data tahun 1998 memperlihatkan hampir 43 juta atau 1 dari 6 orang di Amerika menderita gangguan sendi, dan pada tahun 2005 jumlah penderita arthritis sudah mencapai 66 juta atau hampir 1 dari 3 orang menderita gangguan sendi, dengan 42,7 juta diantaranya telah terdiagnosis sebagai arthritis dan 23,2 juta sisanya adalah penderita dengan keluhan nyeri sendi kronis. Arthritis merupakan satu dari berbagai masalah penyakit kronis yang umum dan menjadi penyebab kedua hendaya (disability) setelah penyakit jantung pada orang Amerika usia diatas 15 tahun; 7 juta diantaranya mengalami hambatan aktivitas seharihari, berjalan, berpakaian, mandi dan sebagainya. Jumlah kunjungan ke dokter mengalami peningkatan hingga 39 juta kunjungan, dan setengah juta diantaranya memerlukan perawatan di rumah sakit. Untuk keperluan pengobatan arthritis, Amerika menghabiskan biaya US$ 86,2 milyard per tahun. Arthritis mengenai semua umur termasuk 300.000 anak-anak. Baby boomers (kelahiran 1946-1964) mempunyai resiko tinggi dan lebih dari separuhnya telah terkena arthritis sebelum usia 65 tahun. Arthritis lebih banyak menyerang wanita daripada pria. Wanita didiagnosis arthritis sebanyak 25,9 juta

orang,

sedangkan

pria

16,8

juta

orang.

Diharapkan apoteker dapat berperan dalam mengidentifikasi pasien arthritis dengan melakukan konseling. Apoteker dapat mengarahkan pasien ke dokter dan memberikan konseling bagaimana melakukan terapi non farmakologis (mengubah gaya hidup, diet, mengurangi berat badan, melakukan aktivitas fisik) dan cara minum obat yang benar.

4

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian penyakit Arthritis ? 2. Bagaimana etiologi penyakit Arthritis? 3. Apasaja klasifikasi dari Arthritis? 4. Bagaimana patofisiologi penyakit? 5. Apa saja factor resiko dari penyakit Arthritis ? 6. Apa saja Tanda dan gejala dari penyakit Arthritis ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian penyakit Arthritis 2. Untuk mengetahui etiologi penyakit Arthritis 3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Arthritis 4. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit Arthritis 5. Untuk mengetahui factor resiko dari penyakit Arthritis 6. Untuk mengetahui Tanda dan gejala dari penyakit Arthritis

5

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya

sendi

tangan

dan

kaki)

mengalami

peradangan,

sehingga

terjadi

pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi diartroidial. Artritis Rematoid adalah penyakit peradangan sistemis kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan manifestasi pada sendi perifer dengan pola simetris.

Artritis

Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut.Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur. Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut. Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.

6

2.2 Etiologi Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor : 1. Genetik 2. Lingkungan 3. Hormonal 4. Imunologi Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008). Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid adalah; a. Jenis Kelamin. Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-3:1. b. Umur. Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil) c. Riwayat Keluarga. Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga. d. Merokok. Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid. 2.3 Klasifikasi Reumatoid arthritis dibagi menjadi 4 tipe, yaitu: 1. Reumatoid arthritis klasik Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 2. Reumatoid arthritis deficit Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 7

3. Probable Reumatoid arthritis Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 4. Possible Reumatoid arthritis Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan. Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu : 1. Stadium synovitis Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan. 2. Stadium destruksi Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. 3. Stadium deformitas Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap. 2.4 Patofisiologi Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot. Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

8

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat. Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus. 2.5 Faktor Resiko Walau pemicu terjadinya rheumatoid arthritis masih belum diketahui, namun ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena rheumatoid arthritis, antara lain: 1. Usia. Kebanyakan penderita rheumatoid arthritis berusia 40 tahun ke atas, tapi bisa juga menjangkiti orang pada usia berapa pun. 2. Jenis kelamin. Pria lebih jarang terkena penyakit ini dibandingkan wanita. 3. Genetika. Walau kecil, mempunyai anggota keluarga yang menderita rheumatoid arthritis meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit ini juga. 4. Merokok. Merokok dapat memicu berbagai macam penyakit dan kebiasaan buruk ini bisa meningkatkan risiko terkena rheumatoid arthritis. 5. Obesitas. Seseorang dengan berat badan lebih memiliki risiko tinggi terserang rheumatoid arthritis, khususnya wanita berusia dibawah 55 tahun. 6. Lingkungan. Walau belum sepenuhnya terbukti, faktor lingkungan dapat menyebabkan seseorang terserang rheumatoid arthritis karena berkaitan dengan kekuatan daya tahan tubuh.

9

2.6 Tanda dan Gejala Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti : 1. Nyeri persendian 2. Bengkak (Reumatoid nodule) 3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari 4. Terbatasnya pergerakan 5. Sendi-sendi terasa panas 6. Demam (pireksia) 7. Anemia 8. Berat badan menurun 9. Kekuatan berkurang 10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi 11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal 12. Pasien tampak anemik Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti : 1. Gerakan menjadi terbatas 2. Adanya nyeri tekan 3. Deformitas bertambah pembengkakan 4. Kelemahan 5. Depresi

10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Kumpulkan data berikut melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik : a. Pemeriksaan fisik a) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan. b) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi synovial c) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi) d) Catat bila ada krepitasi e) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan f) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral g) Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang h) Ukur kekuatan otot i) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya j) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari b. Riwayat kesehatan a) Riwayat Psiko Sosial Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan

adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien. Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organorgan lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya. Pengkajian 11 Pola Gordon : 1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan 1) Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi? 2) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya? 3) Riwayat keluarga dengan RA 11

4) Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun 5) Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll 2. Pola Nutrisi Metabolik 1) Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein) 2) Riwayat gangguan metabolic 3. Pola Eliminasi 1) Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK. 4. Pola Aktivitas dan Latihan 1) Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit 2) Jenis aktivitas yang dilakukan 3) Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas 4) Tidak mampu melakukan aktifitas berat 5. Pola Istirahat dan Tidur 1) Apakah ada gangguan tidur? 2) Kebiasaan tidur sehari 3) Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur 4) Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur? 6. Pola Persepsi Kognitif 1) Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat? 7. Pola Persepsi dan Konsep Diri 1) Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)? 2) Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya? 8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama 1) Bagaimana hubungan dengan keluarga? 2) Apakah ada perubahan peran pada klien? 9. Pola Reproduksi Seksualitas 1) Adakah gangguan seksualitas? 10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress 1) Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita? 11. Pola Sistem Kepercayaan 1) Agama yang dianut? 2) Adakah gangguan beribadah? 3) Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan 12

3.1 Diagnosis keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi. 2. Kerusakan mobilitas fisik berhubugan dengan kerusakan integritas struktur tulang, kekakuan sendi. 3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh, sendi, bengkok, deformitas. 4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi. 3.2 Intervensi DIAGNOSA KEPERAWATA N Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

TUJUAN

INTERVENSI

RASIONAL

Setelah dilakukan  Monitor tingkat  Nyeri dan kekakuan di pagi hari tindakan nyeri dan durasi merupakan indikator aktivitas keperawatan selama kekakuan di pagi penyakit. Peningkatan nyeri 3x24 jam diharapkan hari. dapat memerlukan perubahan tidak ada Keluhan dalam rancana terapi terapeutik. nyeri, dengan  Anjurkan pasien  Nyeri merupakan indikator kriteria : untuk mengaitkan tekanan berlebihan pada sendi  Menunjukkan nyeri dengan yang megalami inflamasi. nyeri hilang/ tingkat aktivitas Peningkatan nyeri. terkontrol dan menyesuaikan mengindikasikan kebutuhan  Terlihat rileks, aktivitas. Ajarkan untuk mengurasi tingkat dapat tidur pentingnya aktivitas. /beristirahat dan mengistirahatkan berpartisipasi sendi dan seluruh dalam aktivitas tubuh dalam sesuai meredakan nyeri.  Untuk pasien yang merasa kemampuan.  Ajarkan  Mengikuti penggunaan bahwa panas meningkatkan program pemberian panas nyeri dan pembengkakan farmakologis yang dan dingin untuk selasa periode inflamasi akut, diresepkan memfasilitasi 13

 Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.

Kerusakan mobilitas

fisik

berhubugan dengan kerusakan integritas tulang, sendi.

struktur kekakuan

cold pack, mungkin lebih peredaan nyeri. efektif. Baik panas maupun Pasien dapat menerapkan panas dingin memiliki efek analgesik dengan mandi dan dapat membantu atau melakukan meredakan spasme otot terkait. tub bath, atau menggunakan kompres hangat atau penerapan lokal lain seperti paraffin dips  Ajarkan mengenai  Agens anti-inflamasi penggunaan mengurangi mediator kimia medikasi antiinflamasi yang inflamasi dan pembengkakan, diprogramkan dan meredakan nyeri. kaitan nyeri dan inflamasi.  Teknik ini dapat meredakan  Anjurkan ketegangan otot dan membantu menggunakan tindakan pereda pasien fokus jauh dari nyeri, nyeri nonmenurunkan intensitas farmakologis lain pengalaman nyeri. seperti visualisasi, distraksi, meditasi, dan teknik relaksasi progresif.

Setelah dilakukan  Evaluasi/  Tingkat aktivitas/ latihan tindakan lanjutkan tergantung dari perkembangan/ keperawatan selama pemantauan resolusi dari proses inflamasi 3x24 jam diharapkan tingkat inflamasi/ mobilitas fisik baik rasa sakit pada dengan kriteria : sendi  Mempertahankan  Pertahankan  Istirahat sistemik dianjurkan fungsi posisi istirahat tirah selama eksaserbasi akut dan dengan tidak baring/ duduk jika seluruh fase penyakit yang hadirnya/ diperlukan jadwal penting untuk mencegah pembatasan aktivitas untuk kelelahan mempertahankan kontraktur. memberikan kekuatan 14

 Mempertahankan periode istirahat ataupun yang terus meningkatkan menerus dan tidur kekuatan dan malam hari yang fungsi dari dan/ tidak terganmggu. atau kompensasi  Bantu dengan  Mempertahankan/ bagian tubuh rentang gerak meningkatkan fungsi sendi,  Mendemonstrasika aktif/pasif, kekuatan otot dan stamina n tehnik/ perilaku demikiqan juga umum. Catatan : latihan tidak yang latihan resistif dan adekuat menimbulkan memungkinkan isometris jika kekakuan sendi, karenanya melakukan memungkinkan aktivitas yang berlebihan dapat aktivitas merusak sendi

 Ubah posisi  Menghilangkan tekanan pada dengan sering jaringan dan meningkatkan dengan jumlah sirkulasi. personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze  Posisikan dengan  Mempermudah perawatan diri bantal, kantung dan kemandirian pasien. pasir, gulungan Tehnik pemindahan yang tepat trokanter, bebat, dapat mencegah robekan brace abrasi kulit  Gunakan bantal  Meningkatkan stabilitas kecil/tipis di ( mengurangi resiko cidera ) bawah leher. dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor  Dorong pasien  Mencegah fleksi leher mempertahankan  Memaksimalkan fungsi sendi postur tegak dan dan mempertahankan mobilitas duduk tinggi,  Menghindari cidera akibat 15

berdiri, dan berjalan

Gangguan

citra Setelah dilakukan tubuh berhubungan tindakan dengan perubahan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan penampilan tubuh, gangguan citra tubuh sendi, bengkok, berkurang dengan deformitas. criteria:  Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan  Menyusun

kecelakaan/ jatuh

 Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.  Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan.  Kolaborasi: berikan obatobatan sesuai indikasi (steroid).

 Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat

 Tunjukkan

 Perilaku ini membantu pasien menerima perubahan fisik yang disebabkan oleh penyakit.  Verbalisasi membantu pasien mengidentifkasi perasaan dan memberi kesempatan kepada peravat untuk memvalidasi perasaan ini.

kepedulian, terima perilaku pasien.  Anjurkan pasien untuk bicara mengenai efek penyakit, baik efek fisik maupun efek pada peran hidup.  Anjurkan pasien untuk mempertahankan perawatan diri dan peran yang biasa hingga kemungkinan yang luas.  Beri umpan balik positif untuk 16

 Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas

 Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut

 Diskusikan penggunaan pakaian dan alat adaptif yang meningkatkan kemandirian. Kemandirian meningkatkan harga diri pasien.



Penguatan positif meningkatkanlmemicu pasien terus

rencana realistis untuk masa depan.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat mengatur kegiatan sehari-hari, dengan criteria hasil:  Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual  Mendemonstrasik an perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.  Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.

melanjutkan tindakan adaptif aktivitas perawatan dan mempertahankan diri dan strategi kemandirian. adaptatif  Rujuk ke  Kelompok ini dan agensi kelompok bantu ini dapat membantu pasien mandiri, kelompo mengembangkan strategi adaptif k dukungan, dan untuk mengatasi efek RA, agensi lain yang meningkatkan/memperbaiki memberi alat bantu konsep diri pasien, citra tubuh dan literature. dan kemandirian pasien.  Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.  Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.  Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan  Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.

17

 Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini

 Mendukung kemandirian fisik/emosional

 Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri

 Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan

untuk mandi pancuran  Mengidentifikasi masalahmasalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan actual

 Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.  Kolaborasi :  Mungkin membutuhkan atur konsul dengan berbagai bantuan tambahan lembaga lainnya, untuk persiapan situasi di mis: pelayanan rumah perawatan rumah, ahli nutrisi.

3.3 Implementasi a. Memberi bantuan untuk mencapai hasil pengobatan mis: 1. Memberi obat sesuai dosis dan waktunya 2. Membantu memilih makanan, contoh menghindari makanan yang tinggi protein 3. Menganjurkan memperluas gerakan, meningkatkan mobilitas dan kekuatan otot b.

Membantu kenyamanan dan kegiatan kehidupan sehari-hari mis: 1. Menganjurkan istirahat yang adekuat 2. Menggunakan penghangat sendi mis: kompres hangat / menggunakan balsam 3. Membantu perawatan mandiri 4. Memperingatkan menggunakan bidai yang dapat mengistirahatkan sendi

c.

Konsultasi penyuluhan Bila memberi penyuluhan tentang rematoid artritis atau rematik lain perawat sebaiknya

menggunakan

media

yang

dipersiapkan

menginformasikan hal-hal sebagai berikut: 1. Adanya keseimbangan antara istirahat dan kegiatan 2. Melindungi sendi-sendi dan teknik menghemat energy 3. Menggunakan kompres hangat yang tepat 18

penyuluhan

hendaknya

4. Mencegah agar terhindar dari cedera Harus penting mengikuti anjuran agar sembuh: 1.

Dasar-dasar nutrisi yang baik

2.

Mencegah kenaikan berat badan

3.

Penting berobat ulang / kontrol ke dokter

4. 3.4 Evaluasi Evaluasi berdasarkan yang diharapkan dari pasien adalah: 1.

Nyeri hilang / terkontrol

2.

Pasien dapat menangani penyakitnya sendiri dengan bantuan sesuai kebutuhan

3.

Proses / prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami.

3.5 Health education Edukasi pasien dan promosi kesehatan merupakan salah satu komponen terpenting dalam tatalaksana rheumatoid arthritis. Pencegahan terhadap rheumatoid arthritis juga sebaiknya dilakukan sejak dini, terutama pada pasien yang memiliki faktor risiko. Edukasi rheumatoid arthritis yang harus dilakukan adalah: 1. Penjelasan perjalanan dan karakteristik rheumatoid arthritis 2. Edukasi mengenai efek samping obat, terutama OAINS (obat anti-inflamasi nonsteroid) dan DMARDS (disease-modifying antirheumatic drugs) 3. Edukasi mengenai tanda bahaya 4. Edukasi mengenai pilihan terapi 5. Edukasi mengenai penggunaan alat bantu gerak [1,13,17,22] 6. Pencegahan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, seperti olahraga, penurunan berat badan, dan diet rendah kalori. 7. Progresifitas penyakit dan komplikasinya dapat dihambat dengan fisioterapi dan modifikasi gaya hidup. 8. Kontrol rutin perlu diperlukan selama 1 tahun sekali atau sesuai dengan kesepakatan dokter dengan pasien. Tes laboratorium untuk cek fungsi hati dan ginjal dilakukan setiap 3-6 bulan sekali setelah pengobatan. 9. Pasien harus segera kontrol apabila mengalami perburukan gejala, mengalami nyeri berlebih hampir setiap hari dalam 1 bulan, atau nyeri tidak membaik dengan obat-obatan yang diberikan. 19

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra-artikuler. Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor metabolik dan infeksi virus. 4.2 Saran Sebaiknya kita menjaga aktivitas, pola tidur, diet dan yang lainnya agar seimbang, untuk menghindari AR menyerang pada sistem imun kita.

20

DAFTAR PUSTAKA

Helmi, Z. N. (2015). Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta Selatan: Salemba Medika. LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Lin, T. L., & Rypkema, S. W. (2002). The Washington Manual Of Ambulatory Therapeutics. Jakarta: EGC.

21

Related Documents

Kmb
November 2019 48
Kmb 2bulan.docx
April 2020 31
Kmb Ggk.docx
October 2019 44
Kmb Smp.docx
May 2020 31
Kmb Ensefalitis.docx
November 2019 35

More Documents from "Nur farahim"