BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Virus
adalah
parasit
berukuran
mikroskopik
yang
menginfeksi
sel
organisme biologis.Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya.Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel). Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop. Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik.Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan. Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa agen infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut
dapat bereproduksi karena kemampuannya menimbulkan penyakit tidak
berkurang setelah beberapa kali ditransfer antartanaman.Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan merupakan contagium vivum fluidum,
yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit. Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati bakteri.Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah bakteri yang sangat kecil. Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik yang kini dikenal sebagai virus mosaik tembakau. Virus ini juga merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud Virus ? 2. Apa etiologi Virus ? 3. Apa saja klasifikasi Virus ? 4. Apa manifestasi klinis Virus ? 5. Bagaimana patofisiologi Virus 6. Apa saja pemeriksaan penunjang Virus ? 7. Bagaimana penatalaksanaan Virus ? 8. Apa saja komplikasi Virus ? 9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Virus ? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Dapat memahami devinisi Virus 2. Dapat memahami etiologi Virus 3. Dapat memahami klasifikasi Virus 4. Dapat memahami manifestasi klinis Virus 5. Dapat memahami patofisiologi Virus 6. Dapat memahami pemeriksaan penunjang Virus 7. Dapat memahami penatalaksanaan Virus 8. Dapat memahami komplikasi Virus 9. Dapat memahami konsep asuhan keperawatan Virus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Virus suatu partikel kecil yang berukuran dari 300 m µ. Infeksi primer lebih besar dari pada kekambuhan karena terbentuk zat anti. Virus merupakan parasit obligal intrasel. Penyakit infeksi akibat virus pada kulit banyak sekali macamnya, tetapi pada topik ini penyakit yang disebabkan virus antara lain : 1) Herpes Zoster Adalah radang kulit
akut
dengan sifat
khas,
yaitu
terdapa
vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persyarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan biasanya unitateral. (Lutfia Dwi Rahanyani, 2007 : 31) Herpes Zoster adalah radang kulit terjadi pada orang terbatas pada
akut
dan setempat, terutama
tua yang khas ditandai adanya lesi vaskuler yang
dermatom yang
dipersarafi serabut saraf
spinal
maupun
ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. (Lani Rachmah dkk, 2000 : 92) Herpes Zoster merupakan kelainan inflamatorik viral dimana virus penyebabnya menimbulkan erupsi distribusi
saraf
sensorik
dan
vaskuler yang
satu
atau
lebih
nyeri
di sepanjang
ganglion posterior.
(Smeltzer, 2001 : 1865) Herpes Zoster merupakan suatu penyakit infeksi yang ditandai oleh sekelompok vesikel yang terbatas pada suatu dermatom dan rasa nyeri neurologis pada dermatom tersebut. 2) Herpes Simpleks Herpes Simpleks adalah penyakit kulit atau selaput lendir disebabkan oleh virus
yang
Herpes Simpleks.(Lani Rachma dkk, 2000 : 88)
Herpes Simpleks adalah penyakit yang mengenai kulit dan mukosa bersifat kronis
dan residif disebabkan oleh Herpes Simpleks.
(Lutfia Dwi Raharyani, 2007 : 45)
3) Variola Variola
adalah
penyakit
infeksi
virus
akut
yang
disertai
keadaan umum yang buruk, sangat menular dapat menyebabkan kematian, dengan ruam kulit yang monomorf terutama tersebar di bagian perifer tubuh. (Lani Rachmah dkk, 2000 : 96) 2.2 Etiologi Adapun penyebab dari masing-masing penyakit adalah : 1) Herpes Zoster Penyebab herpes zoster adalah virus zoster atau virus varisela zoster yang masuk melalui lesi pada kulit dan mukosa. Virus
vansela zoster
mempunyai kapsid yang
tersusun dari 162 sub urut
protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksi. Infeksiositas virus
ini dengan cepat
dapat
dihancurkan oleh bahan
organik, detergen, enzim, proteoktik, panas dan lingkungan pH yang tinggi. 2) Herpes Simpleks Penyebabnya adalah herpes virus hominis yang berdiameter 100 nm. Floward cushing adalah yang
pertama kali
mengemukakan bahwa
hubungan antara herpes virus hominis dengan sistem saraf. 3) Variola Penyebab variola adalah pox virus variolae. 2.3 Klasifikasi 1) Herpes Zoster Menurut daerah penyerangannya herpes zoster dibagi menjadi : a. Herpes zoster oftalmika Menyerang dahi dan sekitar mata. b. Herpes zoster servikalis Menyerang pundak dan lengan. c. Herpes zoster tarakalis Menyerang dada dan perut. d. Herpes zoster lumbikalis
ada
Menyerang daerah pantat dan paha. e. Herpes zoster sakralis Menyerang daerah anus dan genetalia. f. Herpes zoster Otikum Bentuk-bentuk Herpes Zoster a. Herpes zoster hemoragika Vesikula
tampak
berwarna
merah
kehitaman
karena
berisi
darah. b. Herpes zoster obortivum Berlangsung ringan dan erupsinya berupa eritema dan papula kecil. c. Herpes zoster generalisata Kelainan kulit yang unilateral dan segmental disertai kelainan kulit yang
menyebar
secara
generalisata
berupa
veskula dengan
umbilikasi. 2) Herpes Simpleks Terdiri dari 2 tipe : a. Herpes simpleks tipe I Biasanya mengenai bibir,
mulut, hidung
dan pipi. Menularkan melalui kontak langsung dari
orang
yang
terinfeksi seperti melalui
ciuman, sentuhan, memakai handuk bersama dan
tidak
ditularkan
melalui
hubungan
seksualitas. b. Herpes simpleks tipe II Biasanya
menginfeksi
daerah
genital
dan
didahului
oleh
diinokulasikan
pada
hubungan seksualitas. 3) Variola Ada 2 tipe virus yang identik, ada 2 tipe variola : a. Variola Mayor Penyebab
variola
mayor
bila
membran korioalantoik tumbuh pada suhu 38oC. b. Variola
Minor Variola minor tumbuh di bawah suhu tubuh di bawah 38 oC. Virus ini sangat stabil pada suhu ruangan sehingga dapat hidup di luar tubuh selama berbulan-bulan. Bentuk-bentuk Klinis Variola a. Variola hemoragi yang
terjadi bersamaan dengan gejala
prodromal. b. Hemoragi terjadi saat timbulnya lesi kulit (black variola) c. Var ioloid
ter jadi
pada
indivi du
yang
suda h me ndapa t
vaksin sehingga didapati imunitas parsial. d. Variola minor (alastrim) lesi sedikit. 2.4 Manifestasi Klinis 1) Herpes Zoster Keluhan utama
adalah rasa
nyeri,
sakit,
pegal
(neuritis) serta adanya
vesikel yang berkelompok sepanjang dermatom. a. Stadium prodomal (gejala awal) Pada stadium ini bersifat sistemik dan lokal, gejala berupa : - Gejala lokal dengan rasa
:
rasa
gatal,
nyeri
pada
dermatom disertai
seperti terbakar / panas.
- Gejala sistemik :
demam, malaise, nyeri kepala. b.
Stadium
Erupsi Mula-mula timbul papula atau plakat berbentuk urtika. Setelah 1- 2 hari
timbul vesikel yang
berupa rasa nyeri.
Rasa
berkelompok di atas nyeri
yang
kulit.
Gejala utamanya
dirasakan bisa bersifat konstan atau
intermiten diikuti dengan rasa terbakar pada bagian viseral. c. Stadium Krustasi Vesikula menjadi purulen, mengalami krustasi dan lepas dalam waktu 1-2 minggu. Sering terjadi neuralgia pasca herpetika. 2) Herpes Simpleks. Herpes simpleks khas
ditandai dengan erupsi
berupa vesikel yang
menggerombol di atas dasar kulit yang kemerahan. Terdapat lesi dekat daerah perbatasan mukokutan. Sebelum timbulnya, biasanya erupsi rasa gatal seperti terbakar dan kemerahan pada daerah kulit.
didahului oleh
-
Lesi
yang
disebabkan HSV
1 ditemukan di bibir,
rongga mulut,
tenggorokan, jari tangan. -
Lesi disebabkan HSV II ditemukan di daerah bawah pusar, dan sekitar kemaluan atau alat genetalia. Ada 2 bentuk manifestasi klinis dari penyakit ini : -
Infeksi Primer
Yang khas ditandai rasa sakit, vesikel serta erosi pada kulit dan selaput lendir yang terkena. -
Infeksi Sekunder
Gambaran klinis pada fase ini berupa luka yang kotor, berbau dan disertai pembesaran getah bening regional. Infeksi sekunder dapat pula gejala
seperti demam, sakit
kepala, badan
disertai
terasa lemas dan muntah-
muntah. 3) Variola Setelah melewati masa tunas 10-14 hari, perjalanan penyakit ini melalui 4 stadium : a. Stadium prodomal / invasi (berlangsung 2-3 hari) -
Mendadak
suhu
badan
-
Nyeri kepala
-
Nyeri tulang dan sendi
-
Gelisah
-
Lemas
-
Muntah-muntah.
o naik (sampai 40 C)
b. Stadium makulo-popular / erupsi (berlangsung cepat 24 jam)
Suhu tubuh normal
Timbul makula-makula eritematosa dengan cepat berubah menjadi popula.
Ruam
kulit
yang
ditemukan monomorf.
c. Stadium vesikulo-pustulosa / supurasi -Vesikula berubah menjadi pustula dalam waktu 5-10 hari -Suhu - Lesi d.
tubuh akan
meningkat
lagi (berlangsung 4-5 hari)
mengalami umbilikasi (dele).
Stadium resolusi (berlangsung selama 2 minggu)
Stadium ini dibagi lagi menjadi : - Stadium krustasi
:
suhu
t ubuh
m enurun,
p ustula mengering
menjadi kusta. - Stadium dekrustasi meninggalka n
:
be kas
krusta
mengelupas
s ebagai sikratik atropi,
dan
kadang ada
rasa
gatal, stadium ini masih menular. - Stadium rekonvalensi
:
lesi
menyembuh,
semua
krusta rontok,
suhu tubuh normal. Penderita sembuh dan tidak menularkan penyakit lagi. 2.5 Patofisiologi 2.6 Pemeriksaan Penunjang 1) Herpes Zoster Bisa
dibuktikan adanya antibodi dalam
serum
dengan teknik
imunoflurosen. Vesikel mengandung antibodi difiksasi komplemen. Pemeriksaan laborat berupa sitologi (64%
Zanda
Smear positif ada sel
raksasa yang multilokuler dan sel-sel akantoktik). 2) Herpes Simpleks a) Pemeriksaan cairan vesikel / kerokan b) Tes serologi untuk membedakannya dari sifilis. c) Biopsi kulit atau selaput lendir. d) Pemeriksaan papanicolaou karena tingginya insiden keganasan mulut rahim yang berhubungan dengan penyakit ini (untuk yang residif) 3) Variola a) Identifikasi badan inklusi dengan pemeriksaan mikroskop. b) Identifikasi virus dengan mikroskop elektron. c) Inokulasi virus pada korioalantoik. d) Tes serologis (Tes Ikatan komplemen). 2.7 Penatalaksanaan 2.8 Komplikasi 1. Herpes Zoster o Komplikasi yang sering timbul pada penyakit herpes Zoster meliputi :
o Infeksi sekunder o Neuralgia
pasca
hepatika
:
rasa
nyeri
di
daerah
bebas
penyembuhan dan lebih dari seblun penyakit ini sembuh. o Keratitis, kerato
konjungtivitis berupa komplikasi dari
herpes
Zoster oftal mikus. o Herpes zoster generalisata bentuk klinis yang berat dengan gejala umum yang berat
dan timbul lesi tersebar merata ke seluruh
tubuh. o Alopesia arkata. o Sindrim Ramsay Hunt. Gangguan saraf lumpuh pada
otot
fasialis dan wajah
saraf
optikus menimbulkan gejala
(paralisis bell),
telinga berdenging, sakit
kepala seperti berputar, gangguan pendengaran dan mual. 2. Herpes Simpleks
3. Variola
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain : -
Bronkopnemonia.
-
Keratitis, ponoftalmia.
-
Perotitis, orkitis
-
Osteomilitis
-
Abses, flegmon
-
Meningitis, ensefalitis
-
Telogen efluvium (3-4 bulan)
2.8 Asuhan Keperawatan A. Pengkajian 1 Pengumpulan Data a) Identitas pasien Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan lain-lain. b) Keluhan Utama Keluhan sangat tergantung dari dimana tumor tersebut tumbuh.Keluhan utama pasien SJL daerah ekstremitas tersering adalah benjolan yang umumnya tidak nyeri dan sering dikeluhkan muncul setelah terjadi trauma didaerah tersebut. c) Riwayat Penyakit Sekarang Perlu ditanyakan kapan terjadi dan bagaimana sifat pertumbuhannya, keluhan yang berhubungan dengan infiltrasi dan penekanan terhadap jaringan sekitar, dan ketuhan yang berhubungan dengan metastasis jauh. d) Riwayat Penyakit Dahulu Ditanyakan riwayat kesehatan klien, tertama untuk penyakit – penyakit yang dapat memperberat kondisinya saat ini, misalnya memiliki DM. Dapatkan juga informasi sejak mulai kapan dan bagaimana riwayat pengobatannya. e) Riwayat Penyakit Keluarga Ditanyakan apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama ataupun menderita tumor atau kanker jenis yang lain. Ditanyakan juga penyakit – penyakit menular dan menurun yang diderita oleh keluarga yang lain seperti hipertensi, DM, Gangguan Jantung, Astma, TBC, dll.
f) Kebutuhan psikososial Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian mukaatau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri. Hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri,penampilan peran, atau identitas diri.
Reaksi yang mungkin timbul adalah: ·
Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
·
Menarik diri dari kontak sosial.
·
Kemampuan untuk mengurus diri berkurang. g) Kebiasaan sehari-hari
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalamigangguan, terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi gangguan BABdan BAK pada herpes simpleks genitalis. Penyakit ini sering diderita olehklien yang mempunyai kebiasaan menggunakan alat-alat pribadi secarabersama-sama atau klien yang mempunyai kebiasaan melakukan hubunganseksual dengan berganti ganti pasangan. h) Pemeriksaan Fisik Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dandaya tahan tubuh klien. Pada kondisi awal/saat proses peradangan,dapat terjadipeningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. ü Pada pengkajian kulit,ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksisekunder. ü Perhatikan mukosa mulut, hidung, dan penglihatan klien. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagianglans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus. ü Sedangkan pada wanita,daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora dan minora, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas,warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanyapembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limferegional. ü Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individuterhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku. ü Secara fisiologis,terjadi diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatanpernapasan, dan peningkatan tekanan darah; pada perilaku, dapat jugadijumpai menangis, merintih, atau marah.Lakukan pengukuran nyeri denganmenggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa.
ü Untuk anak-anak, pilihskala yang sesuai dengan usia perkembangannya kita bisa menggunakan skalawajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan 1.
Pemeriksaan status generalis untuk menilai keadaan umum penderita dan tanda-tanda metastasis pada paru, hati dan tulang.
2.
Pemeriksaan status lokalis meliputi:
a.
Tumor primer:
·
Lokasi tumor
·
Ukuran tumor
·
Batas tumor, tegas atau tidak
·
Konsistensi dan mobilitas
·
Tanda-tanda infiltrasi, sehingga perlu diperiksa fungsi motorik/sensorik dan tandatanda bendungan pembuluh darah, obstruksi usus, dan lain-lain sesuai dengan lokasi lesi.
b.
Metastasis regional:
Perlu diperiksa ada atau tidaknya pembesaran kelenjar getah bening regional. i) Pengkajian Fungsional Pengkajian selanjutnya adalah untuk mengkaji kebutuhan klien dapat menggunakan dasar kebutuhan manusia berdsarkan Henderson atau dengan adaptasi dari Calista Roy.
2. Diagnosa Keperawatan 1.
Nyeri b.d. kerusakan integritas kulit dan inflamasi jaringan
2.
Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, skunder akibat penyakit herpes simpleks
3.
Risiko penularan infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung, tidak langsung)
3. Intervensi Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas kulit dan proses inflamasi Kriteria hasil : ü Klien mengungkapkan nyeri berkurang ü Menunjukkan mekanisme koping spesifik untuk nyeri dan metode untuk mengontrol nyeri secara benar Rencana keperawatan : 1.
Pantau bintik- bintik kemerahan pada pasien
2.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
3.
Kolaborasi pemberian analgetik ( asam mefenamat)
4.
Kolaborasi pemberian asiklovir
Rasional : 1.
Dengan memantau bintik – bintik kemerahan pada pasien, maka perawat dapat
mengetahui tingkat perkembangan kesembuhan pasien. 2.
Dengan menciptakan lingkungam yang tenang dan nyaman, maka pasien akan dapat
beristirahat dengan tenang. 3.
Dengan melakukan kolaborasi dengan pemberian analgetik ( asam mefenamat) akan
dapat mengurangi tingkat nyeri pasien. 4.
Dengan melakukan kolaboraaasi dengan pemberian asiklovir, maka akan dapat
menyembuhkan penyakit pasien
2. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakitherpes simpleks Kriteria hasil : ü Klien mengatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilannya ü Menunjukkan keinginan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri. ü Melakukan pola-pola penanggulangan yang baru Rencana keperawatan: 1.
Ciptakan hubungan saling percaya antara klien-perawat.
2.
Dorong klien untuk menyatakan perasaannya , terutama tentang cara ia merasakan ,
berpikir, atau memandang dirinya. 3.
Hindari mengkritik
4.
Tingkatkan interaksi sosial.
5.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas
6.
Beri kesempatan klien untuk berbagi pengalaman dengan orang lain.
Rasional : 1.
Menjamin bahwa pasien tidak akan sendiri dan terlantarka, menunjukkan rasa
menghargai dan menerima ,membantu meningkatkan rasa percya diri. 2.
Dapat mengurangi ansietas dan ketidakmampuan pasien untuk menerima realita
3.
Membantu pasien untuk merasa diterimah pada kondisi yang sekarang
4.
Memungkinkan agar tidak terjadi rasa frustrasi
5.
Membantu pasien dan keluarga untuk merasa menerima dengan keadaaan sekarang
tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan perasaaan harga diri dan kontrol 6.
Memberikan penentraman hati lebih lanjut dan kesempatan bagi pasien untuk
memecahkan masalah
3. Risiko penularan infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung,tidak langsung , kontak droplet). Kriteria hasil : ü Klien menyebutkan perlunya isolasi sampai ia tidak lagi menularkaninfeksi. ü Klien dapat menjelaskan cara penularan penyakit. Rencana keperawatan: 1.
Jelaskan tentang penyakit herpes simpleks, penyebab, cara penularan, danakibat yang
ditimbulkan. 2.
Anjurkan klien untuk menghentikan kagiatan hubungan seksual selamasakit dan jika
perlu menggunakan kondom. 3.
Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan kegiatan seksual dengansatu orang (satu
sama lain setia) dan pasangan yang tidak terinfeksi(hubungan seks yang sehat) Rasional : 1.
Memberikan pengetahuan dasar di man pasien dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi 2.
Mengurangi penularan penyakit ; meningkatkan kesehatan pada masa berkurangnya
kemampuan sistem imun 3.
Mengurangi kesalahan konsepsi dan meningkatkan keamanan bagi pasien / orang lain.
4. Implementasi Adalah mengelola dan mewujudkan rencana perawatan meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan ketentuan didalam rumah sakit.
5. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, evaluasi merupakan kegiatan yang disengaja dan terus menerus yang melibatkan klien, perawat dan tim kesehatan lain. Evaluasi juga hanya menunjukkan masalah mana yang telah dipecahkan yang perlu dikaji ulang rencana kembali dilaksanakan dan rencana evaluasi kembali.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Herpes simplex adalah infeksi akut oleh virus Herpes Simplex (virus Herpes Hominis) tipe I dan tipe IIyang ditandai dengan vesikel berkelompok diatas kulit yang eritematosa di daerah mukokutan. Ciri-ciri Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan, yang berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan. Virus herpes simpleks menyebar melalui kontak tubuh secara langsung dan sebagian besar dengan kontak seksual. Gejala herpes adalah Area yang terinfeksi biasanya berwarna kemerahan, dan menjadi sensitif, setelah itu timbul bintik-bintik merah. Jumlahnya bervariasi
3.2 Saran Perawat ataupun mahasiswa keperawatan harus banyak membaca dan memperbanyak referensi untuk meningkatkan pengetahuan danpemahaman tentang Herpes Simpleks.