“ LIVING FREE FROM INJURY AND VIOLENCE ”
OLEH : 1. KHAERATUNNAFISAH 2. INDAH LESTARI 3. NURHIKMAH 4. WAHDANIAR 5. NURHIDAYAH 6. MIFTAH NURSANI KELOMPOK
: V ( LIMA ) JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2019
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas paper ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas paper ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan tugas dari mata kuliah “Promosi Kesehatan”. Penulis tentu menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk paper ini, supaya paper ini nantinya dapat menjadi paper yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada paper ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen yang bersangkutan yang telah membimbing kami dalam menulis paper ini. Demikian, semoga paper ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Samata, 6 Maret 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... DAFTAR ISI...................................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................................. BAB III METODE ............................................................................................................................ BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................................... BAB V KESIMPULAN .................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN Promosi Kesehatan Adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. (Lawrence Green, 1984). Promosi Kesehatan adalah Proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO, 1984 ). Kekerasan merupakan agresi dan pelaggaran ( penyiksaan, pemukulan, pemerkosaanm dan lain-lain ) yang menyebabkan penderitaan atau menyakitkan orang lain. Sementara cedera adalah dampak dari suatu agen eksternal yang menimbulkan kerusakan fisik maupun mental. Pentingnya memberikan promosi kesehatan kepada seluruh masyarakat bahwasannya kekerasan yang menyebabkan cedera fisik maupun mental pada seseorang dapat berakibat fatal. Oleh karenanya perlu dilakukan agar meminimalisir terjadi nya hal tersebut dan masyarakat dapat hidup terbebas dari kekerasan maupun cedera itu sendiri. Dalam memberikan promosi kesehatan perlu adanya pemberian pemahaman terhadap orang tua ataupun seseorang yang dapat didengar sehingga hal tersebut dapat dikurangi. Dengan begitu, dalam melakukannya perlu media yang tepat dalam penyampaiannya agar sesuatu yang ingin kita sampaikan tersebut dapat diterima dan di implementasikan dengan baik oleh masyarakat tersebut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Ricard J. Gelles (Hurairah, 2012 dalam Noviana, 2015:15)menyatakan bahwa kekerasan terhadap anak merupakan perbuatan disengaja yang menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-anak (baik secara fisik maupun emosional. Menurut WHO, kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan,ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma,kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak. Beberapa pendapat (David Gill (dalam Sudaryono, 2007), Andez (2006), Nadia (2004), WHO (2004) menjelaskan kekerasan anak adalah perlakuan yang salah terhadap anak yang dapat melukai dan merugikan fisik, psikis, dan seksual anak, yang tidak hanya dapat menimbulkan dampak negative bagi perkembangan anak, kekerasan terhadap anak juga dapat mengakibatkan kematian. Menurut Vinje (1991), anak-anak tergolong rentan terhadap kecelakaan karena mereka memiliki keterbatasan kognitif. Pemahaman anak yang terbatas menyebabkan anak kurang dapat mengantisipasi dan mengatasi kondisi bahaya yang muncul. Kekerasan
fisik
adalah
setiap
tindakan
yang
mengakibatkan
atau
mungkin
mengakibatkan kerusakan atau sakit fisik yang terjadi karna kekerasan fisik seperti menampar, memukul, memutar, lengan menusuk, mencekik, membakar, menendang, ancaman dengan benda atau senjata, dan pembunuhan (Unicef, 2000: 2). Begitu juga dengan Cedera sering terjadi pada kalangan anak-anak, biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah umur, jenis kelamin, kepribadian, cuaca dan tempat.(Jones & Bartlett, 2006). Menurut Sitohang (2004), penyebab munculnya kekerasan pada anak adalah a) Stress berasal dari anak. Yaitu, kondisi anak yang berbeda, mental yang berbeda atau anak adalah anak angkat, b) Stress keluarga. Yaitu, kemiskinan pengangguran mobilitas, isolasi, perumahan tidak
memadai, anak yang tidak diharapkan dan lain sebagainya, c) Stress berasal dari orang tua. Rendah diri, Waktu kecil mendapat perlakuan salah, Depresi, Harapan pada anak yang tidak realistis, Kelainan karakter/gangguan jiwa. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan cedera pada anak yaitu kurangnya pengawasan, bebas melakukan kegiatan apapun, kelambanan yang disebabkan karena buruknya koordinasi otot anak, terlalu aktif, kurangnya pengendalian emosi atau sebagai bentuk pemberontakan anak (Susy, 2007). Menurut World Health Organization (WHO) cedera mengakibatkan 5,8 juta kematian di seluruh dunia, dan lebih dari 3 juta kematian di antaranya terjadi di negara-negara berkembang. Berdasarkan penelitian Kuschithawati, et al (2007) cedera menyebabkan 7% kematian diseluruh dunia dan angka ini masih akan terus bertambah. World Health Organization (WHO) menggambarkan suatu cedera sebagai suatu peristiwa yang disebabkan oleh dampak dari suatu agen eksternal secara tiba-tiba dan dengan cepat, dan menghasilkan kerusakan baik fisik maupun mental.
BAB III METODE Studi literatur ini melalui pencarian publikasi ilmiah berkisar dari tahun 2016-2019. Basis data yang di gunakan adalah Google Cendekia. Mencari databases dengan Google Candekia menggunakan beberapa kata kunci yaitu kata kunci Kekerasan di temukan 144.000 artikel, kata kunci Promosi kesehatan terhadap kekerasan di temukan 5.460 artikel, kata kunci promosi kesehatan terhadap cedera di temukan 2.510 artikel, kata kunci promosi kesehatan bebas dari cedera di temukan 1.650, kata kunci promosi kesehatan bebas dari kekerasan di temukan 3.990 artikel, kata kunci promosi kesehatan di temukan 70.400 artikel dan terakhir kata kunci cedera di temukan 26.800 artikel. Apabila kata kunci di atas berdasarkan tahun 2016-2019 maka di dapatkan kata kunci kekerasan di temukan 1.870 artikel, kata kunci promosi kesehatan terhadap cedera di temukan 1.150 artikel, kata kunci promosi kesehatan bebas dari cedera di temukan 868 artikel, kata kunci promosi kesehatan bebas dari kekerasan di temukan 1.790 artikel, kata kunci promosi kesehatan di temukan 29.800 artikel dan terakhir kata kunci cedera di temukan 12.300 artikel. Dan jika semua di gabungkan maka hasilnya yaitu 942.610 artikel. Ada juga artikel internasional yang di dapatkan dari google cendekia dengan kata kunci yaitu kata kunci health promotion free from injury and violence yang di temukan 134.000 artikel dan jika melalui penyaringan berdasarkan tahun 2016-2019 di dapatkan 27.900 artikel. Selanjutnya akan di lakukan penyaringan kelayakan dan dari ini di temukan 40 artikel dan sebagai tahap akhir, semua artikel di sesuaikan dengan kriteria inklusi berdasarkan judul literatur, adapun hasil yang di peroleh yaitu 25 artikel. N O 1
Penulis
Judul Penelitian
Negara
Metode
Abdulloh Hadziq ( 2018 )
Pendidikan anti kekerasan berwawasan lingkungan
Indonesia
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif.
2
Akhmad Marjuki ( 2015 )
EFEKTIFITAS SANKSI PIDANA
Indonesia
instrument
Hasil
3
Lailul Ilham1, Casmini Casmini1 (2018)
DALAM PENANGGULA NGAN DELIK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Kajian terhadap UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga) Penanganan Perempuan Korban Kekerasan di Lembaga Kiprah Perempuan Yogyakarta
iNdonesia
Penelitian ini bersifat deskriptifkualitatif yang memaparkan fenomena tentang perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan lainnya
Berdasarkan fenomena di lembaga KIPPER, para perempuan yang kondisi kognitif sebelumnya tidak normal namun setelah mengikuti terapi secara personal ataupun komunal kemudian mereka menunjukkan beberapa kemajuan seperti pola pikir yang rasional yaitu terbukti dengan melakukan sesuatu berdasarkan pertimbangan prioritas dan kebaikan. Sebagaiman diungkapan Ibu HT “saya sangat senang dengan adanya kegiatan koperasi di KIPPER karena dengan itu anggota yang memiliki keterampilan bisa lebih giat lagi, kemudian menjual dan memasarkan lewat koperasi itu to, tapi ini masih perlu banyak perbaikan karena koperasinya
masih mengalami kendala”. 4
Riris Eka Setiani
5
Zuraidah* Muhamad Sadi Is† (
6
Mubiar Agustin, Ipah Saripah, & Asep Deni Gustiana ( 2018)
Pendidikan Anti Kekerasan Untuk Anak Usia Dini: Konsepsi dan Implementasinya PERLINDUNGA N HUKUM TERHADAP HAK ASASI ANAK YANG MENJADI KORBAN KEKERASAN ANALISIS TIPIKAL KEKERASAN PADA ANAK DAN FAKTOR YANG MELATARBELA KANGINYA
Indonesia
indonesia
Indonesia
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu studi yang tertarik dengan apa adanya, tanpa melakukan tindakan atau kontrol yang disengaja demi mendapatkan makna kausal itu.
Hasil penelitian menunjukkan ragam perilaku kekerasan yang dilakukan oleh anak kepada teman di kelas. Tindakan kekerasan yang terjadi dalam bentuk fisik yaitu mendorong, mencubit, menjewer, memukul, menonjok, meludah, menendang, adapun kekerasan verbal dan emosi seperti berteriak-teriak dengan keras, marah, memelototi,dan menggerutu. Adapun kekerasan dalam bentuk emosional berbentuk mengejek, menghindar untuk berteman, dan perilaku mengacam yang cenderung agresif. Bahkan ada juga tindak kekerasan yang dilakukan anak kepada guru baik secara fisik ataupun secara lisan. Seperti memukul dan memarahi.
7
8
9
Indonesia
Ratna Dewi, Indarwati ( 2011 )
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUA N DAN SIKAP ORANG TUA TENTANG BAHAYA CEDERA DAN CARA PENCEGAHAN NYA DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN CEDERA PADA ANAK USIA TODDLER DI KELURAHAN BLUMBANG KECAMATAN TAWANGMAN GU KABUPATEN KARANGANYA R Tina Yuli PENGARUH Fatmawati1 PENDIDIKAN *, Mila KESEHATAN Triana Sari2 TENTANG ( 2018) KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) TERHADAP PENGETAHUA N KELUARGA TENTANG KDRT
Uswatun Hasanah1 , Santoso Tri Raharjo2
PENANGANAN KEKERASAN ANAK BERBASIS MASYARAKAT
Indonesia
Indonesia
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu untuk menganalisa hubungan pengetahuan dan sikap orangtua tentang ng bahaya cedera dan cara pencegahannya dengan praktik pencegahan cedera pada anak usia toddler di Kelurahan Blumbang Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Penilitian ini merupakan penelitian kuantitatif, desain penelitian yang dilakukan yaitu pre eksperiment
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kelurahan Blumbang Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar sebagian besar responden berpengetahuan rendah. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian oleh Astuti (2008) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik terhadap pencegahan cedera pada anak usia toddler, yaitu sebanyak 69%. Hasil penelitian menunjukkan ratarata pengetahuan responden tergolong cukup (56%), hal ini kemungkinan karena mayoritas responden memiliki pendidikan yang tinggi (58%), dengan nilai p-value 0,00<0.05 berarti ada hubungan pengetahuan dan sikap suami tentang kekerasan dalam rumah tangga KDRT. Anak yang menjadi korban kekerasan sudah seharusnya mendapatkan perlindungan dan penanganan dari berbagai pihak. Dibutuhkan strategi
10
Rika Susanti1 Taufik Hidayat1 ( 2017 )
KEMATIAN PADA KASUS CEDERA TULANG BELAKANG BAGIAN SERVIKAL AKIBAT KEKERASAN
Indonesia
Metode penulisan ini berupa laporan kasus dan analisis kasus yang merujuk kepada berbagai literatur.
dalam penanganan kekerasan terhadap anak. Strategi yang dilakukan harus mampu mencegah dan menangani tindak kekerasan Pada kasus ini ditemukan fraktur pada kepala, tulang lidah, tulang dada, tulang iga dan tulang belakang bagian leher ke-7 (C7) dan bagian dada ke-5 (T-5). Sebab kematian utama dikarenakan kekerasan tumpul yang menyebabkan patah tulang vertebra servikal ke-7 dan terputusnya medula spinalis. Keadaan ini diperberat oleh patah tulang kepala, tulang-tulang iga dan tulang dada serta tulang lidah. Mekanisme kematian korban karena kerusakan organ vital (medulla spinalis). Cara kematian korban adalah tidak wajar. Mekanisme cedera tulang belakang pada kasus ini tidak dapat diketahui dengan pasti, namun didapatkan fraktur pada vertebra yang bukan lokasi yang umum terjadinya fraktur (C7 dan T5).
11
Indonesia Adiansyah*, Sukihananto ( 2017 )
KEKERASAN FISIK DAN PSIKOLOGIS PADA NARAPIDANA LANSIA DI LEMBAGA PEMASYARAK ATAN JAWA BARAT
Hengki Yandri (2014)
PERAN GURU BK/KONSELOR DALAM PENCEGAHAN TINDAKAN BULLYING DI SEKOLAH
12
13
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan kejadian keke-rasan fisik pada narapidana lansia dengan kategori muda sebesar 35,71%, sedangkan kejadi-an kekerasan fisik dengan kategori lansia tua sebesar 62,5%. Hal tersebut karena penam-bahan usia pada individu dapat meningkatkan tingkat resiko terjadinya masalah kesehatan ter-masuk kekerasan
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif.
Berdasarkan data seluruh pelayanan dan jaringan Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Makassar, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang ditangani cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2015, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak terjadi sebanyak 1.025 kasus, 2016 sebanyak 1.172 kasus. Sementara periode Januari Maret 2017 sebanyak 64 kasus. Bentuk
Indonesia
1Satriawan, 2Alfiana, 3Hafizha Fasya, 4Ayu Friska Amelia, 5Andi Ahmad Yani ( 2017 )
Indonesia ANALISIS KEBIJAKAN PERLINDUNGA N KEKERASAN TERHADAP ANAK DI KOTA MAKASSAR
14
Andini Dwi Arumsari, S.Psi, M.Psi1 Dedi Setyawan, S.Pd.I2 ( 2018 )
Peran Guru dalam Pencegahan Bullying di PAUD
Indonesia
Di dalam penelitian ini, ada dua pendekatan yang digunakan sebagai metodologi penelitian. Metodologi pertama yang digunakan adalah tinjauan pustaka.
15
Maila Dinia Husni Rahiem, Wahdi Sayuti, Husni Rahim ( 2018 )
Status dan Peran Perempuan pada Suku Besemah: Suatu upaya Mengurangi Tindak Kekerasan terhadap Perempuan melalui Pendidikan Nilai Berbasis Kearifan Lokal
Indonesia
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
kekerasan sangat beragam muali dari fisik, mental, penelantaran dan hingga trafficking, baik terhadap perempuan maupun anak. Beberapa hasil dari penelitian yang telah dilakukan, memberikan hasil bahwa antara hubungan anak yang mempunyai hubungan yang tidak baik dengan teman sebayanya, hubungan yang tidak baik dengan gurugurunya, dan mempunyai kemampuan akademik kurang, lebih memungkinkan untuk melakukan perilaku bullying dan sering terlibat dalam tindak kriminal di sekolah. Selain itu, anak-anak tersebut juga berpotensi besar untuk melakukan kenakalan remaja di masa depan. Memang salah satu cara mencegah tindak kejahatan adalah dengan menerapkan peraturan. Ini sesuai dengan Teori Control Sosial Social Control Theory (Hirschi, 1969). Teori ini tidak membicarakan penyebab dari kejahatan, namun lebih fokus pada orang-orang yang mematuhi peraturan.
16
Kartika Afriani1 , Fathra Annis Nauli2 , Yesi Hasneli3 ( 2018 )
17
Santoso Tri Raharjo
HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT TENTANG PASIEN PERILAKU KEKERASAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN PERILAKU KEKERASAN
Indonesia
Indonesia PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional
Hirschi berargumen bahwa orang-orang mematuhi norma sosial karena adanya ikatan sosial yang kuat. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa sebagian besar perawat memiliki persepsi positif terhadap pasien perilaku kekerasan yaitu sebanyak 52,9%. Persepsi dapat membuat individu menyadari dan memahami keadaan diri individu tersebut. Persepsi setiap individu dapat berbeda pada situasi yang sama, ini dapat terjadi karena setiap individu memiliki interprestasi yang berbeda. Upaya meningkatkan respon lembaga pendidikan tinggi pekerjaan sosial Indonesia terhadap isu kekerasan terhadap perempuan dan anak diperlukan beberapa persyaratan. Pertama, adanya kebijakan pendidikan yang mendukung pengintegrasian KTPA ke dalam kurikulum. Setidaknya, di tingkat pendidikan sarjana, mahasiswa: 1) telah terbangun kompetensinya dalam memahami jenis, prevalensi, penyebab, dan dinamika KTPA
beserta kebutuhan layanannya; serta 2) telah terbentuk sensitivitas dan keberpihakannya untuk menanggulangi permasalahan. 18
Alexander M. CrizzleID, Cathy Dykeman, Sarah Laberge, Ann MacLeod, Ellen OlsenLynch, France Brunet, Angela Andrews
A public health approach to mobilizing community partners for injury prevention: A scoping review
19
Adiansyah, Sukihananto (2017)
KEKERASAN Indonesia FISIK DAN PSIKOLOGIS PADA NARAPIDANA LANSIA DI LEMBAGA PEMASYARAKA TAN JAWA BARAT
Pencarian literatur ilmiah dan kurang formal mengidentifikasi 13.756 item relevan yang diterbitkan dalam bahasa Inggris antara tahun 2000 dan 2016 di Amerika Utara, Eropa dan Australia. Setelah penyaringan dan peninjauan, 10 publikasi dimasukkan yang mengidentifikasi teori, kerangka kerja atau model yang terkait dengan memobilisasi mitra; dan merujuk pada pencegahan cedera dewasa berbasis komunitas penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif.
Instrumen penelitian merujuk pada HwalekSengstock Elder Abuse Screening Test (HS/EAST) dengan menggunak an skala likert.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan fisik yang terjadi di lembaga pemasyarakatan sebesar 41,67% dan kekerasan psikologis 36,11%. Suku Sunda adalah suku yang mengalami kekerasan fisik dan psikologi paling besar dibandingkan dengan suku lainnya. Hasil penelitian
20
Kartika Afriani, Fathra Annis Nauli, Yesi Hasneli (2018)
HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT TENTANG PASIEN PERILAKU KEKERASAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN PERILAKU KEKERASAN
Indonesia
21
Arif Pristianto, Taufik Eko Susilo, Rita Setiyaningsih (2018)
PENERAPAN FUNCTIONAL MOVEMENT SCREENING (FMS) UNTUK PENCEGAHAN CIDERA OLAHRAGA PADA KOMUNITAS
Indonesia
Penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional sebagai desain penelitian sedangkan responden dipilih dengan menggunakan teknik total sampling. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 70 perawat. Peneliti juga menggunakan kuesioner yang berhubungan dengan persepsi dan tingkat kecemasan perawat untuk mengumpulkan data. pengabdian dilakukan pada komunitas Kalistenik Solo. Langkah yang dilakukan pertama adalah pengamatan dan analisa gerakan terhadap pola
merekomendasikan perawat, psikolog dan petugas lapas untuk bekerjasama dalam melakukan pencegahan kekerasan fisik dan psikologis, serta meningkatkan sarana keagamaan dan spiritual sebagai koping yang dilakukan oleh narapidana lansia. hasilnya menunjukkan bahwa 0,233 sebagai nilai p lebih besar dari 0,05 sebagai alpha. Oleh karena itu, dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara persepsi perawat tentang pasien dengan perilaku kekerasan dan tingkat kecemasan perawat.
penambahan wawasan mengenai cidera pada anggota komunitas, pola latihan yang lebih terarah, dan risiko cidera berkurang.
KALISTENIK SOLO
22
Mubiar Agustin, Ipah Saripah, & Asep Deni Gustiana
ANALISIS TIPIKAL KEKERASAN PADA ANAK DAN FAKTOR YANG MELATARBELA KANGINYA
Indonesia
23
Sabaruddin (2019)
Implementasi Permendikbud No. 82 Tahun 2015 Tentang Pencegahan dan
Indonesia
latihan yang sudah ada pada komunitas tersebut. Kemudian dilakukan tes FMS pada anggota komunitas dilanjutkan dengan mendesain ulang pola latihan sesuai dengan kapasitas fisik dan potensi cidera pada masing-masing anggota. metode penelitian studi kasus.
Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan metode deskripsi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ragam bentuk tindakan kekerasan yang dialami anak baik oleh teman dan juga guru seperti memukul, menjewer, menghina, dan mengabaikan, serta terdapat ragam faktor yang melatarbelakanginy a antara lain mencari perhatian, merebut mainan teman dan kurang sabar sehingga perlu diciptakan pembelajaran yang dapat mereduksi terjadinya kekerasan dan menciptakan sekolah yang ramah anak. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Tingkat pemahaman guruguru di SMP Telkom
Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan di SMP Telkom Makassar
kualitatif.
makassar tentang Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 berada pada kategoti kurang baik. 2) Yang menjadi kendala sehingga tindak kekerasan di SMP Telkom Makassar belum mampu di cegah di sebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dari guru berupa (a) kurangnya pengetahuan guru bahwa kekerasan baik fisik maupun psikis tidak efektif untuk memotivasi siswa atau merubah perilaku, (b) Adanya masalah psikologis yang menyebabkan hambatan dalam mengelola emosi hingga guru yang bersangkutan menjadi lebih sensitif dan reaktif . Faktor internal dari siswa berupa (a) Kurangnya sikap toleransi, sulit mengotrol emosi dan kurangnya sikap tanggungjawab (b) Masa pertumbuhan remaja yang dialami oleh siswa. Sedangkan faktor eksternalnya berupa (a) Adanya tekanan kerja atau target yang harus dipenuhi oleh guru (b) Faktor lingkungan tempat tinggal siswa. 3) Upaya yang telah
24
Shinta Handayani Hidayat (2018)
PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGA N ANAK DARI TINDAK KEKERASAN (KAJIAN KENAKALAN ANAK) DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2016
Indonesia
Metode penelitian ini menggunakan tipe deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Sedangkan teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif.
25
Rahmat Syah dan Istiana Hermawati
Upaya Pencegahan Kasus Cyberbullying bagi Remaja
Indonesia
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan
dilakukan oleh SMP Telkom Makassar untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya tindak kekerasan berupa kegiatan MPLS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi siswa baru, dan sistem kredit poin apabila ada pelanggaran oleh siswa dan pengurangan poin jika siswa berbuat kebaikan. Hasil penelitian bahwa Partisipasi Masyarakat Kota Pekanbaru dalam Perlindungan Anak dari Kekerasan (Child Delinquency Study) di Kota Pekanbaru tahun 2016 belum berjalan secara optimal. Dilihat dari partisipasi organisasi masyarakat yang telah dilakukan dalam bentuk pencegahan tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anakanak, memberikan informasi atau melaporkan tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anakanak kepada penegak hukum atau pihak berwenang dan berpartisipasi dalam penanganan korban tindakan kekerasan.
Pengguna Media Sosial di Indonesia
dengan pendekatan diskriptif kualitatif. Teknik pengambilan data berupa dokumentasi data sekunder yang bersumber dari data lembaga survey, kasus khusus dari berita terkini, dan kajian penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Dari analisis data, beberapa tema dan sub-tema dapat dihasilkan bahwasannya perlunya dilakukan promosi kesehatan pada masyarakat guna mencegah adanya kekerasan dan cedera dalam kehidupan. Hasil yang paling dominan dari beberapa jurnal yaitu mengenai kekerasan pada anak yang meningkat dan dapat menyebabkan cacat mental maupun fisik akibat hal tersebut. Kurangnya pengetahuan prang tua sehingga tidak dapat memberikan edukasi kepada anaknya juga menjadi penyabab utama,kelalaian orang tua dsb. Hal tersebut kami rasa cukup sebagai bahan untuk melakuakan penyuluhan pada masyarakat,orang tua, ataupun anak itu sendiri agar ia lebih bisa mengerti dan bisa menjaga dirinya secara mandiri.
B. PEMBAHASAN Ada empat faktor yang menjadi penyebab timbulnya kekerasan di masyarakat. Antara lain : 1. Tidak terpenuhinya motivasi dan keinginan dari manusia Suatu motivasi atau keinginan yang berasal dari diri manusia atau sekelompok orang yang tidak terpenuhi sering kali ditindaklanjuti dengan tindakan kekerasan. Banyak kasus yang terjadi dimana kekerasan terjadi karena adanya motivasi atau keinginan dari manusia yang tidak
terpenuhi, misalnya seorang anak remaja yang tidak mampu mendapatkan gadis yang dicintainya, ia akan melakukan tidakan kekerasan untuk mendapatkan gadis itu. 2. Dialog dan kompromi yang menghasilkan jalan buntu Sudah jelas jika ada suatu dialog atau kompromi yang tidak dapat terselesaikan akan mengakibatkan tindakan kekerasan. Hal ini bisa kita lihat dalam rapat anggota DPR, dimana kadang kala mereka melakukan tindakan kekerasan karena masing-masing pihak tidak ada yang mau mengalah. 3. Agresifitas yang ada pada manusia Manusia mempunyai sifat agresif yang dapat menjadi benih-benih tindakan kekerasan. Sifat agresif disebabkan oleh adanya beberapa faktor, antara lain : a. frustasi b. merasa bingung c. merasa dirugikan d. menghadapi ancaman dari luar e. merasa diperlakukan tidak adil
4. Perbedaan realitas potensial dengan potensial aktual manusia Realisasi potensial adalah apa yang mungkin dieujudkan sesuai dengan tingkat pengetahuan, wawasa, sumber daya, dan kemajuan yang dicapai manusia. Apabila realisasi potensial tersebut disalahgunakan untuk tujuan tertentu atau dimanipulasi oleh sekelompok orang, maka akan terjadi kekerasan. Menurut hasil pengaduan yang diterima KOMNAS Perlindungan Anak (2006), pemicu kekerasan terhadap anak yang terjadi diantaranya adalah : 1) Kekerasan dalam rumah tangga, yaitu dalam keluarga terjadi kekerasan yang melibatkan baik pihak ayah, ibu dan saudara yang lainnya. Kondisi menyebabkan tidak terelakkannya kekerasan terjadi juga pada anak. Anak seringkali menjadi sasaran kemarahan orang tua, 2) Disfungsi keluarga, yaitu peran orang tua tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Adanya disfungsi peran ayah sebagai pemimpin keluarga dan peran ibu sebagai sosok yang membimbing dan menyayangi, 3) Faktor ekonomi, yaitu kekerasan timbul karena tekanan ekonomi. Tertekannya kondisi keluarga yang disebabkan himpitan ekonomi adalah faktor yang banyak terjadi, 4) Pandangan keliru tentang posisi anak
dalam keluarga. Orang tua menganggap bahwa anak adalah seseorang yang tidak tahu apa-apa. Dengan
demikian
pola
asuh
apapun
berhak
dilakukan
oleh
orang
tua.
Disamping itu, faktor penyebab lainnya adalah terinspirasi dari tayangan-tayangan televisi maupun media-media lainnya yang tersebar dilingkungan masyarakat. Yang sangat mengejutkan ternyata 62 % tayangan televis Beberapa factor yang ternyata berpengaruh terhadap tingkat cedera yang di derita oleh atlit di antaranya :
1.
Faktor kepribadian Faktor kepribadian adalah faktor yang pertama yang berhubungan dengan cidera atlet. Para
peneliti ingin memahami apakah konsep diri, pengaruh dari dalam maupun luar dan berpikir keras sangat berhubungan dengan cidera tersebut. Atlet yang mempunyai konsep diri yang rendah mudah terkena cidera dibandingkan dengan atlet yang mempunyai konsep diri tinggi. Penelitian terbaru menunjukan bahwa faktor personality seperti optimisme, percaya diri, ketabahan dan kecemasan berperan dalam cidera atlet.
2.
Tingkat stress Telah diidentifikasi bahwa tingkat stress berperan penting dalam cidera atlet. Penelitian
telah membuktikan hubungan antara tekanan hidup dan tingkat cidera. Pengukuran tingkat stres ini di fokuskan pada perubahan hidup,contohnya masalah keuangan, suasana lingkungan yang kurang mendukung, atau perubahan status ekonomi. Secara keseluruhan bukti-bukti menunjukan bahwa atlet dengan pengalaman tekanan hidup yang lebih tinggi lebih sering cidera dibandingkan atlet dengan tekanan hidup yang lebih rendah. Sebaiknya para instruktur profesional sebaiknya memahami perubahan ini, secara hati-hati memonitor dan memberikan pelatihan hidup secara psikologis. Penelitian juga telah mengidentifikasi stress muncul pada atlet ketika cidera dan ketika di rehabiitasi saat cidera. Contohnya kurangnya perhatian dan terisolasi.
A. Hubungan Stres dan cedera Ada dua teori yang akan menjelaskan hubungan antara stress dan cidera.
a) Perhatian yang terganggu Satu hal yang pasti adalah bahwa stress akan menganggu perhatian seorang atlit dengan kurangnya perhatian akan sekelilingnya. Contohnya seorang pemain sepak bola yaitu gelandang bertahan yang terkena stress tinggi maka akan berkemungkinan mengalami cedera karena tidak merasa focus dengan serangan lawan maka bisa saja factor benturan serta tackling dengan lawan terjadi yang bisa menyebabkan cedera baginya dan bagi lawan. Dan hal itu akan terjaga baik apabila rasa stress nya mulai mereda dan fokusnya ke pertandingan mulai membaik dan berjalan lancar. b) Ketegangan otot Stress tingkat tinggi dapat timbul bersamaan dengan ketegangan otot yang bertentangan dengan
kondisi
normal
dan
meningkatkan
peluang
untuk
cidera.
pelatih
yang mempunyai seorang atlet yang kehidupannya mengalami perubahan dari segi kehidupan serta lingkungan, sebaiknya sangat memperhatikan sikap atlit tersebut , jika menunjukan tandatanda ketegangan otot atau sulit untuk fokus ketika tampil, adalah hal yang bijak diberikan pelatihan stress. c) Faktor psikologi lainnya Hal lain yang menyebabkan stress menurut ahli psikologi adalah beberapa sikap para pelatih, seperti : 1) Act Tough and give 110% Semboyan atau slogan seperti berusaha keras atau pulang, tidak sakit tidak ada penghargaan, pergi untuk bertempur adalah ucapan-ucapan pelatih untuk menyemangati. Para pelatih memaksa atlit-atlit mereka bekerja keras atau selalu mengambil resiko. Seharusnya katakata ini tidak ditekankan terlalu sering, sehingga atlet siap mengambil resiko, seperti menekel lawan dalam sepakbola sehingga terjadi cidera. 2) Jika kamu cidera kamu tidak berharga Beberapa orang merasa tidak berharga ketika mereka terluka, sikap ini berkembang melalui beberapa hal. Pelatih boleh menyampaikan, menyadarkan bahwa kemenangan adalah lebih penting di bandingkan kesejahteraan atlet. Ketika seorang pemain atau atlet cidera, tidak memberikan kontribusi untuk menang. Atlet yang cidera terkadang tetap bermain sehingga cideranya semakin parah.
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Promosi Kesehatan adalah Proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO, 1984 ). Kekerasan adalah pelanggaran ( penyiksaan, pemerkosaan, pemukulan, dsb ) baik secara fisik maupun mental, sementara cedera adalah dampak dari suatu agen eksternal yang menimbulkan kerusakan baik fisik maupun mental. Kekerasan
fisik
adalah
setiap
tindakan
yang
mengakibatkan
atau
mungkin
mengakibatkan kerusakan atau sakit fisik yang terjadi karna kekerasan fisik seperti menampar, memukul, memutar, lengan menusuk, mencekik, membakar, menendang, ancaman dengan benda atau senjata, dan pembunuhan (Unicef, 2000: 2). Kekerasan merupakan agresi dan pelaggaran ( penyiksaan, pemukulan, pemerkosaanm dan lain-lain ) yang menyebabkan penderitaan atau menyakitkan orang lain. Sementara cedera adalah dampak dari suatu agen eksternal yang menimbulkan kerusakan fisik maupun mental. B. Saran
Dalam menyampaikan masukan guna menyambung maksud dan tujuan dari hasil penelitian dan pengamatan peserta analisis dapatlah disarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Orang tua diharapkan lebih sering berkomunikasi dengan anakanaknya mengenai berbagai hal yang dialami anak dalam keseharianya, baik berbagai hal yang dialami anak di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat sekitarnya. Terjalinnya komunikasi yang baik antara anak dan orang tua diharapkan terbentuk hubungan batin yang kuat antara anak dan orang tua sehingga apabila terjadi benturan keinginan dapat diselesaikan dengan komunikasi positif, sehingga kekerasan anak dalam keluarga dapatt dihindarkan. 2. Orang tua diharapkan memiliki self control atau pengendalian diri yang baik, yaitu apabila anak melakukan kesalahan ataupun perilaku anak menyimpang dari keinginan orang tua, agar tidak langsung membentak atau memukul anak, tetapi memberikan teguran dan pengarahan dengan tetap menjaga emosi. 3. Orang tua diharapkan dapat menjadi tauladan yang baik bagi anak, karena proses pendidikan yang pertama sekali di peroleh anak dan berlangsung terus-menerus adalah pada lingkungan keluarga atau informal education. 4. Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak. Agama mengajarkan moral pada anak agar berbuat baik, hal ini dimaksudkan agar anak tersebut tidak menjadi pelaku kekerasan itu sendiri. Sesekali bicaralah secara terbuka pada anak dan berikan dorongan pada anak agar bicara apa adanya/berterus terang. Hal ini dimaksudkan agar orang tua bisa mengenal anaknya dengan baik dan memberikan bimbingan dan nasihat kepada anak, guna mempersipakan diri anak yang bermental tangguh. 5. Masyarakat diharapkan lebih peka terhadap tanda-tanda terjadinya kekerasan anak, dan masyarakat juga harus memiliki pengetahuan terkait perilaku kekerasan terhadap anak, sehingga timbul kesadaran untuk mencegah dan melaporkan tindak kekerasan terhadap anak. Bentuk pencegahan yang dilakukan adalah peningkatan pengawasan dan penjagaan agar anak tidak memperoleh kekerasan oleh orang di lingkungan sekitarnya baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. 6. Melaporkan kecurigaan terhadap adanya kekerasan terhadap anak kepada pimpinan masyarakat seperti kepala lingkungan, Tokoh masyarakat atau agama dan bisa langsung
melaporkan kepada pihak berwajib maupun kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk mencegah agar angka tindakan kekerasan anak tidak semakin meningkat. 7. Pemerintah wajib melakukan sosialisasi dalam hal ini diwakili Kelurahan Binjai dan program edukasi kepada semua golongan masyarakat mengenai pencegahan kejahatan terhadap anak dan tindakan-tindakan serta hukuman bagi pelaku. Sosialisasi akan dilakukan secara masif dan berkelanjutan. Pemerintah wajib memberikan perhatian pada rehabilitasi anak yang menjadi korban, terutama pendampingan secara psikologis sehingga memulihkan cedera mental atau trauma yang dialami anak.
DAFTAR PUSTAKA (Kuschithawati, Magetsari, & Ng, 2007) Hidayati, N. O., Lukman, M., Sriati, A., & Widianti, E. (n.d.). PEMBENTUKAN KONSELOR TEMAN SEBAYA DALAM UPAYA PREVENTIF PERILAKU KEKERASAN PADA REMAJA DI SMP NEGERI 1 PANGANDARAN, 4. Kuschithawati, S., Magetsari, R., & Ng, N. (2007). FAKTOR RISIKO TERJADINYA CEDERA PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR, 23(3), 11. Lutfiasari,
A.
(n.d.).
PENDIDIKAN
KESEHATAN
PERTOLONGAN
PERTAMA
BERPENGARUH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN PRAKTEK GURU DALAM PENANGANAN CEDERA PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR, 8. Montoya, I. D., & Kimball, O. M. (2012). Nursing services: an imperative to health care marketing.
Journal
of
Nursing
Education
and
Practice,
2(4).
https://doi.org/10.5430/jnep.v2n4p187 Mulyani, W. P., & Winarni, T. (n.d.). MODEL PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN ANAK BERBASIS MASYARAKAT, 10.
Pristianto, A., Susilo, T. E., & Setiyaningsih, R. (2018). PENERAPAN FUNCTIONAL MOVEMENT SCREENING (FMS) UNTUK PENCEGAHAN CIDERA OLAHRAGA PADA KOMUNITAS KALISTENIK SOLO, 5. Rusmiyati, C., & Hikmawati, E. (2013). SIKAP SOSIAL MASYARAKAT DI KOTA PONTIANAK TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA, 18(03), 22. (Mulyani & Winarni, n.d.)(Montoya & Kimball, 2012)(Hidayati, Lukman, Sriati, & Widianti, n.d.)(Lutfiasari, n.d.)(Pristianto, Susilo, & Setiyaningsih, 2018)(Rusmiyati & Hikmawati, 2013)